Isi Artikel 505087054958
Isi Artikel 505087054958
ISSN : 2339-1553
Jeni Susyanti
*
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Malang , Malang
jeni@adconsulting.co.id
Abstrak
Penelitian ini mengangkat problematicpada pelaku ekonomi kreatif sektor pariwisata, model pendampingan
bisnis ekonomi kreatif dan memunculkan industry kreatif yang menjadi action industry kreatif. Jenis penelitian
deskriptifdilakukan dengan desk evaluasi dengan design penelitian. Menurut Coper dan Emory (2009:122)
design penelitianmerupakan cetak biru yang memberikan garis dari setiap prosedur, mulai dari hipotesis
(jika ada) sampai kepada analisis data. Penelitian juga merujuk pendapat Susman (1983)melalui model
diagnosis problematika sampai dengan monitoring dan evaluasi untuk mencapai target dan Analisis Data
dengan pendekatan kualitatif menurut Miles dan Huberman (1992)
Responden teridentifikasi katagori sangat baik dengan score 4,20 -5,00 dalam mengembangkan
bisnis ekonomi kreatif; belajar secara otodidak berbisnis. Dari sisi problamatik usaha masuk katagori
masuk katagori buruk dengan score 1,81 - 2,60 adalah menjual barang secara kredit, mengacu pendapat
Tarigan (2012). Pada sebanyak 17,4% responden yang disebutkan terdapat kendala di bidang keuangan,
produksi, dan Sumber daya manusia (SDM). Model pendampingan bagi Pengelolaan Bisnis Ekonomi
Kreatif Sektor Pariwisata secara Integratif yaitu bangunan ekonomi kreatif ini dipayungi oleh interaksi triple
helixyang terdiri dari Intellectuals (Intelektual), Business (Bisnis), dan Government (Pemerintah) sebagai
para aktor utama penggerak industri kreatif.Adapun pelaku bisnis ekonomi kreatif sektor pariwisata
menginginkan ketertiban administrasi usaha, membutuhkan pendampingan usaha.
656
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
kerajinan dan fashion memiliki peluang yang helixyang terdiri dari Intellectuals
sangat besar dalam menembus pasar (Intelektual), Business (Bisnis), dan
ekspor. Government (Pemerintah) sebagai para
Integrasi dari semua pemangku aktor utama penggerak industri kreatif.
kepentingan, dalam mengatasi berbagai Intellectual, kaum intelektual yang berada
tantangan yang berpotensi menjadi pada institusi pendidikan formal, informal
penghambatpengembangan ekonomi kreatif dan non formal yang berperan sebagai
sangat diperlukan oleh pelaku bisnis pendorong lahirnya ilmu dan ide yang
ekonomi kreatif. Dukungan Intelektual merupakan sumber kreativitas dan lahirnya
(Akademisi), dukungan pemerintah dan potensi kreativitas insan Indonesia.
masyarakat diharapkan dapat Business, pelaku usaha yang mampu
menggerakkan bisnis ekonomi kreatif dan mentransformasi kreativitas menjadi bernilai
industry kreatif. ekonomis. Government, pemerintah selaku
fasilitator dan regulator agar industri kreatif
2. Kajian Literatur dapat tumbuh dan berkembang.
Ekonomi Kreatif sebagai konsep Analisis Triple Helix pertama kali
ekonomi yang mengutamakan informasi dan diungkapkan oleh Henry Etzkowitz dan Loet
kreativitas dengan mengandalkan ide dan Leydesdorff, dan kemudian diulas lebih
stock of knowledge dari Sumber Daya lanjut oleh Gibbons et al (1994) dalam The
Manusia (SDM) dalam kegiatan New Production of Knowledge dan Nowotny
ekonominya. Howkins (2001) menyebutkan et al (2001) dalam Re-Thinking
ekonomi baru telah muncul seputar industri Science.Dalam ekonomi kreatif, sistem
kreatif,yang dikendalikan oleh hukum Triple Helix menjadi payung yang
kekayaan intelektual seperti paten, hak menghubungkan antara Cendekiawan
cipta, merek, royalti dan desain. (Intellectuals), Bisnis (Business), dan
Untuk menggerakkan industry kreatif Pemerintah (Government) dalam kerangka
diperlukan beberapa faktor pendukung, bangunan ekonomi kreatif. Di mana ketiga
diantaranya arahan edukatif, memberikan helix tersebut merupakan aktor utama
penghargaan terhadap insan kreatif, serta penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu
menciptakan iklim usaha yang kondusif pengetahuan, dan teknologi yang vital bagi
(Anggraeni, 2008).Richard Florida (2004) tumbuhnya industri kreatif. Hubungan yang
meramalkan bahwa tempat-tempat dan erat, saling menunjang, dan bersimbiosis
kota-kota yang mampu menciptakan produk- mutualisme antara ke-3 aktor tersebut
produk baru inovatif dan tercepat akan dalam kaitannya dengan landasan dan pilar-
menjadi pemenang di era ekonomi kreatif. pilar model ekonomi kreatif akan
Industri kreatif di Indonesia menurut menentukan pengembangan ekonomi kreatif
Departemen Perdagangan Republik yang kokoh dan berkesinambungan.
Indonesia (2008) dapat didefinisikan
sebagai “Industri yang berasal dari 3. Metode Penelitian
pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta 3.1 Jenis Penelitian
bakat individu untuk menciptakan Coper dan Emory (2009:122)
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan mengemukakan bahwa design penelitian
melalui penciptaan dan pemanfaatan daya pada dasarnya, pertama, merupakan
kreasi dan daya cipta individu tersebut“. Sub rencana untuk memilih sumber-sumber dan
sector yang merupakan industry berbasis jenis informasi yang akan dipakai untuk
kreativitas adalah: periklanan, arsitektur, menjawab pertanyaan-pertanyaan
pasar barang seni, kerajinan, desain, penelitian. Kedua, merupakan kerangka
fesyen, video,film dan fotografi, permainan kerja untuk merinci hubungan-hubungan
interaktif, music, seni pertunjukan, antara variabel dalam kajian tersebut.
penerbitan dan percetakan, layanan Ketiga, merupakan cetak biru yang
computer dan piranti lunak, televisi dan memberikan garis dari setiap prosedur,
radio, riset dan pengembangan. mulai dari hipotesis (jika ada) sampai
Model pengembangan ekonomi kreatif yang kepada analisis data.
dikembangkan untuk Indonesia berupa Jenis data dalam penelitian ini
bangunan yang terdiri dari komponen dibedakan menjadi dua, yaitu data primer
pondasi, 5 pilar, dan atap yang dan data sekunder (Indriantoro dan
salingmenguatkan sesuai dengan(Sumber Supomo, 2002:147). Data primer berasal
Daya) ,Institution, Financial Intermediary, dari responden berupa: identifikasi usaha,
diatasnya terdapat Atap: Bangunan ekonomi problematik usaha yang dapat berupa opini
kreatif ini dipayungi oleh interaksi triple responden. Sedangkan data sekunder
657
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
diperoleh dari Kantor Disperindag Kota dan selera masyarakat terhadap produk yang
Kabupaten Malang berupa nama dan alamat dihasilkan pelaku bisnis ekonomi kreatif,
Bisnis Ekonomi Kreatif Sektor Pariwisata, diantaranya dengan pertanyaan terhadap
jenis bisnisnya, dan jumlah karyawan. Selain penjualan hasil produk usaha di wilayah
itu, juga diperoleh dari kantor dimana Bisnis Malang, di wilayah JawaTimur dan di luar
Ekonomi Kreatif Sektor Pariwisata berada, wilayah JawaTimur.
berupa profil bisnisnya dan jenis-jenis (2) problematik usaha, merupakan
kegiatannya. Teknik pengumpulan data permasalahan atau hal yang belum dapat
berupa: identifikasi usaha, problematik dipecahkan oleh pelaku ekonomi kreatif.
usaha dilakukan dengan cara pemberian Problem dari pelaku bisnis ekonomi kreatif
kuisioner, wawancara dengan responden dalam penelitian mencakup 14 butir
yang ada di daerah lokasi penelitian dan pernyataan,terdiri dari aspek pemasaran,
melakukan pengamatan langsung terhadap yang terdiri darimenjual barang secara tunai,
obyek yang diteliti untuk menyakinkan atas menjual barang secara kredit, mencatat
data yang diperoleh. Sedangkan teknik penjualan secara sederhana (manual),
pengumpulan data yang terkait dengan mencatat penjualan secara computerized.
model pendampingan pengelolaan bisnis Aspek keuangan, yang terdiri darimencatat
ekonomi kreatif sektor pariwisata dilakukan biaya secara sederhana (manual), mencatat
dengan cara melakukan pengamatan biaya secara computerized, menggunakan
langsung terhadap obyek yang diteliti. Pada pembukuan untuk mengetahui keuntungan
pelaku bisnis melalui pencatatan atau usaha, mengetahui kewajiban perpajakan,
memfoto copy atas dokumen-dokumen yang mengerti cara mengisi SPT (Surat
terkait dengan profil bisnisnya dan jenis- Pemberitahuan), melakukan pembukuan
jenis kegiatannya. Intelektual melalui secara mandiri. Aspek sumber daya
pengamatan tridharma perguruan tinggi dan manusia (SDM), yang terdiri dari memiliki
pada pemerintah melalui regulasi dan karyawan untuk membantu pembukuan,
fasilitas bagi pelaku bisnis ekonomi kreatif. memiliki karyawan untuk membantu
3.2. Definisi Operasional Variabel administrasi perpajakan.Adapun pelaku
Indriantoro dan Supomo (2002:69) bisnis menginginkan ketertiban administrasi
mengemukakan bahwa definisi operasional usaha, membutuhkan pendampingan
variabel adalah penentuan construct usaha.(3) model pendampingan merupakan
(pengukuran variabel), definisi operasional acuan atau pola pendampingan dari
variabel pengelolaan bisnis ekonomi kreatif pengelolaan ekonomi kreatif yang
dalam penelitian terdiri dari: (1) identifikasi dikembangkan untuk Indonesia berupa
usaha merupakan kegiatan untuk bangunan yang terdiri dari komponen
mengumpulkan dan mengenal tentang pondasi, pilar, diatasnya terdapat atap.
permasalahan yang dialami oleh pelaku Bangunan ekonomi kreatif ini dipayungi oleh
bisnis ekonomi kreatif, apa yang menjadi interaksi triple helix yang terdiri dari
pendukung dan penghambat pelaksanaan Intellectuals (Intelektual), Business (Bisnis),
bisnis. Dalam melakukan identifikasi usaha dan Government (Pemerintah) yang berjalan
digunakan kuisioner mencakup 15 butir terintegrasi, yaitu ketiganya saling
pernyataan, tentang kesadaran menguatkan sesuai dengan fungsinya
pengembangan Bisnis Kreatif, keterkaitan masing-masing.
pelaku bisnis ekonomi kreatif dengan Dalam setiap butir pernyataan
komunitas sesama pelaku usaha dibidang identifikasi usaha dan problematik usaha,
ekonomi kreatif, sifat otodidak dalam responden disediakan 5 alternatif jawaban,
pengembangan usaha, pengembangan yaitu untuk jawaban selalu (SL) diberi skor
usaha secara individual, pemasaran barang 5, untuk jawaban sering (SR) diberi skor 4,
secara mandiri, pengelolaan keuangan untuk jawaban kadang-kadang (KK) diberi
usaha secara mandiri, selain itu juga skor 3, untuk jawaban hampir tidak pernah
kemampuan pelaku bisnis ekonomi kreatif (HTP) diberi skor 2, dan untuk jawaban tidak
untuk memiliki tempat usaha sendiri, pernah (TP) diberi skor 1.
menjual barang untuk keperluan outdoor, Berdasarkan jawaban responden
menjual jasa penunjang pariwisata. Konteks tersebut dapat ditentukan (diukur) distribusi
sebagai produsen atau penjual frekuensi jawaban responden, sehingga
(distributor/sales) juga dijadikan tolok ukur dapat diketahui apakah pengelolaan bisnis
industry kreatif yaitu dengan membeli dari ekonomi kreatif telah dilakukan dengan baik
pihak lain barang dagangan, memproduksi (ditunjukkan dengan skor tinggi) atau
sendiri barang keperluan outdoor. Wilayah pengelolaan bisnis ekonomi kreatif telah
sebagai acuan sebagai dasar pemetaan dilakukan dengan tidak baik (ditunjukkan
658
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
dengan skor rendah). Untuk menentukan Sumber: Miles dan Huberman (1992:20)
baik tidaknya pengelolaan bisnis ekonomi Proses penelitian tersebut merujuk pada
kreatifyang dilakukan oleh manajemen, pendapat Susman (1983) dengan
menurut Tarigan (2012) ditentukan dengan mengembangkan model sebagai berikut:
formula sebagai berikut: 1) diagnosis problematika (identifikasi dan
(skor tertinggi – skor terendah) (5 -1) kodifikasi masalah), 2) rencana, tindakan,
Range = = =0,8 3) pelaksanaan (pendampingan),
banyaknya kategori jawaban 5 4) penyusunan indikator keberhasilan
(pelatihan), 5) monitoring dan evaluasi, yang
Tabel 1: Penentuan Tingkat Persepsi Responden
Rentang rata-rata skor Tingkatpersepsi
kesemua proses ini digunakan untuk
jawaban responden responden mencapai target yang sudah digariskan.
1,00 – 1,80 Sangat buruk
1,81 – 2,60 Buruk 4. Hasil Penelitian
2,61 – 3,40 Cukup baik 4.1.Identifikasi Usaha Pelaku Bisnis
3,41 – 4,20 Baik Ekonomi Kreatif Sektor Pariwisata
4,20 – 5,00 Sangat baik
Sumber: Tarigan (2012)
Dengan mengacu pada Tarigan (2012),
3.4. Analisis Data maka data skor jawaban responden
Menurut Miles dan Huberman terkaitidentifikasi usaha pelaku bisnis
(1992:15-20) langkah-langkah analisis data ekonomi kreatif sektor pariwisata dari sisi
dengan pendekatan kualitatif dijelaskan pengembangan bisnis ekonomi kreatif
sebagai berikut. memiliki skor bervariatif dari buruk sampai
1) Reduksi Data, diartikan sebagai proses dengan sangat baik.
pemilihan, pemusatan perhatian pada Adapun dari hasil jawaban responden
penyederhanaan, pengabstrakan, dan yang masuk katagori buruk dengan score
transformasi data “kasar” yang muncul dari 1,81 - 2,60 adalah Saya memproduksi
catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi sendiri barang keperluan outdoor.
data/proses transformasi ini berlanjut terus Sedangkan yang masuk katagori cukup baik
sesudah penelitian lapangan, sampai dengan score 2,61 - 3,40 adalah Saya
laporan akhir. memiliki tempat usaha sendiri; Saya
2) Penyajian Data, merupakan menyewa tempat usaha; Saya menjual
sekumpulan informasi yang disusun, barang untuk keperluan outdoor; Saya
sehingga dapat member kemungkinan menjual jasa penunjang pariwisata untuk
adanya penarikan kesimpulan dan keperluan outdoor.
pengambilan tindakan. Penyajian data dapat Berdasarkan jawaban responden yang
dilakukan dengan grafik, tabulasi, matriks, masuk katagori baik dengan score 3,41 -
jaringan, dan bagan. 4,20 adalah Saya mengembangkan usaha
3) Menarik Kesimpulan, dari pengumpulan secara individual; Saya melakukan
data, penganalisis kualitatif mulai mencari pemasaran barang secara mandiri; Saya
arti atas pola-pola, penjelasan, konfigurasi- membeli dari pihak lain barang dagangan;
konfigurasi yang mungkin, dan alur sebab- Saya menjual hasil produk usaha di wilayah
akibat. Penarikan kesimpulan, hanyalah JawaTimur; Saya menjual hasil produk
sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi usaha di luar wilayah JawaTimur.
yang utuh. Masalah yang muncul dari data Sedangkan yang masuk katagori sangat
harusdiuji kebenarannya dan kecocokannya. baik dengan score 4,20 -5,00 adalah
Jika tidak demikian, maka cita-cita yang Sebagai pemilik usaha saya
menarik mengenai sesuatu yang terjadi, mengembangkan bisnis ekonomi kreatif;
tetapi tidak jelas kebenarannya dan Saya memiliki komunitas sesama pelaku
kegunaannya. Berpijak pada tiga hal di atas usaha dibidang ekonomi kreatif; Saya
dapat diringkas dalam gambar berikut. belajar secara otodidak untuk
mengembangkan usaha; Saya melakukan
pengelolaan keuangan usaha secara
Pengum Penyajia mandiri; Saya menjual hasil produk usaha di
pulan n data wilayah Malang.
data
Secara keseluruhan dapat terlihat bahwa
pada sebagian besar responden berusaha
untuk mengembangkan bisnis ekonomi
kreatif baik secara mandiri maupun
Penarikan
Reduksi kesimpula berkelompok dan melakukan pemasaran
data n barang secara mandiri, sehingga jangkauan
pasar relatif terbatas di sekitar Malang
Gambar 1: Analisis Data DenganPendekatan Kualitatif Raya.
659
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
660
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
661
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
662