Anda di halaman 1dari 2

Ini Kata Psikiater tentang Fenomena "Childfree" di Kalangan

Pasangan Muda
Kompas.com, 8 Juni 2022, 15:00 WIB

Oleh: Fauzi Ramadhan dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Childfree atau menikah tanpa anak sempat menjadi buah bibir yang
ramai diperbincangkan di media sosial.

Dilansir dari Cambridge Dictionary, istilah ini merujuk pada orang atau pasangan
yang memutuskan untuk tidak memiliki anak atau keturunan.

Di Indonesia, keputusan yang bersifat personal ini acap kali dipandang tabu dan
sensitif karena dianggap mendobrak budaya serta agama.

Meskipun demikian, keputusan ini tetap dijalankan oleh banyak pasangan muda,
seperti YouTuber Gita Savitri Devi bersama dengan suaminya.

Lantas, apa yang menjadi alasan sebenarnya dari pelaku childfree ini? Mengapa
banyak pasangan muda memilih keputusan ini? Selain itu, apakah ada perspektif
psikologis dari childfree?

Bersama dr. Dharmawan A. Purnama, seorang PhD. Psychiatrist, psikiater dari


FKUI, dan Doktor Filsafat STF Driyarkara, kita akan diajak untuk menjawab
pertanyaan tersebut dalam episode siniar (podcast) Anyaman Jiwa bertajuk “Tren
Childfree di Kalangan Pasangan Muda”.

Meskipun demikian, keputusan ini tetap dijalankan oleh banyak pasangan muda,
seperti YouTuber Gita Savitri Devi bersama dengan suaminya.

Lantas, apa yang menjadi alasan sebenarnya dari pelaku childfree ini? Mengapa
banyak pasangan muda memilih keputusan ini? Selain itu, apakah ada perspektif
psikologis dari childfree?

Bersama dr. Dharmawan A. Purnama, seorang PhD. Psychiatrist, psikiater dari


FKUI, dan Doktor Filsafat STF Driyarkara, kita akan diajak untuk menjawab
pertanyaan tersebut dalam episode siniar (podcast) Anyaman Jiwa bertajuk “Tren
Childfree di Kalangan Pasangan Muda”.

Alasan Childfree
“Orang memilih childfree itu ada banyak alasan, bukan hanya masalah emosional
atau trauma masa lalu, tetapi (juga) ada masalah kondisi fisik dan kesehatan
pasangan,” ungkap Dharmawan.

“Kemudian juga pada pemeriksaan kesehatan pranikah ada penyakit bawaan yang
kemungkinannya serius untuk muncul bila mempunyai anak (sehingga mereka
memilih childfree),” tambahnya.
Beragamnya alasan seseorang atau pasangan memutuskan untuk childfree ini
membuat kita tidak bisa melihat fenomena ini dari sudut pandang negatifnya saja.

Bahkan, menurut Dharmawan, beberapa alasan orang memilih childfree—seperti yang sudah
disebutkan di atas—sesungguhnya dilakukan demi meminimalisasi masalah-masalah serius
yang kelak timbul. Childfree dari Kacamata Psikiater Sebagai seorang psikiater, Dharmawan
turut mengurusi fenomena childfree ini. Sebab, beberapa alasan seseorang melakukan hal ini
diakibatkan persoalan psikologis. “Perlu sebuah konseling yang mendalam, misalnya (ketika) di
keluarga ada yang mengalami gangguan mental serius yang menurun, seperti skizofrenia,
retardasi mental, dan autisme. Ini perlu dikonselingkan supaya pasangan siap atau tidak (dalam
memutuskan childfree ini),” tutur pria yang menamatkan pendidikan Kedokteran Umum pada
2002 ini. Namun, ketika alasan childfree diakibatkan akibat masalah emosional atau trauma
masa lalu, Dharmawan menyarankan untuk membereskan masalah tersebut terlebih dahulu.

Hal ini dilakukan agar pelaku childfree benar-benar matang dan sadar atas pilihannya. “Saya
rasa itu diberesin dulu dari segi psikis dan mental. Jika itu sudah beres, maka kita bisa memilih
dengan pertimbangan yang lebih jernih,” ucap Dharmawan. Secara lebih dalam, Dharmawan
menawarkan langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum memutuskan untuk childfree,
terutama mereka yang sedang mengatasi tekanan psikologisnya. Tahap pertama adalah
mengobati (healing). Seperti sudah disebutkan di atas, tahap ini dilakukan agar seseorang atau
pasangan benar-benar matang dan sadar atas pilihan childfree yang akan dilakukan.

Tahap kedua adalah konseling. Dharmawan menegaskan bahwa tahap ini harus benar-benar
diperhatikan karena, “(Di tahap ini, mereka) memilih saat ini dan kedepannya bagaimana.
Karena hidup itu pilihan dengan segala tanggungjawabnya.”. Selain masalah kesehatan mental,
Dharmawan juga mengungkapkan bahwa ada alasan ekonomi dari childfree ini. Lantas,
bagaimana pandangannya soal ini? Dengarkan lebih lengkapnya dalam siniar Anyaman Jiwa
berjudul “Tren Childfree di Kalangan Pasangan Muda” di Spotify.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Kata Psikiater tentang Fenomena
"Childfree" di Kalangan Pasangan Muda", Klik untuk
baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2022/06/08/150000620/ini-kata-psikiater-tentang-
fenomena-childfree-di-kalangan-pasangan-muda?amp=1&page=2.

Editor : Yohanes Enggar Harususilo

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6


Download aplikasi: https://kmp.im/app6

Anda mungkin juga menyukai