Anda di halaman 1dari 50

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah, salah satu sumber daya alam yang masih banyak cadangannya adalah batubara. Batubara pada saat ini merupakan salah satu energi alternatif yang sangat penting peranannya di muka bumi guna menggantikan minyak bumi dan bahan bakar lainnya. Industri pertambangan batubara di Indonesia, khususnya di Kalimantan Tengah berkembang dengan pesat seiring dengan banyaknya permintaan pasar, baik untuk konsumsi domestik maupun untuk non domestik. PT. Kapuas Tunggal Persada (KTP) merupakan salah satu perusahaan pertambangan yang

memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Operasi penambangan di PT. Kapuas Tunggal Persada pada saat ini berada di Kecamatan Mandau Talawang dan izin luasan Kuasa Penambangan 7000 Ha. Kegiatan yang dilakukan baru sebatas kegiatan eksplorasi, meliputi mapping singkapan (outcrop), penentuan batas Kuasa Penambangan (KP) dan kegiatan pengeboran detail. Dalam perencanaan tambang kegiatan pemboran eksplorasi mempunyai peranan yang sangat penting dengan adanya pemboran maka dapat diketahui stratigrafi lapisan batuan, gejala-gejala geologi yang terjadi, pola persebaran batubara, kualitas batubara, ketebalan serta kedalaman batubara. Dari data hasil pemboran kemudian diolah menjadi data log bor yang menggambarkan stratigrafi perlapisan dari batuan, dengan adanya data tersebut maka dapat diketahui jumlah cadangan batubara guna untuk menentukan umur sebuah tambang. Kontraktor yang melaksanakan kegiatan pemboran di PT. Kapuas Tunggal Persada yaitu Indonesia Carbon Energi (ICE). Pemboran merupakan metode yang sangat praktis untuk membuktikan keberadaan batubara serta pengambilan contoh batubara secara aktual untuk analisa kualitas dan keperluan analisa geoteknik serta geohidrologi. Berdasarkan
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 1

kegunaannya, pemboran dibagi menjadi 2 kategori yaitu pemboran dangkal dan pemboran dalam. Pemboran dangkal memiliki total kedalaman < 50 meter, sedangkan pemboran dalam > 50 meter dengan maksimun 100 meter. Pengeboran dapat di bagi pula dalam beberapa tahapan, yaitu pengeboran uji yang di buat dalam jumlah terbatas dengan tujuan untuk mengklarifikasi beberapa dugaan dari sumberdaya yang ada dan selanjutnya pengeboran secara sistematik yang dirancang untuk menghasilkan model dari sumberdaya tersebut bagi perancangan penambangannya nanti. Pengeboran batubara biasanya dangkal, yaitu 30 - 40 meter, karena sejauh ini batubara yang ekonomis untuk ditambang adalah batubara yang letaknya tidak terlalu dalam. Pemboran dangkal pada umumnya digunakan untuk melakukan pengecekan keberadaan batubara pada suatu daerah sebagai kelanjutan dari pemetaan geologi maupun sebagai tambahan data sebelum proses penambangan dimulai. Pemboran dangkal memiliki kelebihan dari kecepatan dalam perpindahan tempat tetapi memiliki keterbatasan dalam total kedalaman yang dicapai, sehingga pemboran dangkal lebih difokuskan pada pekerjaan delineasi subcrop untuk 1 seam, tetapi bila memungkinkan (secara kemiringan Batubara maupun interburden) dapat meng-cover beberapa seam sekaligus. Secara kualitas, data kedalaman batubara hasil pemboran dangkal dan dalam tidak dapat dijadikan referensi utama karena banyaknya faktor keterbatasan akurasi disebabkan jenis alat yang digunakan memungkinkan lubang bor miring serta rendahnya core recovery sehingga data pemboran harus dikompilasikan dengan data logging.

I.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari Kerja praktik ini adalah sebagai salah satu syarat pada kurikulum pembelajaran pada program S1 Teknik Pertambangan, Universitas Palangka Raya (UNPAR), Provinsi Kalimantan Tengah.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

Sedangkan tujuan kerja praktik ini sesuai dengan judul yang diambil yaitu Pengamatan Pengeboran Eksplorasi Batubara Di Blok Jaliwan Pada JW-DH-08 dan JW-DH-09 Dengan Metode Touch Core Drilling di Lokasi PT. Kapuas Tunggal Persada, Kecamatan Mandau Talawang, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah antara lain : a) Untuk mengetahui dan mengenal kegiatan pemboran eksplorasi baik dari tahap penentuan lubang bor, prosedur pemboran, peralatan yang digunakan, dan kegiatan pemboran serta pengolahan datanya. b) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kegiatan pemboran eksplorasi di PT. Kapuas Tunggal Persada (KTP)

I.3. Batasan Masalah Dalam laporan kerja praktik ini penulis memberikan batasan masalah yang menyangkut masalah pengamatan pengebora eksplorasi batubara di blok jaliwan dengan metode Touch Core Drilling di Lokasi PT. Kapuas Tunggal Persada, Kecamatan Mandau Talawang, Kabupaten Kapuasa, Tengah. Provinsi Kalimantan

I.4. Metode Penelitian Di dalam melaksanakan permasalahan ini, penulis menggabungkan antara beberapa metode, yaitu : a) Metode Observasi (pengamatan) Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dilapangan. b) Metode Interview (wawancara) Metode ini dilakukan dengan cara mencari data melalui penjelasan secara langsung dilapangan dari pihak perusahaan PT. Kapuas Tunggal Persada (KTP) maupun dari pihak jasa kontraktor pemboran. c) Metode Pustaka

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

Dilakukan dengan cara mencari literatur mengenai kegiatan pemboran ekspolorasi, baik berupa data yang diberikan pihak perusahaan, maupun hasil prektek kerja lapangan yang terdahulu. I.5. Waktu Penelitian Kegiatan kerja praktik ini dilaksanakan selama 25 hari, mulai tanggal 27 April 2011 sampai 22 Mei 2011 yang dilaksanakan pada daerah pertambangan PT. Kapuas Tunggal Persada, Kecamatan Mandau Talawang, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Tabel 1.1. Waktu Penelitian Kegiatan April Observasi Lapangan Pengumpulan Data Pengolahan Data Pembuatan Laporan Bulan Mei Juni

I.6.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian Lokasi Kuasa Pertambangan Eksplorasi PT. Kapuas Tungal Persada terletak secara administratif pada Kecamatan Mandau Talawang, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Untuk mencapai lokasi Kuasa Pertambangan (KP) PT. Kapuas Tungal Persada dapat di tempuh melalui jalan darat menggunakan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat, yaitu : Dari Palangka Raya menuju Desa Dahian Tambuk, Kecamatan Mihing Raya Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah dengan jarak tempuh
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 4

125 Km melalui jalan darat dalam waktu

3 jam menggunakan

kendaraan roda dua dengan kondisi jalan sabagian besar sudah beraspal. Kemudian dari Desa Dahian Tamuk Kecamatan Mihing Raya Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah menuju Desa sei Ringin Kecamatan Mandau Talawang, kabupaten kapuas, Provisi Kalimantan Tengah dengan jarak tempuh 50 km melalui jalan darat dalam waktu tempuh 2 jam menggunakan kendaraan roda dua pada kondisi jalan kering dan tidak beraspal. Kemudian dari desa sei ringin kecamatan mandau talawang, kabupaten kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah menuju PT. Kapuas Maju Jaya (KMJ) dengan menyebrangi sungai Kapuas menggunakan kapal feri dengan waktu tempuh 15 menit. Kemudian dari PT. Kapuas Maju Jaya (KMJ), Kecamatan Mandau Talawang menuju PT. Kapuas Tunggal Persada, kecamatan Mandau Talawang dengan jarak tempuh 60 km melalui jalan darat dalam waktu tempuh 2,5 jam mengunakan kendaraan roda dua pada kondisi jalan kering dan tidak beraspal.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

(Sumber : PT. Kapuas Tunggal Persada)

Gambar 1.1. Peta Kesampaian Daerah I.6.2. Keadaan Geologi Daerah Penelitian
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 6

Struktur geologi yang dijumpai didaerah penyelidikan (daerah Konsesi KP Eksplorasi) dan sekitarnya berupa perlipatan yang secara umum berarah baratdaya-timurlaut. Sesar terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik yang melibatkan batuan sedimen berumur tersier dan pra-tersier. Kelurusan ini diduga merupakan jejak/petunjuk sesar dan kekar berarah sejajar dengan struktur umum. Lipatan berupa sinklin dan antiklin seperti halnya sesar dan kelurusan, juga berarah sejajar dengan struktur regional, timurlaut-baratdaya. Mengingat litologi didaerah ini didominasi oleh batuan yang berumur tersier, diduga kehadiran sesar kelurusan dan lipatan berhubungan erat dengan kegiatan tektonik yang terjadi pada jaman tersier. Berdasarkan tatanan tektonik regional daerah penyelidikan merupakan perbatasan kerangka geologi Cekungan Kutai dengan Cekungan Barito yang terbentuk pada zaman Tersier atau bisa dikatakan daerah Konsesi KP Eksplorasi PT.Kapuas Tunggal Persada berada di tepi Cekungan Barito. Secara stratigrafi daerah penyelidikan ditempati oleh Formasi Tanjung bagian tengah dan bawah yang diintrusi oleh andesit beberapa kali dan setempat ditutupi secara tidak selaras oleh tufa. Intrusi yang berlangsung lebih dari sekali mengakibatkan beberapa seam batubara setempat-setempat mengalami

peningkatan kalori dari 6000 kcal//kg menjadi 7000 kcal/kg. Namun intrusi juga mengakibatkan struktur geologi komplek dan kedudukan batubara tidak beraturan. Umumnya jurus perlapisan di daerah penyelidikan berarah Timur laut Barat daya dengan besar kemiringan 5 50 mengarah ke tenggara maupun barat laut. Perlipatan akibat tektonik regional berupa sinklin antiklin dengan arah sumbu sama dengan jurus perlapisan yaitu Timur laut Barat daya. Sesar geser lokal yang mungkin diakibatkan proses intrusi berarah Barat laut Tenggara. Ada dua satuan batuan, urutan dari tua ke muda adalah satuan BatulempungBatupasir dan Andesit Porfiri yang telah mengalami ubahan. a. Batulempung-Batupasir: Satuan ini mempunyai penyebaran paling luas dibandingkan dengan satuan batuan yang lainnya, tersusun oleh batupasir kuarsa, batulempung dengan sisipan batubara. Batupasir kuarsa : warna
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 7

segar abu-abu, putih kecoklatan, hitam (karbonan), agak kompak-kompak, ukuran butir haluskasar, terpilah baik, komposisi utama kuarsa, sedikit feldspar, setempat berlapis baik, tebal mencapai 200 cm, setempat berlaminasi dengan lempung. Batulempung : warna abu-abu, coklat muda, hitam (karbonan), lunak, kompak, liat, plastis, masif, setempat berlapis. Batubara : hitam-hitam kecoklatan, gores hitam-kecokiatan, kilap kacatanah, pecahan concoidal, keras-kompak-britle, pengotor pirit, sulfur, damar setempat oksida besi (umumnya mengisi rekahan). b. Andesit Porfiri terubahkan: abu-abu kehijauan sampai putih terang, lunak, masa dasar afanitik dengan fenoknis feldspar segipanjang berukuran 2x1 cm dan sedikit butir-butir kuarsa, mengalami ubahan lempung jenis ilit sampai argihik, tersingkap baik di Sungai Mohon. Andesit ini menerobos Satuan Batulempung-Batupasir dan berumur lebih muda dan batuan yang diterobosnya.

I.6.3. Keadaan Topografi Daerah Penelitian Berdasarkan Peta Rupa bumi Indonesia lembar Jangkang yang dikeluarkan Bakosurtanal Bogor, tahun 1991 serta pengamatan di lapangan, morfologi daerah penyelidikan berupa perbukitan bergelombang sedang sampai agak kuat. Perbukitan bergelombang sedang di barat daerah penyelidikan : sudut lereng <20%, ketinggian 50-152 m diatas permukaan laut, perbukitan ini menempati 70% dan total luas area penyelidikan. Perbukitan bergelombang agak kuat sekitar 30% dan areal penyelidikan dengan ketinggian 75 222 m, sudut lereng berkisar 20 sampai 40% yang menempati di timur daerah penyelidikan. Sungai utama di daerah penyelidikan yaitu Sungai Torung, Bunut dan Mohon yang semuanya bermuara ke Sungai Kapuas. Sungai Torung dengan anak sungainya yaitu sungai Sarian, Tohom, Korot dan Beruang berada di sebelah barat laut daerah KP. Di bagian baratdaya daerah KP yaitu Sungai Bunut dengan cabangnya Sungai Gubang, sedangkan Sungai Mohon terletak di timur daerah konsesi dengan anak sungainya antara lain Sungai Jaliwan di timur laut, Sungai
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 8

Boit di timur dan Sungai Monong dengan cabangnya Sungai Panakaranum terletak di tenggara daerah konsesi KP Ekplorasi.

I.7. Peralatan Yang Digunakan Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengeboran ini antara lain: - Mesin bor (jacro ) - Pipa pemboran - Mesin pompa air (Dephi Pump) - Mesin pompa air (Mud Pump) - Selang air (Polypipe) - Mata bor ( wings bit, blade bit ,core bit) - Kunci pipa - Meteran - Plastik sample - Lquid Polymer - Core Box

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II.1. Geologi Regional Geologi Kalimantan Tengah tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kesatuan geologi Kalimantan secara umum. Kalimantan Tengah terbentuk dari endapan atau batuan yang terjadi dalam cekungancekungan sedimen dan daerah-daerah pegunungan yang terbentuk oleh kegiatan magma ataupun proses malihan (metamorfosa). Cekungan-cekungan yang ada di Kalimantan Tengah terdiri dari : Cekungan Melawi (perbatasan dengan Kalimantan Barat) Cekungan Barito (bagian Tengah Selatan - Timur Kalimantan Tengah) Cekungan Kutai (bagian Utara - Timur Laut Kalimantan Tengah). Stratigrafi di Kalimantan Tengah, tersusun dari batuan yang berumur tua ke muda, sebagai berikut: Batuan Malihan yang terdiri dari filit, sekis, genes, kuarsit dan kristalin. Batuan ini berumur Paleozoikum Mesozoikum. Batuan Beku yang terdiri dari granit, granodiorit, diorit, tonalit, gabro dan monzonit. Batuan ini berumur Perm Trias. Batuan Sedimen yang terdiri dari sedimen klastik pada Formasi Batuayau, Formasi Tanjung, Formasi Warukin, Formasi Dahor, serta sedimen biotik seperti batugamping Formasi Berai. Batuan Vulkanik yang terdiri dari breksi, aliran lava, batupasir tufaan dan intrusi-intrusi kecil andesit, basaltis. Alluvial merupakana endapan yang termuda, terdiri dari pasir, lempung, gambut dan lumpur. Batuan ini berumur Pleistosen Resen. Struktur geologi Kalimantan Tengah, khususnya dibagian Tengah - Utara, mempunyai struktur yang rumit, berupa sesar (patahan), perlipatan dan kekarkekar, sedangkan bagian Selatan-Barat Daya relatif stabil.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

10

Berdasarkan tatanan tektonik regional daerah penyelidikan merupakan perbatasan kerangka geologi Cekungan Kutai dengan Cekungan Barito yang terbentuk pada zaman Tersier. Atau bisa dikatakan daerah Konsesi KP Eksplorasi PT.Kapuas Tunggal Persada berada di tepi Cekungan Barito seperti terlihat pada gambar 2.1. di bawah ini.

Gambar 2.1. Peta Geologi Regional Kalimantan Batuan dasar Cekungan Barito adalah batuan Pra-Tersier terdiri dari batuan beku bersifat granitik dan andesitik serta batuan malihan terdiri dari perselingan batulanau dengan batupasir halus sampai kasar dengan sisipan konglomerat dan
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 11

breksi. Diatas batuan Pra-Tersier ini diendapkan batuan sedimen Tersier yang terdiri dari tua ke muda yaitu Formasi Tanjung (Tet), Formasi Berai (Tomb), Formasi Warukin (Tmw), Formasi Dahor (TQd) dan Endapan Kuarter (Aluvium). Kontak antara batuan Pra-Tersier dan batuan sedimen Tersier ialah kontak ketidakselarasan umur, tetapi di beberapa tempat tertentu terdapat kontak ketidakselarasan tektonik. Umur dari batuan sedimen Tersier adalah Eosen sampai Pleistosen formasi yang terdapat pada cekungan barito, yaitu: Formasi Dahor (TQd) yang terdiri atas batupasir kuarsa dan konglomerat yang mengandung kepingan kuarsit dan basal, berselingan dengan batupasir berbutir sedang - sangat kasar, setempat berstruktur silang-siur, dengan sisipan batulempung setempat karbonan hingga gambut dan batulempung. Formasi Dahor berumur Plio sampai Plistosen. Formasi Warukin (Tmw) disusun oleh batupasir kuarsa, batulempung, batulanau, dan konglomerat di bagian bawahnya serta sisipan batubara dan lensa batugamping. Formasi Warukin berumur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir. Formasi Berai (Tomb) yang terdiri atas batugamping, berlapis baik setempat kaya akan koral, foraminifera, dan ganggang, bersisipan napal, padat dan berlapis baik, serta batulempung. Formasi Berai berumur Miosen Awal. Formasi Tanjung (Tet) yang terdiri atas batupasir kuarsa berselingan dengan batulempung dengan sisipan batubara. Formasi Tanjung berumur Eosen.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

12

UMUR
SW

K A L I M A N TA N
BARITO
ALLUVIUM NE W

KUTAI
E

TARAKAN
B UNYU

KUARTER PLIOSEN

MAHAKAM

WARU
DOMARING

5
10
15 20
WARUKIN

T ARAKAN SANTUL
TABUL
MELIAT
MAINTUPO

MIOSEN

T ngah Akhir e

KAMPUNG BARU

BALIK PAPAN

PULAU BALANG

SE G O KE L RAT O MALUWI K

M A N U M B A R

LATIH
BIRANG

ATAS

BEBULU

P AMAL UAN
B E R A I TENGAH

OLIGOS N E

25
Akhir

MARAH

30

K A R I O R A N G
S E M B U L U

T ALAR AB
TEMPILAN

M E S A L I

Awal

MANGKABUA

Akhir Awal

35
40 45
T A N J U N G
ATAS

A N T A N

SEILOR SUJAU

EOSEN

Tengah

BE RIUN
BAWAH

SEMBAKUNG MALIO

PRA-TERSIER
1

LITOLOGI
10

8
2 KUTAI

Tuff Volkanik

Batubara, formasi batupasir serpih dan batupasir Reef dan Batuan Dasar Karbonat Batuserpih, Napal, Batulempung

3
4
NORTH WEST

JAVA

Gambar 2.2. Peta Cekungan Sedimentasi Tersier Kalimantan


Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 13

Formasi Tanjung (Tet) merupakan formasi paling tua yang terdapat didalam Cekungan Barito, berumur Eosen yang terdiri dari (atas ke bawah) batulempung, batulanau, batupasir, batubara dan konglomerat sebagai komponen utama. Hubungannya tidak selaras dengan batu pra-tersier. Selanjutnya diikuti fase transgrasi yang menghasilkan Formasi Berai (Tomb). Hasil erosi dari paparan Sunda dibarat dan Pegunungan Meratus di timur diendapkan dalam cekungan ini sebagai Formasi Warukin (Tmw) dan Formasi Dahor (TQd). Secara regional daerah penyelidikan termasuk ke dalam Formasi Tanjung yang tersusun oleh perselingan batupasir kuarsa, batulempung, batulanau, dengan sisipan batugamping, konglomerat, grewak dan batubara

II.2. Genesa Batubara Batubara terbentuk dengan cara yang sangat komplek dan

memerlukanwaktu yang lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan geologi. Untuk memahami bagaimana batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui dimana batubara terbentuk dan faktor-faktor yang akan mempengaruhinya, serta bentuk lapisan batubara.

1. TEMPAT TERBENTUKNYA BATUBARA Untuk menjelaskan tempat terbentuknya batubara dikenal 2 macam teori: Teori Insitu Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara, terbentuknya di tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relative kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di lapangan batubara Muara Enim Sumatera Selatan.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

14

Teori Drift Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi dijumpai di beberapa tempat, kualitas kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut bersama selama proses dari tempat asal tanaman ketempat sedimentasi. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di lapangan batubara delta Mahakam purba, Kalimantan Timur.

2. FAKTOR YANG BERPENGARUH Cara terbentuknya batubara merupakan proses yang sangat kompleks dalam arti harus di pelajari dari berbagai sudut yang berbeda. Terdapat serangkaian faktor yang di perlukan dalam pembentukan batubara yaitu: a. Posisi Geoteknik Posisi geoteknik adalah suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng. Dalam pembentukan cekungan batubara, posisi geoteknik merupakan faktor yang dominan. Posisi ini akan mempengaruhi iklim lokal dan morfologi pengendapan batubara maupun kecepatan penurunannya. Pada fase terakhir, posisi geoteknik mempengaruhi proses metamorfosa organik dan struktur dari lapangan batubara melalui masa setelah pengendapan akhir. b. Topografi (Morfologi) Morfologi dari cekungan pada saat pengendapan gambut sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk. Topografi mungkin mempunyai efek yang terbatas terhadap iklim dan keadaannya tergantung pada posisi geoteknik. c. Iklim Kelembapan memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai. Iklim
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 15

tergantung pada posisi geografi dan lebih luas lagi dipengaruhi oleh posisi geoteknik. Temperatur yang lembap pada iklim tropis dan subtropics pada umumnya sesuai untuk pertumbuhan flora dibandingkan wilayah yang lebih dingin. Hasil pengkajian menyatakan bahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setiap 7-9 tahun dengan ketinggian pohon sekitar 30 m. sedangkan pada iklim yang lebih dingin ketinggian pohon hanya mencapai 5-6 m dalam selang waktu yang sama d. Penurunan Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika penurunan dan pengendapan gambut seimbang akan dihasilkan endapan batubara tebal. Pergantian transgresi dan regresi mempengaruhi pertumbuhan flora dan pengendapannya. Hal tarsebut menyebabkan adanya infiltrasi material dan mineral yang mempengaruhi mutu dari batubara yang terbentuk. e. Unsur geologi Proses geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan berbagai macam tumbuhan. Dalam masa perkembangan geologi secara tidak langsung membahas sejarah pengendapan batubara dan metamorfosa organic. Makin tua umur batuan makin dalam umur penimbunan yang terjadi, sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada batubara yang mempunyai umur geologi yang lebih tua selalu ada resiko mengalami deformasi tektonik yang membentuk struktur perlipatan atau patahan pada lapisan batubara. Disamping itu factor erosi akan merusak semua bagian dari endapan batubara. f. Tumbuhan Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara. Pertumbuhan darai flora terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim dan topografi tertentu. Flora merupakan factor penentu terbentuknya berbagai tipe batubara. Evolusi dari kehidupan menceritakan kondisi uang berbeda selama masa sejarah geologi. Mulai dari Paleozoic hingga devon, flora belum tumbuh dengan baik. Setelah devon pertama kali terbentuk lapisan batubara di daerah lagon yang dangkal. Periode ini merupakan titik awal dari pertumbuhan flora secara besarbesaran dalam waktu singkat pada setiap kontinen. Hutan tumbuh dengan subur
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 16

selama masa karbon. Pada masa tersier merupakn perkembangan yang sangat luas dari berbagai jenis tanaman. g. Dekomposisi Dekomposisi flora yang merupakan bagian dari traspormasi biokimia dari organik merupakan titik awal untuk seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan gambut, sisa tumbuhan akan mengalami perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi. Setelah tumbuhan mati proses degradasi biokimia lebih berperan. Prosses pembusukan (decay) akan terjadi oleh kerja mikro biologi ( bakteri anaerob). Bakteri ini terjadi dalam suasana tanpa oksigen menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti celulosa, protoplasma, dan pati. Dari proses diatas terjadi perubahan dari kayu menjadi liknit dan batubara berbitumen. Dalam suasana kekurang oksigen terjadi proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H2O) dan sebagian unsur karbon akan hilang dalam bentuk karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO) dan metan (CH4). Akibat pelepasan unsure atu senyawa tersebut jumlah relative unsure karbon akan bertambah. Kecepatan pertumbuhan gambut tergantung pada kecepatan perkembangan tumbuhan dan proses pembusukan. Bila tumbuhan tertutup oleh air dengan cepat, maka akan terhindar oleh proses pembusukan, tetapi terjadi proses desintegrasi atau penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan yang telah mati terlalu lama berada di udara terbuka, maka kecepatan pembentukan gambut akan berkurang, sehingga hanya bagian keras saja tertinggal yang menyulitkan penguaian olh mikrobiologi. h. Sejarah sesudah pengendapan Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi geotektonik yang mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan batuara. Secara singkat terjadi proses geokimia dan metamorfosa organik setelah pengendapan gambut. Di samping itu sejarah geologi endapan batubara bertanggung jawab terhadap terbentuknya struktur cekungan batubara, berupa perlipatan, persesaran, instrusi magmatik dan sebagainya

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

17

i.

Struktur cekungan batubara Terbentuknya batubara pada cekungan batubara pada umumnya mengalami

deformasi oleh gaya tektonik, yang akan menghasilkan lapisan batubara dengan bentuk-bentuk tertentu. Disamping itu adanya erosi yang intensif menyebabkan bentuk lapisan batubara tidak menerus. j. Metamorfosa organik Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau penguburan oleh sedimen baru. Pada tingkat ini proses degradasi biokimia tidak berperan lagi tetapi lebih di dominasi oleh proses dinamokimia. Proses ini menyebabkan terjadinya perubahan gambut menjadi batubara dalam berbagai mutu. Selama proses ini terjadi pengurangan air lembab, oksigen dan zat terbang (seperti CO2, CO, CH4 dan gas lainnya) serta bertambahnya prosentase karbon padat, belerang dan kandungan abu. Perubahan mutu batubara diakibatkan oleh factor tekanan dan waktu. Tekanan dapat disebabkan oleh lapisan sedimen penutup yang sangat tebal atau karena tektonik. Hal ini menyebabkan bertambahnya tekanan dan percepatan proses metamorfosa organik. Proses metamorfosa organic akan dapat merubah gambut menjadi batubara sesuai dengan perubahan sifat kimia, fisika dan optiknya.

II.3. Endapan Batubara Endapan batubara adalah endapan yang mengandung hasil akumulasi material organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang telah melalui proses litifikasi untuk membetuk lapisan batubara. Material tersebut telah mengalami kompaksi, ubahan kimia dan proses metamorfosis oleh peningkatan panas dan tekanan selama periode geologis. Bahan-bahan organik yang terkandung dalam lapisan batubara mempunyai berat lebih dari 50% atau volume bahan organik tersebut, termasuk kandungan lengas bawaan (inherent moisture), lebih dari 70%. Secara umum batubara di bagi menjadi dua kategori, yaitu : 1. Batubara Energi Rendah (Brown Coal) Batubara energi rendah adalah jenis batubara yang paling rendah peringkatnya, bersifat lunak, mudah di remas, mengandung kadar air yang tinggi
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 18

(10-70%), terdiri atas batubara energi rendah lunak (soft brown coal) dan batubara lignitik atau batubara energi tinggi (lignitic atau hard brown coal) yang memperlihatkan struktur kayu. Nilai kalorinya = 7000 kalori/gram (dry ash free ASTM). 2. Batubara Energi Tinggi (Hard coal) Batubara energi tinggi adalah semua jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi dari brown coal, bersifat lebih keras, tidak mudah diremas, kompak, mengandung kadar air yang relatif rendah, umumnya struktur kayu tidak tampak lagi, dan relatif tahan terhadap kerusakan fisik pada saat penanganan (coal handling ). Nilai kalorinya > 7000 kalori/gram (dry ash free-ASTM).

II.4. Sumber Daya Batubara Sumber daya Batubara adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dibagi dalam kelaskelas sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak.

II.5. Cadangan Batubara Cadangan batubara adalah bagian dari sumber daya batubara yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang. Kajian kelayakan merupakan suatu kajian rinci terhadap semua aspek yang bersifat teknis dan ekonomis dari suatu rencana proyek penambangan. Hasil dari kajian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan keputusan investasi dan sebagai dokumen yang mempunyai nilai komersial (bankable document) untuk pendanaan proyek. Kajian ini meliputi seluruh aspek ekonomi, penambangan, pengolahan, pemasaran, kebijakan pemerintah, peraturan/perundang-undangan, lingkungan dan sosial. Proyeksi anggaran biaya harus akurat dan berdasar serta tidak diperlukan lagi penyelidikan lanjutan untuk membuat keputusan investasi. Informasi pada kajian ini meliputi
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 19

angka cadangan yang didasarkan pada hasil eksplorasi rinci, pengujian model teknis, dan perhitungan biaya operasional. II.6. Kegiatan Pengeboran Dalam Industri Pertambangan Dalam industri pertambangan pekerjaan pemboran dilakukan untuk penyelidikan subsurface baik tentang keadaan geologi maupun sifat-sifat keteknikan dari batuannya, yang sangat berguna bagi proses sebuah

penambangan. Kegiatan di awali dengan pengeboran eksplorasi bertujuan untuk mengetahui lithologi batuan, ketebalan dan kedalaman lithologi, kualitas serta kalkulasi cadangan kasar/minimum untuk dapat ditambang secara ekonomis serta mengetahui korelasi lithologi antar lubang bor. Batuan yang dibor pada eksplorasi batubara lebih lunak dari batuan vulkanik atau batuan beku, sehingga mempengaruhi dalam pemilihan mata bor yang di pakai pada kegiatan pengeboran, untuk batuan lunak seperti batuan sedimen menggunakan mata bor yang terbuat dari baja, sedangkan untuk batuan keras menggunakan mata bor yang terbuat dari intan industri yaitu intan kecilkecil yang di tanam pada mata baja. Ada 4 komponen fungsional utama. Fungsi ini dihubungkan dengan penggunaan energi oleh sistem pemboran di dalam melawan batuan dengan cara sebagai berikut : Mesin bor, sumber energi adalah penggerak utama, mengkonversikan

energi dari bentuk asal (fluida, elektrik, pnuematik, atau penggerak mesin combustion) ke energi mekanik untuk mengfungsikan sistem. Batang bor (rod) mengtransmisikan energi dari penggerak utama ke mata bor (bit). Mata bor (bit) adalah pengguna energi didalam sistem, menyerang batuan secara makanik untuk melakukan penetrasi. Sirkulasi fluida untuk membersihkan lubang bor, mengontrol debu, mendinginkan bit dan kadang-kadang mengstabilkan lubang bor. Ketiga komponen pertama adalah komponen fisik yang mengontrol proses penetrasi, sedangkan komponen ke empat adalah mendukung penetrasi melalui pengangkatan cuttings. Mekanisme penetrasi, dapat dikategorikan kedalam 2
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 20

golongan secara mekanik yaitu rotasi dan tumbukan (percussion) atau selanjutnya kombinasi keduanya Gambaran dari aksi pemboran untuk masing-masing kategori dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 2.3. Tipe aksi pemboran dalam memecah batuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi unjuk kerja pemboran. a. Variabel operasi, mempengaruhi ke empat komponen sistem pemboran (drill, rod, bit dan fluid). Variabel dapat dikontrol pada umumnya dan mencakup dua kategori dari faktor-faktor kekuatan pemboran : (a) tenaga pemboran, energi semburan dan frekuensi, kecepatan putar, daya dorong dan rancangan batang bor dan (b) sifat-sifat fluida dan laju alirnya. b. Faktor-faktor batuan, faktor bebas yang terdiri dari : sifat-sifat batuan, kondisi geologi, keadaan tegangan yang bekerja pada lubang bor yang sering disebut sebagai drillability factors yang menentukan drilling strength dari batuan (kekuatan batuan untuk bertahan terhadap penetrasi) dan membatasi unjuk kerja pemboran. c. Faktor-faktor pelayanan, yang terdiri dari pekerja dan supervisi, ketersediaan tenaga, tempat kerja, cuaca dan lain-lain, juga merupakan faktor bebas.
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 21

Untuk memilih dan mengevaluasi sistem pemboran yang optimal, ada 4 parameter yang harus diukur atau diperkirakan,yaitu : a. b. c. d. Energi proses dan konsumsi daya (power) Laju penetrasi Lama penggunaan bit (umur) Biaya (biaya kepemilikan + biaya operasi) Pemilihan suatu alat produksi haruslah melalui suatu prosedur yang telah didefinisikan dengan baik. Hal ini merupakan persoalan rancangan rekayasa yang sebenarnya (true engineering design) yang memerlukan suatu pertimbangan harga. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : a. Mendeterminasi dan menentukan spesifikasi kondisi-kondisi dimana alat bor akan digunakan, seperti faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan (pekerja, lokasi, cuaca dan lain-lain) dengan konsiderasi keselamatan kerja. b. Menetapkan tujuan untuk fase pemecahan batuan dari siklus operasi produksi ke dalam tonase, fragmentasi, throw, vibrasi dan lain-lain (mempertimbangkan batasan pemuatan dan pengangkutan, stabilitas kemiringan lereng, kapasitas crusher, kuota produksi, dan geometri pit). c. Atas dasar pada persyaratan peledakan, merancang pola lubang bor (ukuran dan kedalaman lubang ledak, kemiringan, burden dan spasi). d. Menentukan faktor drillability untuk jenis batuan yang diantisipasi, mengindentifikasikan metoda pemboran yang mendekati kelayakan. e. Menspesifikasikan variabel operasi untuk tiap sistem dibawah pengamatan, meliputi : mesin bor, batang bor, mata bor dan sirkulasi fluida. f. Memperhitungkan parameter unjuk kerja, termasuk ketersediaan alat, biaya dan perbandingan. Mengamati sumber tenaga dan memilih spesifikasi. Item biaya yang besar adalah mata bor, depresiasi alat bor, tenaga kerja, pemeliharaan, energi dan fluida. Umur bit dan biaya merupakan hal yang kritis namun sulit untuk diproyeksikan. g. Memilih sistem pemboran yang memuaskan semua persyaratan biaya keseluruhan yang rendah dan memperhatikan keselamatan kerja.
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 22

Kegunaan dari kegiatan pemboran antara lain : a. b. c. Mengambil conto inti bor, kemudian dilakukan pendiskripsian inti tersebut. Untuk membuat sayatan geologi, berdasarkan korelasi lubang bor. Dapat mengetahui, atau menunjukan adanya suatu gejala struktur geologi bawah tanah. d. e. Mengetahui muka air tanah. Untuk mengadakan percobaan-percobaan di lubang bor, sebagai pekerjaan ikutan dari kegiatan pemboran. f. Kemiringan lapisan batuan.

II.7. Klasifikasi Alat Bor Macam-macam alat bor dapat dibedakan berdasarkan cara kerjanya, jenis alat pemutarnya serta cara bergerak dan transportasinya. II.7.1 Berdasarkan Cara Kerjanya Berdasarkan cara kerjanya dan mekanisme pemboran (metode

pemborannya), alat bor eksplorasi dapat dibedakan menjadi : a. Metode tumbuk (Percussive Method) Dioperasikan dengan cara mengangkat dan menjatuhkan alat bor berat secara berulang-ulang kedalam lubang bor, sehingga lubang bor terbentuk akibat mekanisme tumbukan dan beban rangkaian bor. Pada metode tumbuk, yang terjadi adalah proses peremukan (crushing) permukaan batuan oleh mata bor. Cara ini sesuai digunakan pada yang lunak sampai keras dan mudah pecah. Frekuensi pukulan normal untuk mesin bor adalah 50 tumbukan/detik. Adapun jenis dari alat bor dengan metode ini antara lain : Bor Tumbuk Kabel, prinsip kerjanya: pipa bor beserta bitnya bekerja naik turun seperti menumbuk. Kecepatan pemboran sangat tergantung kemampuan penetrasi mata bor yang dipengarui oleh tinggi dan berat tumbukannya Hammer Drill, prinsip kerjanya mata bor berkerja naik turun seperti menumbuk.
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 23

b.

Metode Putar (Rotary Method) Pada metode pemboran ini, lubang bor dibentuk dengan mekanisme putar dan disertai pembebanan. Pipa bor berputar, bergerak atau menggerus sehingga batuan menjadi terpotang dan terlepas atau hancur menjadi cutting. Adapun jenis dari dari alat bor dengan merode ini antara lain : Bor Putar Hidrolik (Hydraulic rotary drill), digunakan untuk membuat lubang untuk bukaan dengan diameter 4 15 inchi. Untuk mobilitas yang tingggi, alat ini ditempatkan diatas truck atau trailer. Bor Intan, cara kerjanya sama dengan sistem rotary drill lainnya, akan tetapi mata bornya menggunakan intan untuk menembus perlapisan yang sangat kompak dan keras. Bor putar spiral (electric auger drill), digunakan untuk operasi pemboran untuk penambangan atau pengambilan data geologi teknik.

c. Metode Tumbuk-Putar (Rotary-Percussive Drill Method) Dimana lubang bor dibentuk dari kombinasi antara mekanisme putar (rotary drill) dengan mekanisme tumbuk (percussive drill). Meknisme ini cocok digunakan pada perlapisan batuan keras sampai perlapisan yang sangat keras (kompak). Adapun jenis dari alat bor dengan metode ini antara lain : Drifter jack hammer, dipakai untuk pemboran mendatar sehingga memerlukan penopang (muonting device), sehingga penyangga disebut jack leg. Stoper jack hammer, digunakan untuk pemboran dengan arah keatas, sehingga disangga dengan tekscoping tube. Biasa digunakan pada pemboran daitambang bawah tanah, contohnya pembuatan rise maupun pembuatan shaft dengan arah keatas Sinker jack hammer, digunakan untuk pemboran dengan arah bawah, contohnya pembuatan winze maupun pembuatan shaft dengan arah kebawah.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

24

II.7.2. Berdasarkan Jenis Alat Pemutarnya (Sumber Tenaganya) Berdasarkan jenis alat pemutarnya, dapat dibedakan menjadi beberapa macam diantaranya : a. Spindel, pada pemboran ini, bor dimasukkan kedalam tabung spindel dan dapat berputar karena dipegang atau di chuck oleh baut yang menekan didinding luar pipa bor. Metode ini juga biasa digunakan dalam pemboran inti. b. Pemutar Rotor (Rotary Top Head) Pipa bor dihubungkan langsung dengan rotor atau gear box yang diletakkan diatas pipa bor, pipa bor berputar mengikuti putaran dari gear box. Kecepatan dari gear bok tidak dapat diubah-ubah.

II.7.3. Berdasarkan Cara Bergerak dan Transportasinya Berdasarkan cara bergerak dan transportasinya mesin bor digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain : a. Skid Mounted Mesin bor diletakkan pada suatu rangkaian pipa besi, dan dipindahkan secara manual. Alat bor ini sangat cocok digunakan pada medan yang sangat sulit (pada daerah bergunung dan belum ada akses jalan).

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

25

Gambar 2.4. Skid Mounted b. Truck Mounted Mesin bor diletakkan diatas truck, sangat praktis dalam berpindah-pindah dari suatu lokasi pemboran kelokasi pemboran yang lain. Mempunyai tenaga yang lebih besar karena sumber tenaga mesin bor bergabung dengan rangkaian truck, sehingga lubang bor dapat lebih besar dan dalam dibandingkan skid mounted.

Gambar 2.5.Truck Mounted


Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 26

c.

Trailer Mounted Mesin bor diletakkan diatas trailer sehingga sangat praktis dalam berpindah-

pindah, serta mempunyai sumber tenaga yang lebih besar dari jenis truck mounted serta hasil kedalaman lubang bor lebih besar dibandingkan truck mounted.

Gambar 2.6.Trailer Mounted

d.

Crawler Mounted Mesin bor diletakkan diatas roda crawler, cocok digunakan pada daerah

yang berbukit-bukit, cukup curam maupun daerah yang becek.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

27

Gambar 2.7. Crawler Mounted

II.8. Metode dan Jenis Pemboran Metode pengeboran yang sering eksplorasi antara lain sebagai berikut : 1. Open Hole yaitu pengeboran langsung dari permukaan awal sampai batas yang di tentukan tanpa Coring. 2. Touch Coring yaitu open hole pada lapisan non batubara dan Coring pada lapisan batubara. 3. Full Coring yaitu Coring pada seluruh lapisan batuan baik lapisan non batubara atau lapisan batubara. digunakan dalam kegiatan pemboran

II.9. Pelaksana Pemboran Tim pelaksana yang melakukan kegiatan ini meliputi driller, wellsite dan kru pemboran.

II.10. Peralatan Pemboran II.10.1. Rangkaian Peralatan Pemboran Alat bor ini dapat dipisahkan dalam komponen-komponen kecil dan dapat di angkut oleh orang secara manual. Kapasitas alat bor ini dapat menembus lithologi
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 28

batuan dengan kedalaman maksimum > 100 meter dengan menggunakan media air yang berfungsi mengeluarkan cutting dan mempermudah proses pengeboran tersebut. Khas dari pengeboran ini untuk mesin penggeraknya menggunakan mesin diesel jenis Yanmar 155 dan dibandingkan dengan mesin type yang lain mesin ini lebih unggul dan lebih irit dalam penggunaan bahan bakar, tetapi pada saat pemindahan (moving) relatif lebih susah karena memiliki ukuran yang besar dengan berat mencapai 150 kg. Peralatan yang digunakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemboran ini meliputi : Mesin Bor, yaitu mesin yang digunakan untuk mengerakan rangkaian alat bor guna melakukan kegiatan pemboran. Type mesin bor yang digunakan adalah tipe Jacro.

Gambar 2.8. Mesin bor type Jacro 200 Batang bor (rod), yaitu pipa yang terbuat dari bahan dasar baja, berbentuk bulat, memiliki panjang 1,5 m dan berdiameter 4,4 cm. Batang bor (rod) bagian atas disambungkan dengan stang bor dan bagian bawah disambung dengan mata bor ( bit) dan core barrel pada saat dilakukan coring.
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 29

Gambar 2.9. Pipa pemboran Tabung Penginti (Core Barrel) merupakan alat yang digunakan untuk menangkap inti bor (core). Panjang tabung penginti (Core Barrel) adalah 2,06 m dan berdiameter 5,2 cm. Pada bagian dalam tabung penginti (core barrel) terdapat split tube yang panjangnya 1,6 m berfungsi untuk mengunci inti bor (core).

Gambar 2.10. Tabung penginti (core barrel)

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

30

Gambar 2.11. Split Tube Mesin pompa air (Dephi Pump), digunakan untuk meyedot dan mengalirkan air dari sumber air terdekat yang di alirkan menggunakan sambungan polypipe ke bak penampungan.

Gambar 2.12. Mesin Dephi Pump

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

31

Gambar 2.13. Kolam Penampungan Air

Gambar 2.14. kolam penampungan cuting

Mesin pompa air (Mud Pump), digunakan untuk meyedot dan mengalirkan air kedalam pipa bor yang berguna untuk mengangkut cutting hasil pemboran dan sebagai pelumas untuk mendinginkan mata bor akibat gesekan dengan batuan.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

32

Gambar 2.15. Mesin Mud Pump

Selang air (Polypipe), yaitu selang pipa dari sambungan Dephi Pump untuk mengalirkan air dari sumber ke kolam penampungan.

Gambar 2.16. Polypipe

Mata Bor, digunakan untuk mengerus batuan dan membuat lubang bor. Dalam kegiatan pemboran ini ada tiga type mata bor yang digunakan, disesuaikan dengan jenis perlapisan dan kekerasan batuan. Mata bor yang digunakan untuk soil biasanya digunakan jenis Wing Bit

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

33

Gambar 2.17. Wing Bit

Kunci Pipa, yaitu kunci yang di gunakan untuk mengencangkan atau mengendurkan drat pipa dengan pipa atau pipa dengan bit dan core barrel.

Gambar 2.18. Kunci Pipa

Meteran, yaitu di gunakan untuk mengukur sisa pipa yang keluar ke permukaan untuk mengetahui perhitungan kedalaman bor yang telah di lakukan. Di lakukan apabila pemboran mengenai roof atau floor Batubara.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

34

Gambar 2.19. Meteran Plastik Sample, yaitu plastik yang di gunakan untuk menyimpan sample cutting.

Gambar 2.20. Plastik Sample

Core Box yaitu kotak yang terbuat dari kayu, berguna sebagai tempat menyimpan sample hasil coring.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

35

Gambar 2.21 Core Box Liquid Polymer yaitu cairan kimia yang di gunakan untuk mengentalkan cutting agar mudah terangkat ke permukaan.

Gambar 2.22. Liquid Polymer


cutting yaitu serpihan atau butiran hasil gerusan dari mata bor (bit) yang naik

ke atas permukaan bersamaan dengan air.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

36

Gambar 2.23. Cutting

core sample yaitu hasil coring yang akan dijadikan sample untuk diuji di laboratorium.

Gambar 2.24. core sample

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

37

II.10.2. Peralatan Penunjang Lain 1 unit mobil medan berat jenis 4x4 untuk tranportasi dan mobilitas dilapangan. 1 buah GPS untuk penentuan koordinat. Bahan bakar solar dan Oli mesin Parang dan kayu Terpal

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

38

BAB III SISTEM/IMPLEMENTASI

III.1. Tahapan Kegiatan Pemboran Eksplorasi III.1.1. Pendahuluan Tahapan-tahapan secara umum yang dilakukan sebelum kegiatan pemboran eksplorasi adalah sebagai berikut : Kajian Peta Geologi dan Struktur Geologi daerah rencana pemboran. Orentasi/survey lapangan berdasarkan penafsiran dari pemetaan geologi permukaan, peta topografi ataupun peta geomorfologi yang ada. Menentukan titik lokasi rencana pemboran dengan cara membuat estimasi kedalaman batubara main seam dari tafsiran pemetaan geologi dan

penampang/section yang telah dibuat. Melakukan pemasangan titik-titik pemboran dengan GPS. Melakukan pembebasan lahan / konpensasi lahan lokasi titik yang akan dilakukan pemboran. Pengawasan pemboran, dilakukan baik pada Open Hole maupun Coring dan hasil pemeriannya dibuat pada Lithology Log (Log Bor)

III.1.2. Penentuan Lokasi Lubang Bor Untuk menentukan lokasi lubang bor maka seorang geologis mempunyai peranan tersendiri, yaitu disesuaikan dengan tujuan diadakannya pekerjaan pemboran. Langkah awal dari penentuan lubang bor berdasarkan peta topografi dan peta geologi yang telah ada. Hal ini untuk memperjelas keadaan geologi daerah yang akan dilakukan kegiatan pemboran. Namun prinsip yang digunakan dalam meletakan lubang bor yaitu bahwa daerah tersebut akan mewakili daerah yang luas maka hal ini akan lebih mendekati sempurna apabila didasarkan pada peta topografi dan peta geologi, kemudian langkah selanjutnya yaitu didasarkan pada maksud keteknikan dari pemboran tersebut.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

39

III.1.3. Prosedur Pemboran Adapun prosedur kegiatan pemboran, antara lain : a. b. Menentukan lokasi daerah yang akan di bor. Mempersiapkan mesin bor, pipa-pipa bor, dan peralatan lain yang dianggap perlu. c. Pembuatan bak lumpur/air pemboran dengan ukuran (1m x 1m x 1m) dan bak cutting dengan ukuran (0,5m x 0,5m x 0,5m). d. Pipa disambung dengan stang bor pada bagian atas dan pada bagian bawah disambung dengan bit, dan dimasukkan pada lubang bor. e. Mengalirkan air pencuci ke lubang bor setelah terlebih dahulu melewati bagian peyaringan. Air yang telah dialirkan tersebut kebawah setelah melewati bagian luar dari bit, Fungsi air disini adalah untuk : Untuk mendinginkan pipa-pipa bor akibat panas yang ditimbulkan oleh gesekan bit dengan batuan. Sebagai pelumas bit. Mengangkut potongan-potongan batuan (cutting) ke atas permukaan tanah. Pelepasan air ini diatur sesuai dengan kebutuhan dari pemboran untuk menghasilkan inti sebaik mungkin baik pada open hole maupun coring. Karena terlalu banyak air yang dipakai justru akan merusak batuan inti dan bahkan terusak oleh core catcher sendiri. f. Kemudian selanjutnya yaitu pengambilan hasil pemboran, pada kedalaman tertentu, kemudian hasil pemboran didiskripsi sifat batuannya.

III.1.4. Pelaksanaan Pemboran Kegiatan pelaksanaan pemboran meliputi : 1. Melakukan pemboran open hole dari permukaan sampai dengan estimasi kedalaman roof dan floor batubara atau sampai ditemukannya tanda-tanda batubara. Untuk pemboran dangkal gunakan mata bor (wing bit) dan pipa NQ sampai kedalaman < 50 meter. 2. Perpindahan mesin bor ke lokasi berikutnya.
40

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

3.

Reklamasi lokasi pemboran, meliputi : penutupan bak lumpur dan bak cutting.

4.

Hasil cutting ditulis berdasarkan kode lokasi dan kedalaman bor .

III.1.5. Perlakuan Terhadap Cutting Sample Perlakuan terhadap cutting sample meliputi : Cutting sample diambil dari gerusan (cutting) hasil pemboran Cutting sample diambil tiap 0,5 meter dan dimasukkan dalam plastik sampel. Tiap plastik sample diberi kode lokasi bor dan interval kedalaman bor. Diletakkan pada tempat yang bersih, aman, rapi atau diletakkan pada tempat yang telah disediakan. Peletakannya disusun berurutan dari kedalaman top sampai kedalaman bottom.

III.1.6. Perlakuan terhadap Cutting Batubara Cutting batubara diambil dari gerusan (cutting) hasil pemboran apabila mengenai roof batubara Cutting batubara dimasukkan dalam plastik sample dan diberi kode lokasi bor dan interval kedalaman lithologi Diletakkan pada tempat yang bersih, aman, rapi atau diletakan pada tempat yang telah disediakan Peletakannya disusun berdasarkan kedalaman apabila mengenai roof batubara sampai ke floor batubara.

III.1.7. Perlakuan terhadap Core Sample

Setelah dikeluarkan dari core barell, core sample diletakan diatas pipa paralon ukuran 3 inci yang dilapisi dengan plastik sample dengan posisi miring.

Core sample disiram dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran berupa pasir dan tanah.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

41

Core sample didiamkan selama 15 menit agar kering. Core sample diukur dengan meteran Core sample dibungkus dengan plastik sample kemudian dimasukan kedalam core box. Tugas Wellsite dilapangan adalah melakukan pemeriksaan dan pengamatan

atas hasil bor serta melaporkan pada kantor penentu kebijakan (geologis). Kemudian Wellsite akan menerima perintah untuk melanjutkan pengeboran sesuai dengan rencana dan perubahan sehingga kegiatan pengeboran harus dihentikan atau ditunda sementara waktu sampai ada kebijakan lebih lanjut dari pihak geologis.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

42

BAB IV PEMBAHASAN

VI.1. Tahapan Kegiatan Pemboran Pada saat kerja praktik dilaksanakan pemboran pada blok Jaliwan daerah kuasa pertambangan PT. Kapuas Tunggal Persada dengan target kedalaman 60 meter untuk coring. Lubang bor pada satu lokasi titik bor di buat 2 buah yaitu untuk pilot hole dan side hole. Pilot hole merupakan lubang bor yang pertama di buat di lokasi titik pengeboran menggunakan metode open hole dengan target kedalaman 100 meter dan selanjutnya pada lubang bor ini diambil data lithologi berdasarkan cutting yang keluar dari lubang bor. Side hole merupakan lubang bor kedua yang dibuat di lokasi titik pengeboran menggunakan metode touch core dengan target kedalaman 60 meter, berjarak 2 meter dari pilot hole dan selanjutnya diambil datanya berdasarkan cutting dan coring. Guna dibuatnya lubang pilot hole adalah untuk menentukan start coring pada side hole. Pengamatan kegiatan pemboran dilakukan di 2 lokasi lokasi titik pemboran yaitu JW-DH-08 dan JW-DH-09. Kegiatan pemboran untuk 2 lokasi titik bor ini berlangsung dari tanggal 27 April sampai 22 Mei 2011. Peta titik bor ditampilkan pada lampiran. Kegiatan diawali dengan pembersihan lahan untuk lokasi titik pengeboran lubang bor pertama yaitu pilot hole dan lubang bor kedua yaitu side hole yang telah ditentukan oleh project geologist. Tahapan selanjutnya adalah membuat bak cutting dan bak lumpur pengeboran sebagai tempat tampungan air untuk persiapan pengeboran dengan memperhatikan topografi lokasi pengeboran dan letak sumber air. Setelah itu merangkai peralatan pemboran untuk pelaksanaan pemboran yang terdiri dari mesin bor Jacro, menyambung pipa pemboran dengan mata bor (bit) dan dimasukkan pada lubang bor, mengalir air dari sumber air menggunakan mesin pompa air dan selang menuju bak lumpur pengeboran yang dicampur dengan liquid polymer kemudian dialirkan menggunakan mesin pompa lumpur
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 43

pemboran melalui pipa pemboran menuju lubang bor yang berfungsi untuk mendinginkan pipa bor akibat panas yang ditimbulkan oleh gesekan bit dengan batuan serta sebagai pelumas bit dan mengangkut hasil gerusan (cutting) ke atas permukaan tanah kemudian selanjutnya pengambilan hasil pemboran untuk open hole dengan interval kedalaman yang bervariasi serta mendeskripsikan sifat batuannya yang dimasukkan kedalam plastik sampel (pada sampel tersebut diberi keterangan kode lokasi dan interval kedalamannya) selama kegiatan pemboran berlangsung. Hasil pemboran (cutting sample) diambil tiap 0,5 meter dan mengamati perubahan lithologi yang terjadi pada interval kedalaman tertentu yang peletakannya disusun berurutan dari kedalaman top sampai bottom. Coring batubara diambil dari hasil pemboran apabila mengenai roof batubara yang selanjutnya hasil coring diangkat dan diletakkan diatas pipa paralon yang sudah di belah dengan panjang 1,6 meter selanjutnya hasil coring di deskripsi berdasarkan lithologi dan dihitung core recoverynya. Setelah pendeskripsian dan perhitungan core recovery selanjutnya hasil coring dibungkus dengan plastik warp kemudian dimasukkan ke dalam core box dengan diberi kode lokasi, nomor sampel dan interval kedalaman batubara kemudian peletakannya disusun berdasarkan kedalaman dari roof batubara sampai ke floor batubara. Setelah kegiatan pemboran selesai, selanjutnya melakukan perpindahan (moving) mesin bor ke lokasi berikutnya serta reklamasi lokasi pengeboran

meliputi penutupan bak lumpur pengeboran, bak cutting dan lubang bor.

IV.2. Hasil Pengamatan Per Lokasi Titik Bor IV.2.1. Titik JW-DH-08 Lokasi pengeboran berada didaerah kuasa pertambangan PT. Kapuas Tunggal Persada dengan kordinat E 1834044 N 989055. Pemboran yang dilakukan dilokasi titik JW-DH-08 dengan total kedalaman pemboran 60 meter. Morfologi daerah ini merupakan daerah dengan lereng bergelombang serta merupakan daerah perbukitan dengan elevasi 77 meter dari permukaan laut.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

44

Pemboran yang dilakukan di lokasi titik JW-DH-08 ditemukan 4 lapisan batubara pada kedalaman 10,25 meter, 27,00 meter, 35 meter, 44, dengan ketebalan lapisan berkisar dari 1,2 1,5 meter dan lapisan seam yang paling tebal ditemukan pada kedalaman 27 meter dengan ketebalan 1,9 meter. Batubara dilokasi ini berwarna hitam keras, gores hitam kecoklatan dan kilap (70% bright, 30% dull). Log bor untuk titik JW-DH-08 ditampilkan pada lampiran. Satuan lithologi didominasi oleh batu pasir, batulempung, lempung pasiran dan lempung karbonan yang di dalamnya terdapat fragmen batubara. Lapisan lempung karbonan di lokasi ini berwarna abu-abu kehitaman. Ketebalan lapisannya tergolong tebal karena pada kedalaman 11,60 meter dengan ketebalan mencapai 7,53 meter. Lapisan lempung pasiran di lokasi ini di temukan pada kedalaman 28,9 meter dengan ketebalan 6,1 meter. Lapisan lempung pasiran dilokasi ini berwarna abu-abu keputihan, ukuran butir halus dan lunak. Lapisan batupasir yang paling tebal ditemukan pada kedalaman 46,40 meter dengan ketebalan 13,60 meter. Lapisan batulempung yang ditemukan pada lokasi ditemukan dengan ketebalan 4-7 meter dengan lithologi berwarna abu-abu cerah dan lunak.

IV.2.2. Titik JW-DH-09 Lokasi pengeboran berada didaerah kuasa pertambangan PT. Kapuas Tunggal Persada dengan kordinat, E 1835020 N 98908,6. Pemboran yang dilakukan di titik JW-DH-09 dengan total kedalaman pemboran 60 meter.

Morfologi daerah ini merupakan daerah dengan lereng yang cukup curam hingga bergelombang serta merupakan daerah perbukitan dengan elevasi 76 meter dari permukaan laut. Pemboran yang dilakukan di lokasi titik JW-DH-09 ditemukan 4 lapisan batubara pada kedalaman 11,50 meter, 28 meter, 36,75 meter, 47 meter, dengan ketebalan lapisan seam berkisar dari 0,9 - 2 meter dan lapisan seam yang paling tebal ditemukan pada kedalaman 28 meter dengan tebal Batubara 2,2 meter. Batubara dilokasi ini berwarna hitam keras, gores hitam kecoklatan dan kilap (70% bright, 30% dull). Log bor untuk titik JW-09 ditampilkan pada lampiran.
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 45

Satuan lithologi didominasi oleh batulempung, batupasir dan lempung karbonan. Lapisan batupasir yang tebal pada lokasi ini ditemukan pada kedalaman 47,90 meter dengan tebal lapisan 12,10 meter. Lapisan batupasir dilokasi ini berwarna putih keabu-abuan, ukuran butir halus sampai kasar, dan agak keras. Lapisan batulempung yang tebal ditemukan pada kedalaman 30,90 meter dengan ketebalan 6,55 meter. Batulempung berwarna abu-abu cerah, ukuran butir dari halus sampai sedang, dan keras. Lapisan lempung karbonan dilokasi ini berwarna abu-abu kehitaman. Ketebalan lapisannya bervariasi dari 4 5,5 meter.

IV.3. Hasil Pemboran di PT. Kapuas Tunggal Persada Dari kegiatan pemboran yang dilaksanakan pada blok Jaliwan Kuasa Pertambangan PT. Kapuas Tunggal Persada, seluruh lokasi dapat mencapai target yang dinginkan yaitu melakukan pemboran untuk pengambilan sampel coring menggunakan metode touch core drilling mencapai kedalaman 60 meter dengan jumlah seam pada tiap lokasi pengeboran 4 dan ketebalan batubara 1-2 meter.

IV.4. Kendala Pemboran Kendala pemboran yang dihadapi pada saat pemboran berjalan biasanya berupa gangguan karena alat, kondisi geologi, keadaan teknik dan juga pengaruh cuaca atau iklim. Gangguan tersebut antara lain : 1. Kendala yang disebabkan karena alat biasanya berupa : Lambat lajunya pemboran yang disebabkan kesalahan dalam pemilihan mesin bor, sehingga tidak sesuai dengan kekerasan batuan yang ditembus. Kerusakan pada alat bor dan tidak bisa diperbaiki secepatnya karena kurangnya suku cadang. Pemakaian peralatan yang tidak sesuai dengan standar.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas harus diupayakan : Mesin bor yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lapangan yang akan dilakukan kegiatan pemboran.
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 46

Suku cadang agar dapat diperbanyak jumlahnya, mengingat suku cadang alat bor tidak bisa didapatkan didaerah setempat. Alat yang digunakan seperti mesin bor, pompa fluida, sebelum dipakai sebaiknya terlebih dahulu diservis dan dicek, bila perlu dipergunakan alat yang baru.

2.

Kendala karena kondisi geologi diantaranya : Karena kerasnya batuan penyusun didaerah setempat. Adanya rekahan, rongga, dan juga pasir louse sehingga akan mengakibatkan hilangnya air pembilas (water louse). Kondisi morfologi berupa perbukitan dan juga lembah yang curam akan mempersulit pengangkutan alat, apabila melakukan pemindahan titik bor yang satu ke yang lain (moving). Untuk mengatasi kendala tersebut diatas maka perlu diperhatikan : Penggunaan mata bor (bit) yang sesuai dengan batuan yang akan ditembus, serta pelaksanaan teknis dilapangan yang cermat. Menggunakan larutan aqua Jelly berupa Bentonit, Ismat, dan juga melakukan pembuatan casing agar lapisan batuan tidak runtuh khususnya pada bagian rekahan, juga rongga dan juga pasir louse. Pembuatan jalan rintisan yang akan dilewati dengan memilih jalan yang agak datar.

3.

Kendala Teknis yang dihadapi pada saat pemboran bisa terjadi yaitu : Mata bor (bit) telepas dari batang bor, karena getaran mesin dan juga pemasangan mata bor yang kurang baik. Mata bor (bit) terjepit, karena dasar lubang bor dipenuhi pecahan sisa pemboran (cutting) yang tidak terangkat akibat kurangnya tekanan air pembilas. Batang Bor (Rod) lepas, jatuh dan juga patah didalam lubang bor,atau juga pipa yang jatuh dalam lubang bor pada saat melepas sambungan. Upaya mengatasi masalah teknis tersebut dapat digunakan beberapa cara

antara lain sebagai berikut :

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

47

Menggunakan Dongkrak atau untuk menarik mata bor (bit) yang terjepit. Sirkulasi air yang terus menerus untuk menggerakan batang bor (rod) yang terjepit oleh serpihan cutting yang tidak terangkat akibat kurangnya tekanan air.

4.

Kendala cuaca biasanya berupa hujan yang mengakibatkan rusaknya jalan

transportasi ke lokasi pemboran dan biasanya mengakibatkan para pekerja harus standby di camp menunggu perbaikan jalan. Upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan cara rutin memperhatikan perawatan dan perbaikan jalan transportasi tersebut.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

48

BAB V KESIMPULAN

V.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan, pada kegiatan pemboran eksplorasi di Blok Jaliwan JW-DH-08 dan JW-DH-09 daerah kuasa pertambangan PT. Kapuas Tunggal Persada (KTP) dari 2 titik bor yang diamati dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Metode pemboran yang digunakan adalah dengan metode Touch Core Drilling pada lapisan non batubara serta roof dan floor lapisan batubara. Target pada kegiatan pemboran eksplorasi ini adalah seam dengan ketebalan seam lebih dari 3 meter. Ketebalan lithologi batuan di formasi ini bervariasi dan hampir semuanya ditemukan di semua lokasi titik bor. Dari hasil pengamatan log bor, lithologilithologi tersebut ada yang mengalami penipisan dan penebalan, begitu juga dengan lapisan batubara tersebut. Litologi yang berkembang didaerah pengamatan adalah batupasir. dengan ketebalan lapisan yang bervariasi. Selama kegiatan pemboran terjadi beberapa kendala yang menghambat kegiatan pemboran baik dari segi teknis, alat dan cuaca. batulempung dan

V.2. Saran Pada kegiatan pemboran eksplorasi di Blok Jaliwan JW-DH-08 dan JWDH-09 daerah kuasa pertambangan PT. Kapuas Tunggal Persada dari lokasi pemboran yang diamati dapat diberikan beberapa saran agar kegiatan pemboran dapat lebih efisien dan efektif, sebagai berikut : Perbaikan jalan seharusnya rutin dikerjakan supaya transportasi berjalan lancar dan aman. Sarana untuk kegiatan pemboran diharapkan untuk tetap stand by di lokasi agar mobilisasi dapat berjalan dengan lancar.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

49

Diharapkan kru bor

memiliki keterampilan dan pengalaman yang baik

dalam melaksanakan kegiatan pemboran. Tersedianya cadangan spare part alat bor agar kerusakan alat bor dapat segera diperbaiki. Peralatan P3K harus selalu tersedia di lokasi pemboran. Peralatan sarana komunikasi Handy Talky (HT) harus ada dan dipergunakan dengan baik sesuai dengan kebutuhan pada setiap titik bor supaya lebih mudah penyampaian informasi. Pembersihan lokasi (land clearig) harus dilakukan dengan benar, misalnya pohon-pohan besar yang ada di sekitar lokasi pemboran sebaiknya ditebang lebih dahulu, sebelum dilakukan kegiatan pemboran. Sebaiknya ada mekanik mesin bor di lapangan.

Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR

50

Anda mungkin juga menyukai