Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI KESEHATAN

SIKAP KEPATUHAN DALAM KESEHATAN DAN PERILAKU MENCARI BANTUAN

DOSEN PENGAMPU : EFFEY NOFITA, S.Psi., M.Psi., Psi


KELOMPOK 3
DISUSUN OLEH :
1. CHIKA LARASWATI (22.21.019)
2. ASMAWATI (22.21.001)
3. AMANDA LESTARI (22.21.030)
4. DELLA (22.21.014)
5. ELLIZA MONICA PUSPITA (22.21.010)
6. TIARA AMELIA (22.21.022)
7. SONIA (22.21.008)
8. SHERIN. P (20.21.019)

SEMESTER 2
PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNNIVERSITAS ANAK BANGSA PANGKALPINANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Sikap Kepatuhan Dalam Kesehatan Dan Perilaku Mencari Bantuan” dengan baik
tanpa suatu halangan apapun.

Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
yang mana telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benerang dengan iman Islam serta ilmu. Dengan mencurahkan segala usaha, kemampuan
penulis, makalah ini dapat terselesaikan dengan adanya masukan dan bantuan dari berbagai
pihak.

Maka dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih Semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya, penulis menyadari bahwa penyusunan
makalah ini jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, penulis berharap kepada seluruh
pembaca untuk memberikan saran dan kritik, demi menyempurnakan makalah ini.Semoga
makalah ini bermanfaat.

Penyusun

Kel 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................5
C. TUJUAN......................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN...........................................6
B. CARA MENNGKATKAN KEPATUHAN................................................................................9
C. CARA MENGURANGI KETIDAKPATUHAN.....................................................................10
D. PERILAKU MENCARI BANTUAN......................................................................................10
1. KOMPONEN HELP SEEKING...............................................................................................11
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HELP SEEKING.....................................11
KESIMPULAN..................................................................................................................................13
SARAN...............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kepatuhan berasal ari kata “Patuh” yang
memiliki arti suka menurut terhadap perintah, taat terhadap perintah, aturan dan disiplin.
Kepatuhan merupakan bersifat patuh, taat, tunduk pada suatu ajaran maupun aturan.
Kepatuhan merupakan perilaku positif seorang penderita penyakit dalam mencapai tujuan
terapi. Kepatuhan merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang taat terhadap aturan,
perintah yang telah ditetapkan, prosedur dan disiplin yang harus dijalankan (Rosa, 2018).
Menurut Green dan Kreuter (2000) dalam Rosa (2018) mengatakan bahwa kesehatan
individu atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor perilaku yang merupakan hasil daripada
segala macam pengalaman maupun interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Kepatuhan atau dalam bahasa inggris disebut
dengan complying merupakan salah satu bentuk perilaku yang dapat dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal.
Menurut Safarino (dalam Tritiadi, 2007) mendefinisikan kepatuhan atau ketaatan
(compliance atau adherence) sebagai: “tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan
perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sacket (Dalam Neil Niven, 2000) mendefinisikan kepatuhan
pasien sebagai “sejauhmana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh
professional kesehatan”. Pasien mungkin tidak mematuhi tujuan atau mungkin melupakan
begitu saja atau salah mengerti instruksi yang diberikan.
Dapat disimpulkan kepatuhan merupakan suatu disiplin untukmencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuham
2. Cara meningkatkan kepatuhan
3. Cara mengurangi ketidakpatuhan
4. Perilaku mencari bantuan ( Help Seeking )

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi kepatuhan
2. Untukmengetahui cara meningkatkan kepatuhan
3. Untuk mengetahui cara mengurangi ketidakpatuhan
4. Untuk mengetahui faktor health seeking behavior
BAB II

PEMBAHASAN

A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN

Kepatuhan berasal dari kata “Patuh”. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), Patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan
berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk pada ajaran dan aturan.
Kepatuhan adalah perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi. Kepatuhan
merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang taat pada aturan, perintah yang telah
ditetapkan, prosedur dan disiplin yang harus dijalankan. Green dan Kreuter (2000)
mengatakan kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor perilaku
yang merupakan hasil daripada segala macam pengalaman maupun interaksi manusia
dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Kepatuhan (complying) merupakan salah satu bentuk perilaku yang dapat dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Smeth (2004) mengatakan bahwa kepatuhan adalah
ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditetapkan.

Compliance merupakan bentuk pengaruh sosial yang dipengaruhi oleh permintaan


langsung ataupun tidak langsung dari orang lain. Compliance menujuk pada sejauh
mana seorang individu mengiyakan atau menolak permintaan orang lain. Compliance
merupakan salah satu kontruk psikologi yang banyak dipelajari pada psikologi sosial,
khususnya perilaku prososial. Tokohnya adalah Robert C. Cialdini, yang melakukan
serangkaian penelitian melalui observasi langsung. Menurut Cialdini dan Martin
(2004) terdapat enam prinsip dasar dalam hal kepatuh. Hal-hal tersebut yakni
komitmen, hubungan social, kelangkaan, reprositas, validasi social, dan otoritas.
Dalam prinsip komitmen dan konsistensi, ketika kita telah mengikatkan diri pada
suatu posisi atau tindakan, kita akan lebih mudah memenuhi permintaan akan suatu
hal yang konsisten dengan posisi atau tindakan sebelumnya. Prinsip-prinsip dasar
compliance itu adalah sebagai berikut (Cialdiani dalam Sarlito, 2009):

1. Pertemanan atau rasa suka.


Kita cenderung lebih mudah memenuhi permintaan teman atau orang yang kita sukai
daripada permintaan orang yang tidak kita kenal, atau kita benci.

2. Komitmen atau konsistensi.


Saat kita telah mengikatkan diri pada suatu posisi atau tindakan, kita akan lebih
mudah memenuhi permintaan akan suatu hal yang konsisten dengan posisi atau
tindakan sebelumnya.

3. Kelangkaan.
Kita lebih menghargai dan mencoba mengamankan objek yang langka atau berkurang
ketersediaannya. Oleh karena itu, kita cenderung memenuhi permintaan yang
menekankan kelangkaan daripada yang tidak.
4. Timbal balik.
Kita lebih mudah memenuhi permintaan dari seseorang yang sebelumnya telah
memberikan bantuan kepada kita. Dengan kata lain, kita merasa wajib membayar
utang budi atas bantuannya.

5. Validasi sosial.
Kita lebih mudah memenuhi permintaan untuk melakukan suatu tindakan jika
konsisten dengan apa yang kita percaya orang lain akan melakukannya juga. Kita
ingin bertingkah laku benar, dan satu cara untuk memenuhinya adalah dengan
bertingkah laku dan berpikir seperti orang lain.

6. Otoritas.
Kita lebih mudah memenuhi permintaan orang lain yang memiliki otoritas yang
diakui, atau setidaknya tampak memiliki otoritas.

Dari enam prinsip dasar tentang compliance (pemenuhan keinginan) diatas,


merupakan celah seseorang untuk meminta sesuatu kepada kita. Menurut Cialdini,
manusia cenderung berespon secara otomatis terhadap permintaan orang lain
(automatic responding). Artinya manusia memiliki pola tingkah laku yang otomatis
dipicu oleh adanya satu bentuk informasi yang relevan dalam situasi tertentu.
Informasi tersebut memicu individu untuk mengambil tindakan tanpa menganalisis
seluruh informasi yang ada dengan hati-hati.

Dalam prinsip hubungan social atau rasa suka, kita cenderung lebih mudah memenuhi
permintaan teman atau orang yang kita suka daripada permintaan orang yang tidak
kita kenal, atau kita benci. Dalam prinsip kelangkaan, kita lebih menghargai dan
mencoba mengamankan objek yang langka atau berkurang ketersediaannya. Dalam
prinsip timbal balik, kita lebih mudah memenuhi permintaan dari seseorang yang
sebelumnya telah memberikan bantuan kepada kita. Dalam prinsip validasi social, kita
lebih mudah memenuhi permintaan untuk melakukan suatu tindakan jika konsisten
dengan apa yang kita percaya, orang lain akan melakukannya juga. Dalam prinsip
otoritas, kita lebih mudah memenuhi permintaan orang lain yang memiliki otoritas
yang diakui, atau setidaknya tampak memiliki otoritas.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu:

1. Pemahaman tentang instruksi


Tidal ada individu yang mematuhi insturksi jika dirinya salah paham terhadap apa
yang teah di instruksikan pada dirinya. Ley dan Spelman (1976) menemukan bahwa
lebih dari 60% responden yang diwawancarai setelah bertemu dengan seorang dokter
salah mengerti tentang instruksi yang telah diberikan kepada mereka. Bahkan kadang
hal ini disebabkan oleh kegagalan professional kesalahan dalam memberikan
informasi lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak sekali
instruksi yang harus di ingat oleh penderita.

2. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan pasien dapat meningkatkan suatu kepatuhan, sepanjang bahwa
suatu Pendidikan tersebut yaitu Pendidikan yang aktif dan diperoleh secara mandiri,
dengat lewat tahapan-tahapan tertentu. Gunarso 1990, (dalam Suparyanto, 2010)
mengemukakan bahwa semakin tua umur sesorang maka proses perkembangan
mentalnya akan bertambah baik, akan tetapi pada umur-umur tertentu bertambahnya
suatu proses perkembangan mental tidak secepat ketika berusia belasan tahun, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa faktor umur dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan individu yang akan mengalami puncaknya pada umur-umur tertentu dan
akan menurun kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia
yang semakin lanjut.

3. Kesakitan dan pengobatan


Perilaku kepatuhan yang lebih rendah untuk penyakit kronis (karena tidak ada akibat
buruk yang segera dirasakan atau resiko yang sangat jelas). Saran yang mengenai
gaya hidup dan kebiasaan yang lama,pengobatan yang yang sangat kompleks,
pengobatan dengan efek samping, serta perilaku yang tidak pantas sering terabaikan.

4. Keyakinan, sikap, dan kepribadian


Suatu kepribadian antara oang yang patuh dan dengan orang yang tidak patuh sangat
berbeda. Orang yang tidak patuh merupakan orang yang mengalami depresi, ansieas,
sanagat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan
memiliki kehidupan sosial yang lebih, memuasatkan perhatian kepada dirinya sendiri.
Kekuatan ego yang lebih akan ditandai dengan kurangnya penguasaan terhadap
lingkungannya. Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan suatu
kepauhan.

5. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga bisa menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan seseorang serta menentukan program pengobatan yang
akan mereka terima. Keluarga juga akan memberikan dukungan dan membuat
keputusan mengenai suatu perawatan dengan anggota keluarga yang sakit. Derajat
dimana seseorang terisolisasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara
negatif sangat berpengaruh dengan kepatuhan.

6. Tingkat ekonomi
Tingkat ekonomi merupakan suatu kemampuan finansial untuk memenuhi segala
kebutuhan hidup, tetapi ada kalanya seorang yang sudah pensiun dan tidak bekerja
biasanya ada sumber keuangan lain yang bisa digunakan untuk membiayai semua
program pengobatan dan perawatan. Sehingga belum tentu tingkan ekonomi
menengah ke bawah akan mengalami ketidakpatuhan dan tingkat ekonomi ke atas
tidak terjadi ketidakpatuha.
7. Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga, teman,
waktu, serta uang merupakan faktor yang penting. Kelaurga dan teman dapat
membantu untuk mengurangi ansietas yang dapat disebabkan oleh penyakit tertentu.
Mereka dapat menghilangkan suatu godaan pada ketidakpatuhan dan mereka sering
kali bisa menjadi kelompok pendukung untuk mencapai suatu kepatuhan. Dukungan
sosial ternyata efektif dinegara seperti indonesia yang memiliki status.

B. CARA MENNGKATKAN KEPATUHAN

Terdapat beberapa faktor yang mendukung sikap patuh, diantaranya yaitu menurut
(Notoadmodo, 2003) :
1. Pendidikan
Suatu bentuk kegiatan usaha manusia untuk meningkatkan suatu kepribadian atau
merupakan proses perubabahan perilaku menuju dewasa dan penyempurnaan
kehidupan manusia dengan jalan membina dan mengembangkan potensi
kepribadiannya, seperti rohani (cipta, rasa, dan karsa ) dan jasmani.
Dominan Pendidikan dapat di ukur dari :
a. Pengetahuan teh/radap Pendidikan yang telah diberikan (attitude)
b. Praktik atau tindakan yang sehubungan dengan materi pendidik yang sudah
diberikan.

2. Akomodasi
Suatu usaha yang dilakukan guna untuk memahami ciri kepribadian pasien yang
mempengaruhu kepatuhan. Pasien yang mandiri harus di libatkan secara aktif
dalam suatu program kegiatan.

3. Memodifikasi faktor lingkungan dan sosial


Membangun dukungan sosialserta keluarga dan teman-taman itu sangat penting,
Kelompok pendukung dapat dibentuk guna membantu memahami kepatuhan
terhadap suatu program pengobatan.

4. Perubahan model terapi


Suatu program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien terlibat
aktif dalam pembuatan suatu program tersebut.

5. Meningkatkan interaksi professional Kesehatan dengan pasien.

6. Merupakan suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik terhadap
pasien setelah mendapatkan informasi diagnosa.
C. CARA MENGURANGI KETIDAKPATUHAN

Niven (2009) mengatakan, terdapat 5 ca untuk mengurangi ketidakpatuhan, atara lain


sebagai berikut :
1. Mengembangkan tujuan kepatuhan
Individu akan mematuhi nasehat apabila mereka dengan senang hati
mengungkapkan tujuan dari suatu tindakan.
2. Perilaku yang baik sangat dipengaruhi oleh kebiasaan
Sangat perlu dikembangkan suatu cara yang bukan hanya suatu cara untuk
mengubah perilaku, akan tetapi juga untuk sebagai mempertahankan
perubahan tersebut menjadi sebagai sebuah kebiasaan.
3. Control perilaku
Pengontrolan dalam perilaku serig tidak cukup untuk mengubah perilaku
seseorang. Maka dari itu diperlukan bimbingan, penekanan, serta keteladanan.
4. Dukungan
Dukungan yang dimaksud merupakan dukunan berupa dana, waktu, serta
sosial tempat tinggal yang dapat menumbuhkan kepatuhan terhadap
pelaksanaan auran yang sudah di terapkan. Dalam mewujudkan perilaku patuh
atau tidak patuh dimulai dari
kesadaran individu tentang stimulus, kemudian memunculkan tanggapan
berupa pendapatan sikap yang akan menimbulkan perilaku sesuai dengan apa
yang dipersepsikan, sehingga pada akhirnya akan muncul perilaku patuh
ataupun tidak patuh.

D. PERILAKU MENCARI BANTUAN

Definisi dari Perilaku help seeking secara umum didefinisikan sebagai aktivitas yang
melibatkan satu atau lebih sosial mitra tidak bisa untuk memecahkan masalah
sendirian. Perilaku help seeking dianggap sebuah adaptif belajar strategi bahwa
berkontribusi untuk itu pengembangan dari diatur sendiri belajar yang melibatkan
menggunakan kompetensi kognitif (Marchand, 2004).
Perilaku help seeking adalah bentuk penanggulangan yang mengandalkan orang lain,
dan karena itu sering didasarkan pada hubungan sosial dan keterampilan
interpersonal. Bantuan dapat dicari dari berbagai sumber yang berbeda-beda di tingkat
formalitas. Informal pencarian bantuan adalah dari hubungan sosial informal, seperti
teman-teman dan keluarga.
Formal bantuan dalam mencari dari sumber profesional bantuan yaitu:
profesional yang memiliki peran diakui dan pelatihan yang tepat dalam memberikan
bantuan dan nasihat, seperti kesehatan mental dan Kesehatan profesional, guru,atau
bahkan ahli agama. Namun, bantuan dapat dicari dari sumber yang tidak melibatkan
kontak langsung dengan orang lain, seperti internet ( Rickwood, dkk 2005).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Perilaku Help seeking atau yang
disebut mencari bantuan adalah perilaku aktif mencari bantuan dari orang lain baik
secara fisik maupuan psikis.
1. KOMPONEN HELP SEEKING

Menurut Rickwood, dkk (2005) ada Tiga komponen penting telah diidentifikasi
untuk pengukuran perilaku help seeking yaitu, waktu, sumber bantuan, dan jenis
bantuan, sebagai berikut:
a. Waktu
Pada perilaku help seeking adanya perubahan dari waktu ke waktu termasuk masa
lalu dan perilaku baru dan niat perilaku masa depan merupakan hal yang penting
untuk dapat menilai setiap perubahan dari diri individu.
b. Sumber Bantuan
Dalam perilaku help seeking perlu mencari informasi atas Sumber bantuan dari
berbagai sumber, baik formal dan informal baik secara umum ataupun secara
khusus.
c. Jenis Bantuan
Perilaku help seeking harus mampu mengetahui masalah yang sedang dihadapi
dan berbagai masalah yang dihadapi secara baik sehingga bisa solusi masalah
yang dibutuhkan secara tepat .

Sementara itu menurut Nadler (1987) menyatakan dalam perilaku help


seeking umumnya mendefinisikan perilaku mencari bantuan sebagai proses
interaktif tiga arah yang melibatkan penerimanya, pembantu dan tugas atau
masalah.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HELP SEEKING

Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku mencari bantuan menurut


Rickwood, dkk (2005) yaitu:
a. Kompetensi Emosional.
Tinggi rendahnya kompetensi emosional yang dimiliki individu adalah merupakan
faktor yang dapat menentukan perilaku help seeking seseorang. Rendahnya
tingkat kompetensi emosional merupakan penghalang untuk mencari bantuan,
individu yang memiliki tingkat kompetensi emosional yang lebih tinggi akan
dapat menyadari secara
baik masalah yang dihadapi dan berusaha sendiri dalam mencari bantuan bantuan
dan berusaha untuk mencari bantuan kepada fasilitator baik secara formal
mauapun informal.

b. Sikap Positif terhadap Pengalaman


Penilaian terhadap Pengalaman adalah salah satu faktor perilaku help seeking.
Pengalaman masa lalu yang negatif dapat menjadi hambatan untuk mencari
bantuan profesional, sedangkan pengalaman masa lalu yang positif akan berusaha
dalam melakukan perilaku help seeking. Individu yang telah dibantu oleh seorang
profesional yang memiliki pengalaman positif lebih cenderung berniat untuk
mencari
bantuan di masa depan. Individu yang memiliki pengalaman masa lalu yang
positif akan lebih positif pula dalam sikap untuk mencari bantuan di masa depan.
c. Pengaruh Sosial dalam mencari bantuan.
Pengaruh sosial dalam mencari bantuan sangat memiliki peran dalam hal perilaku
help seeking. Individu memiliki dukungan sosial yang baik akan mendapatkan
dorongan sosial yang baik dari lingkungannya dalam mencari bantuan. Tekanan
dari lingkungan sangat berpengaruh dalam hal perilaku help seeking. Orang tua
sangatlah berpengaruh untuk anak-anak dan remaja dalam hal mencari bantuan
dalam menjalankan
kehidupan. Selain orang tua dukungan dari teman,sahabat dan lingkungan sosial
lainnya dapat berpengaruh dalam hal mencari bantuan.

d. Mendirikan Kepercayaan Dalam Hubungan.


Perilaku help seeking menunjukkan bahwa orang lebih cenderung untuk mencari
bantuan dari teman-teman dan keluarga mereka untuk masalah-masalah pribadi
dan emosional daripada dari sumber lain dikarenakan adanya kepercayaan yang
telah dibangun dari lingkungan teman kelurga terdekat.
KESIMPULAN

Kepatuhan adalah perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi.


Kepatuhan merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang taat pada aturan,
perintah yang telah ditetapkan, prosedur dan disiplin yang harus dijalankan dan
perilaku help seeking adalah aktifitas yang melibatkan satu atau lebih sosial mitra
tidak bisa untuk memecahkan masalah sendirian.

SARAN

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi
para pembaca. Semoga makalah ini bisa digunakan sebagai sumber acuan untuk
makalah-makalah lain tentang sikap kepatuhan dalam Kesehatan dan perilaku
mencari bantuan.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umpo.ac.id/5444/3/bab%202%20acc.pdf

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjp_
OKWhaL-AhUUg2MGHdkyBMsQFnoECAgQAw&url=https%3A%2F
%2Frepository.uin-suska.ac.id%2F13707%2F7%2F7.%2520BAB
%2520II_201898PSI.pdf&usg=AOvVaw0t9ASFtRO4xDo20XJrUCrS

Anda mungkin juga menyukai