Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEUANGAN NEGARA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

Hukum Pajak

Dosen Pengampu: Nurasyari,M.H.

Disusun Oleh:

Kelompok 9

Anisa Febiyona (2121030178)

Liyas Nawiyandi (2121030221)

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kta panjatkan kepada Allah SWT yang mana atas.
Berkat dan pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang di tentukan. Terimakasih
juga kepada teman-teman yang turut andil dalam terselesainya makalah ini.
Sholawat serta salam senantiasa kami hanturkan kepada suri tauladan kita
Nabi Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya di hari kiamat
nanti. Makalah ini kami buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan
dan pemahaman mengenai Keuangan Negara dengan harapan agar para
mahasiswa bisa lebih meengetahuinya. Makalah ini juga dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pajak .
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Bandar Lampung, 10 April 2023

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN........................................................................................ 3


A. Hubungan antara Keuangan Negara dan Hukum ........................................... 3
B. Pengertian Keuangan Negaa ......................................................................... 6
C. Landasan Hukum Keuangan Negara .......................................................... 11

BAB III. PENUTUP ............................................................................................... 14


A. Kesimpulan ................................................................................................... 14
B. Saran............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tingkat kesejahteraan suatu bangsa dapat tercermin dari seberapa
efektif dan efisiennya uang negara yang digunakan untuk kepentingan
rakyatnya. Jika uang negara benar-benar digunakan sepenuhnya untuk
kepentingan negara dan rakyatnya maka akan makin tinggi tingkat
kesejahteraan bangsa tersebut, sebaliknya jika uang negara tersebut
banyak disalahgunakan, diraup untuk kepentingan dan keuntungan
pribadi maupun suatu golongan maka tujuan negara meningkatkan
kesejahteraan bangsa tidak akan tercapai.
Uang negara yang disalahgunakan tersebut akan membuat negara
menanggung kerugian. Tingginya angka kerugian negara akan dapat
membawa dampak buruk terhadap perekonomian nasional, untuk itu
upaya pemulihan atas kerugian negara sangat diperlukan dalam
menyelamatkan perekonomian negara. Di Indonesia penyumbang
tertinggi angka kerugian negara masih ditempati oleh perbuatan korupsi
yang makin marak terjadi. Korupsi merajalela mulai dari pemerintahan
pusat hingga daerah, praktik korupsi yang terus meningkat ini telah
menjadi masalah serius bagi upaya penegakan hukum di Indonesia.
Pengelolaan keuangan negara merupakan salah satu hal yang
sangat penting bagi kehidupan perekonomian suatu negara, karena
berkaitan erat dengan mampu dan tidaknya negara dalam mewujudkan
tujuan dan cita-cita negara serta menciptakan kesejahteraan. Lemahnya
sistem pengelolaan keuangan negara dan sistem hukum di negara kita
adalah pemicu tindakan penyalahgunaan kekayaan dan keuangan
negara serta maraknya tindakan KKN.
Pengalaman bangsa Indonesia telah cukup membuktikan bahwa
tindakan tersebut menyebabkan terpuruknya bangsa Indonesia dan
sulitnya mewujudkan cita-cita bersama bangsa Indonesia. Pengelolaan
keuangan negara memiliki tujuan untuk menjaga dan menjamin
eksistensi negara dan membiayai pengelolaan negara untuk

1
mewujudkan kesejahteraan. Semua negara dikelola secara tertib, sesuai
dan taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan dan akuntabel.
Agar segala kekurangan dalam laporan keuangan pemerintah dapat
dideteksi secara akurat sebagai bahan dalam memperbaiki sistem
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara serta sebagai bahan
dalam pengambilan kebijakan secara tepat maka diperlukan suatu
lembaga negara khusus yang independen, obyektif, dan tidak memihak
dalam memeriksa laporan keuangan pemerintah, lembaga yang
dimaksud adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dalam makalah
ini penulis akan menjelaskan bagaimana hubungan antara keuangan
negara dan hukum, pengertian keuangan negara, serta landasan hukum
keuangan negara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara keuangan negara dan hukum?
2. Apa pengertian dari keuangan negara?
3. Apa yang menjadi landasan hukum keuangan negara?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui hubungan antara keuangan negara dan
hukum.
2. Untuk mengetahui pengertian keuangan negara.
3. Untuk mengetahui landasan hukum keuangan negara.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara Keuangan Negara dan Hukum
Pengelolaan keuangan negara, agar terlaksana dengan baik maka
perlu juga peran pegawai negara (Pejabat Publik). Selain hal tersebut,
hal yang tidak kalah penting adalah fungsi pengawasan yang efisien dan
efektif yang juga memilki peranan penting dalam mendorong
penyelengaraan pemerintahan, dan juga untuk meminimalisir segala
bentuk penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Fungsi
pengawasan yang efektif terjadi apabila kinerja pengawasan mampu
mendorong terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
memperkecil terjadinya peluang korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Sedangkan fungsi pengawasan yang efisien terjadi apabila setiap
kegiatan pengawasan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya dalam
bentuk peningkatan kinerja sebanding dengan sumber daya yang
dikeluarkan.1
Dalam Undang-Undang Republiik Indonesia Nomor 17 Tahun
2003 Tentang Keuangan Negara Pasal 3 dijelaskan:
a. Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.
b. APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN setiap tahun ditetapkan dengan undang-undang.
c. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
d. APBN/APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.

1
Soegeng Hardowinoto, “Pengawasan Hukum Terhadap Pelaksanaan Diskresi
dalam Birokrasi”, Makalah, disampaikan pada Forum Dialog Perencanaan
Pembangunan Hukum Nasional Bidang Hukum Administrasi Negara, Surabaya, 2007,
hlm. 3.

3
e. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang
menjadi kewajiban negara dalam tahun anggaran yang
bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN
f. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang
menjadi kewajiban daerah dalam tahun anggaran yang
bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD.
g. Surplus penerimaan negara/daerah dapat digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara/daerah tahun anggaran
berikutnya.
h. Penggunaan surplus penerimaan negara/daerah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (7) untuk membentuk dana cadangan atau
penyertaan pada Perusahaan Negara/Daerah harus memperoleh
persetujuan terlebih dahulu dari DPR/DPRD. 2
Berdasarkan Laporan Tren Penindakan Korupsi Tahun 2018
Indonesia Corruption Watch (ICW) tercatat untuk kinerja penindakan
kasus korupsi tahun 2018 terdapat jumlah kerugian negara sebesar Rp.
5,6 triliun. Dengan pemetaan korupsi berdasarkan modus yang menjadi
penyumbang terbesar dalam menimbulkan kerugian negara adalah
sebagai berikut:3
1. Penyalahgunaan wewenang, yang menimbulkan kerugian
negara sebesar Rp.3,6 triliun.
2. Mark up, yang menimbulkan kerugian negara sebesar Rp.541
miliar.
3. Penyalahgunaan anggaran, yang menimbulkan kerugian negara
sebesar Rp.455 miliar.
Berdasarkan laporan tersebut di atas dapat terlihat bahwa perbuatan
korupsi sangat erat kaitannya dengan penyalahgunaan wewenang atau
pengaruhyang ada pada kedudukan seseorang sebagai pejabat yang

2
Undang-Undang Republiik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Pasal 3.
3
Indonesia Corruption Watch, Laporan Tren Penindakan Korupsi Tahun 2018, (Jakarta:
Indonesia Corrutption Watch, 2019), hlm. 5-8.

4
menyimpang dari ketentuan hukum sehingga tindakan tersebut telah
merugikan keuangan negara.4
Selain itu, sudah merupakan sikap umum para cendikiawan
(communis opinium doctrum) bahwa badan hukum sama halnya dengan
manusia (naturalijke person) merupakan subyek hukum. Sebagai
subyek hukum ia berhak bertindak untuk dan atas namanya sendiri
melakukan perbuatan hukum dalam lalu lintas hukum.
Mempertahankan hak untuk melindungi kepentingannya serta
melaksanakan kewajiban sebagai akibat hukum tindakannya secara
yuridis dilindungi oleh hukum. Oleh karena itu secara yuridis dalam
beberapa hal tidak terdapat perbedaan yang mendasar antara manusia
sebagai subyek hukum dengan badan hukum sebagai subyek hukum
dalam penerapan hukum obyektif. 5
Dalam kehidupan sehari-hari diakui adanya dua badan hukum
yakni, badan hukum privat dan badan hukum publik, dimana badan
hukum privat hanya mempunyai hak dan kewajiban serta kewenangan
di bidang hukum perdata, sedang hukum publik mempunyai peran
khusus yang dapat bertindak selain dalam bidang hukum perdata, iapun
dapat bertindak dalam bidang hukum publik, sehingga lingkungan
kuasa hukum badan hukum publik lebih luas daripada badan hukum
perdata, hal tersebut sangat tergantung pada sifat hubungan hukum apa
yang dilakukannya. Dalam kaitannya dengan keuangan negara status
hukum dari badan hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban
hukum adalah sangat penting. Demikian pula lingkungan kuasa
hukumnya, karena kedua hal inilah yang dapat menentukan hukum
manakah yang berlaku bagi badan hukum tersebut apabila ia melakukan
suatu perbuatan hukum (rechtshandeling).6

4
Romli Atmasasmita, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Internasional ,
(Bandung : Mandar Maju, 2004), hlm. 54
5
Arifin P. Soeria Atmadja, “Mekanisme Dasar Keuangan dan Implementasi terhadap
Kebijakan Perpajakan”, Makalah, dalam Seminar Reposisis Keuangan Negara dan Kebijakan
Perpajakan di Indonesia, Surabaya, 2005, hlm. 3.
6
Ibid, hln. 4-5.

5
Hukum keuangan negara jika dikaitkan dengan pembagian hukum
berarti berada pada tataran hukum publik karena subtansinya tertuju
pada kepentingan negara. Sekalipun hukum keuangan negara berada
pada tataran hukum publik tidak berarti bahwa tidak memiliki
ketersinggungan dengan hukum yang dikelompokkan ke dalam hukum
privat. Ketersinggungan ini terjadi ketika obyek hukum keuangan
negara berupa keuangan negara yang pengelolaanya berada pada badan
Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD). Sebenarnya tidak dapat dipungkri dalam pengelolaan
keuangan negara menujukkan bahwa hukum keuangan negara memilki
kedudukan yang tidak setara dengan hukum yang tunduk pada hukum
privat. Namun hukum keuangan negara selalu mengikuti atau
berdasarkan pada pengaturan keuangan negara yang berada dalam
pengelolaan pada suatu badan usaha milik negara maupun badan usaha
milik daerah.
Untuk mewujudkan tujuan negara, perlu dibangun suatu sistem
pengelolaan keuangan negara yang bertumpu pada prinsip-prinsip
ketertiban, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan dan akuntabel. Bagian dari sistem
pengelolaan keuangan negara adalah sistem pengawasan dan
pemeriksaan untuk memasukkan bahwa apakah keuangan negara telah
dilaksanakan sesuai target dan tujuan yang hendak dicapai.
Republik Indonesia menyadari pentingnya fungsi pemeriksaan dan
pengawasan dalam penyelenggaraan negara. Keberadaan badan yang
akan yang akan melakukan fungsi pemeriksaan telah dicantumkan
dalam Undang-Undang Dasar yang dinyatakan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan.
B. Pengertian Keuangan Negara
Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun merupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung

6
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan negara
dapat diartikan juga sebagai suatu bentuk kekayaan pemerintah yang
diperoleh dari penerimaan, hutang, pinjaman pemerintah, atau bisa
berupa pengeluaran pemerintah, kebijakan fiscal, dan kebijakan
moneter (Pasal 1 Undang-Undang No 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara). Menurut UUD 1945:
a. APBN sebagai wujud dari pengolahan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, (Pasal 23: ayat 1).
b. Hal-hal yang mengenai keuangan negara diatur dengan undang-
undang. Catatan: pengelolahan keuangan negara adalah
keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai
dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggung-
jawaban. (Pasal 1 ayat 8: UU 15 Tahun 2006 Tentang BPK).7
Undang-Undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keunagan Negara
Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa keuangan negara adalah semua
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Menurut Pasal 2 disebutkan meliputi:
a. Hak negara untuk memungut pajak, mngeluarkan dan
mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman.
b. Kewajiban negara untuk menyelelengrakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga.
c. Penerimaan negara.
d. Pengeluaran negara.
e. Penerimaan daerah.
f. Pengeluaran daerah.

7
Pendapotan Ritonga S.E.,M.Si.,, Keuangan Negara, (Medan: Umsu Press, 2020), hlm.
1-2.

7
g. Kekayaan negara/ kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau
oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang,
serta hak-hak lain dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan
yang dipisahkan pula perusahaan negara perusahaan daerah.
h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan atau
kepentingan umum.
i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh denganmenggunakan
fasilitas yang diberikan pemerintah.8
Pengertian keuangan negara apabila dilihat dari sisi pengelolanya
maka kuangan negara dapat dibedakan menjadi berikut ini:
a. Keuangan negara yang pengelolaannya dipisahkan. Keuangan
negara yang pengelolaannya diserahkan kepada BUMN dan
lembaga-lembaga keuangan milik negara. Berdasarkan UU No
19 Tahun 2003, BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimilki oleh negara melalui
persyaratan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan. Sampai dengan tahun 2006 jumlah BUMN 139
baik dalam bentuk Perum maupun Persero dengan total aset
1.406,2 triliun rupiah. Atas BUMN tersebut memberi kontribusi
keuangan kepada negara dalam bentuk pajak, deviden maupun
privarisasi sebesar 68,8 triliun rupiah.
b. Keuangan negara yang pengelolaannya langsung oleh negara.
Keuangan negara yang langsung dikelola oleh negara berupa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan barang-
barang milik negara.
c. Pengelolaan negara dalam APBN terdiri dari pendapatan serta
kegiatan pembelajaan negara yang dalam pelaksanaannya diatur
melalui berbagai peraturan perundangan yaitu UU No 1 Tahun
2004 tentsng Perbendaharaan Negara, Keputusan Presiden No

8
Undang-Undang No.17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Departemen NKRI.

8
72 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan APBN. Barang-barang
milik negara dapat berupa barang tetap, barang bergerak
maupun barang-barang dalam bentuk persediaan. Penggunaan
barang milik negara ini selain dimaksudkan untuk memperlancar
pelaksanaan tugas- tugas pemerintahan juga sebagai sumber
peneriman negara.
Dalam pelaksanaanya, ada empat pendekatan yang digunakan
dalam merumuskan keuangan negara, yaitu dari sisi objek, subjek,
proses, dan tujuan. Objek keuangan negara meilputi semua “hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan
dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan
negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”. Selanjutnya dari sisi subjek/
pelaku yang mengelola objek yang “dimilki negara, dan/ atau dikuasai
oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah,
dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara”. Dalam
pelaksanaanya, proses pengelolaan keuangan negara mencakup seluruh
rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek sebagai
mana disebut di atas mulai perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Pada akhirnya, tujuan
pengelolaan keuangan negara adalah untuk menghasilkan kebijakan,
kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan
atau penguasaan objek keuangan negara dalam rangka penyelenggaraan
kehidupan bernegara.
Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan keuangan negara meilputi
seluruh subjek yang memilki/ mengeuasai objek sebagai mana tersebut
di atas, yaitu: pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan
negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuanagan
negara. Dari sisi proses, keuangan negara mencangkup seluruh
rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek
sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan

9
pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Dari sisi
tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan atau
penguasaan objek sebagai mana tersebut di atas dalam rangka
penyelengaraan pemerintah daerah.
Berdasarkan pengertian keuangan negara dengan pendekatan
objek, terlihat bahwa hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang diperluas cangkupannya, yaitu termasuk kebijakan dan
kegiatam dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan kekayaan
negara yang dipisahkan. Pengelolaan keuangan negara sub bidang
pengelolaan fiskal meliputi kebijakan dan kegiatan uang berkaitan
dengan pengelolaan Anggaran Pendapatn dan Belanja Negara (APBN)
Mulai dari penetapan Arah dan Kebijakan Umum (AKU), penetapan
strategi dan perioritas pengelolaan APBN, penyusunan anggaran oleh
pemerintah, pengesahan anggaran oleh DPR, pelaksanaan anggaran,
pengawasan anggaran, penyusunan Perhitungan Anggaran Negara
(PAN) sampai dengan pengesahan PAN menjadi undang-undang.
Pengelolaan keuangan negara sub bidang pengelolaan moneter
berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan sektor perbankan
dan lalu lintas, moneter baik dalam maupun luar yang dipisahkan
berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan negara yang dipisahkan
berkaitan dengan kebikana dan pelaksanaan kegiatan di sektor Bandan
Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) yang orientasinya
mencari keuntungan (profit motive).
Berdasarkan uraian di atas, pengertian leuangan negara dapat
dibedakan antara: pengertian keuangan negara dalam arti luas, dan
pengertian keuangan negara dalam arti sempit. Pengertian keuanagn
negara dalam arti luas pendekatannya adalah dari sisi ojek yang
cangkupanya sangat luas, dimana kuangan negara mencangkup
kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan
kekyaan negara yang dipisahkan. Sedangkan pengertian keuangan

10
negara dalam arti sempit hanya mencangkup pengelolaan keuangan
negara sub bidang pengelolaan fiskal saja. 9
C. Landasan Hukum Keuangan Negara
Pada akhir abad ke-20, Indonesia mulai menerapkan hukum
keuangan negara. Hukum ini menerangkan bahwa negara mampu dan
bisa memiliki otoritas di urusan warga negaranya. Hukum ini adalah
beberapa hukum tertulis yang terkumpul untuk mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki negara dalam bidang keuangan baik berbentuk
uang maupun barang yang terkait dalam kegiatan negara dan publik.
Landasan hukum ini terletak di pembukaan UUD 1945 untuk mencapai
tujuan negara. Untuk mengetahui lebih lengkap tentang hukum ini, anda
dapat menemukannya di beberapa ulasan di bawah ini.
Secara hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia,
landasan hukum Keuangan Negara diatur di dalam Undang-Undang
Dasar (UUD 1945), Undang-Undang (UU), Keputusan Presiden
(Keppres) dan peraturan perundang-undangan/ peraturan pelaksanaan
lainnya.
1. Undang-Undang Dasar 1945
Keuangan Negara Indonesia diatur di dalam Undang-
Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen dua kali, dalam
pasal 23 yang berbunyi sebagai berikut:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai
wujud dari pengelolaan Keuangan Begara ditetapkan
setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan
secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar
besarnya kemakmuran rakyat. (Pasal 23 Ayat 1).
b. Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas
oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan

9
Pendapotan Ritonga, S.E.,M.Si., Keuangan Negara, (Medan: Umsu Press, 2020), hlm.
2-5.

11
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Daerah (Pasal 23 Ayat 2).
c. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui
rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara
yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan
Anggaran Pendapatan dan Belanja tahun yanglalu (Pasal
23 ayat 3).
d. Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa dan
untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang
(Pasal 23 A).
e. Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan
undang-undang (Pasal 23 B).
f. Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan
undang-undang (Pasal 23 C).
g. Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan yang bebas dan madiri (Pasal 23
E).
2. Undang-Undang (UU)
a. Sesuai dengan Pasal 23 tersebut diatur bahwa hal
pengelolaan Keuangan Negara lainnya ditetapkan
bahwa undang-undang, yaitu Undang-Undang Nomor
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-undang
Keuangan Negara telah disetujui dan disahkan oleh
DPR-RI terhitung sejak tanggal 6 Maret 2003. Untuk
APBN, pemerintah setiap tahun mengajukan rancangan
undang-undang anggaran.
b. Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN) kepada
DPR RI untuk disetujui. Sesuai amandemen UUD 1945
Pasal 23 di atas, apabila RUU APBN tersebut tidak
disetujui, akan digunakan APBN tahun sebelumnya.
Undang-undang APBN berisi pendapatan dan belanja

12
yang akan dilakukan Pemerintah pada tahun tertentu.
Khusus untuk belanja, nilai dalam APBN tersebut
merupakan batas tertinggi jika tidak ada revisi atau
perubahan yang disetujui DPR RI.
c. Perubahan atas APBN harus mendapatkan persetujuan
dari DPR RI. Di dalam prakteknya, setiap tahun APBN
selalu ada perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi
yang berubah (bersifat fleksibel). Untuk itu, pemerintah
mengajukan juga RUU tentang tambahan dan perubahan
atas APBN (RUU TP APBN) kepada DPR RI untuk
disetujui.
3. Keputusan Presiden (Keppres)
Peraturan Pelaksana berikutnya adalah Keputusan Presiden
(Keppres) mengenai pelaksanaan APBN. Keppres ini mengatur
ketentuan umum dan terinci dibidang pendapatan dan belanja
APBN. Keppres mengenai pelaksanaan APBN selalu diubah
sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Contoh: Keputusan
Presiden tentang pelaksanaan APBN adalah Keppres Nomor 17
Tahun 2000 tanggal 21 Februari 2000.
4. Peraturan Pelaksanaan Lainnya
Di dalam pelaksanaannya terdapat aturan teknis yang
dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan Direktur Jenderal
Anggaran baik melalui Surat Keputusan (SK) maupun bentuk
Surat Edaran (SE).10

10
Universitas Sriwijaya,“Landasan Hukum Keuangan Negara”, Palembang, 2021,
https://www.studocu.com/id/document/universitas-sriwijaya/administrasi-negara/landasan-
hukum-keuangan-negara/34018325

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar uraian yang telah diutarakan pada bab pembahasan,
penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Hukum keuangan negara jika dikaitkan dengan pembagian
hukum berarti berada pada tataran hukum publik karena
subtansinya tertuju pada kepentingan negara. Sekalipun hukum
keuangan negara berada pada tataran hukum publik tidak berarti
bahwa tidak memiliki ketersinggungan dengan hukum yang
dikelompokkan ke dalam hukum privat. Ketersinggungan ini
terjadi ketika obyek hukum keuangan negara berupa keuangan
negara yang pengelolaanya berada pada badan Usaha Milik
Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
2. Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun merupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Keuangan negara dapat diartikan juga sebagai suatu bentuk
kekayaan pemerintah yang diperoleh dari penerimaan, hutang,
pinjaman pemerintah, atau bisa berupa pengeluaran pemerintah,
kebijakan fiscal, dan kebijakan moneter.
3. Landasan hukum Keuangan Negara diatur di dalam:
a. Undang-Undang Dasar (UUD 1945)
b. Undang-Undang (UU)
c. Keputusan Presiden (Keppres)
d. Peraturan Perundang-Undangan/ Peraturan Pelaksanaan
lainnya.

14
B. Saran
Sebagai penutup dari pembahasan makalah ini. Penulis menyarankan
untuk:
1. Menjaga kekayaan negara dengan memberi masukan terhadap
kondisi keuangan negara yang dikelola pejabat setempat.
2. Menjalankan hak dan kewajiban dalam bidang keuangan bagi
rakyat banyak seperti hak-hak atas dana pembangunan desa
atau untuk kepentingan sekolah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arifin P. Soeria Atmadja, “Mekanisme Dasar Keuangan dan Implementasi terhadap


Kebijakan Perpajakan”, Makalah, dalam Seminar Reposisis Keuangan
Negara dan Kebijakan Perpajakan di Indonesia, Surabaya, 2005.

Indonesia Corruption Watch, Laporan Tren Penindakan Korupsi Tahun 2018,


(Jakarta: Indonesia Corrutption Watch, 2019).

Soegeng Hardowinoto,“Pengawasan Hukum Terhadap Pelaksanaan Diskresi Dalam


Birokrasi”, Makalah, disampaikan pada Forum Dialog Perencanaan
Pembangunan Hukum Nasional Bidang Hukum Administrasi Negara,
Surabaya, 2007.

Pendapotan Ritonga S.E.,M.Si.,, Keuangan Negara, (Medan: Umsu Press, 2020).

Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang


Perbendaharaan Negara.

Undang-Undang No.17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Departemen NKRI .

Undang-Undang Republiik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan


Negara Pasal 3.

Universitas Sriwijaya,“Landasan Hukum Keuangan Negara”, Palembang, 2021,


https://www.studocu.com/id/document/universitas-sriwijaya/administrasi-
negara/landasan-hukum-keuangan-negara/34018325

16

Anda mungkin juga menyukai