Jawaban: a. Sesuai antara kandungan bahan obat yang ada didalam sediaan dengan pernyataan tertulis pada etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan akibat kerusakan obat secara kimiawi dan sebagainya. b. Penggunaan wadah yang cocok, sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril, tetapi juga mencegah terjadinya ineraksi antara bahan obat dengan material dinding wadah. c. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. d. Bebas kuman. e. Bebas Pirogen. f. Isotonis. g. Isohidris. h. Bebas partikel melayang 2. Kenapa pada sediaan volume besar tidak boleh ditambahkan pengawet? Jawaban: Dalam sediaan infus tidak boleh ditambahkan pengawet karena infus diberikan dalam volume besar (>100ml) sekali injeksi (bolus). Dengan demikian, dengan kadar yang sama akan mengandung pengawet dengan bobot yang cukup besar yang akan melebihi jumlah maksimum penggunaan pengawet sehingga dapat menyebabkan toksisitas. 3. Apa saja komponen yang bisa ditambahkan dalam sediaan injeksi volume kecil beserta contoh eksipient dan alasan ditambahkan? Jawaban: 1) Bahan aktif 2) Bahan tambahan a. Antioksidan (untuk melindungi dari efek buruk radikal bebas) : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan sulfit adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu digunakan :Asam askorbat, Sistein, Monotiogliseril, Tokoferol. b. Bahan antimikroba atau pengawet (Hanya untuk sediaan injeksi, tidak boleh ditambahkan untuk sediaan infus) Pengawet antimikroba mutlak harus digunakan terutama pada wadah dosis ganda untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat masuk secara tidak sengaja selama atau setelah proses produksi (Depkes RI, 1995). Selain itu, penambahan pengawet antimikroba juga berfungsi untuk melindungi konsumen dari kontaminasi mikroba serta untuk mempertahankan potensi dan stabilitas dari sediaan. contoh : Benzalkonium klorida, Benzil alcohol, Klorobutanol, Metakreosol, Timerosol, Butil phidroksibenzoat, Metil p- hidroksibenzoat, Propil p-hidroksibenzoat, Fenol. c. Buffer (Hanya untuk sediaan injeksi, tidak boleh ditambahkan untuk sediaan infus) untuk mempertahankan pH contoh : Asetat, Sitrat, Fosfat. d. Bahan pengkhelat (untuk mengikat logam) : Garam etilendiamintetraasetat (EDTA). e. Gas inert (mempertahankan kadar oksigen) : Nitrogen dan Argon. f. Bahan penambah kelarutan (Kosolven) untuk membantu melarutkan atau meningkatkan stabilitias. : Etil alkohol, Gliserin, Polietilen glikol, Propilen glikol, Lecithin 4. Apa yang dimaksud dengan pirogen dan apa saja alasan harus bebas hidrogen untuk sediaan injeksi? Jawaban: Pirogen atau endotoksin adalah fragmen utama dari dinding sel bakteri yang menyebabkan reaksi fibril ketika disuntikkan. Pengertian lain dari Pirogen (bakteri endotoksin) adalah produk metabolit dari pertumbuhan mikroorganisme yang larut air, bahan panas, yang menimbulkan demam ketika diinjeksikan secara i.v pirogen tidak dapat dihancurkan melalui sterilisasi uap dan filtrasi. Alasan harus bebas hidrogen untuk sediaan injeksi karena : a. Sediaan diinjeksikan langsung kedalam aliran darah (i.v). b. Sediaan ditumpahkan pada tubuh dan daerah gigi (larutan penguras). c. Sediaan langsung berhubungan dengan darah (hemofiltrasi). d. Sediaan langsung ke dalam tubuh (dialisa peritoneal). e. Bebas dari bahan pertikulat jernih, karena dapat menyebabkan emboli. f. Dikemas dalam wadah dosis tunggal g. Tidak mengadung bahan baktersid karena volume cairan terlalu besar. h. Isotonis dan isohidris 5. Jelaskan perbedaan injeksi volume kecil dan volume besar? Jawaban: a. Larutan injeksi volume besar digunakan untuk intravena dengan dosis tunggal dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml. b. Larutan injeksi volume kecil adalah sediaan parenteral volume kecil yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100 ml atau kurang dan biasa disebut dengan injeksi. Daftar Pustaka
1. Anggraeni ayuhastati. 2016. Modul Praktikum Teknologi Sediaan Steril.
2. Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta. 3. Groves,M.J., (1989 ), Parenteral Technology Manual, Second Edition, Interpharm Press. 4. Robert Tungadi. 2017. Teknologi Sediaan Steril.