Artikel Debat Han
Artikel Debat Han
Disusun Oleh :
Kelas : B
Menurut Friedrich Julius Stahl (dalam Siti Soetami, 2005: 9) bahwa di negara hukum
segala perbuatan yang merugikan setiap orang ataupun hak-hak setiap orang dapat diawasi
pengadilan, sedangkan peninjauan kembali dapat disalurkan melalui Pengadilan Tata Usaha
Negara. Dalam hal ini, Peradilan Tata Usaha Negara merupakan sarana control on the
administration. Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 menyebutkan bahwa:
”Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa Tata
Usaha Negara”. Dengan demikian, maka wewenang PTUN dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Memeriksa,
2. Memutus, dan
1. Makhamah Agung, sebagai pengadilan tertinggi dalam kekuasaan kehakiman, yang berfungsi
untuk memeriksa di tingkat kasasi perkara yang telah diputus oleh
pengadilan ditingkat bawahnya. Mahkamah Agung mempunyai tempat
kedudukan di Ibu Kota Negara Indonesia, yaitu Jakarta.
2. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, mempunyai tugas sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 51 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986.
3. Pengadilan Tata Usaha Negara, pengadilan yang berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara di tingkat pertama. Pengadilan Tata Usaha Negara
berkedudukan di tingkat kabupaten, namun belum semua kabupaten di Indonesia memiliki
Pengadilan Tata Usaha Negara. Pengadilan Tata Usaha Negara dibentuk berdasarkan Kepres
Nomor 52 Tahun 1990. Tugas PTUN yang disebutkan dalam UU Nomor 5 Tahun 1986, yaitu :
1. Memeriksa dan memutus di tingkat banding terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara.
2. Memeriksa, memutus dan menyelesaikan pada tingkat pertama terhadap Sengketa Tata Usaha
Negara yang telah menempuh upaya administrasi berupa banding administrasi atau keberatan
dan banding administrasi (Pasal 48 dan Surat Edaran MA Nomor 2 Tahun 1991).
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, dalam pelaksanaan Pemilu KPUD sesuai
tingkatannya, tentu mempunyai kewajiban. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2007 Pasal 10 Ayat
(4) mengatur kewajiban KPU Kabupaten/Kota dalam Pemilu Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden, dan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
sebagai berikut :
a. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu dengan tepat waktu;
b. Memperlakukan peserta Pemilu dan pasangan calon secara adil dan setara;
c. Menyampaikan semua informasi penyelenggaraan Pemilu kepada masyarakat;
d. Melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.
e. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban semua kegiatan penyelenggaraan Pemilu
kepada KPU melalui KPU Propinsi
f. Memelihara arsip dan dokumen Pemilu serta mengelola barang inventaris KPU
Kabupaten/Kota berdasarkan peraturan perundang-undangan;
g. Menyampaikan laporan periodik mengenai tahapan penyelenggaraan Pemilu kepada KPU
dan KPU Provinsi serta menyampaikan tembusannya kepada Bawaslu;
h. Membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPU Kabupaten/Kota dan
ditandatangani oleh ketua dan anggota KPU Kabupaten/Kota;
i. Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh KPU dan KPU Provinsi; dan
melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.
C. FAKTA EMPIRIS
1. SIDOARJO (27/11/2012).
Massa pendukung calon bupati Pamekasan Achmad Syafii dan Khalil Asy'ari,
mendatangi kantor Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Surabaya, di jalan Letjen Sutoyo,
Medaeng, Waru Sidoarjo. Mereka memberikan dukungan kasus sengketa Pilkada 2013 yang ada
di Kabupaten Pamekasan. Massa yang menamakan Koalisi Masyarakat dan Mahasiswa
Pamekasan (KOMPAS), menuding KPUD Pamekasan diduga berkonspirasi dengan pasangan
incumbent Bupati Pamekasan Kholilurahman dengan pasangannya. "Panwas merekomendasikan
pasangan incumbent. Tapi mendiskualifisikan Achmad Syafii berpasangan dengan Khalil
Asy'ari, yang mencalonkan diri sebagai Bupati Pamekasan periode 2013-2018," kata Hanafi,
salah seorang pendukung Achmad Syafii dan Khalil Asy'ari, kepada detiksurabaya.com, Selasa
(27/11/2012).
Tidak hanya itu, lanjut Hanafi, KPUD juga mencabut penetapan calon bupati pamekasan.
Dan justru kini membuka pendaftaran baru untuk para calon yang mau maju sebagai bupati
periode 2013-2018. Tapi, pendukung dari mantan Bupati Pamekasan Achmad Syafi’i dan Khalil
Asy'ari (ASRI) dari partai Demokrat, PPP, PKS dan Hanura cukup menyesalkan sikap Panwaslu
Pamekasan.
Dinilai tidak fair dalam pendaftaran calon bupati pamekasan saat ini karena, pasangan
Kholilurahman dengan pasangannya saat ini Masduki yang tidak mempunyai ijazah bisa
meloloskannya jadi calon incumbent. "Pasangan incumbent tidak mempunyai ijazah, justru
diloloskan untuk maju kembalimencalonkan bupati pamekasan periode 2013-2018. Tapi yang
mempunyai ijazah yakni Achmad
Syafii dan Khalil Asy'ari, justru didiskualifikasi. Lantaran nama Khalil tidak sesuai
dengan yang ada di ijazah mulai tingkat MI, MTS dan MA bernama Halil," terang koordinator
KOMPAS.
Namun, nama tersebut sudah diganti, masih kata Hanafi, setelah Halil maju mencalonkan diri
sebagai legislative jadi Khalil Asy’ari yang kini jadi ketua DPRD kabupaten Pamekasan. Dan
sudah dinonaktifkan untuk maju mencalonkan diri sebagai wakil bupati berpasangan dengan
Achmad Syafi’i.
"Makanya dengan ketidak fairnya dalam pemilihan kepala daerah Pamekasan, masyarakat dari
pendukung Achmad Syafii dan Khalil Asy'ari menggugat KPUD Pamekasan ke PTUN
Surabaya," tandasnya. Secara terpisah, M. Sholeh kuasa hukum dari pasangan Achmad Syafii
dan Khalil Asy'ari yang sudah mengajukan gugatan terhadap KPUD Pamekasan di PTUN
Surabaya, meminta agar bersikap adil. Karena, kliennya itu mempunyai ijazah yang asli dan
dikeluarkan oleh Kanwil Departemen Agama Jatim waktu itu. "Makanya kita menggugat KPUD
Pamekasan ke PTUN dengan nomor 144/G/2012/PTUN.Sby. yang isinya dan intinya agar PTUN
Surabaya meloloskan pasangan Achmad Syafii dan Khalil Asy'ari," kata M. Sholeh singkat
kepada detiksurabaya.com. (bdh/bdh) Selasa, 27/11/2012 13:55 WIB
ANALISIS
A. Pernyataan Pro
Surat edaran yang berkaitan dengan sengketa keputusan yang di buat oleh KPU / KPUD
yaitu SEMA No.7 Tahun 2010. SEMA yang berjudul “Petunjuk Teknis Sengketa Mengenai
Pemilihan Umum Kepala Daerah” itu membolehkan Keputusan KPU digugat ke Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN). Hal ini kembali menenkan bahwa PTUN sebagai Pengadilan yang
berhak untuk menyelesaikan dan memeriksa sengketa keputusan yang dibuat oleh KPU / KPUD
ini yang sebagaimana telah ditegasan dalam Pasal 50 Jo. Pasal 1 angka 4 UU No. 5 tahun 1986
Jo. UU No. 9 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa salah satu tugas dan wewenang PTUN adalah
menyelesaikan sengketa dari bidang hukum TUN antara orang atau badan hukum perdata
(anggota masyarakat) dengan Badan atau Pejabat TUN (pemerintah) baik dipusat maupun
didaerah yang salah satunya adalah KPU / KPUD. Dalam hal ini perlu dibedakan dengan tegas
antara dua jenis kelompok keputusan, yaitu keputusan-keputusan yang berkaitan dengan tahap
persiapan penyelenggaraan pilkada, dan di lain pihak keputusan-keputusan yang berisi mengenai
hasil pemilihan umum.
Keputusan KPU Daerah pada tahap persiapan adalah tahap pendaftaran pemilih, tahap
pencalonan peserta, tahap masa kampanye dan sebagainya. Keputusan KPU Daerah pada tahap-
tahap seperti ini –di luar tahap hasil pemilihan umum yang bisa digugat ke PTUN.
“Hal ini disebabkan karena keputusan tersebut berada di luar jangkauan pengecualian
sebagaimana dimaksud Pasal 2 huruf G UU PTUN,” demikian bunyi SEMA tersebut.
Dalam prakteknya, banyak Putusan PTUN yang membatalkan Keputusan yang dibuat oleh KPU
baik pusat maupun daerah. Karenanya, dengan terbitnya SEMA tentang pemilukada yang
teranyar ini SEMA No.7 tahun 2010 tentu memberikan kepastian bagi pencari keadilan untuk
mempersoalkan setiap tahapan pemilukada.
Selain membolehkan Keputusan KPU digugat ke PTUN, MA juga menginstruksikan agar
pemeriksaan sengketa tata usaha negara terhadap Keputusan KPUD dapat menjadi prioritas
dengan mempercepat proses penyelesaiannya.
Dengan ini, kelompok kami menyatakan Pro (setuju) apabila Sengketa yang terjadi
disebabkan oleh keputusan hasil KPU / KPUD di selesaikan oleh PTUN. Karena didasarkan pada
Pasal 50 Jo. Pasal 1 angka 4 UU No. 5 tahun 1986 Jo. UU No. 9 Tahun 2004 yang menyatakan
bahwa salah satu tugas dan wewenang PTUN adalah menyelesaikan sengketa dari bidang hukum
TUN antara orang atau badan hukum perdata (anggota masyarakat) dengan Badan atau Pejabat
TUN (pemerintah) baik dipusat maupun didaerah yang salah satunya adalah KPU / KPUD, dan
juga PTUN berhak menyelesaikan sengketa yang terjadi dalam proses pemilihan umum .
B. Pernyatan Kontra
MA menyatakan Pasal 2 huruf G UU No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
yang telah diubah dengan UU No. 51 Tahun 2009 (UU PTUN) memang secara tersirat
menyebutkan ‘Keputusan-keputusan atau ketetapan-ketetapan KPU baik di tingkat pusat
maupun daerah mengenai hasil pemilihan umum, tidak dapat digugat di PTUN’.
Namun MA menegaskan yang dimaksud pasal tersebut adalah tahapan setelah pemungutan
suara dilakukan yakni terkait ‘hasil pemilihan umum’. Artinya, PTUN tak boleh menerima
gugatan terkait hasil pemilihan umum kepala daerah (pemilukada). Sekedar informasi, sengketa
hasil pemilukada memang merupakan kewenangan Mahkamah Konstitusi (MK).
Berdasarkan ketetapan sebelumnya, MA pernah mengeluarkan SEMA yang juga menjadi
petunjuk teknis pelaksanaan pilkada yaitu dengan dikeluarkannya SEMA No.8 Tahun 2005.
Dalam SEMA ini, MA justru menegaskan bahwa Keputusan KPU pusat dan daerah dalam setiap
tahapan pemilukada tak bisa digugat ke PTUN. Alasan MA kala itu adalah agar tahapan
pemilukada tidak terganggu.
Dalam 5 tahun terakhir , MK sudah menerima 549 Gugatan sengketa HASIL Perselisihan
Pemilu , Artinya hampir semua pelaksanaan pemilukada berujung gugatan di MK. Peran MK
sebagai lembaga negara yang mempunyai kewajiban menjaga tegaknya konstitusi dan demokrasi
semakin penting. Berdasarkan Pasal 24c ayat 1 UUD 1945 dan Pasal 10 ayat 1 huruf d, undang
undang no 24 tahun 2003 tentang mahkamah konstitusi jis undang undang no 12 tahun 2008
tentang perubahan kedua atas undang undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,
salah satu kewenangan konstitusional MK adalah memutus perselisihan HASIL pemilihan umum
dan Pilkada.
C. UNSUR YANG MENYATAKAN SAH ATAU TIDAKNYA KPU UNTUK
MEMENUHI KETETAPAN PEMERINTAH
Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan
Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan
Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum,
dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas kewenangan
sebagai berikut :
Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 terdapat tambahan huruf :
1. tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun
1999 tentang Pemilihan Umum.