Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT-INTROVERT

TERHADAP TINGKAT STRES MAHASISWA TPB INSTITUT


TEKNOLOGI SUMATERA TAHUN AKADEMIK 2022/2023
¹*MUHAMAD IKSAN ,Program Studi Teknik Geomatika
2
FERYTHA OCCA DINATA PUTRI , 3BINTANG FEBRIANO HERDADI
Program Studi Teknik Sipil,
Institut Teknologi Sumatera,Terusan Ryacudu,Way Huwi,
Kec.Jati Agung,Kab.Lampung Selatan,Lampung 35365
Email: muhamad.122230008@student.itera.ac.id
ABSTRAK

Stres adalah fenomena psikologis yang umum bagi setiap orang


dan siswa dapat berasal dari pribadi, pendidikan,dan lingkungan
keluarga, sedangkan kepribadian adalah bentuk perilaku karakter
seseorang yang cenderung stabil dalam pemikiran, kognisi, dan
perilaku dan dapat diprediksi. Tingkat stres seorang siswa
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: beberapa hal yang termasuk
tipe kepribadian yaitu ekstroversi dan introversi. Tingkat stres yang
dialami siswa merupakan salah satu indikatornya menyelesaikan
banyak masalah yang belum terselesaikan, sehingga memfasilitasi
dibawah tekanan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini berhubungan secara deskriptif. Subyek penelitian ini adalah
seluruh siswa Politeknik TPB Sumatera TA 2023-2024, selanjutnya
sebagai sampel menggunakan teknik sampling acak. Pengumpulan
dan penggunaan data survei kuesioner dan analisis data dilakukan
dengan menggunakan uji statistik spearman rank. Hasil penelitian
dari 98 responden, responden ekstrovert 31 orang (31,6%),
responden dengan tipe kepribadian introvert 67 (68,4%) dan level
stres ringan14 (14,3%) responden, stres sedang79 (80,6%)
responden, Responden dengan tingkat stres tinggi 5 (5,1%), hasil uji
statistik spearman rank dibandingkan dengan nilai-p = 0,038, nilai-R =
-0,210. Kesimpulannya adalah ada hubungan antara tipe kepribadian
dan tingkat stres mahasiswa TPB di Institut Teknologi Sumatera tahun
angkatan 2023/2024.
Kata kunci: Hubungan, Ekstrovert-introvert, Stres, Mahasiswa TPB
Pendahuluan

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses


menempuh pendidikan dan terdaftar pada salah satu bentuk
perguruan tinggi, baik universitas, institut, akademi, sekolah tinggi
dan politeknik dengan tujuan mempersiapkan diri pada suatu bidang
keahlian yang diampunya pada tingkat sarjana (Hartaji.A.D.R, 2009).
Mahasiswa memasuki masa dewasa awal yang pada umumnya
berada pada rentang usia sekitar 18 – 25 tahun, pada masa ini
mereka mulai bertanggung jawab terhadap kehidupannya untuk
memulai masa dewasa (W. Hulukati, 2018). Dalam proses
perkembangannya tidak sedikit mahasiswa yang mengalami
permasalahan dalam menempuh pendidikannya mahasiswa
semester awal yang sedang beradaptasi pada masa transisi dibangku
perkuliahan.
Masa transisi yang dihadapi oleh setiap mahasiswa kerap tidak
semulus dan menyenangkan seperti yang dibayangkan, masa transisi
merupakan masa pada tahun pertama mahasiswa mulai menjalani
perkuliahan, pada masa inilah beberapa mahasiswa kerap merasa
cemas, banyak pertanyaan yang muncul pada diri sendiri mengenai
kemampuan untuk dapat mengikuti perkuliahan dengan baik dan
maksimal, kemampuan dalam menyesuaikan diri pada lingkungan
baru, kemampuan berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya yang
memiliki latar belakang yang berbeda seperti budaya, jurusan,
program studi, sampai kemampuan dalam menyelesaikan berbagai
tugas kuliah. Hal-hal seperti itu kemudian ditambah lagi dengan
perpisahan kepada orang tua, teman dekat serta keharusan untuk
merantau. Permasalahan yang timbul seperti itu kerap tidak mudah
diatasi oleh mahasiswa tahap awal dengan baik, yang pada akhirnya
akan berlanjut menjadi stres.
Stres merupakan salah satu fenomena psikologis yang lumrah
terjadi pada setiap orang yang bersumber dari lingkungan keluarga,
individu, pendidikan dan lingkungan kerja (M. Sutjiato, 2015). Stres
dalam istilah psikologi menggambarkan suatu kondisi yang timbul
dari kesenjangan antara tuntutan yang diberikan dengan kemampuan
dalam mengatasinya. Seseorang yang biasa mengalami stres diikuti
dengan ketegangan emosional (psikis) serta fisik yang membuat diri
individu merasakan ketidaknyamanan (Yuliyana, 2012). Stres yang
dialami selama proses pendidikan dapat disebut stres akademik
(Psikologi, 2010). Stres akademik umum dirasakan oleh mahasiswa
dan dapat dipicu oleh berbagai sumber seperti halnya banyaknya
tugas, kecemasan dalam ujian, tekanan terhadap kelulusan mata
kuliah dan manajemen waktu (M. Barseli, 2017). Tidak sedikit juga
orang yang beranggapan bahwa yang dapat merasakan stres hanya
dapat dirasakan oleh mahasiswa tingkat akhir saja nyatanya tidak,
berdasarkan penelitian penelitian sebelumnya mahasiswa semester
awal pun tak luput dari serangan stres seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa stres ini dapat terjadi karena berbagai faktor dan
stres yang dialami oleh setiap individu disebabkan oleh hal yang
berbeda-beda.
Berdasarkan hasil penelitian (Santika, 2004) menunjukkan bahwa
sebanyak 63,3% dari 575 mahasiswa TPB atau mahasiswa semester
awal mengalami stres. Penelitian oleh (Hernawati, 2006)
menunjukkan hasil bahwa dari 150 mahasiswa TPB sebanyak 62,7%
mahasiswa mengalami stres tingkat tinggi, 32,7% tingkat sedang dan
4,7% tingkat ringan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Sari,
2012) menunjukkan hasil bahwa dari 205 mahasiswa TPB sebanyak
15,1 persen mahasiswa mengalami stres tingkat tinggi, 57,6 persen
tingkat sedang dan 27,3 persen tingkat rendah.
Berdasarkan data dan fakta tersebut tampak jelas bahwa
prevalensi dari stres cukup signifikan terhadap mahasiswa semester
awal (TPB). Oman dkk menyebutkan bahwa dampak dari stres yang
tinggi khususnya bagi mahasiswa berpengaruh terhadap kecemasan,
pola hidup yang buruk dan perasaan tak berdaya. Dampak tersebut
akan dirasakan mahasiswa jika tidak diimbangi dengan coping yang
efektif terhadap stres yang dialami untuk menghindari dampak
negatif seperti self-harm akibat stres tersebut.
Tingkat Stres yang dirasakan oleh mahasiswa semester awal dapat
berbeda-beda dan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satu yang
mempengaruhi stres adalah kepribadian (Friedman & Schustack,
2008). Kepribadian merupakan pola perilaku khas seseorang dalam
berpikir, merasakan dan bertingkah laku yang relatif stabil dan dapat
diprediksikan (Y. A. Loren &Kah 016). Kepribadian individu akan
terlihat pada representasi adaptasi diri individu terhadap stres yang
dialami. Menurut Eysenck (N. Rasyidah & R, 2016) dalam
klasifikasinya kepribadian terbagi menjadi dua dimensi dasar yaitu
kepribadian ekstrovert dan introvert. Mahasiswa dengan kepribadian
ekstrovert, sangat baik dalam berinteraksi dengan dunia luar, sifatnya
ramah, sangat mudah bergaul, sering mengunjungi tempat-tempat
yang baru dan sangat aktif dalam berperilaku. Dalam bertindak pun
banyak dipengaruhi dunia luar atau bersifat terbuka, percaya dirinya
tinggi dan emosinya spontan serta sering berubah-ubah (Putra &
Aryani, 2015). Sebaliknya, mahasiswa dengan kepribadian introvert
cenderung lebih sulit untuk berkomunikasi dengan banyak orang,
namun lebih terampil dalam melakukan perjalanan ke dunia dalam,
yaitu diri mereka sendiri (subjektif). Pada dasarnya kepribadian
introvert ini dikatakan suka menyendiri dan merenung, pendiriannya
keras, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain serta mengetahui
apa yang menjadi tujuan dalam hidupnya.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui
tingkat stres mahasiswa yang difokuskan pada beberapa hal yaitu
pengaruh tipe kepribadian pada stres yang dialami mahasiswa dan
respon mahasiswa dalam menghadapi stres. Penelitian ini akan diuji
pada mahasiswa TPB Institut Teknologi Sumatera dengan meninjau
dari tipe kepribadian. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di
atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah
terdapat hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert
terhadap stres yang dialami pada mahasiswa TPB Institut Teknologi
Sumatera tahun akademik 2023/2024?. Tujuan Umum Untuk
mengetahui korelasi atau hubungan antara kepribadian ekstrovert
dan introvert dengan tingkat stres yang dialami mahasiswa TPB
Institut Teknologi Sumatera tahun akademik 2023/2024.

Metode

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa TPB Institut


Teknologi Sumatera tahun ajaran 2023/2024 yaitu sebanyak 4.674
mahasiswa.
Dari banyaknya metode penentuan sampel, peneliti menggunakan
rumus slovin untuk menentukan jumlah sampel yang akan digunakan,
sebagai berikut:
N
Rumus : 𝑛 = 1+ N ( e ) 2

Keterangan :
n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Dalam penelitian kali ini peneliti mengambil toleransi kesalahan
sebesar
10% (0,1), sehingga perhitungan menggunakan rumus Slovin adalah
sebagai
berikut :

4674
n= 2
1+ 4674 (0,1)
4674
n= 47,74

n=97,9 dibulatkan menjadi 98


Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel akhir yang
dibutuhkan adalah 98 responden.
Kuesioner adalah teknik atau metode pengumpulan data yang
harus dijawab oleh responden dari beberapa pernyataan yang
diajukan (Sugiyono, 2016). Pengumpulan data dilakukan dengan
memberikan pernyataan untuk dijawab sendiri oleh responden,
dengan menyebarkan link google form kuesioner yang berisi
beberapa pernyataan meliputi penilaian stres dan tipe kepribadian
pada mahasiswa. Penggunaan kuesioner ini bertujuan untuk
memperoleh data primer yang diperlukan serta mendukung
penelitian.
Kuesioner yang peneliti gunakan dalam penelitian ini ada dua jenis
yakni kuesioner dengan model Skala Guttman dan kuesioner dengan
model Skala Likert .Skala Guttman adalah skala dengan tujuan
memperoleh jawaban tegas dari responden, yaitu hanya ada dua
pilihan seperti “ya-tidak”, “benar-salah”, dan lainlain. Setiap poin
jawaban mempunyai skor yang berbeda, yaitu skor 1 untuk jawaban
Ya dan skor 0 untuk jawaban Tidak.
Sedangkan Skala Likert adalah skala dengan tujuan mengukur sikap
dan argumen yang memaksa responden menunjukkan tingkat
persetujuan terhadap beberapa pernyataan. Jawaban dari setiap
pernyataan pada skala likert mempunyai tingkatan dari yang positif
hinggamnegatif. Dalam penelitian ini digunakan lima tingkatan yaitu
“Tidak pernah”, “Hampir tidak pernah”, “Kadang-kadang”, “Cukup
sering” dan “Sangat sering”. Sama seperti dengan jenis skala yang
lainnya, skala likert juga memiliki skor yang berbeda-beda, yaitu
untuk jawaban tidak pernah memiliki skor 0, jawaban hampir tidak
pernah memiliki skor 1, jawaban kadang-kadang memiliki skor 2,
jawaban cukup sering memiliki skor 3, dan jawaban sangat sering
memiliki skor 4.

Hasil dan pembahasan

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada atau


tidaknya hubungan antara tipe kepribadian dengan tingkat stres pada
mahasiswa TPB Institut Teknologi Sumatera. Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 22 April 2023 pada mahasiswa Institut
Teknologi Sumatera dengan jumlah responden sebanyak 98 orang
sesuai kriteria penentuan jumlah sampel. Kusioner ini disebar pada
prodi Teknik Geomatika, kimia,Tata Kelola Air, Farmasi,Biomedis dan
Arsitektur dengan masing-masing prodi sebanyak 14 responden. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari
20 pertanyaan. Dengan tujuan untuk mengetahui tipe kepribadian
dan tingkat stress mahasiswa. Teknik analisa data meliputi analisis
univariat dan bivariate dengan menggunakan uji Spearmen
Rank(rho). Selanjutnya akan dibahas dalam hasil penelitian sesuai
dengan jumlah sampel yang ditetapkan peneliti.
Kuesioner tipe kepribadian dan tingkat stres akan dilakukan uji
menggunakan teknik korelasi pearson product moment untuk
mengetahui validitas instrumen kuesioner dengan bantuan program
SPSS for Windows versi 25, dasar pengambilan keputusan adalah
valid jika r hitung > r tabel dan tidak valid jika r hitung < r tabel. Taraf
signifikan yang digunakan adalah 5% atau 0,05. Pada ujivaliditas ini,
nilai r tabel yang digunakan adalah 0,198 karena responden hanya
berjumlah 98 orang. Pertanyaan yang diuji cobakan sebanyak 20 item
pernyataan.Setelah dilakukan uji validitas pada kuesioner tipe
kepribadian terdapat 1 pernyataan yang tidak valid dengan nilai r
hitung adalah 0,089, sedangkan untuk pernyataan lainnya sudah
valid.

Uji realibilitas akan dilakukan setelah uji validitas kuesioner


didapatkan hasil yang memenuhi dengan cara membandingkan nilai
Cronbach Alpha >r tabel, maka pernyataan tersebut dianggap
reliabel. Triton (2006) menjelaskan bahwa skala Alpha Cronbach
dapat digolongkan menjadi lima kelas dalam sebuah interval yang
sama, yakni:

1) Untuk nilai hasil 0,00 - 0,20 artinya kurang


reliabel

2) Untuk nilai hasil 0,20 - 0,40 artinya agak


reliabel
3) Untuk nilai hasil 0,40 - 0,60 artinya cukup
reliabel
4) Untuk nilai hasil 0,60 - 0,80 artinya reliabel
5) Untuk nilai hasil 0,80 - 1,00 artinya sangat
reliabel
Dari hasil uji reliabilitas pada kuesioner tipe kepribadian dan
tingkat stress didapatkan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,613 dan
0,758 yang berarti 2 kuesioner tersebut reliabel.
Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan tipe kepribadian pada
mahasiswa TPB ITERA TA 2023-2024.
Tipe Keperibadian Jumlah Presentase

Ekstrovert 31 31,6%

Introvert 67 68,4%

Total 98 100%

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 98 responden,


terdapat 31 mahasiswa dengan kategori tipe kepribadian ekstrovert
(31,6%). Adapun 67 mahasiswa lainnya termasuk kedalam kategori
tipe kepribadian introvert (68,4%). Dari data hasil tersebut maka
frekuensi mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert lebih
mendominasi dari pada kepribadian ekstrovert.
Kategori Tipe Kepribadian

31.6 introvert
ekstrovert

68.4

Gambar 1. Diagram distribusi tipe kepribadian

Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan tingkat stres pada


mahasiswa
TPB ITERA TA 2023-2024
Tingkat Persentase Stress Jumlah

Ringan 14 14,3%

Sedang 79 80,6%
Tinggi 5 5,1%

Total 98 100%

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 98 responden,


terdapat 14 mahasiswa yang memiliki tingkat stres yang ringan
(14,3%) dan sebagian besar mahasiswa yang termasuk kategori
tingkat stres sedang yaitu sebanyak 79 mahasiswa (80,6%) sedangkan
sisanya termasuk kategori tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 5
mahasiswa (5,1%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram
dibawah ini.

90
80
80.6
70
60
50
40
30
20
10 14.3
0 5.1
Ringan sedang tinggi

Gambar 2. Diagram distribusi tingkat stres

Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan sumber stres pada mahasiswa TPB


ITERA TA 2023-2024

Sumber Stress Jumlah Presentase

Hubungan Keluarga 8 8,2%

Hubungan Sosial 13 13,3%

Masalah Akademik 10 10,2%


Masalah Kesehatan 3 3,1%

Masalah Keuangan 13 13,3%

Masalah Pribadi 51 52%

Total 98 100%

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui dari 98 responden, setidaknya


terdapat enam faktor yang menjadi sumber stres dari mahasiswa diantaranya,
yaitu hubungan keluarga sebanyak 8 mahasiswa, hubungan sosial sebanyak 13
mahasiswa, masalah akademik sebanyak 10 mahasiswa, masalah kesehatan
sebanyak 3 mahasiswa, masalah keuangan sebanyak 13 mahasiswa dan masalah
pribadi sebanyak 51 mahasiswa. Dari data tersebut diketahui bahwa sumber
stres yang paling banyak dialami oleh mahasiswa dikarenakan oleh masalah
pribadi dan sumber stres 14.3%, 80.6%, 5.1% Ringan Sedang Tinggi 9 yang paling
sedikit dialami oleh mahasiswa disebabkan oleh masalah kesehatan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

13.3; 13%
Masalah Pribadi
3.1; 3%
Hubungan Keluarga
10.2; 10% Hubungan Sosial
52; 52% Masalah Akademik
Masalah Kesehatan
13.3; 13% Masalah Keuangan

8.2; 8%
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara dua
variabel dengan kategorik dalam bentuk
Gambar 3,Diagram perbandingan
sumber stress atau persentase. Pada
penelitian ini menggunakan uji Spearman Rank (rho) dengan besar kemaknaan
adalah p < 0,05. Jika nilai p < 0,05 dianggap hubungan signifikan atau bermakna.
Jika nilai p > 0,05 dianggap hubungan tidak signifikan atau tidak bermakna.
Tabel 4 Hubungan tipe kepribadian dengan tingkat stres pada mahasiswa TPB ITERA
TA 2023-2024

Tingkat Stress

Tipe Ringan Sedang tingggi total


Keperibadian
Σ % Σ % Σ % Σ %

Ekstrovert 7 7,15 24 24,5 0 0 31 31,6

Introvert 7 7,15 55 56,1 5 5,1 67 68,4

Uji Spearman Rank (RHO) p = 0,038 dan R = 0,210

Berdasarkan tabel 4 diatas, responden yang memiliki tingkat stres ringan


dengan tipe kepribadian ekstrovert sebanyak 7 mahasiswa (7,15%), begitupun
dengan tipe kepribadian introvert sebanyak 7 mahasiswa (7,15%). Selanjutnya
mahasiswa yang memiliki tingkat stres sedang dengan tipe kepribadian ekstrovert
terdapat 24 mahasiswa (24,5%), dengan tipe kepribadian introvert terdapat 55
mahasiswa (56,1%). kemudian yang memiliki tingkat stres tinggi hanyalah tipe
kepribadian introvert dengan 5 mahasiswa (5,1%). Hasil analisis yang didapat
menunjukan bahwa P-value sama dengan 0,038, karena P-value < 0,05 artinya
terdapat hubungan antara tipe kepribadian terhadap tingkat stres pada mahasiswa
TPB Institut Teknologi Sumatera. Hasil analisis Spearman Rank menunjukan
bahwa nilai coefficient correlations menunjukkan - 0,210 yang artinya terdapat
korelasi antara kedua variabel, akan tetapi korelasi tersebut sangat lemah dengan
nilai ukur 0,00 – 0,25. Selain itu, dari nilai korelasi tersebut dapat diketahui arah
hubungan antara tipe kepribadian dengan tingkat stres, dalam penelitian ini nilai
yang didapat bertanda negatif (-) yang artinya arah dari hubungan tersebut
berlawanan.
Hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 1 bahwa diperoleh hasil
pengujian tipe kepribadian pada mahasiswa TPB dari 98 responden diperoleh
hasil persentase yang berbeda yaitu 31,6% kepribadian ekstrovert dan 68,4%
kepribadian introvert.
Hal tersebut berarti karena setiap manusia mempunyai konsep terhadap diri yang
berbeda-beda.
Dari 5 parameter yang peneliti ujikan, 3 diantaranya mendapat skor tertinggi
atau lebih dominan terhadap mahasiswa yang masuk kategori ekstrovert. Pada
parameter pertama yaitu aktivitas, mahasiswa lebih menyukai aktivitas yang cepat
dan selalu bersemangat dalam menjalani hari. Pada parameter kedua yaitu
kedalaman berpikir, mahasiswa lebih menyukai melakukan sesuatu ketimbang
memikirkan atau cenderung santai. Pada parameter ketiga yaitu pengambilan
resiko, mahasiswa memiliki sikap yang berani dan tegas dalam mengambil resiko.
Sedangkan, untuk mahasiswa yang masuk kategori introvert jika dilihat dari
skor yang didapat mahasiswa lebih dominan terhadap 3 parameter berikut. Pada
parameter pertama yaitu aktivitas, berbeda dengan mahasiswa ekstrovert,
mahasiswa introvert cenderung menyukai aktivitas yang lambat dan lebih
menyukai hal-hal yang tenang. Pada parameter kedua yaitu tanggung jawab,
mahasiswa introvert lebih sadar terhadap perbuatan serta sikap dirinya sendiri.
Pada parameter ketiga yaitu kedalaman berpikir, mahasiswa dapat dengan baik
menempatkan dirinya dalam berpikir mereka lebih cenderung berpikir dahulu
sebelum bertindak.
Dari hasil analisa tersebut sejalan dengan teori yang sudah dipaparkan
sebelumnya oleh Eysenck bahwa seseorang dengan tipe kepribadian ekstrovert
cenderung bersifat lebih membuka diri, aktif, pekerja keras, berani mengambil
resiko, kompetitif serta ambisius. Sedangkan tipe kepribadian introvert cenderung
pasif dan santai, kurang berani mengambil resiko, berhati-hati dan mengunci diri.
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukan pada tabel 2 diperoleh hasil
pengujian tingkat stres pada mahasiswa TPB bahwa sebagian besar dari 98
mahasiswa mengalami gejala stres sedang dengan persentase 80,6% atau
sebanyak 79 mahasiswa. Sebagian kecil lainnya mengalami stres ringan dengan
persentase 14,3% dan stres berat dengan persentase 5,1%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian bahwa tingkat stres pada
mahasiswa TPB lebih dominan mengalami tingkat stress sedang dan stres ringan.
Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai sumber stres yang dialami
oleh mahasiswa baik itu faktor internal maupun eksternal.
Berdasarkan tabel dan diagram pada gambar 1, peneliti mengelompokkan
sumber stres yang dialami oleh 98 responden kedalam 6 jenis faktor atau sumber
stres. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa
mengalami stres bersumber dari masalah pribadi dengan persentase 52%, masalah
keuangan dan hubungan sosial dengan persentase 13,3%. Sedangkan sebagian
kecil lainnya dengan persentase kurang dari 10% bersumber dari masalah
akademik, hubungan keluarga dan masalah kesehatan.
Sehingga dari paparan data-data diatas, penulis mengerti bahwa sumber dari
stres mahasiswa TPB tidak selalu dikarenakan oleh permasalahan akademik,
berdasarkan data diatas sebagian besar mahasiswa stres karena masalah pribadi.
Hal ini sejalan dengan penelitian Attiya dkk dan penelitian Lubis dkk yang
menyatakan bahwa mahasiswa cenderung mengalami stres karena masalah pribadi
lebih-lebih lagi terkait dengan rencana masa depan, harapan dari orang tua, dan
kondisi emosional individu.
Selain itu, mengacu pada karakteristik responden, bahwa responden adalah
seorang mahasiswa tahun pertama dengan rentang umur 18-20 tahun. Rentang
usia tersebut merupakan tahap perkembangan remaja akhir. Seperti pada hasil
penelitian Agustiningsi bahwa perkembangan psikologis mempengaruhi
mahasiswa dalam menerjemahkan stimulus berupa stres. Perkembangan
psikologis pada remaja akhir dapat diketahui dengan terjadinya kebingungan
dalam menganalisa mana situasi nyata mana yang tidak. Secara intelek pada masa
ini mereka sudah mampu untuk menganalisa situasi, namun saat dihadapkan
dengan masalah yang nyata mereka dipaksa untuk beradaptasi terhadap perubahan
yang terjadi. Paksaan untuk terus beradaptasi yang membuat mahasiswa menjadi
stress.
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa mahasiswa lebih dominan mengalami
tingkat stres sedang sebesar 24,5% dengan kepribadian ekstrovert dan sebesar
56,1% dengan kepribadian introvert. Setelah dilakukan uji statistik rank spearman
diperoleh hasil yang signifikan p = 0,038. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p <
0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna atau signifikan antara tipe
kepribadian dengan tingkat stres. Namun hubungan tersebut sangat lemah, dan
diketahui pula arah hubungan tersebut adalah berlawan yang artinya semakin
besar tingkat stres maka kepribadian akan semakin mengarah ke introvert, hal ini
dibuktikan dengan nilai coefficient correlations sebesar 0,210.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ridhoyanti dkk bahwa ada hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian
dengan tingkat stres pada mahasiswa baru. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert cenderung lebih mudah
mengalami stres dibandingkan dengan mahasiswa dengan tipe kepribadian
ekstrovert. Karena tipe kepribadian introvert lebih cenderung menutup dirinya
dari dunia luar, tidak memiliki waktu untuk bersosialisasi dengan orang lain, suka
menyendiri dan bahkan sangat selektif dalam berteman. Sehingga mengapa
individu dengan kepribadian introvert cenderung mudah stres, sebaliknya individu
dengan kepribadian ekstrovert jarang mengalami stres.
Penelitian ini mengukur tingkat stres mahasiswa dalam waktu sebulan
terakhir dengan 4 parameter diantaranya yaitu fisik, emosi, perilaku dan kognitif
yang diujikan dalam bentuk 10 pernyatan. Pada mahasiswa dengan kepribadian
ekstrovert peneliti mengambil 2 parameter yang lebih dominan mempengaruhi
tingkat stres, yaitu parameter fisik dan parameter emosi, mahasiswa dengan
kepribadian ekstrovert cenderung lebih mengalami stres fisik seperti halnya
kurang waktu untuk rileks atau istirahat, sering merasa lemas dan kurang energi,
lalu juga cenderung mengalami stres emosi seperti halnya kurang mampu
mengontrol rasa mudah tersinggung dalam kehidupan serta lebih mudah marah
karena hal-hal yang tidak terduga.
Sedangkan pada mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert peneliti juga
mengambil 2 parameter yang lebih dominan mempengaruhi tingkat stres, yaitu
parameter fisik dan kognitif, mahasiswa dengan kepribadian introvert juga
cenderung mengalami stres fisik sama halnya dengan kepribadian ekstrovert yaitu
karena kurangnya waktu yang cukup untuk istirahat dan sering merasa lemas
kurang energi, kemudian mahasiswa introvert juga cenderung mengalami stres
kognitif seperti halnya merasa bahwa sesuatu tidak sesuai dengan harapan, tidak
mampu dalam menyelesaikan tugas kewajiban, dan merasa tidak yakin terhadap
kemampuan diri untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Menurut peneliti dengan mengacu pada penjelasan data-data diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian memang mempunyai hubungan
terhadap tingkat stres yang dialami oleh mahasiswa TPB, bahwa semakin tinggi
tingkat stres yang dialami maka kepribadiannya pun semakin introvert. Namun
karena nilai korelasinya yang sangat lemah maka tidak selalu tingkat stres yang
tinggi dikaitkan dengan kepribadian introvert, ada beberapa kasus seseorang
dengan kepribadian ekstrovert yang peneliti ketahui dan research di beberapa
sumber informasi, dimana pada situasi tertentu mereka mengalami stres bisa jadi
tinggi seperti pada situasi WFH bagi para pekerja atau PJJ bagi para mahasiswa.

Kesimpulan
Pada penulisan dan penelitian saya ini bertujuan mengetahui adanya hubungan
tipe kepribadian ekstrovert-introvert terhadap tingkat stres mahasiswa TPB
Institut Teknologi Sumatera TA 2023/2024. Kesimpulan dari penelitian ini
merupakan informasi berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus Penelitian.
Berdasarkan hasil data responden mahasiswa TPB Institut Teknologi Sumatera
TA 2022/2023 yang kami analisis maka dapat diambil kesimpulan dan saran
sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :

1. Tipe kepribadian mahasiswa TPB Institut Teknologi Sumatera TA


2023/2024 berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
sebagian besar mahasiswa termasuk dalam tipe kepribadian Introvert
(68,4%).
2. Tingkat stres mahasiswa TPB Institut Teknologi Sumatera TA 2023/2024
berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar
mahasiswa termasuk dalam tingkat stres sedang (80,6%).
3. Dalam penelitian ini setelah dilakukan uji statistik didapatkan bahwa
Terdapat hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan tingkat
stres mahasiswa TPB Institut Teknologi Sumatera TA 2022/2023

Saran untuk responden


Saran untuk mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian intovert untuk dapat
mau membuka diri dan sering-sering bergaul dengan lingkungan sekitar,
Sedangkan untuk mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert disarankan untuk
berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak, sehingga tercipta keselarasan
hubungan sosial antara mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert dan
ekstrovert.
Harapan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat menggunakan penelitian Ini
sebagai referensi bacaan dan melanjutkan penelitian ini untuk lebih baik lagi
kedepannya dengan memodifikasi metode, jenis, variabel serta pernyataan yang
lebih kompleks dan tepat sehingga hasil penelitian nantinya dapat lebih baik dan
tervalidasi keakuratannya.

DAFTAR PUSTAKA
Friedman, H. S. (2008). Keperibadian Teori Klasik dan Riset Modern 3. Jakarta:
Erlangga.
Hartaji.A.D.R, A. (2009). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah
dengan Jurusan Pilihan Orang Tua. Universitas Gunadarma,Depok.
Hernawati, N. (2006). Tingkat Stress dan Strategi Koping Menghadapi Stress Pada
Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Tahun Akademik 2005/2006. J. H.
Pert. Indon, 43-49.
M. Barseli, I. I. (2017). Konsep Stress Akibat Siswa. Konseling dan Pendidikan ,
143-148.
M. Sutjiato, G. D. (2015). Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Tingkat
Stress pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas SamRatulangi
Manado. Ilmu Kesehatan Masyarakat Unsrat, 30-45.
Musbiq, S. A. (2018). Gambaran Stress dan Dampaknya pada Mahasiswa. InSight,
75-83.
N. (2003). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salembang Medika.
N. Rasyidah, E. Y. (2016). Pengembangan Materi Tipe Kepribadian Menurut Hans
J. Eysenck Untuk Siswa SMA/Sederajat . Online Mahasiswa, 1-15.
Notoadmojo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Psikologi, D. (2010). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Putra, G. S. (2015). Hubungan Antara Tipe Kepribadian Introvert dan Extrovert
dengan Kejadian Stress pada Koasisten Angkatan Tahun 2011 Fakultas
Kedokteran Udayana. Medika Udayana, 1-11.
Santika, O. (2004). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Status GIizi dan Penyakit
dengan Keluhan Kesehatan pada Mahasiswa Putra Tingkat Persiapan
Bersama (TPB) IPB Tahun 2002/2003. Bogor: Departemen Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Sari, P. W. (2012). Kemandirian, Penyesuaian Diri, dan Stress Mahasiswa Tingkat
Persiapan Bersama (TPB) Institut Teknologi Bogor Tahun Akademik
2011/2012 . Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Institut
Pertanian Bogor.
Sugiyono. (2016). Metologi Penelitian Kuantatif, Kualitatif, dan R & D . Bandung:
Alfabeta.
W, H. M. (2018). Analisis Tugas Perkembangan Mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Biokotetik, 73-114.
Y. A. Loren, W. &. (2016). Hubungan Tipe Kepribadian Introvert dan Ekstrovert
dan Tingkat Kecemasan pada Siswa Kelas XII dalam Menghadapi Ujian
Nasional. Kesehatan Khatulistiwa, 305-312.
Yulihastuti. R., &. S. (2018). Hubungan Tipe Kepribadian Introvert dan Ekstrovert
dengan Tingkat Stress pada Remaja yang Sedang Menghadapi Ujian Akhir
Semester di SMKN 1 Jogonalan. Ilmu Kesehatan, 237-249.
Yuliyana, A. E. (2012). Kontrol Diri dan Dukungan Teman Sebaya Dengan Coping
Stress Pada Remaja. Soul, 56-66.

Anda mungkin juga menyukai