Jiptummpp GDL Riskalinda 43378 2 Babi
Jiptummpp GDL Riskalinda 43378 2 Babi
PENDAHULUAN
heritage) dan salah satu bentuk pusaka budaya yang hingga saat ini masih
memiliki pewaris aktif (active bearers) adalah upacara adat atau upacara
tradisional. Upacara adat atau upacara tradisional adalah sebuah laku atau
perbuatan dan tuturan tertentu yang dijalankan oleh komunitas tertentu, dan tradisi
atau solusi terhadap masalah yang membelit para pelaku dan pendukung upacara.1
Upacara adat atau upacara tradisional yang masih dilestarikan dan masih
ada hinga saat ini yaitu salah satunya di Jawa Timur tepatnya di Desa Mojorejo
Bojonegoro ini dilaksanakan satu tahun sekali sebelum bulan ramadhan atau
1
Sutarto, Ayu. 2013. Upacara Tradisional, Kohesi Social, dan Bengunan Kebangsaan
1
Tabel 1: Penanggalan Jawa2
dengan nyadran atau nydranan yaitu upacara yang dipersembahkan untuk sang
pencipta kehidupan dan juga nenek moyang karena telah melimpahkan kesehatan
dan hasil panen yang bagus. Karena mayoritas penduduk Kabupaten Bojonegoro
bermata pencaharian sebagai petani maka bentuk pengaplikasian rasa syukur para
petani karena telah diberi keberhasilan dalam panen padi yaitu dengan
mengadakan upacara adat atau nyadranan tersebut. Tradisi nyadran menjadi daya
tarik tersendiri bagi masyarakat, karena kegiatan ini sangat ditunggu-tunggu oleh
seluruh warga, nyadranan selain menjadi upacara adat tradisional yaitu menjadi
2
Lihat skripsi, Satriadi, Fredian, Lega. 2014. Pemaknaan Masyarakat Nelayan Terhadap Larung
Sembonyo. UMM
2
kegiatan untuk saling berkumpul dengan keluarga dan tetangga untuk menjalin
(sendang ndhangar) atau kerja bakti, perziarahan, dan berpuncak pada kenduri
syukur yang diberikan kepada alam dan nenek moyang ini dengan dilakukannya
pembersihan sendang ndhangar dan makam desa, para warga datang ke tempat
yang nantinya akan dimakan bersama dengan semua warga desa. Ambeng yang
dibawa berisikan beras yang yang menjadi nasi, sayur-sayuran, telur dan ayam
yang menjadi lauk, beras ataupun lauk pauk yang dibawa dan digunakan untuk
tumpeng tersebut merupakan hasil panen yang ditanan oleh warga Desa Mojorejo
karena acara nyadran ini dihadiri oleh seluruh warga desa dan berkumpul pada
satu tempat di adakanya acara tersebut dan membawa makanan yang nantinya
wayang dan sinden atau masyarakat menyebutnya dengan sinder sebagai bentuk
3
Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk
yang sama.3 Dalam Kamus Bahasa Indonesia, tradisi adalah adat kebiasaan turun-
temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.4 Jadi
Nyadran berasal dari kata sodrun yang artinya dada atau hati. Makna
nyadran dalam hal ini adalah bahwa masyarakat membersihkan hati mereka
menjelang bulan Ramadhan. Makna lainnya nyadran yaitu sadran bersal dari kata
sudra sehingga nyadran berarti menyudra menjadi sadra atau berkumpul dengan
adalah sama5.
Nyadran disebut juga dengan sedekah bumi, pada umumnya daerah Jawa,
termasuk Jawa Timur ada dan melaksanakan tradisi semacam ini dengan makna
Bojonegoro saja contohnya di Kecamatan Suko Sewu nama dari tradisi ini yaitu
lokasi penelitian yaitu disebut dengan nyadran dari proses pelaksanaanya dan
Pelaksanaan nyadran ada dua lokasi yang digunakan untuk upacara sakral
ini, yaitu di makam atau masyarakat menyebutnya dengan kuburan desa dan di
sendang, nama dari sendang tersebut yakni sendang ndhangar, acara tersebut
3
Soejono Soekamto. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Cv. Rajawali. Jakarta. Hlm 13
4
Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka. Jakarta. Hlm 1208.
5
Anonim.Http://Mujibur, Rohman. Blogspot.Com. 2010. Nyadran-Agus-Jogjatrip-Html.
4
tidak berlangsung secara bebarengan pada hari yang sama namun berjarak satu
minggu. Bukan hanya lokasi dan waktu pelaksaan saja yang berbeda antara
Keunikan yang menonjol dari nyadran yang ada di Desa Mojorejo ini
ialah pada saat makan bersama, yang mana pada zaman dulu di desa tersebut
terjadi sebuah perseteruan antara warga Desa Mojorejo dengan Dusun Mojopangi
yang mana dari pihak Mojorejo yakni yang bernama Bunari menolak upacara
satu hal yang menentang agama islam atau syirik, sedangkan dari pihak Dusun
Mojopangi yang bernama Sipur ingin tetap menjaga tradisi ini sebagai bentuk rasa
Mojorejo dengan Dusun Mojopangi terutama Burnari dan Sipur yang bebeda
pendapat di kala itu, saat acara nyadran dimulai dan semua ambeng sudah
beri satu nampan ambeng6 untuk dimakan bersama,Inilah salah satu bentuk dari
6
Ambeng menurut Mbah Wo selaku orang yang dituakan di Desa Mojorejo yakni sebuah nampan
yang berisikan nasi dengan lauk ayam,telur,sayur hasil kebun warga atau apa saja yang
bisa dibawa untuk makan bersama, ambeng lebih sederhana dibandingkan tumpeng
karena ambeng ialah makanan sederhana yang tidak menuntut warga harus membawa
makanan secara besar, apapun yang dimiliki yang bisa dinikmati bersama (hasil
wawancara, 03.02.2015)
5
Prosesi yang dilakukan dalam mempersiapkan nyadran hingga selesainya
kurang lebih tahun 30an. Keunikan dari nyadran Desa Mojorejo selain menjalin
kedekatan antar warga, nyadran Desa Mojorejo tetap menggunakan konsep acara
yang sama setiap tahunnya dan seterusnya sesuai dengan awalnya terbentuknya
nyadran, mulai dari persiapan nyadran, prosesi nyadran, apa saja yang perlu
Semua warga bisa hadir di acara nyadran ini semua bisa menikmati makan
bersama dan menikmati tari-tarian serta kisah perwayangan yang diceritakan oleh
dalang. Tidak hanya warga asli desa saja yang boleh mengikuti acara ini namun
semua orang dari desa manapun bisa ikut serta dalam kemeriahan acara yang
penuh ceria, tawa namun tetap tidak jauh dari arti upacara nyadran tersebut.
Zaman dulu, nyadran di Desa Mojorejo menjadi satu hal yang sakral dan
banyak ditunggu oleh semua warga, nyadran sebagai alat untuk memupuk rasa
kebersamaan antara individu satu dengan yang lain. Nyadran pada zaman dulu
masyarakat percaya akan arwah nenek moyang yang sudah meninggal tetap biasa
nyadran yaitu salah satunya membangun kedekatan antar warga, agar tidak terjadi
perselisihan dan dapat melakukan kegiatan secara gotong royong dan saling
membantu.
6
Seiring berkembangnya zaman, ruh dalam tradisisi nyadranan bisa saja
secara otomatis hal ini biasa saja merubah ruh dari tradisi nyadran yang dimaknai
sakral dan untuk meninggkatkan integrasi warga dan bentuk konstruksi sosial
nyadranan ini adalah salah satu bentuk dari tradisi yang harus tetap dijaga dan di
pahami oleh masyarakat luas terutama generasi muda, apabila tidak bisa saja
tradisi ini punah tergerus oleh zaman yang modern seperti ini.
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut:
masyarakat pedesaan.
7
1.4 Manfaat Penelitian
Bojonegoro.
manusia yang tidak terlapas dari suatu proses ekternalisasi, internalisasi dan
8
dua istilah kunci untuk memiliki keberadaannya sendiri sehingga tidak tergantung
1.5.2 Nyadran
Nyadran berasal dari kata sodrun yang artinya dada atau hati. Makna
nyadran dalam hal ini adalah bahwa masyarakat membersihkan hati mereka
menjelang bulan Ramadhan. Makna lainnya nyadran adalah sadran yaitu sadran
berasal dari kata sudra sehingga nyadran berarti menyudra menjadi sudra atau
tradisional itu, orang jawa memenuhi kebutuhan spiritualnya, eling marang purwa
duksina. Kehidupan rohani orang jawa memang bersumber dari ajaran agama
yang diberi hiasan budaya lokal. Oleh karena itu, orientasi kehidupan beragama
orang jawa senantiasa memperhatikan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh
7
Manuaba, I. B. Putera. 2010. Memahami Teori Konstruksi Sosial. Jurnal Masyarakat
Kebudayaan dan Politik Vol. 21 No. 3.
8
Anonim.http://MujiburRohman.Blogspot.com/2010/06/nyadran-AgungTrip-html
9
Dr Purwadi, upacara tradisional jawauntuk mengenali kerifan local
9
1.5.3 Masyarakat Pedesaan
yang biasa tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi
desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan
masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat
umum yang selama ini masih sering ditemui: sederhana, mudah curiga,
keuangan, perasaan minder dengan orang kota, menghargai (ngajeni) orang lain,
jika diberi janji, akan selalu diingat, suka gotong-royong, demokrasi, religius10
10
Http://file.Upi.Edudirektorifpipsjur._Pend._Geografi197210242001121
Bagja_Waluyageografi_Desakotarural_Comunity.Pdf. Diakses Hari Kamis, 30 Juli 2015,
11.19
10
1.6 Metode Penelitian
Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian
kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan
untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang
hidup. Seorang peneliti kualitatif yang menerapkan sudut pandang ini berusaha
11
menginterpretasikan kejadian dan peristiwa sosial sesuai dengan sudut pandang
sampel yang diperlukan. Secara sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan
sebagai secara sengaja mengambil sampel tertentu (jika orang maka orang-orang
a. Data primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari
dan aktual, dalam hal ini penulis mengambil data tersebut dari orang yang
11
Rahmat, Pupu Saeful. 2009. Penelitian Kualitatif. Dalam jurnal Equilibrum, Vol. 5, no. 9.
http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal -Penelitian-Kualitatif.pdf
12
dianggap mengetahui asal-usul dari tradisi nyadranan yang berjumlah 9
orang.
a. Wawancara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
b. Observasi
manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu
13
c. Dokumentasi
harian, cendramata, laporan, artefak, foto, dan lain sebagianya. Sifat utama data
ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga member peluang kepada peneliti
untuk itu teknik analisis data sangat diperlukan dalam penelitian untuk
memperoleh gambaran yang jelas dari data yang diperoleh. Dalam penelitian ini
interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Haberman melalui empat tahap
yakni:
1. Pengumpulan data
subyek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan
penelitian.
2. Reduksi data
14
data yang mana untuk dikode, dipakai, dan yang diringkas, serta dimasukan dalam
3. Penyajian data
yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan secara
sistematis.
4. Penarikan kesimpulan
kesimpulan ini dimaksutkan untuk menganalisis, mencari makna dari data yang
ada sehingga dapat ditemukan tema dalam penelitian yang telah dilakukan.12
12
Ibid
15