Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MATA KULIAH
PISIKOLOGI PENDIDIKAN

(Dosen Pengampu: Septian Prawijaya,S.Si.,M.Pd)

DISUSUN OLEH :
Sigit Nugroho (5213351041)

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas CRITICAL JOURNAL RIVIEW, mata kuliah Psikologi
Pendidikan.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu
penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, serta penulis juga mengharap kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan,24 April 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Rasionalisasi pentingnya CJR


Critical Journal Review (CJR) merupakan suatu hal yang penting bagi mahasiswa
karena mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada. Terdapat
beberapa hal penting sebelum kita mereview jurnal, seperti menemukan jurnal yang sesuai
dengan topik yang diangkat, membaca keseluruhan dari isi jurnal dan mencoba untuk
menuliskan kembali dengan bahasa sendiri pengertian dari jurnal tersebut.
Langkah penting dalam mereview sebuah jurnal, yaitu mengemukakan bagian
pendahuluan, mengemukakan bagian diskusi, mengemukakan bagian kesimpulan. Hal-hal
yang perlu ditampilkan dalam critical journal review, yaitu mengungkapkan beberapa
landasan teori yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam penelitiannya dan tujuan
apa yang ingin dicapai; mengungkapkan metode yang digunakan, subjek penelitian,
teknik pengumpulan data, alat pengumpul data, dan analisis data yang digunakan;
mengambil hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan memberikan deskripsi secara
singkat, jelas, dan padat; serta menyimpulkan isi dari jurnal.

1.2 Tujuan Penulisan CJR


a) Memahami dan menganalisis kelebihan dan kekurangan dari suatu jurnal.
b) Mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada.
c) Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam suatu jurnal

1.3 Manfaat CJR


a) Membantu semua kalangan dalam mengetahui inti dari hasil penelitian yang terdapat
dalam suatu jurnal.
b) Menjadi bahan evaluasi dalam pembuatan suatu jurnal di penerbitan berikutnya.
1.4. Identitas artikel dan Jurnal Jurnal I
 Judul artikel : Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses
Pembelajaran
 Nama Jurnal : Nusantara ( Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial)
 Edisi terbit : Volume 1 Desember 2016
 Pengarang : Novi Irwan Nahar
 Kota Terbit : Sumatera BaratNomor
 ISSN : 2541-657X

Jurnal II
 Judul artikel : Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam
Konseling
 Nama Jurnal : Jurnal Paradigma
 Edisi terbit :No. 14Th, VII Juli 2013
 Pengarang Artikel : Sigit Sanyata
 Nomor ISSN : 1907-297X
BAB II
RINGKASAN ISI ARTIKEL

2.1. JURNAL I
2.1.1. PENDAHULUAN
Teori belajar merupakan gabungan prinsip yang saling berhubungan dan
penjelasan atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
Penggunaan teori belajar dengan langkah-langkah pengembangan yang benar dan pilihan
materi pelajaran serta penggunaan unsur desain pesan yang baik dapat memberikan
kemudahan kepada siswa dalam memahami sesuatu yang dipelajari. Selain itu, suasana
belajar akan terasa lebih santai dan menyenangkan. Proses belajar pada hakikatnya adalah
kegiatan mental yang tidak tampak. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang yang sedang belajar tidak dapat disaksikan dengan jelas, tetapi dapat dilihat
dari gejala-gejala perubahan perilaku.
Teori belajar yang menekankan terhadap perubahan perilaku siswa adalah teori
belajar behavioristik. Di lihat dari pengertiannya teori belajar behavioristik merupakan
suatu teori psikologi yang berfokus pada prilaku nyata dan tidak terkait dengan hubungan
kesadaran atau konstruksi mental. Ciri utama teori belajar behavioristik adalah guru
bersikap otoriter dan sebagai agen induktrinasi da propaganda dan sebagai pengendali
masukan prilaku. Hal ini karena teori belajar behavioristik menganggap manusia itu
bersifat pasif dan segala sesuatunya tergantung pada stimulus yang didapatkan. Sasaran
yang dituju dari pembelajaran ini adalah agar terjadi perubahan perilaku siswa ke arah
yang lebih baik. Selain dalam pemberian point terhadap pelanggaran aturan sekolah, teori
belajar behavioristik juga diterapkan dalam pembelajaran.

2.1.1. Isi Artikel


1. Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah
laku manusia. Menurut Desmita (2009:44) teori belajar behavioristik
merupakan teori belajar memahami tingkah laku manusia yang menggunakan
pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan tingkah
laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian.. Teori ini
mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal penting
untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons
(Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar apabila dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus adalah sesuatu
yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respons berupa reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang
terjadi antara stimulus dan respons tidak penting untukdiperhatikan karena tidak
dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan
respons, oleh karenaitu ,apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh siswa (respons) harus dapat diamati dan diukur (Putrayasa, 2013:42).
2. Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahantingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini berkembang menjadi aliranpsikologi
belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan dan praktik pendidikan
serta pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responsnya mendudukkan siswa
yang belajarsebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dengan
menggunakan

metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnyaperilakuakan semakin kuat


bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman (Rusli dan
Kholik, 2013)
3. Ciri-ciri Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristikmelihat semua tingkah laku manusia dapat
ditelusuri dari bentuk refleks. Dalam psikologi teori belajar behavioristik disebut
juga dengan teori pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh
dari pengkondisian lingkungan.Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan
lingkungan. Hal ini dilihat secara sistematis dapat diamati dengan tidak
mempertimbangkan keseluruhan keadaan mental. Menurut Ahmadi (2003:46),
teori belajar behavioristik mempunyai ciri-ciri, yaitu. Pertama, aliran ini
mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan mengamati
perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalamanpengalaman
batin di kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab
itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala perbuatan
dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling
sederhana yakni perbuatan- perbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks.
Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia
dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin. Ketiga, behaviorisme
berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah sama. Menurut
behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia hanya makhluk yang
berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi
reflek keinginan hati.
4.Tokoh tokoh Behavioristik

A. John B. Watson

Menurut Desmita (2009:44), behavioristik adalah sebuah aliran dalam


pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson
(1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika pada tahun 1930, sebagai reaksi
atas teori psikodinamika. Perspektif behavioristik berfokus pada peran dari
belajar dan menjelaskan tingkah laku manusia.
B.Ivan P Pavlov
Paradigma kondisioning klasik merupakan karya besar Ivan P. Pavlov (1849-
1936), ilmuan Rusia yang mengembangkan teori perilaku melalui percobaan
tentang anjing dan air liurnya. Proses yang ditemukan oleh Pavlov, karena
perangsang yang asli dan netral atau rangsangan biasanya secara berulang-
ulang dipasangkan dengan unsur penguat yang menyebabkan suatu reaksi.
C.BF Skinner
Skinner adalah seorang psikolog dari Harvard yang telah berjasa
mengembangkan teori perilaku Watson.Pandangannya tentang kepribadian
disebut dengan behaviorisme radikal. Behaviorisme menekankan studi ilmiah
tentang respon perilaku yang dapat diamati dan determinan lingkungan. Dalam
behaviorisme Skinner, pikiran, sadar atau tidak sadar, tidak diperlukan untuk
menjelaskan perilaku dan perkembangan. Menurut Skinner, perkembangan
adalah perilaku. Oleh karena itu para behavioris yakin bahwa perkembangan
dipelajari dan sering berubah sesuai dengan pengalamanpenglaman
lingkungan.
2.2. Jurnal II
2.2.1. Pendahuluan

Corey (2005) mengemukakan bahwa psikoanalisa merupakan sebuah model


pengembangan kepribadian dengan pendekatan psikoterapi. Teori Freud banyak
dikembangkan pada model konseling dan terapi psikologis, sekaligus menjadai salah satu
menu wajib dalam memahami dimensi kepribadian manusia. Bagi yang berminat di
bidang helping profession tidak merasa asing dengan konsep dan kerangka teoretik dari
Freud dan Freudian. Psikoanalisa klasik yang kemudian berkembang dalam psikoanalisa
kontemporer tetap menjadi salah satu pertimbangan konselor dan terapis dalam
menentukan pendekatan psikoanalisa modern. Salah satu kritik terhadap psikoanalisa
adalah memandang manusia secara deterministik sehingga dianggap melemahkan
martabat kemanusiaan sebagai individu yang penuh dinamika dan memiliki kebebasan.
Perilaku deterministik disebabkan oleh kekuatan irasional, motivasi ketidaksadaran,
dorongan-dorongan biologis dan insting. Perhatian sentral psikoanalisa adalah dorongan
instingtif.

Perkembangan manusia ditentukan pada masa kanak-kanak merupakan salah satu


deskripsi dari pandangan pesimisme dan pasivitas terhadap manusia. Pendekatan
psikoanalisa bersifat klinis dan mementingkan energi-energi psikis dan kurang mengakui
aspek kognitif. Posisi individu hanya ditentukan oleh model perkembangan pada masa
kanak-kanak berimplikasi pada munculnya kritik dan teori baru yang memiliki cara
pandang berbeda dengan psikoanalisa. Pada tahun 1950-an banyak eksperimen yang
dilakukan oleh psikolog dan terapis dalam upaya pengembangan potensi manusia, Salah
satu temuan baru yang didapatkan adalah menganggap pentingnya faktor belajar pada
manusia, di mana untuk memperoleh hasil belajar yang optimal diperlukan
reinforcement sehingga teori ini menekankan pada dua hal dua hal penting yaitu learning
dan reinforcement serta tercapainya suatu perubahan perilaku (behavior). Dalam
perkembangan lebih lanjut teori ini dikenal dengan behavior therapy dalam kelompok
paham behaviorisme, yang dikembangkan melalui penelitian eksperimental.
2.2.2.Isi Artikel
1. Teori dan Pendekatan Behavioristik
Steven Jay Lynn dan John P. Garske (1985) menyebutkan bahwa di
kalangan konselor/psikolog, teori dan pendekatan behavior sering disebut sebagai
modifikasi perilaku (behavior modification) dan terapi perilaku (behavior
therapy), sedangkan menurut Carlton E. Beck (1971) istilah ini dikenal dengan
behavior therapy, behavior counseling, reinforcement therapy, behavior
modification, contingency management. Istilah pendekatan behavior pertama kali
digunakan oleh Lindzey pada tahun 1954 dan kemudian lebih dikenalkan oleh
Lazarus pada pendekatan tahun 1958. Istilah pendekatan tingkah laku lebih
dikenal di Inggris sedangkan di Amerika Serikat lebih terkenal dengan istilah
behavior modification.
Di kedua negara tersebut tingkah laku terjadi secara bersamaan.Peristiwa
penting dalam salah satu sejarah perkembangan behavioristik adalah
dipublikasikannya tulisan seorang psikolog Inggris yaitu
H.J. Eysenck tentang terapi behavior pada tahun 1952. Di bawah pimpinan
H.J. Eysenck, Jurusan Psikologi di Institut Psikiatri memiliki dua bidang yaitu
bidang penelitian dan bidang pengajaran klinis. Bidang penelitian lebih
mengembangkan dimensi tingkah laku untuk menjelaskan abnormalitas tingkah
laku yang dirumuskan oleh Eysenck, sedangkan dalam bidang pengajaran klinis
menyelenggarakan latihan bagi sarjana-sarjana psikologi klinis. Dalam tahap awal
perkembangannya batasan pendekatan behavior diberikan sebagai aplikasi teori
belajar modern pada perlakuan masalah- masalah klinis.
B.F. Skinner pada tahun 1953 menulis buku Science and Human Behavior,
menjelaskan tentang peranan dari teori operant conditioning di

dalam perilaku manusia. Pendekatan behavior merupakan pendekatan yang


berkembang secara logis dari keseluruhan sejarah psikologi eksperimental.
Eksperimen Pavlov dengan classical conditioning dan Bekhterev dengan
instrumental conditioning-nya memberikan pengaruh besar terhadap
pendekatan behavior. Pavlov mengungkapkan berbagai kegunaan teori dan
tekniknya dalam memecahkan masalah tingkah laku abnormal seperti
hysteria, obsessionel neurosis dan paranois

2. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Konseling


Ivey (1987) menjelaskan bahwa dalam pendekatan behavior hal yang
penting untuk mengawali konseling adalah mengembangkan kehangatan, empati
dan hubungan supportive. Corey (2005) menjelaskan bahwa proses konseling yang
terbangun dalam pendekatan behavioristik terdiri dari empat hal yaitu ; (1) tujuan
terapis diarahkan pada memformulasikan tujuan secara spesifik, jelas, konkrit,
dimengerti dan diterima oleh konseli dan konselor, (2) peran dan fungsi
konselor/terapis adalah mengembangkan keterampilan menyimpulkan, reflection,
clarification, dan open-ended questioning, (3) kesadaran konseli dalam melakukan
terapi dan partisipasi konselor ketika proses terapi berlangsung akan memberikan
pengalaman positif pada konseli dalam terapi, dan (4) memberi kesempatan pada
konseli karena kerjasama dan harapan positif dari konseli akan membuat
hubungan terapis lebih efektif. Sedangkan menurut Ivey, et.al (1987); Ivey (1987)
menjelaskan bahwa kesuksesan dalam melakukan konseling dengan pendekatan
behavioristik didasarkan pada ; (1) hubungan antara konselor dengan konseli, (2)
operasionalisasi perilaku (making the behavior concrete and observable), (3)
analisis fungsional (the A-B-Cs of behavior), dan (4) menetapkan tujuan
perubahan perilaku (making the goals concrete). Woolfe dan Dryden (1998)
menegaskan bahwa dalam kerangka hubungan antara konselor-konseli secara
bersama-sama harus konsisten dalam hal, pertama; konseli diharapkan untuk
memiliki perhatian positif (minat), kompetensi (pengalaman) dan aktivitas
(bimbingan), kedua; konselor tetap konsisten dalam perhatian positif, self-
disclosure (engagement) dan kooperatif (berorientasi pada tujuan konseli).
BAB III
PEMBAHASAN ANALISIS
Pembahasan Jurnal Pertama
3.1.Pembahasan Isi Jurnal
Jurnal pertama ini menjelaskan tentang penerapan teori Belajar Bhavioristik dalam
proses pembelajran. Di jurnalini membahas tentang pengertian Teori Belajar
Behavioristi, Belajar menurut pandangan Teori behavioristik, cirri-ciri belajar
behavioristik dan tokoh-tokoh yang mengemukakan tentang teori belajar
Behaviorisme. Dan di dalam jurnal ini juga menerapkan bagaimana penerapan teori
behavioristik dalam proses pembelajaran.

3.2. Kelebihan dan Kekurangan isi artikel Jurnal


 Kelebihan Jurnal I
1. Pada jurnal 1 penulis menjelaskan mengenai teori behavioristik secara jelas
dan terperinci dengan bahasa yang mudah difahami bagi pembaca.
2. Teori-teori belajar behavioristik dijelaskan oleh penulis melalui berbagai
referensi sumber buku, lengkap dengan tokoh-tokoh yang mencentuskannya.
Dengan begitu pembaca lebih mudah mengenal dan memahami hasil dari
pemikiran para tokoh-tokoh tersebut untuk menerapkan langkah-langkah
selanjutnya.
3. Pembahasan dan isi jurnal dilengkapi dengan penerapannya dalam proses
pembelajaran. Sehingga pembaca dapat mengamati segala saran dan masukan
untuk dapat melaksanakannya pada kebutuhan terhadap teori tersebut.

 Kelebihan Jurnal II
1. Pada jurnal 2 penulis banyak membuat istilah dalam pembahasan psikoterapi dan
konseling terhadap teori behavioristik. Dengan begitu pembaca dapat menambah
wawasan bukan hanya tentang teori behavioristik saja tetapi juga

mengenai teori behavioristik dalam konseling dan psikoterapi.


2. Penulis menjelaskan mengenai sejarah perkembangan, Pandangan manusia,
Asumsi dasar dan konsep serta Tujuan dan kegunaan teori behavioristik sehingga
pembaca dapat lebih memahami pengetahuan dasar yang lebih mendalam tentang
teori behavioristik.
3. Penulis menjelaskan pembahasan secara luas dengan berbagai teknik yang
berguna pada konselor yang juga dibutuhkan bagi seorang pendidik.

 Kekurangan pada jurnal 1 dan 2


Pada jurnal 1 penulis lebih menekankan tentang teori behaviorisme terhadap
proses belajar dan pembelajaran sedangkan pada jurnal 2 penulis lebih
merefleksikan teori behaviorisme pada konseling dan psikoterapi. Sehingga
masing-masing jurnal memiliki kekurangan terhadap pembaca sesuai dengan
kebutuhannya.
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
1. Teori behavioristik pada jurnal 1 dan 2 sama-sama menekankan pada tingkah laku
manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
2. Pada jurnal 1 dan 2 penulis sama-sama menjelaskan tentang teori behavioristik
yang menekankan terhadap Respons atau perilaku dengan metode pelatihan atau
pembiasaan.
3. Teori behavioristik memungkinkan pembelajar atau konseli untuk dapat menerima
diri (self-acceptance), memahami diri (selfunderstanding), menyadari diri (self-
awareness), mengarahkan diri (self-directing), dan aktualisasi diri (self-
actualitation). Dalam proses dan faktor yang mempengaruhi pemilihan pendekatan
diantaranya karakteristik personal karakteristik problem, hingga pada tujuan yang
hendak dicapai.

Anda mungkin juga menyukai