Anda di halaman 1dari 22

8

BAB II
TEORI PEMAHAMAN MATERI PELUANG DAN STATISTIKA

2.1 Deskripsi Teorotik


Untuk mengetahui tentang teori-teori di dalam penelitian ini,
penjelasannya adalah sebagai berikut:
2.1.1. Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman menurut kamus besar bahasa Indonesia,
pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar
dalam hal sesuatu. Pemahaman merupakan terjemahan dari
comprehension. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui atau diingat. Seseorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi
uaraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-
katanya sendiri (Sudiyono, 1996:50).
Menurut Sanjaya (2008:102) pemahaman bukan hanya sekedar
mengingat fakta, akan tetapi berkenaan dengan kemampuan
menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan
menangkap makna atau arti suatu konsep. Suharsimi (2009:118)
menyatakan bahwa pemahaman adalah bagaimana seseorang
mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan,
memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan
contoh, menuliskan kembali dan memperkirakan.
Menurut Heruman (Karim:30) Pemahaman konsep yaitu
pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep. Pemahaman konsep
terdiri dari dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari
pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan
kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan
yang berbeda, tetapi masih kelanjutan dari penanaman konsep. Pada
9

pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan


pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.
Menurut NCTM (Yeni, 2011: 68) pengetahuan dan
pemahaman siswa terhadap konsep matematika dapat dilihat dari
kemampuan siswa dalam:
1. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tertulis;
2. Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh;
3. Menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk
merepresentasikan suatu konsep;
4. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya;
5. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep;
6. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat
yang menentukan suatu konsep;
7. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.
Pemaparan tersebut sejalan dengan Peraturan Dirjen Dikdasmen
Nomor 506/C/Kep/PP/2004, yaitu indikator siswa dalam memahami
konsep matematika adalah mampu:
1. Menyatakan ulang sebuah konsep;
2. Mengklasifikasikan objek menurut tertentu sesuai dengan
konsepnya;
3. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep;
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi;
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu
konsep;
6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau
operasi tertentu;
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan
masalah.
Menurut (Purwanto, 2012: 44) yang dimaksus dengan
pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang
mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi,
serta fakta yang diketahuinya. Ada tiga macam pemahaman,
diantaranya:
10

1). Pemahaman terjemahan yakni kesanggupan memahami makna


yang terkandung di dalamnya. Misal, memahami kalimat bahasa
Inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Lambang
Negara, mengartikan Bhinneka Tunggal Ika, dan lain-lain.
2) Pemahaman penafsiran seperti dapat menghubungkan bagian-
bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, dapat
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,
atau dapat membedakan yang pokok dari yang bukan pokok.
3). Pemahaman ekstrapolasi, yakni kesangguapan melihat dibalik
yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau
memperluas wawasan (Sudjana, 1989:51)
Pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan dari setiap
materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan
pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Russefendi (2006:205) yang menyatakan:
“Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat
dipahami peserta didik”.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dijelaskan bahwa
seorang siswa yang memahami konsep matematika jika siswa
tersebut mampu memahami keterkaitan antara materi matematika
yang yang telah disampaikan dan akan disampaikan oleh guru
sehingga siswa dalam mempelajari matematika mendapatkan hasil
yang maksimal. Karena materi matematika saling berkaitan antara
materi yang satu dengan yang lain maka jika siswa tidak memahami
materi sebelumnya, akan sulit untuk siswa mengikuti materi
selanjutnya.

2.1.2. Peluang
Peluang merupakan salah satu cabang matematika yang
mempelajari cara menghitung tingkat keyakinan seseorang terhadap
terjadi atau tidaknya suatu peristiwa (Avianti, 2009:55).
11

a. Kaidah Pencacahan
1) Aturan Perkalian
Aturan perkalian dapat dinyatakan dalam bentuk diagram
pohon, diagram venn atau tabel silang dengan pasangan
berurutan. Agar lebih jelas, perhatikan contoh dibawah ini:
Contoh:
Hanif mempunyai 3 celana dan 2 baju. Banyaknya cara untuk
memasangkan celana dan baju adalah.......
Jawab:
Misalkan celana dilambangkan dengan A maka A ={a1, a2, a3}
dan baju dilambangkan dengan B, maka B = {b1, b2}.
Aturan perkalian A dan B, ditulis A × B dan diperoleh:
A × B = {(a1, b1), (a1, b2), (a2, b1), (a2, b2), (a3, b1), (a3, b2)}.
Berdasarkan uraian diatas, kita dapat secara langsung
menentukan banyak A × B, yaitu:
n(A × B) = n(A) × n(B) = 3 × 2 = 6 cara.
2) Permutasi
Permutasi adalah pengembangan aturan perkalian yang
dapat menentukan urutan atau susunannya. Dilambangkan
dengan P dan dirumuskan dengan:
𝑛!
P rn = (𝑛−𝑟)!

Contoh:
Banyaknya permutasi huruf abjad a, b, c yang diambil dua
unsur adalah....
Jawab:
3! 3! 3.2.1
P 32 = (3−2)! = 1! = = 6 buah.
1

3) Kombinasi
Kombinasi adalah pengembangan aturan perkalian selain
permutasi yang menentukan keanggotaannya atau unsurnya.
Dilambangkan dengan C dan dirumuskan dengan:
12

𝑛!
C nr = 𝑟!(𝑛−𝑟)!

Contoh:
8 8! 8! 8.7.6.5.4.3.2.1
Nilai dari C 2 = = = = 28 (Sukino,
2!.(8−2)! 2!(6)! 2.1(6.5.4.3.2.1)

2007:83).
b. Konsep Ruang Sampel dan Kejadian
Kejadian atau Peristiwa adalah himpunan bagian dari ruang
sampel.Ruang Sampel adalah Himpunan dari semua hasil yang
mungkin dari suatu kejadian (percobaan).Titik Sampel adalah
anggota-anggota dari ruang sampel.
Contoh:
Dua buah mata uang logam dilemparkan bersama-sama, tentukan!
1) Ruang sampelnya
2) Banyaknya Ruang Sampel
3) Banyaknya kejadian keduanya gambar.
Jawab:
1) Ruang sampelnya
Mata Uang II
A G
Mata Uang I
A AA AG
G GA GG
Ruang Sampelnya : {AA,GA,AG,GG}
2) Banyaknya ruang sampel, n(S) = 4
3) Misalkan B adalah kejadian keduanya gambar. Kejadian B
Maka bayaknya kejadian keduanya gambar, n(B) = 1
c. Perhitungan Peluang Suatu Kejadian dengan Rumus Peluang
Jika A adalah sebuah kejadian dalam ruang sampel S (atau, A
adalah sebuah himpunan bagian dari S) maka peluang kejadian A
didefinisikan sebagai :
𝑛 (𝐴)
P (A) = 𝑛 (𝑆)
13

Dimana P (A) adalah peluang kejadian A.


Contoh :
1) Pada percobaan pelemparan sekeping mata uang logam,
maka tentukan:
a) Peluang munculnya angka.
b) Peluang munculnya angka atau gambar.
Jawab:
a) Jika H = angka dan T = gambar, maka

S = { H, T } n (S) = 2.

Jika A = kejadian munculnya anagka, maka :

A = {H} n (A) = 1
𝑛 (𝐴) 1
P (A) = 𝑛 (𝑆) = 2

b) Jika D = kejadian munculnya angka atau gambar, maka:


D = { H, T } n (D) = 2
𝑛 (𝐷) 2
P (D) = = 2 = 1 (Adrian, 2008:143).
𝑛 (𝑆)

d. Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan suatu peristiwa pada suatu percobaan yang
dilakukan sebanyak n kali adalah Hasil kali peluang peristiwa itu
dengan (n). Frekuensi harapan biasanya dilambangkan dengan Fh
(Avianti, 2009:57) , secara matematis ditulis:
Fh = P (K)
xn

Contoh:
Sebuah mata uang logam dilemparkan 50 kali. Tentukan
frekuensi harapan munculnya angka!
Jawab:
Misalkan A adalah kejadian munculnya angka pada mata uang.
Ruang Sampel , S = {A,G}, n(S) = 2.
14

Kejadian A = {A} ,n(A) = 1.


P(A) = 1/2
Maka frekuensi harapan munculnya angka adalah:
fh(A) = 1/2 x 50 = 25 kali.
e. Frekuensi Relatif (Frekuensi Nisbi)
Kejadian atau Peristiwa adalah Himpunan bagian dari ruang
sampel. Peluang suatu kejadian adalah Banyaknya kejadian dibagi
dengan banyaknya ruang sampel.
Frekuensi relatif adalah perbandingan banyaknya kejadian
yang diamati dengan banyaknya percobaan. Frekuensi relatif
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
banyaknya kejadian K
fr = banyaknya percobaan

Ambilah sekeping uang logam, kemudian lemparkan


sebanyak 30 kali. Misalkan, hasil yang diperoleh adalah muncul
sisi gambar sebanyak 13 kali. Perbandingan banyak kejadian
muncul sisi gambar dengan banyak pelemparan adalah 13/30.
Nilai inilah yang disebut frekuensi relatif (Muklis, 2005:55).

2.1.3. Statistika
Statistika adalah ilmu yang berhubungan dengan pengumpulan
data, perhitungan atau pengolahan data, serta penarikan kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh. Data adalah kumpulan datum,
sedangkan fakta tunggalnya adalah datum. Data statistik yang
terkumpul biasanya masih tersebar dan tak berurutan ukuranya.
Untuk kebutuhan penyajian dan pengelolaan data, maka data tersebut
perlu diurutkan dari ukuran terkecil sampai yang ke terbesar (Adrian,
2008:143).
a. Sampel dan populasi
Populasi adalah kumpulan seluruh objek yang lengkap yang
akan dijadikan objek penelitian.
15

Sampel adalah bagian dari populasi yang benar-benar


diteliti atau diamati.
Contoh :
1. Banyak siswa kelas X, kelas XI dan kelas XII SMK A masing-
masing adalah 14 kelas. Misal kepala sekolah SMP A ingin
melakukan penelitian tentang hubungan antara tingkat sosial
ekonomi orang tua terhadap hasil belajar siswa, maka tentukan
populasi dan sampelnya!
Jawab :
Populasinya adalah seluruh siswa di SMK A.
Sampelnya terdiri atas beberapa kelas siswa kelas X, beberapa
kelas siswa kelas XI dan beberapa kelas siswa kelas XII yang
diambil secara acak (Nuniek, 2009:55)
b. Penyajian Data
1) Penyajian Data dalam Bentuk Tabel
penyajian data dalam bentuk tabel adalah model
penyusuan data dalam daftar yang hanya terdiri atas satu
variabel (Prasetyono, 2007:21)
Contoh :
Tabel 2.1
Umur penduduk RT/RW 02/05 Kelurahan Terban
Sampai dengan Akhir 2010
Umur (Tahun) Jumlah Penduduk
0–9 4
10 – 19 14
20 – 29 8
30 – 39 23
40 – 49 15
50 – 59 8
60 – 69 6
70 – 79 4
80 – 89 2
90 – 99 0
Jumlah 84
16

2) Penyajian Data dalam Bentuk Diagram


a) Diagram Lambang (Piktogram)
Diagram lambang atau piktogram disajikan dalam
bentuk lambang-lambang. Dalam piktogram lambang-
lambang yang digunakan harus disesuaikan dengan objek-
objek yang diteliti. Misalkan data untuk jumlah siswa
digunakan gambar orang, data untuk panen buah digunakan
gambar buah dan sebagainya. Dalam piktogram suatu
gambar mewakili nilai tertentu (Sukino, 2007:17).
b) Diagram Batang
Untuk diagram batang diperlukan sumbu mendatar dan
sumbu dan tegak yang berpotongan tegak lurus. Kedua
sumbu msing-masing dibagi menjadi beberapa bagian
dengan skala yang sama. Skala pada sumbu tegak tidak
harus sama dengan sekala pada sumbu datar. Pada diagram
batang, data statistik disajikan dengan menggunakan
gambar berbentuk batang yang letaknya vertikal atau
horisontal. Letak batang yang satu dengan yang lainnya
saling berdampingan dibuat terpisah.
Contoh:
Diagram 2.1
Diagram Batang

4
2001
3

2
2001
1

0
pedagang buruh PNS nelayan
17

c) Diagram Garis
Diagram garis umumnya digunakan untuk penyajian
data yang diperoleh dari waktu ke waktu secara teratur
dalam jangka waktu tertentu, misalnya data rata-rata nilai
UAS suatu sekolah dari tahun ke tahun, banyak kendaraan
yang lewat dijalan tol dan sebagainya.
Contoh:
Diagram 2.2
Diagram Garis

6
5
4 2001
3 2002
2 2003
1
0
Buruh Pedagang PNS Nelayan

d) Diagram lingkaran
Daerah lingkaran menggambarkan data seluruhnya,
sedangkan sebagian dari data digambarkan dengan
menggunakan juring atau sektor. Besar sudut pusat tiap
juring harus sebanding dengan nilai data yang disajikan jadi
sebelum membuat diagram lingkaran hitung sudut pusat tiap
juring.
Contoh:
Diagram 2.3
Diagram Lingkaran

Sales
buruh
pedagang
PNS
nelayan
18

3) Ukuran Pemusatan
a) Rataan Hitung (Mean)
Rata-rata hitung merupakan salah satu nilai (ukuran)
statistik yang banyak dipakai. Untuk data nilai rata-rata
dapat ditentukan dengan cara berikut.
jumlah datum x1+x2+⋯+xn
Rataan hitung (mean) = banyak datum = n

Disimbolkan dengan:
∑𝑥 ∑ 𝑓 𝑖 𝑥𝑖
𝑥̅ = atau 𝑥̅ = ∑ 𝑓𝑖
𝑛
Dengan :
𝑥̅ = rataan hitung (mean)
n = banyak data
⅀ = jumlah (dibaca “sigma”)
xi = titik tengah kelas interval
fi = frekuensi dari xi
Contoh :
Dua belas orang mengikuti pertandingan menembak pada
jarak tertentu, setiap peserta menembak 10 kali. Hasil
tembakan yang mengenai sasaran dari tiap – tiap peserta
adalah 4, 8, 5, 8, 6, 4, 7, 7, 2, 3, 5, 7. Tentukan rataan
tembakan yang mengenai sasaran!
Jawab:
Karena data belum diurutkan maka terlebih dahulu kita
mengurutkan datanya sebagai berikut: 2, 3, 4, 4, 5, 5, 6, 7,
7, 7, 8, 8. Maka n = 12
∑𝑥
𝑥̅ =
𝑛

2+3+4+4+5+5+6+7+7+7+8+8
=
12
66
= 12 = 5,5
Jadi, rataan tembakan yang mengenai saaran adalah 5,5.
b) Modus
19

Modus adalah data yang sering muncul dengan


frekuensi terbanyak atau modus adalah nilai yang
frekuensinya paling tinggi.
Contoh :
Tentuka modus dari data berikut: 6, 5, 7, 8, 10, 5, 9, 5!

Jawab :
Karena nilai yang paling banyak muncul adalah 5 sebanyak
2 kali, maka modus data tersebut adalah : 5.
c) Median
Median adalah nilai yan membagi data menjadi dua
bagian yang sama banyaknya setelah data diurutkan dari
yang terkecil hingga yang terbesar. Median bisa disebut
juga nilai tengah dan disimbolkan dengan Me.
Rumus Median:
𝑥𝑛
Median (Me) = + 1 ; untuk n ganjil.
2

𝑥𝑛 𝑥𝑛
+ +1
2 2
Dan Me = ; untuk n genap.
2

1⁄ 𝑛−𝐹
2
Atau: 𝑀𝑒 = 𝑏 + 𝑝 ( )
𝑓

Dengan :
b = batas bawah kelas median, ialah kelas dimana median
akan terletak
p = panjang kelas median
n = ukuran sampel atau banayak data
F = jumlah semua fekuensi dengan tanda kelas lebih kecil
dari tanda kelas median
f = frekuensi kelas median
Contoh:
20

Tentukan median dari bilangan berikut: 11, 5, 9, 7, 18, 5,


12, 15, 11, 12.
Jawab
Data diurutkan menjadi: 5, 5, 7, 9, 11, 11, 12, 12, 15, 18.
Banyak data: n = 8.
𝑥5+𝑥6 11 +11
Median (Me) = = = 11.
2 2

4) Jangkauan Suatu Data


a) Jangkauan Data
Jangkauan data adalah selisih nilai tertinggi dengan nilai
terendah dari suatu data. Jangkauan sering juga disebut range.
Jangkauan (range) = nilai tertinggi – nilai terendah.
Contoh :
Tentukan jangkauan dari 3, 5, 5, 6, 7, 9!
Jawab :
Nilai data tertinggi =9
Nilai data terendah =3
Jadi jangkauan =9–3
=6
b) Jangkauan Antar Kuartil
Jangkauan antar kuartil didefinisikan sebagai selisih
antara kuartil atas (kuartil ketiga) Q3 dengan kuartil bawah
(kuartil pertama) Q1. Dilambangkan dengan H atau disebut
juga hamparan, dengan rumus:
H = Q3 – Q1
c) Jangkauan Semi Antar Kuartil
Jangkauan semia antar kuartil didefinisikan sebagai
setengah kali panjang hamparan. Dilambangkan dengan Qd,
dirumuskan dengan:
1 1
Qd = 2 H = 2 (Q3 – Q1)
21

Contoh:
Tentukan jangkauan antar kuartil dan jangkauan semi antar
kuartil dari masing-masing kelompok bilangan dibawah ini!
2, 6, 8, 4, 3, 9, 11.
Jawab:
Data diurutkan terlebih dahulu, menjadi: 2, 3, 4, 6, 8, 9, 11.
Dari data diatas diperoleh Q1 = 3, Q2 = 6 dan Q3 = 9, mka:
Jangkauan antar kuartil = H = Q3 – Q1 = 9 – 3 = 6.
1 1
Jangkauan semi antar kuartil = Qd = 2 H = 2 . 6 = 3 (Sukino,

2007:13).
5) Macam-macam Data
a) Data Ditinjau dari Sifatnya:
(1) Data Kuantitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk bilangan.
Misalnya data tentang ukuran nilai matematika dalam
kurun waktu tertentu, berat atau tinggi badan, data
tentang jumlah anak dalam keluarga, data tentang status
atau pekerjaan, dan sebagainya.
(2) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk
bilangan yang dikategorikan menurut gambaran kualitas
objek yang dipelajari atau diamati. Misalnya data tentang
mutu barang, data tentang warna sutu benda, dan
sebagainya.
b) Data Ditinjau Dari Sumbernya
(1) Data Intern
Data Intern adalah suatu data yang diperoleh
langsung dari instansi yang bersangkutan dan diolah
untuk kemajuan dan perkembangan instansi itu sendiri.
(2) Data Ekstern
22

Data ekstern adalah suatu data yang diperoleh dari


luar instansi dan sifatnya umum (Prasetyono, 2007:16).
6) Ukuran Penyebaran
a) Rataan Simpangan
Rataan simpangan (MD) dari sekumpulan n
bilangan, x1, x2, x3, . . ., xn. Dengan rumus:
1
MD = 𝑛 ∑𝑛𝑖=1 ⎸𝑥𝑖 − x ⎸.

b) Simpangan Baku (Standar Deviasi)


Rataan simpangan (MD) dari sekumpulan n bilangan,
x1, x2, x3, . . ., xn. Dengan rumus:
1
S = √ 𝑛 ∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − x) 2

Contoh:
Hitunglah rataan simpangan dan standar deviasi dari
sekumpulan bilangan 2, 3, 6, 8, 11!
Jawab:
Rataan simpangan = MD :
2+3+6+8+11
x = 5
= 6.

⎸2−6⎸+ ⎸3−6⎸+ ⎸6−6⎸+ ⎸8−6⎸+ ⎸11−6⎸


MD = 5

4+3+0+2+5 14
MD = =
5 5

MD = 2,8.

Standar deviasi = S:

(2−6)2+(3−6)2+(6−6)2+(8−6)2+(11−6)2
S=√ 5

S = √10,8 = 3,29 (Sukino, 2007:65)

2.1.4 Matematika Sekolah


23

Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan


alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai
persoalan praktis yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis
dan konstruksi, generalitas dan individualitas, serta mempunyai
cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri dan analisis
(Uno B, Hamzah, 2009:129).
Matematika yang diajarkan di jenjang pendidikan seperti
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah
Atas disebut matematika sekolah. Penyajian matematika sekolah
disesuaikan dengan karakteristik siswa. Agar anak didik memahami
dan mengerti akan konsep (struktur) matematika seyogyanya
diajarkan dengan urutan konsep murni, dilanjutkan dengan konsep
notasi, dan diakhiri dengan konsep terapan. Disamping itu untuk
dapat untuk dapat mempelajari dengan baik struktur matematika
maka representasinya (model) dimulai dengan benda-benda kongkrit
yang beraneka ragam (Simanjuntak, 1993:72).
Matematika diajarkan di sekolah sebagai penunjang dan
membantu bidang studi lainnya, seperti ilmu pengetahuan alam,
kedokteran, geografi, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain. Alasan
utama mengapa matematika diajarkan di sekolah ialah karena
kegunaannya untuk berkomunikasi di antara manusia-manusia itu
sendiri. Serta belajar matematika dapat meningkatkan kemampuan
berfikir logis dan tepat (Russefendi,2005:526).

2.1.5 Hubungan Antara Materi Peluang dan Statistika


Materi peluang merupakan bagian dari statistika karena
peluang merupakan salah satu syarat pengetahuan untuk
mempelajari statistika. Konsep-konsep yang dipelajari adalah konsep
dasar yang digunakan dalam memecahkan masalah terkait dengan
peluang.
24

Statistika memberikan alat analisis data bagi berbagai bidang


ilmu. Kegunaannya bermacam-macam: mempelajari keragaman
akibat pengukuran, mengendalikan proses, merumuskan informasi
dari data, dan membantu pengambilan keputusan berdasarkan data.
Statistika, karena sifatnya yang objektif, sering kali merupakan satu-
satunya alat yang bisa diandalkan untuk berbagai kepentingan dan
peluang merupakan bagian di dalamnya.
Menurut Piaget sebagaimana yang telah dikutip oleh Asri
Budiningsih bahwa proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-
tahap asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses
asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan antara
informasi yang baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki
oleh setiap siswa. Proses asimilasi ini dapat dikaitkan antara peluang
dengan statistika (Budiningsih, 2005:36). Materi peluang dengan
statistika sangat berkaitan, karena, statistika dibangun dan
dikembangkan atas dasar teori probabilitas sehingga kebenaran
statistika merupakan kebenaran probabilistik.
Contoh :
1. Diketahui peluang seseorang terkena penyakit flu burung 0,04.
Berapa diantara 5.250 orang diperkirakan terkena flu burung?
Jawab :
Misal, A : kejadian seseorang terkena penyakit flu burung, maka:
4
P(A) = 0,04 = 100 . N ; banyaknya orang = 5,250.

E(A) = P(A) x N
4
= x 5.250 = 210.
100

Jadi, banyak orang yang terkena penyakit flu burung adalah 210
orang.
2. Jika Ana mengundi sebuah dadu yang seimbang, maka tentukan
rataan dari munculnya angka pada mata dadu itu!
Jawab:
25

Misalnya percobaan acak X munculnya angka pada mata dadu.


Jadi nilai-nilai yang mungkin dari X adalah {x: x = 1,2,3,4,5,6},
dengan masing-masing nilai mempunyai peluang yang sama yaitu
1
.
6

Jadi: E(X) = ∑𝑥 𝑥 . P(X)


1
= ∑6𝑥=1 𝑥 .
6
1
= (6). (1+2+3+4+5+6)
21
E(X) = = 3,5
6

Sehingga apabila dadu yang seimbnag itu diundi terus menerus,


maka rataan yang mungkin pada mata dadu yang akan muncul
adalah 3,5.
3. Misalkan Ira melakukan pengundian sebuah dadu sekali. Dadu itu
diberati sesuatu pada setiap mata dadunya sedemikian hingga
1 1 1 1 1
P({1}) = , P({2}) = , P({3}) = , P({4}) = , P({5}) = ,
6 4 6 3 24
1
P({6}) = 24 .

Jika A adalah peristiwa munculnya mata dadu yang merupakan


bilangan prima, maka hitung P(A)!
Jawab:
Ruang peristiwa dari A adalah:
A = {2,3,5}
P(A) = P({2,3,5})
= P({2}) + P({3}) + P({5})
1 1 1
= + 6 + 24
4
11
P(A) = 24 .

Dari contoh-contoh diatas dapat diketahui bahwa materi


peluang dan statistika saling berkaitan dan antara materi peluang dan
statistika memiliki hubungan di dalam penyelesaian soal diatas.
26

2.2 Tinjauan Hasil Penelitian Yang Relevan


Untuk menghindari duplikasi dengan penelitian-penelitian yang
telah dilakukan terdahulu yang ada kaitannya dengan masalah
penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti mencoba menelusuri
beberapa penelitian yang sudah dilaksanakan oleh mahasiswa di
beberapa perguruan tinggi. Dari hasil penelusuran tersebut ditemukan
dua buah hasil penelitian yang ada kemiripan dengan masalah
penelitian yang akan diteliti yakni:
1. Nanang Martonomelakukan penelitian tentang Pemanfaatan
Media Pembelajaran dan Penerapan Metode Drill Untuk
Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa dalam Menyelesaikan
Soal-soal Statistik dalam Mata Kuliah Pengantar Statistika Sosial,
Mahasiswa PTK. Sebagai tugas akhir perkuliahan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa penguasaan bilangan bulat
berpengaruh terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal
Statistikmahasiswa jurusan sosiologi unsoed, hal tersebut
ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,868 dengan
signifikansi koefisien korelasi thitung sebesar 15,5 pada 𝞪 = 0,05
kontribusi variabel sebesar 73,96%
2. Sucia Prihatiningrum melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh metode pembelajaran Applied Behavior Analisis
terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal statistika
penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2006 yaitu terkait dengan
kemampuan statistika, dengan hasil penelitian bahwa adanya
pengaruh metode pembelajaran Applied Behavior Analisis
terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal statistika
sebesar 48%.
Dari hasil penelusuran tersebut diketahui dua hasil
penelitian yang ada kemiripan dengan masalah penelitian yang
akan diteliti, yakni pengaruh pemahaman materi statistika
27

terhadap konsep peluang. Namun kedua hasil penelitian tersebut


tidak sama persis dengan masalah yang akan diteliti.
1. Hasil penelusuran yang pertama, terdapat persamaan meneliti
statistika, namun penelitian terdahulu untuk kemampuan
menyelesaikan soal, sedangkan yang akan diteliti adalah
terhadap materi peluang.
2. Hasil penelusuran yang kedua, terdapat persamaan yaitu
meneliti materi statistika, namun penelitian yang terdahulu
terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
statistika.
Untuk lebih jelasnya, peneliti berikan penjelasan
mengenai penelitian yang relevan dalam bentuk tebel berikut ini:
Tabel 2.2
Relevansi Penelitian
Penelusuran Variabel X Variabel Y Ket
1 - √ -
Tempat, waktu dan
2 - √ jenis materi
pembanding berbeda
Dengan melihat tinjauan hasil penelitian yang relevan,
belum ada yang meneliti pengaruh pemahaman materi peluang
terhadap statistika. Oleh karena itu penelitian yang berjudul
“Pengaruh Pemahaman Materi Peluang terhadap Pemahaman
Statistika Siswa Kelas X” layak dilakukan.

2.3 Kerangka Pemikiran


Dalam lingkungan sekolah mendengar kata matematika itu
sudah tidak asing. Karena matematika adalah salah satu mata
pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan. Peluang dan
statistika merupakan bagian materi yang ada pada mata pelajaran
matematika di tingkat SMK.
28

Dalam matematika antara konsep materi yang satu dengan


yang lainnya saling berkaitan dan terstruktur. Konsep atau pengertian
adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-
ciri yang sama. Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar
dengan pemahaman. Ketika siswa telah memahami suatu konsep
materi yang telah diajarkan, maka siswa tersebut bisa melanjutkan ke
materi berikutnya (Djamarah, 2002:31).
Materi peluang erat hubungannya dengan materi statistika,
sehingga dalam penyelesaian soal-soal statistika, seorang siswa harus
memahami materi peluang. Karena materi peluang menjadi salah satu
syarat dasar dalam memahami materi statistika.
Siswa sebelum mempelajari statistika, ia harus mengetahui
dahulu peluang,. Konsep dasar peluang ini akan dipakai dalam
proses yang dikaitkan dengan statistika, misalnya dalam mencari
rataan siswa harus dapat memahami yerlebih dahulu tentang frekuensi
harapan suatu kejadian.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat hubungan antara materi
peluang dan statistika. Dengan demikian, penulis ingin meneliti
hubungan antara materi peluang dan statistika.
Dapat disimpulkan dalam kerangka berpikir yang terdiri dari
dua variabel, yaitu pengaruh pemahaman materi peluang (variabel X)
terhadap pemahaman statistika (variabel Y). Dapat digambarkan
dalam skema sebagai berikut:

X Y

Keterangan :
X = Pemahaman Materi Peluang
Y = Pemahaman Statistika
= Pengaruh

2.4 Hipotesis Penelitian


29

Menurut Riduwan (2010:163) menyebutkan bahwa hipotesis


adalah suatu jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi
kebenarannya. Untuk permasalahan yang besifat hubungan,
menggunakan hipotesis asosiatif yaitu hipotesis yang dirumuskan
untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat
hubungan. Oleh karena itu, maka penulis merumuskan hipotesisnya
sebagai berikut:
𝐻0 : Tidak ada pengaruh Pemahaman Materi peluang terhadap
pemahaman statistika siswa Kelas X SMK.
𝐻𝑎 : Ada pengaruh Pemahaman Materi peluang terhadap Pemahaman
Statistika siswa Kelas X SMK.

Anda mungkin juga menyukai