Anda di halaman 1dari 28

Laporan Praktikum Reproduksi Perikanan

SEKSUALITAS PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Oleh :
Riska Monica Silalahi
190302046
II/B

LABORATORIUM REPRODUKSI PERIKANAN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Seksualitas Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Tanggal Praktikum : 01 Maret 2022
Nama : Riska Monica Silalahi
NIM : 190302046
Kelompok/Grup : 1I/B
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Diperiksa oleh,
Asisten Korektor

Jessica Sinaga
NIM. 180302053
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Reproduksi Perikanan
berjudul “Seksualitas Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” dengan baik
Laporan ini sebagai salah satu syarat masuk Praktikum Reproduksi Perikanan
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Julia Syahriani Hasibuan, S.Pi, M.Si dan ibu Dr. Hesti Wahyuningsih, S.Si., M.Si
yang telah membantu penulis dalam membuat laporan ini, serta para asisten
Laboraturium Reproduksi Perikanan dan teman-teman yang telah banyak membantu
dan mendukung sepenuhnya dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
laporan ini selanjutnya, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................. 1
Tujuan Praktikum ............................................................................. 3
Manfaat Praktikum ........................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Reproduksi Perikanan……………………………………………... 4
Seksualitas Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)……………… 5
Seksualitas Primer Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)……… 6
Seksualitas Sekunder Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)…… 7
Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas…………………………... 8
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum……………………………………. 9
Alat dan Bahan Praktikum………………………………………... 9
Prosedur Praktikum……………………………………………….. 9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil……………………………………………………………… 10
Pembahasan………………………………………………………. 12
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...................................................................................... 14
Saran ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya
sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu
mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung
pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan
reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan
(Hutagalung, 2020).
Suatu organisme dikelompokkan ke dalam organisme hidup ketika
memenuhi syarat sebagai organisme hidup, diantaranya adalah dapat bereproduksi.
Reproduksi adalah kemampuan suatu organisme untuk berkembang biak atau
memperbanyak keturunan dengan tujuan untuk menjaga kelangsungan hidup
(survive). Reproduksi juga merupakan cara mempertahankan diri yang dilakukan
oleh semua organisme untuk menghasilkan generasi selanjutknya. Meskipun sistem
reproduksi tidak berkontribusi langsung pada keseimbangan dan pertahanan hidup
dalam suatu habitat, tetapi proses reproduksi berperan penting dalam siklus
kehidupan semua organisme (Hayati, 2019).
Ikan merupakan salah satu kelompok hewan vetebrata yaitu hewan yang
mempunyai tulang belakang. Ikan disebut juga dengan Pisces yang hidup diair. Ikan
ini disebut juga dengan hewan poikiloterm karena suhu tubuh tidak tetap (berdarah
dingin), yaitu terpengaruh suhu disekelilingnya. Dimana tubuhnya terbagi atas
kepala dan badan atau kepala badan, dan ekor. Ikan didefinisikan. secara umum
sebagai hewan yang hidup di air, bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan
menggunakan ship, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea
lateralis)sebagai organ keseimbangannya (Almunawwarah et al., 2016).
Pertumbuhan populasi ikan di alam sangat bergantung pada reproduksi dan
respon terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Hal ini mengakibatkan ikan
yang seharusnya melakukan pemijahan untuk menghasilkan individu yang baru
tidak dapat memijah karena tertangkap oleh nelayan. Hal ini sangat dikhawatirkan
pada masa yang akan datang keberadaan populasi ikan tersebut akan terancam
punah. Ikan memiliki pola dan tingkah laku reproduksi yang beraneka ragam,
tergantung dari jenis, habitat, atau kondisi lingkungannya (Hadi et al., 2009).
Proses reproduksi merupakan cara untuk menentukan keberlangsungan
siklus keturunan dan pewarisan genetik dari individu kepada keturunannya. Materi
genetik yang diturunkan dibawa oleh suatu gen pembawa sifat suatu organisme.
Pada prinsipnya, fungsi DNA di dalam inti sel adalah sebagai materi genetik, artinya
DNA menyimpan informasi yang dapat diturunkan kepada turunannya. Selain itu
reproduksi juga dapat berfungsi sebagai proses perpindahan atau pertukaran materi
genetik kepada keturunannya (Hayati, 2019).
Ikan memiliki variasi strategi reproduksi agar keturunannya mampu
bertahan hidup. Ada tiga strategi reproduksi yang paling menonjol : 1) memijah
hanya bilamana energi (lipid) cukup tersedia; 2) memijah dalam proporsi
ketersediaan energi; dan 3) memijah dengan mengorbankan semua fungsi yang lain,
jika sesudah itu individu tersebut mati. Berdasarkan strategi reproduksi yang
dimiliki oleh ikan maka dikenal tipe reproduksi seksual dengan fertilisasi internal
dan reproduksi seksual dengan fertilisasi eksternal (Hutagalung, 2020).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas
perikanan yang digemari masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein hewani
karena memiliki daging yang tebal serta rasa yang enak. Ikan nila juga merupakan
ikan yang potensial untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi pada kondisi
lingkungan dengan kisaran salinitas yang luas (Hadi et al., 2009).
Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) yaitu lebar badan ikan nila
umumnya sepertiga dari panjang badannya. Bentuk tubuhnya memanjang dan
ramping, sisik ikan nila relatif besar, matanya menonjol dan besar dengan tepi
berwarna putih. Ikan nila mempunyai lima buah sirip yang berada di punggung,
dada,perut, anus, dan ekor. Pada sirip dubur (anal fin) memiliki 3 jari-jari keras dan
9-11 jari-jari sirip lemah. Sirip ekornya (caudal fin) memiliki 2 jari-jari lemah
mengeras dan 16-18 jari-jari sirip lemah. Sirip punggung (dorsal fin) memiliki 17
jari-jari sirip keras dan 13 jari-jari sirip lemah. Sementara sirip dadanya (pectoral
fin) memiliki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Sirip perut (ventral fin)
memilki 1 jari- jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Ikan nila memiliki sisik
cycloid yang menutupi seluruh tubuhnya ( Amri dan Khairuman, 2007).
Pada prinsipnya, seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu
jantan dan betina. Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma,
sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu
populasi terdiri dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut
disebut populasi heteroseksual, bila populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina
saja maka disebut monoseksual. Namun, penentuan seksualitas ikan di suatu
perairan harus berhati-hati karena secara keseluruhan terdapat bermacam-macam
seksualitas ikan mulai dari hermaprodit sinkroni, protandri, protogini, hingga
gonokorisme yang berdiferensiasi maupun yang tidak berdiferensiasi
(Almunawwarah et al., 2016).
Organ reproduksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu eksternal dan internal.
Organ reproduksi eksternal merupakan organ reproduksi yang berada di luar ruang
tubuh, diantaranya adalah vulva pada hewan betina sedangkan pada hewan jantan
akan dijelaskan lebih lanjut pada bab berikutnya. Sebaliknya, organ reproduksi
internal diantaranya saluran reproduksi, kelenjar asesoris, dan gonad. Sebagai organ
eksternal hewan betina, vulva terdiri terdiri atas bagian paling luar dikenal dengan
sebutan labia mayora dan bagian dalam labia minora serta klitoris. Sebagai organ
reproduksi internal, gonad merupakan organ reproduksi yang mempunyai fungsi
utama yaitu menghasilkan sel gamet dan hormon seks (steroid). Gonad pada hewan
betina disebut ovarium yang menghasilkan sel telur (Hayati, 2019).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. untuk mengetahui ciri kelamin pada ikan nila (Oreochromis niloticus)
2. Untuk mengetahui jenis kelamin jantan dan betina pada ikan ikan nila
(Oreochromis niloticus)
3. untuk mengetahui ciri seksualitas primer dan sekunder pada ikan nila
(Oreochromis niloticus)

Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari penulisan laporan praktikum ini adalah untuk
menambah wawasan tentang seksualitas Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan
sebagai syarat masuk laboratorium reproduksi perikanan.
TINJAUAN PUSTAKA

Reproduksi Perikanan
Reproduksi pada ikan merupakan tahap penting dalam siklus hidupnya
untuk menjamin kelangsungan hidup suatu spesies. Biologi reproduksi dapat
memberikan gambaran tentang aspek biologi yang terkait dengan proses reproduksi,
mulai dari diferensiasi seksual hingga dihasilkannya individu baru. Sebagian besar
organisme akuatik menghabiskan sebagian besar hidup dan energinya untuk
bereproduksi (Hayati, 2019).
Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan bagian dari sistem
reproduksi yang terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada
ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya.
Pada prinsipnya, seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan
betina. Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan
ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Sifat seksual primer
pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan
proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan testis
dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar
yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina
(Azizah et al., 2019).
Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan
telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya mempunyai
sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah (Sukiya, 2005: 20). Ikan
memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan
habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran kecil
sebagai konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan yang
memiliki jumlah telur sedikit, ukuran butirnya besar, dan kadang-kadang
memerlukan perawatan dari induknya, misal ikan Tilapia (Lisna, 2013).
Tingkat kematangan gonad (TKG) merupakan tahap perkembangan gonad
sejak, sebelum, sampai setelah ikan memijah. Perkembangan gonad yang semakin
matang merupakan bagian dari vitellogenesis yaitu proses pengendapan kuning telur
pada sel telur. Kematangan gonad merupakan berbagai tahap kematangan gonad
sampai dengan kematangan akhir (final maturation) dari kematangan sperma atau
ovum. Pengetahuan ini untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan atau
belum melakukan proses reproduksi (Hutagalung, 2020).
Pemijahan sebagai salah satu bagian dari reproduksi merupakan mata rantai
daur hidup yang menentukan kelangsungan hidup spesies. Masa pemijahan setiap
spesies ikan berbeda-beda, ada pemijahan yang berlangsung singkat (total
spawner), tetapi banyak pula dalam waktu yang panjang (partial spawner) yang
berlangsung sampai beberapa hari. Semakin tinggi TKG, garis tengah telur di dalam
ovarium semakin besar (Azizah et al., 2019).

Seksualitas Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Perkembangan organ reproduksi (gonad) secara garis besar dibagi dua tahap
yaitu (a) tahap perkembangan gonad hingga ikan mencapai dewasa kelamin (seksual
mature) dan (b) tahap pematangan produk seksual (gamet). Tahap pertama
berlangsung sejak telur menetas atau lahir hingga mencapai dewasa kelamin dan
tahap kedua berlangsung setelah ikan dewasa. Proses yang kedua akan terus
berlangsung dan berkesinambungan selama fungsi reproduksi berjalan normal. Ikan
yang organ seksualnya mulai berkembang memiliki tanda-tanda luar atau seksual
sekunder yang dapat dijadikan pedoman untuk membedakan jantan dan betina
(Hutagalung, 2020).
Penentuan jenis kelamin ikan dilakukan berdasarkan ciri seksual primer. Ciri
seksualitas primer diamati dengan cara menseksi dan melihat perbedaan gonad
antara ikan jantan dan ikan betina (testes dan ovarium). Tingkat kematangan gonad
(TKG) ditentukan secara morfologis mencakup warna, bentuk dan ukuran gonad.
Perkembangan gonad ikan secara kualitatif ditentukan dengan mengamati tingkat
kematangan gonad berdasarkan morfologi gonad (Sjafei et. al., 2008).
Ciri seksual skunder berguna dalam membedakan ikan jantan dan ikan
betina yang dapat dilihat dari luar. Ciri seksual skunder dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu : (a) seksual skunder yang bersifat sementara yang hanya muncul pada
saat musim pemijahan saja. (b) seksual skunder yang bersifat permanen yang
munculnya sudah ada sebelum dan sesudah musim pemijahan (Lisna, 2013).
Pengetahuan tentang reproduksi ikan berfungsi untuk membedakan antara
ikan jantan dan betina. Keragaman seksualitas pada ikan sangat menonjol
dibandingkan dengan kelompok vertebrata lainnya. Apabila jenis kelamin ikan
jantan dan betina terdapat dalam individu yang berbeda, maka ikan tersebut bersifat
heteroseksual. Sedangkan jika dalam 1 indavidu ikan terdapat 2 jenis kelamin, maka
ikan tersebut bersifat hermafrodit. lkan jantan memiliki organ testis yang
menghasilkan spermatozoa dan ikan betina mempunyai otgan ovarium unluk
menghasilkan telur (Syahroma, 2005).

Seksualitas Primer Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Testes (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya longitudinal, pada
umumnya berpasangan. Lamprey dan Hagfishes mempunyai testes tunggal. Pada
chodrichtyhes, seringkali gonad yang satu lebih besar dari pada yang lainnya. Testes
ini bergantung pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesorchium, di
bawah atau di samping gelembung gas (jika ada). Mereka tersusun dari folikel-
folikel tempat spermatozoa berkembang. Ukuran dan warna gonad bervariasi
tergantung pada tingkat kematangannya dengan berat bisa mencapai 12% atau lebih
dari bobot tubuhnya. Kebanyakan testes berwarna putih kekuningan dan halus
(Martosubroto, 2017).
Terdapat sepasang ovarium yang memanjang dan kompak. Ovarium terdiri
dari oogonia dan jaringan penunjang atau stroma. Mereka tergantung pada bagian
atas rongga tubuh dengan perantaraan mesovaria, di bawah atau di samping
gelembung renang (jika ada. Ukuran dan perkembangannya pada rongga tubuh
bervariasi dengan tingkat kematangannya. Pada keadaan matang , ovarium bisa
mencapai 70% dari berat tubuhnya.Sebagian besar pada 9 pada kelompok.Teleostei
terdapat sepasang ovarium yang memanjang dan kompak (Syahroma, 2005).
Letak gonad jantan maupun betina berada di bawah gelembung renang,
tetapi sangat sulitdicari karena bentuk gonad seperti benang, tipis dan berwarna
putih. Hasil pengamatan histologis gonad yang diwarnai asetokarmin menunjukkan
bahwa pada benih ikan betina yang memiliki panjang total tubuh 3,5 cm telah
terlihat gambaran berupa bulatan-bulatan berukuran relatif besar yang
mengindikasikan sel telur, sedangkan gambaran histologis benih jantan berumur
satu bulan dengan panjang total tubuh 4 cm berupa titik-titik kecil yag
mengindikasikan sperma Testes (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya
longitudinal, pada umumnya berpasangan (Martosubroto, 2017).
Seksualitas Sekunder Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk
membedakan ikan jantan dan ikan betina. Satu spesies ikan yang mempunyai sifat
morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina dengan jelas,
maka spesies itu bersifat seksual dimorfisme. Namun, apabila satu spesies ikan
dibedakan jantan dan betinanya berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu
bersifat seksual dikromatisme. Pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang
lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina (Rizky, 2016).
Secara alami, ikan nila memiliki karakter seksual dimorfisme yang dapat
dikenali dengan mudah apabila ikan telah dewasa, yaitu berupa ujung sirip
punggung yang lebih panjang daripada ikan betina. Selain itu ikan jantan juga
memiliki papila yang sangat menonjol. Lubang pengeluaran yang dimiliki ikan
jantan berjumlah dua buah, yaitu lubang untuk mengeluarkan urin dan sperma yang
terdapat pada ujung papila serta lubang untuk mengeluarkan feses. Ikan betina
memiliki ujung sirip punggung lebih pendek daripada ikan jantan serta mempunyai
tiga lubang pengeluaran, yaitu lubang anus, pengeluaran telur dan lubang urin
(Martosubroto, 2017).
Warna pada ikan sering dimanfaatkan sebagai penciri dalam pengenalan
seksual. Secara umum boleh dikatakan bahwa ikan jantan mempunyai warna yang
lebih cemerlang daripada ikan betina. Bagi ikan jantan warna berfungsi untuk
menarik perhatian ikan betina. Umumnya ikan jantan mempunyai bentuk tubuh
langsing dan panjang dari pada yang betina yang agak bulat dan pendek. Biasanya
ikan jantan berwarna mencolok dari pada ikan betina (Rizky, 2016).
Perbedaan antara ikan nila jantan dan betina dapat dilihat dari lubang
urogenital dan ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan nila jantan, warna tubuhnya
lebih cerah, tubuhnya lebih pipih dan sirip punggungnya lebih melebar
dibandingkan ikan nila betina, kemudian disamping lubang anus terdapat lubang
genital yang berupa tonjolan kecil meruncing yang berfungsi sebagai saluran
kencing dan sperma keluar. Sedangkan pada ikan nila betina memiliki warna lebih
gelap dan bentuk badannya lebih membundar (Sumarni, 2018).
Jika dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki
ukuran sisik yang lebih besar dibandingkan dengan ikan nila betina. Bentuk dan
rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Sementara
bentuk hidung dan rahang belakang nila betina agak langcip dan berwarna kuning
terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis putus-putus,
sedangkan pada nila betina tidak terputus dan melingkar (Suhendra et al., 2017).

Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas


Jenis kelamin suatu individu ditentukan oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan. Kedua faktor tersebut akan bekerja secara sinergis untuk menentukan
ekspresi fenotipe suatu karakter. Pada kebanyakan ikan air tawar, sexual
dimorphism induk jantan dan betina mudah dibedakan. Karakter meristik memiliki
dasar genetik, namun komponen lingkungan dapat memodifikasi ekspresi karakter
tersebut selama perkembangan larva, sehingga lingkungan dapat mempengaruhi
sifat keturunan (Hayati, 2019).
Diferensiasi gonad ikan sangat fleksibel tergantung pada genus dan
familinya. Namun, secara individual diferensiasi tersebut tergantung pada faktor
eksternal, termasuk pembentukan sel somatik dan sel germinal dalam primordial
gonad serta faktor genetik, lingkungan (misal suhu), perilaku, dan faktor fisiologi.
Pemberian hormon seks (steroid) pada suatu eksperimen, dapat mengatur terjadinya
penentuan dan diferensiasi jenis kelamin ikan (Arifin et al., 2017).
Kesehatan reproduksi atau perkembangbiakan ikan sangat dipengaruhi oleh
perubahan suhu lingkungan perairan, karena suhu merupakan salah satu faktor yang
mmebatasi pertumbuhan, perkembangbiakan, serta penyebaran ikan. ketika suhu
perairan meningkat, dapat meyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas fisiologi
organisme. Selanjutnya dapat meningkatkan laju respirasi sehingga kebutuhan
oksigen meningkat. Perubahan suhu ekosistem air dipengaruhi lama intensitas
cahaya matahari, adanya pertukaran panas antara udara sekitarnya, letak geografis,
serta besarnya penutupan oleh vegetasi berbagai macam tumbuhan. Tingginya
kecerahan ditunjukkan dari besarnya potensi matahari dalam menembus permukaan
suatu perairan. Jika kecerahan tidak baik atau rendah, perairan tersebut dikatakan
keruh. Kekeruhan dalam air sangat mempengaruhi kesehatan ikan (Hayati, 2019).
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada Selasa, 2 Maret 2022.
Praktikum dilaksanakan pada pukul 10.00 sampai selesai

Alat dan Bahan Praktikum


Alat yang diperlukan dalam praktikum ini adalah milimeter blok dan
penggaris untuk mengukur ikan, gunting dan pisau untuk membedah ikan,
handphone sebagai alat dokumentasi, dan alat tulis untuk mencatat hasil
pengamatan.
Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah ikan nila (Oreochromis
niloticus) jantan dan betina sebagai objek praktikum.

Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum adalah sebagai berikut:
1. Disiapkan alat dan bahan praktikum
2. Ikan nila jantan dan betina diukur menggunakan milimeter blok
3. Ikan nila diamati penampakan ciri sekunder pada ikan jantan dan betina
4. ikan nila dibedah dengan cara menggunting dari anus menuju tulang punggung
sampai belakang tutup insang membentuk setengah lingkaran
5. Testis (jantan) dan ovum (betina) dikeluarkan dengan hati-hati dari organ ikan
6. Hasil praktikum didokumentasikan dan dicatat
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil dari praktikum adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Gambar 2. Gonad Ikan Nila Jantan Gambar 3. Gonad Ikan Nila betina
Tabel 1. Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Nilai (Cm)
Morfologi
Jantan Betina
Panjang Total (TL) 27 21
Panjang Standar (SL) 22 17
Tinggi Badan (BdH) 10 8
Fork Length (FL) 6 5

Tabel 2. Ciri Dismorfisme Ikan Nila (O.niloticus)


Keterangan
Karakteristik
Jantan Betina
Bentuk tubuh Ramping Bulat
Bentuk tengkuk kepala Melebar Agak lancip
Halus kasar kepala Kasar Halus
Bentuk ujung sirip Meruncing Tumpul
Bentuk abdominal Datar Besar
Bentuk papila genital Lancip Tumpul
Bentuk lubang genital Kecil Besar
Jumlah lubang genital Dua Tiga
Bentuk sirip anal Meruncing Tumpul
Bentuk sirip perut Panjang Pendek

Tabel 3. Ciri Dikromatisme Ikan Nila (O.niloticus)


Keterangan
Karakteristik
Jantan Betina
Warna badan Cerah Pucat
Warna sirip punggung Memerah Hitam
Warna noktah Merah kehitaman Keputih-putihan
Warna dasar sirip dada Merah Hitam
Warna dasar sirip perut Gelap Merah
Garis-garis pada ekor Putus-putus Tidak terputus
Pembahasan
Berdasarkan praktikum, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ikan nila
jantan memiliki tubuh yang lebih panjang dibandingkan ikan nila betina. Hal ini
dibuktikan dengan panjang total dan panjang standar dari masing masing ikan yaitu
jantan; 22 cm (SL) dan 27 cm (TL), betina; 21 cm(SL) dan 17 cm (TL). Sesuai
dengan pernyataan Rizky (2016) yaitu umumnya ikan jantan mempunyai bentuk
tubuh langsing dan panjang dari pada yang betina yang agak bulat dan pendek.
Ikan nila jantan memiliki testis berwarna putih kekuningan yang berjumlah
sepasang. Hal ini dibuktikan dengan hasil praktikum yang menunjukkan gonad
jantan berupa testis berwarna putih, memiliki bentuk longitudinal dan berjumlah
sepasang. Sesuai pernyataan yaitu testes (gonad jantan) bersifat internal dan
bentuknya longitudinal, pada umumnya berpasangan. Lamprey dan Hagfishes
mempunyai testes tunggal. Pada chodrichtyhes, seringkali gonad yang satu lebih
besar dari pada yang lainnya. Testes ini bergantung pada bagian atas rongga tubuh
dengan perantaraan mesorchium, di bawah atau di samping gelembung gas (jika
ada).
Ikan nila betina memiliki ovarium berwarna kuning dan berjumlah sepasang.
Ovarium ikan nila betina memiliki berat hampir mencapai 70% dari berat tubuh
ikan. sesuai pernyataan Nababa (2019) yaitu terdapat sepasang ovarium yang
memanjang dan kompak. Ovarium terdiri dari oogonia dan jaringan penunjang atau
stroma. Mereka tergantung pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan
mesovaria, di bawah atau di samping gelembung renang jika ada. Ukuran dan
perkembangannya pada rongga tubuh bervariasi dengan tingkat kematangannya.
Pada keadaan matang , ovarium bisa mencapai 70% dari berat tubuhnya.Teleostei
terdapat sepasang ovarium yang memanjang dan kompak.
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, data menunjukkan ikan nila
jantan memiliki perbedaan ciri sekunder dengan ikan nila betina. Sebagaimana ikan
teleostei lainnya, ikan nila jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat ciri
sekunder dirmorfisme saja. Sesuai pernyataan Sifat seksual sekunder ialah tanda-
tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. Satu
spesies ikan yang mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk
membedakan jantan dan betina dengan jelas, maka spesies itu bersifat seksual
dimorfisme. Namun, apabila satu spesies ikan dibedakan jantan dan betinanya
berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu bersifat seksual dikromatisme.
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Ikan nila jantan
memiliki warna tubuh lebih cerah dibandingkan ikan nila betina. Warna pada ikan
sering dimanfaatkan sebagai penciri dalam pengenalan seksual. Sesuai pernyataan
Nababa (2019) yaitu secara umum boleh dikatakan bahwa ikan jantan mempunyai
warna yang lebih cemerlang daripada ikan betina. Bagi ikan jantan warna berfungsi
untuk menarik perhatian ikan betina. Umumnya ikan jantan mempunyai bentuk
tubuh langsing dan panjang dari pada yang betina yang agak bulat dan pendek.
Biasanya ikan jantan berwarna mencolok dari pada ikan betina.
Ikan nila jantan memiliki sepasang (dua) lubang genital yang berfungsi
sebagai saluran urin dan sperma serta feses. Sedangkan ikan nila betina memiliki
tiga lubang, yang berguna sebagai saluran urin, telur, dan feses. Sesuai pernyataan
Martosubroto (2017) yaitu lubang pengeluaran yang dimiliki ikan jantan berjumlah
dua buah, yaitu lubang untuk mengeluarkan urin dan sperma yang terdapat pada
ujung papila serta lubang untuk mengeluarkan feses. Ikan betina memiliki ujung
sirip punggung lebih pendek daripada ikan jantan serta mempunyai tiga lubang
pengeluaran, yaitu lubang anus, pengeluaran telur dan lubang urin.
Ikan nila jantan memiliki sirip punggung yang lebih panjang dan garis sirip
ekor putus-putus. Ikan nila betina memiliki sirip punggung lebih pendek dan sirip
ekor melengkung serta garis yang tidak terputus. Sesuai pernyataan Suhendra et al
(2017) yaitu jika dibedakan berdasarkan jenis kelaminnyabentuk dan rahang
belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Sementara bentuk
hidung dan rahang belakang nila betina agak langcip dan berwarna kuning terang.
Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis putus-putus, sedangkan
pada nila betina tidak terputus dan melingkar.
Ikan nila jantan memiliki papila genital benbentuk lonjong, yang berfungsi
untuk mengeluarkan sperma. Ikan nila betina memiliki bentuk papila bundar. Sesuai
pernyataan Sumarni (2018) yaitu disamping lubang anus terdapat lubang genital
yang berupa tonjolan kecil meruncing yang berfungsi sebagai saluran kencing dan
sperma keluar. Sedangkan pada ikan nila betina memiliki warna lebih gelap dan
bentuk badannya lebih membundar.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ikan nila memiliki alat seksualitas yang digunakan untuk bereproduksi. Jenis
kelamin ikan nila dapat diidentifikasi dengan pengamatan ciri seksual primer dan
sekunder. Seksual primer berupa pengamatan organ yang berhubungan langsung
dengan proses reproduksi. Sedangkan seksual sekunder adalah pengamatan pada
morfologi tubuh ikan nila
2. Ikan nila jantan ditandai dengan adanya testis dalam tubuh. Ini dapat dilihat dari
lubang genital yang berjumlah dua dan bentuk papila meruncing. Apabila ini
distripping, akan mengeluarkan cairan putih bernama sperma. Sedangkan pada
ikan nila betina memiliki ovarium di dalam tubuh, dilihat dari jumlah lubang
genital tiga dan bentuk papila bundar dan berwarna kemerahan.
3. seksualitas primer ikan nila dilihat dengan cara membedah ikan nila. Pada jantan
ditemukan organ testis, dan pada betina ditemukan ovari. Ciri seksual sekunder
dibagi menjadi dua, yaitu dirformisme dan dikromatisme. Ikan nila jantan
memiliki warna tubuh lebih cerah, bentuk tubuh lebih ramoing dan panjang. Sirip
punggung dan anal ikan nila janan lebih panjang. Ikan nila betina memiliki tubuh
lebih bulat dan warna lebih pudar. Sirip punggung dan anal lebih pendek.

Saran
Diharapkan praktikan mampu menguasai materi dengan baik agar praktikum
yang akan dapat berjalan dengan lancar dan mencegah terjadinya kesalahan saat
berlangsungnya praktikum, serta dapat memahami materi mengenai seksualitas
pada ikan nila (Oreochromis niloticus).
DAFTAR PUSTAKA

Almunawwarah., I dan A, N. 2016. Identifikasi Jenis-Jenis Ikan Yang Terdapat Di


Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Di Gampong Lampulo Kecamatan
Kuta Alam Banda Aceh. 4(1):44-50
Amri dan Khairuman, M. l. 2007. Pengaruh Kepadatan Berbeda Menggunakan Rgh
Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan
Nila (Oreochromis niloticus), Metoda Biologi Perikanan. Yayasan
Dewi Sri. Cetakanl, Bogor. 4(3):84-90
Azizah et al. 2019. Efektifitas penambahan vitamin E dalam ransum pakan terhadap
tingkat kematangan gonad induk ikan cupang (Betta splendens).
Aquatic Sciences Journal. 5(1):19-22
Hadi dan Nova. 2009. Hubungan panjang bobot dan faktor kondisi ikan wader bintik
duaBarbodes binotatus di Sungai Barambai Samarinda Kalimantan
Timur.Jurnal Iktiologi Indonesia. 18(2):87-101
Hayati, A. 2019. Biologi Reproduksi Ikan [E-Book]. Airlangga University Press
Hutagalung, S. 2020. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Belanak
(Moolgarda perusii) di perairan Desa Selotong Kecamatan
Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara
[SKRIPSI]. Universitas Sumatera Utara
Lisna. 2013. Seksualitas Nisbah Kelamin dan Hubungan Panjang Berat di Sungai
Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi. 15(2) : 07-14. ISSN. 0852-
8349.
Martosubroto, 2017 Biologi Reproduksi Ikan Nila Di Perairan Rawa Pening
Kabupaten Semarang
Rifin, O., Cahyanti, W., Subagja, J., dan Kristanto, A. 2017. Keragaan Fenotipe Ikan
Tambakan (Helostoma temminkii, cuvier 1829) Jantan dan betina
Generasi Kedua Hasil Domestikasi. Media Akuakultur 12(1)
Rizky, S. 2016. Studi Aspek Biologi Reproduksi Ikan Motan (Thynnichthys
thynnoides Bleeker, 1852) di Oxbow Pinang Luar Desa Buluhcina
Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Universitas Riau, Riau.
Suhendra, C., E, U dan U. 2017. Biologi Reproduksi Ikan Keperas
(Cyclocheilichthys apogon). Di Perairan Sungai Menduk
Kabupaten Bangka. 11(1).
Sumarni. 2018. Penerapan Fungsi Manajemen Perencanaan Pembenihan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) untuk Menghasilkan Benih Ikan yang
Berkualitas. Jurnal Galung Tropika 7(3)
Syahroma, H. 2005. Karakteristik Produksi Ikan Endemik Rainbow Selenbensis
(Telmatherina cerebensis) di Danau Towuti. 11(2)29-37.
LAMPIRAN

Alat

Gambar 1. Gunting dan Pisau Gambar 2. Timbangan

Gambar 3. Alat tulis


Bahan

Gambar 4. Ikan Nila Jantan Gambar 5. Ikan Nila Betina


Gambar 6. Tengkuk Ikan Nila Betina Gambar 7. Tengkuk Ikan Nila Betina

Gambar 8. Papila Ikan Jantan Gambar 9. Papila Ikan Betina

Anda mungkin juga menyukai