Anda di halaman 1dari 11

Kelompok 1

1. Muhammad Ridho Kurniawan (126308211051)


2. Nindy Ayu Suji Atanti (126308211057)
3. Zabina Nurul Fadila Assabil (126308211082)
4. Anisatus Sholikah (126308212095)

Kelas Psikologi Islam 4B

A. Latar Belakang
B. Pembahasan
1. Pengertian Filsafat Ilmu
Menurut para ahli ada lima pengertian filsafat ilmu yaitu sebagai berikut:
a. Plato
Suatu pengetahuan atau ilmu yang berupaya untu menjadikan pengetahuan sebagai
kebenaran yang asli karena kebenaran itu ada ditangan Tuhan atau milik Tuhan.
b. Aristoteles
Suatu ilmu yang menganut kebenaran, yang didalamnya tercantum ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, dan estetika.
c. Prof.Dr.Fuad hasan
Suatu usaha untuk berfikir yang bersifat radikal, maksutnya mulai dari radiksnya
(sumber atau dasar) suatu penyebab atau gejala, dari akarnya suatu perihal yang
hendak dipermasalahkan.
d. Immanuel kant
Suatu ilmu pokok serta pangkal seluruh ilmu pengetahuan yang mencakup untuk
persoalan yaitu:
1. Metafisika: tentang apa yang bisa kita tahu
2. Etika: tentang apa yang boleh kita kerjakan
3. Antropologi: tentang apa yang dinamakan manusia
4. Agama: tentang harapan kita sampai dimana
e. Rene descartes
Suatu ilmu alam tentang bagaimana alam bener-bener ada
f. Al-kindi
Pengetahuan tentang dasar atau intisari dari suatu hal dalam batas kemampuan
manusia, karena tujuan filsuf dalam berteori adalah pencarian kebenaran
g. Asmoro achmadi (2005:15)
Suatu ilmu yang ada pada manusia dan dibekali suatu kebijaksanaan yang memuat
nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat manusia.

Ringkasan dari beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat
ilmu mengandung pengertian yaitu gabungan dari beberapa pengetahuan yang
diperlukan dalam memahami suatu ilmu yang lain secara baik dan proposional
(seimbang).

2. Objek Kajian Filsafat Ilmu


Objek kajian filsafat ilmu ini dibagi menjadi 2, yaitu objek material dan objek
formal. Pada kedua objek ini memiliki perbedaan, namun tidak terlalu signifikan
karena ilmu itulah sebenarnya kajian yang dikaji oleh filsafat ilmu. Dibawah ini
merupakan penjelasan dari kedua objek kajian tersebut.
a. Objek material
Maksud dari objek material filsafat ilmu itu adalah pengetahuan itu sendiri.
Pengetahuan tersebut telah diuji dan disusun secara teratur (sistematis)
menggunakan metode ilmiah yang telah ditetapkan dan hasilnya bisa
dipertanggungjawabkan di kemudian hari. Pada objek material ini ada 3 gejala
yang menonjol, yakni manusia, dunia, dan akhirat, maka dari itu muncul
pengetahuan mengenai filasafat manusia (antropologi), filsafat alam (kosmologi),
serta filsafat akhirat (teologi). Dilihat dari ketiganya kita tahu bahwasanya objek
yang diteliti sudah berbeda dan terlihat tidak ada keterkaitan, namun setelah diteliti
ternyata objek kajian yang satu tidak bisa terlepas dari objek kajian yang lain.

b. Objek formal
Pada objek formal yang menjadi objek kajian adalah pengetahuan itu
sendiri, sedangkan pada objek formal yang menjadi fokus kajian adalah bagaimana
subjek mengkaji objek materialnya (pengetahuan). Objek formal filsafat ilmu ini
lebih kearah hakikat dari ilmu, yang lebih memperhatikan kepada problematika
dasar dalam suatu ilmu pengetahuan. Misalnya seperti apasih hakikat dari ilmu
pengetahuan itu ?, darimana sumber pengetahuan itu berasal?, serta apa kegunaan
ilmu pengetahuan itu di dalam kehidupan kita sehari-hari. Objek formal ini
dikatakan sebagai cabang filsafat yang sifatnya khusus, karena pembahasan yang
dikaji lebih spesisfik karena didalamnya membahas terkait landasan
pengembangan ilmu pengetahuan (ontologi, epistimologi, serta aksiologi). 1
Pengkajian yang dilakukan tentunya juga menggunakan pendekatan dan
metode yang sudah tersusun secara sistematis. Pendekatan dan metode tersebut
dapat kita bagi menjadi 3 kelompok, yakni:

a. Pendekatan deduktif, pendeketan ini nantinya akan menghasilkan metode


penelitian yang berbasis deduktif, biasanya dapat digunakan untuk melakukan
penelitian kuantitatif.
b. Pendekatan induktif, pendekatan ini nantinya akan menghasilkan metode
penelitian yang sifatnya penalaran induktif, pendekatan ini juga dapat
digunakan dalam melakukan penelitian kuantitatif.
c. Penggabungan antara pendekatan deduktif dan induktif (mix method),
pendekatan ini biasanya digunakan untuk melakukan penelitian Tindakan.
Proses yang dilakukan selama penelitian Tindakan dianalisis menggunakan
pendekatan induktif dengan cara melakukan pengamatan terhadap objek
penelitian, sedangkan hasil yang diperoleh dari penelitian Tindakan dapat
dianalisa menggunakan pendekatan deduktif.2

3. Fungsi Filsafat Ilmu


Mempelajari filsafat ilmu ini memiliki banyak fungsi yang bisa didapatkan,
dalam menjalani kehidupan, membantu menjawab berbagai macam pertanyaan dasar
dan masih banyak lagi fungsi yang didapatkan. Dikutip dari buku filsafat ilmu: suatu
kajian dalam dimensi ontologis, epistomologis, dan aksiologis (2021) oleh A.
Susanto, berikut beberapa fungsi filsafat secara luas dan mendalam yaitu:
a. Untuk membantu mendalami pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu atau asasi
manusia tentang begitu bermaknanya realitas dan lingkup tanggung jawabnya,
secara sistematis dan historis.
b. Sebagai kritik ideologi, yang artinya memiliki kemampuan menganalisis secara
terbuka dan kritis argumentasi-argumentasi agama, ideologi, dan pandangan

1
Ahmad Taufik, Nasution, Filsafat Ilmu: Hakikat Mencari Pengetahuan, ed. 1. (Yogyakarta: Penerbit
Deepublish, 2016), hlm .34.
2
Rohana, Filsafat Ilmu dan Kajiannya (Jakarta: Samudra Alif-Mim, 2021), hlm. 3.
dunia. Dengan kata lain, mampu mendeteksi berbagai masalah dalam lingkup
kehidupan.
c. Sebagai dasar yang paling luas untuk turut berpartisipasi secara kritis dalam
kehidupan berbasis intelektual pada umumnya dan terkhususnya di lingkungan
akademis.
d. Merupakan dasar metodis dan berwawasan secara mendalam dan kritis, agar
saat menghadapi kita lebih bisa berfikir secara rasional dan bersikap lebih
netral.
e. Memberikan wawasan yang lebih luas dan mampu memberikan kemampuan
analitis serta kritis tajam untuk bergaulat dengan berbagai masalah intelektual,
spiritual dan ideologis.
f. Memberikan sebuah pengertian tentang bagaimana cara hidup, pandangan hidup
dan pandangan dunia.
g. Memberikan ajaran terbaik tentang bagaimana bermoral dan beretika yang
berguna dalam kehidupan.
h. Menurut Agraha Suhandi (1989) Menjadikan filsafat sebagai sember dari
inspirasi dan pedoman untuk kehidupannya sendiri, yang mencangkup ekonomi,
politik, hukum dan lain sebagainya.
i. Sedangkan Ismaun (2001) menjelaskan bahwa fungsi dari filsafat ilmu adalah
untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagai konsep serta
teori sesuatu kedisiplinan ilmu dan dapat membekali kemampuan yang
bertujuan untuk membangun teori ilmiah.

Dalam pandangan islam, filsafat ilmu memiliki banyak fungsi diantaranya


adalah:

a. Sarana paling utama menuju taqwa


Urgensi ilmu dalam kehidupan seorang mukmin yang bertaqwa merupakan hal
yang tidak dapat disangkal. Karena ketaqwaan itu sendiri sangat identik dengan
suatu kemampuan untuk merealisasikan ilmu yang benar-benar bersumber dari
Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman salafulah umah (umat
terdahulu).
b. Amalan yang tidak terputus pahalanya
Pada dasarnya ilmu merupakan sesuatu yang paling berharga bagi setiap
muslim, sebab ilmu dapat memelihara pemiliknya dan merupakan beban
bawaan yang tidak terlalu berat, bahkan akan semakin bertambah apabila
diberikan dan selalu diamalkan, serta merupakan amalan yang akan tetap
mengalir pahalanya meskipun telah wafat.
c. Pondasi utama sebelum berkata dan beramal
Ilmu memiliki kedudukan yang penting dalam agama islam, oleh karena itu ahli
sunnah wal jama’ah menjadikan ilmu sebagai suatu pondasi paling utama
sebelum berkata-kata dan beramal.

Fungsi filsafat yaitu sebagai pemberi nilai terhadap perkembangan ilmu. Hal
ini tentu pernah dijelaskan oleh seorang aksiologi ilmu yang menitik tolakkan pada
pengembangan ilmu yang bersikap etis serta harus dikembangkan oleh seorang
ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini dengan
kebenarannya, sehingga suatu saat aktivitas ilmiah senantiasa dikaitkan dengan
berbagai ideologi, kepercayaan yang dianut oleh masyarakat atau bangsa tempat ilmu
itu ditumbuh kembangkan.

Filsafat ilmu sebagai sarana untuk menguji penalaran ilmiah, sehingga orang
akan memiliki pikiran yang kritis terhadap kegiatan ilmiah. Yang artinya, seorang
ilmuwan muslim dituntun harus mempunyai sikap kritis terhadap bidang ilmunya,
sehingga dapat menjauhkan diri dari sikap arogansi yaitu, menganggap bahwa hanya
pendapatnya saja yang benar menurutnya.

Filsafat ilmu merupakan usaha yang merefleksi, menguji, mengkritik asumsi


dan metode keilmuwan. Karena kecenderungan yang terjadi dikalangan ilmuwan
modern adalah menerapkan suatu metode ilmiah tanpa sesekali memperhatikan
struktur ilmu itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan adalah menerapkan metode
ilmiah atau nampak cocok dengan struktur ilmu pengetahuan, bukan sebaliknya.
Metode hanyalah sarana untuk berfikir, bukan merupakan suatu hakekat ilmu.

Filsafat ilmu diperlukan kehadirannya ditengah perkembangan islamisasi ilmu


pengetahuan yang ditandai dengan semakin menajamnya spisialisasi ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, dengan mempelajari filsafat ilmu, maka ilmuwan-
ilmuwan muslim akan bisa menyadari akan keterbatasan dirinya dan tidak
terperangkap dalam sikap arogansi intelektual. Hal yang penting adalah diperlukannya
sikap keterbukaan diri dikalangan ilmuwan muslim, sehingga mereka dapat saling
menyapa dan mengarahkan semua potensi keilmuwan yang dimilikinya untuk
kepentingan umat manusia.

Selain itu ada beberapa fungsi yang perlu diketahui yaitu:

a. Mendalami berbagai unsur-unsur pokok dari ilmu, sehingga secara keseluruhan


kita bisa memahami sumber,hakikat dan fungsi dari filsafat ilmu tersebut.
b. Memahami tentang sejarah dari pertumbuhan, perkembangan serta kemajuan
filsafat ilmu dari berbagai bidang, agar kita mendapatkan suatu gambaran tentang
proses ilmu secara historis.3

Fungsi filsafat pada umumnya dapat menjadikan manusia untuk lebih


bijaksana. Bijaksana disini artinya adalah mecoba memahami dan menerima sesuatu
yang ada pada sisi mana saja pemikiran itu disimpulkan. Memahami serta menerima
suatu apapun yang ada dari sisi mana keadaan itu ada. Berpikir dan memikirkan
sesuatu itu merupakan nikmat yang begitu luar biasa sehingga filsafat diberikan
predikat sebagai keinginan yang berharga.4

4. Ilmu dalam Kerangka Filosofis


Pengetahuan diawali dengan seseorang ingin tahu terhadap suatu hal, sesuatu
yang pasti dimulai dengan adanya keraguan, sedangkan filsafat bermula dari
keduanya. Berfilsafat mendorong kita untuk mengetahui apa yang sudah kita ketahui
dan apa yang belum kita ketahui. Berfilsafat yakni sikap kita rendah hati dengan
menyadari bahwa semuanya yang kita ketahui masihlah sangat jauh yang seolah tidak
terbatas. Demikian juga berfilsafat yang berarti mengoreksi diri, semacam keberanian
untuk berkata jujur apa adanya, seberapa jauh kebenaran yang telah kita jangkau
Tidak jarang kita menjumpai seseorang yang memandang rendah orang lain
dalam bidang pengetahuan. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan pengetahuan
filsafatnya, sehingga a jika tidak keluar dari disiplin keilmuwan yang dikuasai untuk
terbang ke angkasa pengetahuan yang bertebaran, bagaikan katak dalam tempurung.
Karena, kata Socrates, “Yang saya tahu, bahwa saya tidak tahu apa-apa.”
Ilmu dengan segala kedewasaanya tidak bisa lepas dari filsafat, demikian
halnya filsafat, sehingga filsafat disebut induknya ilmu pengetahuan. Didalam

3
Rohana, Op.Cit., h.27.
4
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu (Bogor: IPB Press, 2016), hlm. 6.
perkembangannya, masing-masing ilmu pengetahuan memisahkan diri dari filsafat.
Sebagai induknya ilmu pengetahuan maka filsafat menjadi dasar, perangkai serta
pemersatu, dikarenakan setiap cabang ilmu pengetahuan apabila sampai menemukan
masalah yang fundamental maka akan kembali kepada filsafat.
Setiap ilmu memiliki konsep dan asumsi yang bagi ilmu sendiri tidak perlu
dipersoalkan. Konsep dan ilmu diterima begitu saja tanpa adanya dinilai dan dikritik.
Terhadap ilmu-ilmu khusus, filsafat ilmu secara kritis menganalisa konsep daran dan
memerikasa asumsi dari ilmu yang berguna memperoleh arti dan validitasnya. Jika
konsep ilmu tidak dikuatkan, maka hasil yang dicapai oleh ilmu tidak memiliki
landasan yang kuat.
Didalam perjalanannya, filsafat telah berkembang sedemikian rupa, sehingga
saat ini banyak bermunculan cabang baru dari filsafat yang merupakan mendalami
lebih lanjut dari ilmu pengetahuan, semisal: filsafat arsitektur,filsafat matematik, dll.
Kondisi inilah yang mengakibatkan posisi filsafat yang semula sebagai induk ilmu
pengetahuan berubah menjadi penghubung di antara segala ilmu pengetahuan.
Dengan demikian,sesungguhnya filsafat adalah sebagai system inter-disipliner, atau
penghubung antar ilmu-ilmu yang lain dan menjadi tempat bertemunya bagi cabang-
cabang ilmu pengetahuan.
Interaksi antara ilmu dan filsafat juga mengaitkan suatu tujuan yang lebih jauh
dan terarah. Filsfat juga berusah untuk mengatur hasil dari berbagai ilmu khusus ke
dalam suatu sudut pandang hidup dan sudut pandang yang terintegrasi, menyeluruh
dan konsisten. Secara menyeluruh yang berarti tidak ada satu bidang yang berada
diluar jangkauan filsafat. Secara konsisten berarti uraian kefilsafatan tidak Menyusun
pendapat yang kondradiktif, dan filsafat berusaha untuk Menyusun sudut pandang yan
terintegrasi dalam menjelaskan suatu hal.

Kedudukan filsafat dan hubungannya dengan ilmu pengetahuan sebagai berikut:

a. Filsafat memiliki tujuan untuk memahami hakikat dari suatu objek yang menjadi
kajiannya tetap dipertahankan, tetepai juga informasi atau pengetahuan yang
menunjangnya harus bisa dipertanggung jawabkan tidak hanyak secara logis,
akan tetapi juga secara factual (dialami langsung dalam kehidupan). Oleh karena
itu, filsafat harus mengadakan hubungan dengan ilmu pengetahuan, mengambil
banyak informasi atau teori-teori terbaru dari ilmu pengetahuan dan
mengembangkannya secara filsafati.
b. Filsafat juga bertujuan untuk mempertanyakan nilai dari suatu objek (aksiologi)
tetap dipertahankan. Hal ini dilakukan filsafat terhadap ilmu pengetahuan.
Akibatnya, temuan ilmua yang dinilai tidak sesuai dengan nilai kemanusiaan (dan
juga ketuhanan), diberi kritik atau dikoreksi, seperti masalah kloning dan
euthanasia. Filsafat memberikan evaluasi dan kritik terhadap dampak moral dan
kemanusiaan kedua masalah tersebut bagi hidup manusia.
c. Filsafat juga melakukan kajian dan kritikan terhadap persoalan-persoalan
metodologi ilmu pengetahuan. Kritik filsafat atas kinerja dan metodologi ilmu
pengetahuan pada prinsipnya juga menguntukan ilmu pengetahuan, dikarenakan
dapat menjernihkan dan membuat ilmu pengetahuan lebih sempurna.

Ada empat macam pembagian pengetahuan manusia menurut tingkatnya sebagai


berikut:

a. Pengetahuan biasa atau pengetahuan pra-ilmiah, yakni pengetahuan yang mencul


disebabkan adanya suatu kegiatan akal sehat manusia yang ditujukan kepada
kejadian sehari-hari. Misalnya pengetahuan tentang terjadinya siang dan malam,
semua pengetahuan ini bisa terjadi melalu pencerapan panca indra yang baik
disengaja maupun tidak.
b. Pengetahuan ilmiah atau ilmu (scince), yaitu pengetahuan yang sudah memenuhi
syarat tertentu, yaitu :memiliki objek, memiliki metode, memiliki system, dan
bersifat universal.
c. Pengetahuan kefilsafatan atau berfilsafat, yakni pengetahuan manusia yang
berisikan tentang hakikat ataupun esensi, sifat dasar objeknya yang memiliki ciri-
ciri dekriptif, kritik atau analitik, evaluatik dan normative, spekulatif dan
sistematik.
d. Pengetahuan keagamaan, yakni pengetahuan manusia yang didapatkan melalui
keyakinan, sehingga memiliki sifat dogmatic. Pengetahuan keagamaan itu
memiliki titik tolak dari ajaran wahyu maupun hal-hal yang bersifat religious.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa hubungan antara pengetahuan


biasa, pengetahuan ilmiah, filsafat dan agama berhubungan sangat erat. Pengetahuan
adalah hasil yang didapat seseorang yang mengetahui tentang suatu hal, misalnya
pengetahuan emosi dan lain sebagainya. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
telah memenuhi empat syarat ilmiah, seperti yang dijabarkan diatas. Filsafat adalah
pendalaman lebih lanjut dari ilmu pengetahuan, terutama mengenai berbagai macam
masalah yang fundamental dan memiliki tujuan ingin dicapai oleh ilmu pengetahuan

C. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Filsafat ilmu mengandung pengertian yaitu gabungan dari beberapa pengetahuan
yang diperlukan dalam memahami suatu ilmu yang lain secara baik dan
proposional (seimbang). Selain itu filsafat ilmu merupakan Suatu ilmu yang ada
pada manusia dan dibekali suatu kebijaksanaan yang memuat nilai kehidupan
yang sangat diperlukan oleh umat manusia.
2. Objek kajian filsafat ilmu ini dibagi menjadi 2, yaitu objek material dan objek
formal. Pada kedua objek ini memiliki perbedaan, namun tidak terlalu signifikan
karena ilmu itulah sebenarnya kajian yang dikaji oleh filsafat ilmu. Objek
material filsafat ilmu itu adalah pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan tersebut
telah diuji dan disusun secara teratur (sistematis) menggunakan metode ilmiah
yang telah ditetapkan dan hasilnya bisa dipertanggungjawabkan di kemudian hari.
Pada objek material ini ada 3 gejala yang menonjol, yakni manusia, dunia, dan
akhirat. Sedangkan yang menjadi objek kajian adalah pengetahuan itu sendiri,
sedangkan pada objek formal yang menjadi fokus kajian adalah bagaimana
subjek mengkaji objek materialnya (pengetahuan). Objek formal filsafat ilmu ini
lebih kearah hakikat dari ilmu, yang lebih memperhatikan kepada problematika
dasar dalam suatu ilmu pengetahuan. Pengkajian yang dilakukan tentunya juga
menggunakan pendekatan dan metode yang sudah tersusun secara sistematis.
Pendekatan dan metode tersebut dapat kita bagi menjadi 3 kelompok, yakni:
pendekatan deduktif, induktif dan Penggabungan antara pendekatan deduktif dan
induktif (mix method), pendekatan ini biasanya digunakan untuk melakukan
penelitian Tindakan.
3. Mempelajari filsafat ilmu ini memiliki banyak fungsi yang bisa didapatkan yaitu:
Untuk membantu mendalami pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu atau asasi
manusia, Sebagai kritik ideologi, yang artinya memiliki kemampuan
menganalisis secara terbuka dan kritis, Memberikan wawasan yang lebih luas dan
mampu memberikan kemampuan analitis serta kritis tajam untuk bergaulat
dengan berbagai masalah intelektual, spiritual dan ideologis, serta Memberikan
ajaran terbaik tentang bagaimana bermoral dan beretika yang berguna dalam
kehidupan.
4. Berfilsafat mendorong kita untuk mengetahui apa yang sudah kita ketahui dan
apa yang belum kita ketahui. Berfilsafat yakni sikap kita rendah hati dengan
menyadari bahwa semuanya yang kita ketahui masihlah sangat jauh yang seolah
tidak terbatas. Demikian juga berfilsafat yang berarti mengoreksi diri, semacam
keberanian untuk berkata jujur apa adanya, seberapa jauh kebenaran yang telah
kita jangkau. Didalam perjalanannya, filsafat telah berkembang sedemikian rupa,
sehingga saat ini banyak bermunculan cabang baru dari filsafat yang merupakan
mendalami lebih lanjut dari ilmu pengetahuan, semisal: filsafat arsitektur,filsafat
matematik, dll. Interaksi antara ilmu dan filsafat juga mengaitkan suatu tujuan
yang lebih jauh dan terarah. Ada empat macam pembagian pengetahuan manusia
menurut tingkatnya sebagai berikut: Pengetahuan biasa atau pengetahuan pra-
ilmiah, Pengetahuan ilmiah atau ilmu (scince), Pengetahuan kefilsafatan atau
berfilsafat, dan Pengetahuan keagamaan.

D. Daftar Pustaka
Achmadi, Asmoro. (2005). Filsafat umum, Depok : Raja Grafindo Persada

Chalik, Abdul. (2015). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.

Mustansyir, Rizal. (2002). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Nasution, A.T. (2016). Filsafat ilmu: hakikat mencari pengetahuan. Yogyakarta:


Penerbit Deepublish.

Rehayati, Rina. (2017). Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan. Riau: CV Asa Riau.

Rohana. (2021). Filsafat Ilmu dan Kajiannya. Makassar: Samudra Alif-Mim.

Salam, Burhanudin. (2009). Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.

Suaedi. (2016). Pegantar ilmu filsafat. Kampus IPB Press Taman Kencana. Bogor:
Indonesia.

Susanto A. (2011). Filsafat Ilmu : sesuatu kajian Dalam Dimensi Ontologis,


Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.
Susanto, A. (2019). Filsafat Ilmu : suatu kajian dalam dimensi ontologis, epistemologis,
dan aksiologis. Jakarta : Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai