Anda di halaman 1dari 9

Vol. XI No.2 Th.

2012

BUDAYA KERJA GALIE:


(Studi Kasus Budaya Kerja Kalangan Pegawai Negeri Sipil Etnik Minangkabau di
Kabupaten Pasaman Barat)

Aldri Frinaldi

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang


Email: alfrinaldi@gmail.com

Abstract
The work culture of civil servants in this decentralization era tends to come from
the working culture of each ethnic. The difference of culture applied causes the
difference of civil servants’ way, behavior, and action when performing their work. This
research article aims to discuss one of the working cultures of the civil servants from
Minangkabau ethnic group named galie. This research was conducted by using
descriptive-qualitative approach, and the data was collected trough observation,
interview, and documentation study. Data is validated by triangulation and source
triangulation methods.Tthe data analysis is based on Miles and Huberman (2000). The
result of the research shows that the galie work culture has usually been inherited in the
family and society for a period time; hence the galie work culture is also implemented
while working in the local government organization of Pasaman Barat regency. The
research concluded that the galie work culture does not cause work culture that can
harm others, but whenever the work culture exists, the civil servants would be annoyed.
Civil servants who have this work culture tend to avoid risks and prefer simpler work
than their colleagues.
Key words: work ethnict culture, galie, civil servant, Minangkabau ethict

Pendahuluan keseriusan pihak berkuasa di Negara menggali


Indonesia merupakan negara yang potensi budaya etnik agar dijadikan sarana
mempunyai keberagaman warga masyarakat pendukung kemajuan bangsa dan Negara.
yang terdiri dari berbagai etnik, bahasa, dan Banyak hasil penelitian yang dilakukan peneliti
budaya. Keberagaman ini di satu sisi meru- dari Negara barat mengasumsikan bahwa buda-
pakan suatu kekuatan yang dapat memperkokoh ya di Negara-negara Asia dan Afrika termasuk
eksistensi bangsa dan Negara sebab pada budaya yang terdapat di Indonesia dianggap
hakikatnya setiap etnik mempunyai kekuatan kurang dapat mendukung kemajuan Negara.
budaya yang dapat mendukung pembangunan Para peneliti dari negara-negara barat seperti
nasional termasuk pembangunan di daerah Hofstede, Trompenar, Schein, Osborn dan
(Abidin, 2012). Namun kenyataannya dalam Plastrik menyakini budaya kerja yang berasal
berbagai kajian pembangunan di Indonesia, dari nilai-nilai kehidupan budaya terdapat di
masalah potensi budaya dengan berbagai aspek Negara-Negara barat, yang menyebabkan mere-
di dalamnya kurang mendapatkan perhatian ka menjadi negara maju seperti sekarang ini.
yang serius. Fenomena semacam ini mengindi- Oleh sebab itu timbul pula asumsi bahwa
kasikan bahwa pemerintah dan para elite tidak apabila suatu Negara lain mengubah budaya
pernah melihat sebuah kebudayaan sebagai kerjanya seperti budaya kerja yang terdapat di
potensi pengembangan. Sehingga muncul Negara-negara barat maka suatu Negara dapat
asumsi budaya etnik atau budaya lokal masih mencapai kemajuan seperti negara-negara barat
diinterpretasikan sebagai beban bagi kehidupan tersebut. Misalnya hasil penelitian Hofstede
pembangunan (Irwan Abdullah, 2006). (1983; 1986) tentang pengaruh budaya nasional
Gambaran diatas menunjukkan perlunya terhadap budaya kerja para pegawai di

103
Budaya Kerja Galie…

Indonesia kurang mendukung kemajuan Keunikan dan kesuksesan sebahagian


organisasi karena salah satunya masih kuatnya dari warga masyarakat etnik Minangkabau ini
budaya kerja yang dikategorikan paternalistik. telah banyak pula menarik perhatian para
Hal ini terlihat dengan tingginya jarak kuasa peneliti dari berbagai Negara diantaranya Kato
dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. (2005) yang meneliti tentang merantau, kemu-
Namun begitu dari hasil penelitian Rastogi dian Simon (2007) yang meneliti berkaitan
(1986) dan Ouchi (1983) menunjukkan Jepang dengan falsafah Minangkabau yaitu taimpik nak
dengan menggunakan budaya yang terdapat diateh takuruang nak dilua (Caged in on
dalam masyarakat Jepang mampu menjadikan Outside), selanjutnya Groves (2007) tentang
negaranya menjadi Negara maju setara dengan elite di Indoensia yang banyak berasal dari
Negara-negara maju di barat. Padahal budaya etnik Minangkabau pada abad ke 19, begitu
kerja yang terdapat di Negara Jepang tidak Hadler (2008; 2010) yang meneliti tentang
sama dengan budaya yang terdapat di Negara budaya Minangkabau berkaitan dengan garis
barat tersebut. Begitu juga Huntington (2000) keturunan dari ibu yang masih tetap eksis
yang membandingkan Ghana dengan Korea walaupun telah terjadi berbagai perubahan
Selatan dalam kurun waktu lebih kurang sepu- zaman. Ketertarikan peneliti barat tersebut
luh tahun setelah kedua Negara tersebut terlihat dari kenyataan banyaknya warga ma-
memperoleh kemerdekaan ternyata Korea syarakat etnik mencapai kesuksesan di berbagai
Selatan dengan menggunakan budaya masyara- bidang. Yang mana asumsi kesuksesan ini
katnya mampu menjadi Negara yang bergerak disebabkan adanya dukungan kuat yang berasal
menuju Negara maju, dan sekarang ini sudah dari budaya kerja yang terdapat dalam masya-
dapat dikatakan setara pula dengan Negara- rakat etnik Minangkabau.
negara maju di dunia. Dalam artikel ini diketengahkan salah
Kenyataan hasil penelitian di atas mem- bentuk budaya kerja yang menjadi temuan
perlihatkan bahwa tidak harus mengikuti penelitian disertasi penulis yaitu galie. Pentin-
budaya di Negara-negara barat untuk menjadi gnya penulisan ini disebabkan banyak orang-
Negara maju seperti Negara-negara di barat. orang lain yang bukan berasal dari etnik Mi-
Karena itu pentingnya penelitian ini untuk nangkabau mengganggap bentuk budaya kerja
menggali berbagi potensi budaya yang terdapat ini berkonotasi negatif. Padahal sebenar ini
di Indonesia untuk menjadi budaya kerja yang sejati tidak bernuansa negatif sebab berbeda
dapat membawa kemajuan bagi bangsa dan makna galie dengan licik, seperti juga yang
Negara ini. Salah satu etnik yang terdapat di dikemukakan oleh Amir MS (2003) dalam
Indonesia ialah masyarakat etnik Minangkabau. bukunya yang berjudul “Adat Minangkabau:
Etnik Minangkabau memang banyak Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang”. Dalam
menarik perhatian para peneliti dari berbagai penulisan ini dikemukakan permasalahan yang
Negara selain para peneliti di Indonesia. Secara hendak dibahas yaitu bagaimanakah bentuk
jumlah dibandingkan dengan ratusan etnik yang budaya kerja galie di kalangan warga masya-
ada di Negara Indonesia dapat terlihat dari rakat etnik Minangkabau? Namun begitu penu-
berbagai sensus yang pernah ada menunjukkan lisan ini juga mengalami keterbatasan berkaitan
jumlah warga masyarakat berasal dari etnik ini dengan data yang ditampilkan sesuai dengan
tidak besar persentasenya. Apalagi dibanding- masa pengumpulan data yang telah dilakukan.
kan dengan etnik Jawa yang mempunyai jumlah Karena itu hasil dari penulisan ini tidak
warga masyarakatnya terbesar atau mayoritas di digeneralisir sebagai bentuk budaya kerja yang
Indonesia. Tetapi uniknya, etnik ini mempunyai senantiasa diterapkan oleh warga masyarakat
kemampuan eksistensi yang cukup mence- etnik Minangkabau.
ngangkan berbagai pihak baik di Indonesia
maupun di luar negeri. Di antaranya kepiawaian Kajian Teoritis
warga masyarakat berasal dari etnik Minang- Budaya
kabau dalam dunia perdagangan atau bisnis. Budaya berasal dari bahasa sansakerta
Salah satu bentuknya rumah makan atau budhayah sebagai bentuk jamak dari kata dasar
restoran Minang atau rumah makan Padang “budhi” yang artinya akal atau segala sesuatu
boleh banyak dijumpai di berbagai daerah di yang berkaitan dengan akal pikiran, nilai-nilai
Indonesia mahupun di beberapa Negara lain di dan sikap mental (Kepmenpan No. 25/KEP
dunia.
104
Vol. XI No.2 Th. 2012

/M.PAN/04/2002). Menurut Koentjaraningrat dipedomani manusia dan suatu kelompok


(2004) dan Suparlan (1999) budaya dari asal masyarakat yang digunakan sebagai petunjuk
kata budidaya mempunyai makna member- dalam mengatur tingkah lakunya.
dayakan budi sebagaimana dalam bahasa Budaya pada masa modern sekarang ini
Inggris di kenal sebagai culture (latin – cotere) tidak hanya dilihat dalam aspek kehidupan
yang semula artinya mengolah atau menger- secara antrpologis semata, tetapi juga telah
jakan sesuatu (mengolah tanah pertanian), dilihat sebagai salah satu aspek penting yang
kemudian sejalan dengan perkembangan ilmu mempengaruhi kemjuan suatu organisasi, baik
pengetahuan dan teknologi manusia dan pada organisasi public maupun organisasi
masyarakat mengaktualisasikan budaya dalam privat. Menurut Newstrom dan Davis (dalam
bentuk nilai (value), karsa (creativity), dan hasil Aurik, 2011) budaya mempunyai peranan
karyanya (performance),guna meningkatkan sangat penting dalam mendukung keberhasilan
taraf kehidupannya. suatu organisasi atau satuan kerja. Sebab
Selain itu budaya dapat pula diartikan menurut (Triguno, 2004) budaya memberikan
sebagai seperangkat perilaku, perasaan dan identitas pegawai dalam suatu organisasi yang
kerangka psikologis yang terinternalisasi sangat dapat menjadi sumber stabilitas serta konti-
mendalam dan menjadi menjadi pengikat nyuitas organisasi. Karena itu budaya memban-
kebersamaan para anggota dalam suatu orga- tu merangsang pegawai untuk antusias akan
nisasi (Osborn dan Plastrik dalam Mariati, 2012 tugasnya.
dan Muh. Hanif, 2011). Oleh karena itu budaya
mencerminkan usaha untuk memenuhi penentu Budaya Kerja
harapan dan cara bertindak dalam kehidupan Budaya kerja merupakan pandangan
sehari-hari (Kotler dalam Mariati, 2012). Secara yang dianut oleh para pegawai atau anggota
umum budaya dapat dibagi menjadi 3 macam suatu organisasi yang pada prinsipnya berasal
dari aspek jenisnya yaitu: 1) hidup-kebatinan dari budaya organisasi dimana mereka bekerja.
manusia yang tercermin dalam kehidupan Karena itu menurut Triguno dan Supriyadi
bermasyarakat dengan adat-istiadatnya; 2) (2006) suatu budaya kerja merupakan suatu
pengharapan kehidupan manusia dan masya- nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan yang
rakat yang tercermin dalam keluhuran bahasa, tercermin dari sikap menjadi perilaku dan
kesusasteraan dan kesusilaan; 3) kepandaian tindakan dalam bekerja. Apabila budaya kerja
manusia dan masyarakat yang tercermin dalam ini dikaitkan dengan pegawai negeri sipil maka
aktifitas pencarian nafkah seperti perniagaan, dapat didasarkan kepada pengertian budaya
kerajinan, pelayaran, hubungan lalu-lintas, kerja dalam Kepmenpan Nomor: 25/KEP/
kesenian dan lain-lain (Ki Hajar Dewantara M.PAN/04/2002 tentang Pedoman Budaya
dalam Husamah, 2010). Kerja bagi Aparatur Negara yaitu cara kerja
Karena itu, suatu budaya dapat didefi- sehari-hari pada organisasi tempat ditugaskan
nisikan sebagai kumpulan pengetahuan manusia untuk senantiasa bekerja lebih baik dalam
dan masyarakat yang digunakannya untuk penyelenggaraan tugas kepemerintahan, dan
memahami dan menginterpretasi cara mengha- memuaskan bagi masyarakat yang dilayani
dapi tantangan kehidupan sehari-hari, (Kepmenpan Nomor: 25/KEP/M.PAN/04/
mengaktualisasikan diri dalam lingkungan 2002). Kehadiran budaya kerja yang ditetapkan
berdasarkan pengalamannya, kemudian berda- oleh Pemerintah ini dimaksudkan agar para
sarkan itu hasil pengetahuan bersama itu PNS dapat meningkatkan mutu dalam bekerja.
menjadi pedoman bagi tingkah laku manusia Bentuk penerapan budaya kerja yang
dan masyarkat tersebut dalam kehidupan digunakan oleh para PNS dapat menyebabkan
berkelompok. Budaya secara luas menurut adanya perbedaan dalam cara bekerja karena
Kluckhohn (dalam Aldri dan Muhamad Ali, beda budaya kerja yang diterapkan maka
2011; 2012a; 2012b) adalah hasil pengalaman berbedanya pula nilai-nilai dalam sikap,
dari proses kehidupan sehari-hari manusia dan perilaku dan tindakan dalam bekerja. Seperti
kelompok masyarakat yang meliputi cara dikemukakan Deal dan Kennedy (dalam
berfikir, hasil karya dan cara melakukan suatu Husamah, 2010) apabila para pegawai mampu
tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat mempunyai budaya kerja yang positif tentunya
ini didukung oleh Clifford Geertz (1986) mamapu menyelesaikan pekerjaan secara kritis,
budaya merupakan sekumpulan nilai yang kreatif, dan penuh kesungguhan. Pendapat ini
105
Budaya Kerja Galie…

didukung oleh Eliason, et al. (dalam Aurik, etnik tertentu maka dapat pula seseorang atau
dkk, 2011) bahwa nilai-nilai budaya kerja yang sekelompok tersebut diketahui dari mana ia atau
dipegang teguh oleh seseorang tercermin dalam mereka mempunyai etnik asalnya (Aldri Fri-
perilaku dan sikap pegawai di tempat kerja dan naldi dan Muhamad Ali Embi, 2011 ; 2012a :
nilai-nilai ini dipengaruhi oleh latar budaya 2012b). Budaya kerja etnik melekat dalam diri
pegawai tersebut. Aurik (2011) bahwa latar seseorang apabila ia dibesarkan dalam sebuah
belakang budaya etnik yang berbeda dapat keluarga atau lingkungan yang masih
menyebabkan perbedaan pula dalam pemben- menurunkan nilai-nilai etniknya kepada para
tukan nilai-nilai personal pegawai. Kebera- anggota keluarga atau lingkungannya. Tetapi
gaman nilai-nilai personal pegawai tersebut apabila seseorang ini tidak lagi mewarisi nilai-
dapat memberikan pengaruh langsung maupun nilai etnik dari keluarga atau lingkungannya,
tidak langsung kepada kinerja tim dalam unit walaupun berasal dari suatu kelompok etnik
kerja. Hal ini karena kinerja tim dapat diin- tertentu ia atau sekelompok orang tersebut
terpretasikan sebagai konsep yang dilakukan di tersebut bukan lagi menggunakan atau mempu-
dalam suatu kelompok kerja untuk mengatasi nyai cara pandangan dalam kehidupannya
karakteristik dari masing-masing individu serta seperti kelompok etniknya tersebut. Husamah
proses pencapaiannya. (2010) budaya daerah (budaya etnik) yang ada
di negara merupakan kebudayaan dalam
Budaya Kerja Etnik wilayah atau daerah tertentu yang diwariskan
Menurut Barth (1988) setiap golongan secara turun temurun oleh generasi terdahulu
suku bangsa atau etnik mempunyai seperangkat pada generasi berikutnya pada ruang lingkup
kebudayaan yang melekat pada identitas suku daerah tersebut. Budaya daerah ini muncul saat
bangsa atau etnik tersebut, yang sewaktu-waktu penduduk suatu daerah telah memiliki pola
bila diperlukan dapat diaktifkan sebagai simbol- pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga
simbol untuk identifikasi dan untuk menun- itu menjadi suatu kebiasaan yang membedakan
jukkan adanya batas-batas sosial dengan mereka dengan penduduk-penduduk yang lain.
golongan suku bangsa atau etnik lainnya dalam Salah satu ciri khas karakter etnik yang
interaksi. Geerzt (1981); Suparlan, (1989; dapat terlihat ialah penggunaan bahasa ibu atau
1999); Arumi (2002) dapat pula dijumpai kum- bahasa etniknya. Banyak orang dalam masa
pulan etnik yang tidak membuat sesebuah modern ini telah meninggalkan bahasa ibunya
agama sebagai bahagian indentiti khas mereka, dengan mengganti bahasa nasional (bahasa
disamping wujud kumpulan etnik di Indonesia Indonesia) dalam pergaulan sehari-hari baik
yang secara tegas membuat kenyataan agama yang resmi maupun tidak resmi (dalam kegiatan
sebagai bahagian utama identiti khas kumpulan resmi formal memang harus menggunakan
etnik tersebut. Kebiasaan-kebiasaan dalam bahasa nasional misalnya persuratan resmi
suatu kumpulan etnik secara sedar atau tidak organisasi pemerintah) sehingga dalam konteks
sedar menjadi identiti etnik dan dapat pula ini dapat diasumsikan seseorang tersebut telah
menjadi alat integrasi bagi masing - masing mempunyai cara pandang yang berbeda dengan
kumpulan etnik itu (Suseno, 2001). Pakar lain kelompok etniknya dalam menjalani kehidupan
George Simmel dalam teorinya mengemukakan sehari-hari. Keberadaan bahasa nasional di
bahawa suatu etnik merupakan bentuk proses Indonesia memang sangat penting, karena
sosial yang membentuk sifat dasar dari hasil menurut Irwan Abdullah (2006) bahwa di
interaksi sosial. Hasil interaksi sosial ini mereka Indonesia terdapat 512 bahasa yang berasal
menentukan bentuk panduan dan amalan khas dari multi etnik yang ada dengan berbagai logat,
sebagai indetiti mereka (dalam Ritzer dan dialek dan variasi maupun dalam berekspresi,
Doughlas, 2005). yang mana masing-masing bahasa ini dapat
Budaya kerja etnik ialah suatu nilai- nilai mencerminkan pula perbedaan logika dalam
yang berasal dari suatu etnik tertentu yang berpikir.Lebih lanjut Irwan menjelaskan bahasa
dikenali sebagai karakter khas dalam bekerja. bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi
Nilai-nilai budaya kerja etnik sering kali dibawa sebagai kepribadian karena di dalam bahasa
oleh seseorang dalam bekerja pada organisasi yang beragam itu tersimpan sopan santun dan
atau tempat seseorang bekerja. Dengan bekerja tata kelakuan yang berbeda-beda.
menggunakan cara pandangan yang berasal dari Galie
Orang Minangkabau menamakan tanah
106
Vol. XI No.2 Th. 2012

airnya dengan Alam Minangkabau. Penggunaan dilakukan dengan observasi, wawancara men-
kata “alam” mengandung makna yang tiada dalam, dan studi dokumentasi, yang dilakukan
bertara. Alam bagi mereka ialah segala-galanya, bagi kepentingan artikel berdasarkan data yang
bukan hanya sebagai tempat lahir dan mati, dikumpulkan pada Desember 2010 – April
tempat hidup dan berkembang melainkan juga 2011. Karakteristik informan dan responden
mempunyai makna filosofis. Ini terdapat dalam dalam penelitian ini adalah PNS yang bekerja
ungkapan “alam takambang jadi guru”. Karena pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
itu orang Minangkabau dalam eksistensi Kabupaten Pasaman Barat. PNS yang dimaksud
kehidupannya berupaya dalam harmoni yang dalam artikel ini ialah PNS yang berasal dari
mengikuti dialektika alam yang dinamis. (AA. etnik Minangkabau yang masih dapat berbahasa
Navis, 1986). Minang, mengenal pepatah dan falsafah etnik
Menurut pendapat Aldri dan Muhamad Minangkabau yang diwarisi dari keluarga
Ali (2011a) budaya kerja “galie” di kalangan dan/atau lingkungan masyarakat etnik Minang-
PNS etnik Minangkabau ini dapat dimaknai kabau. Selain itu secara khusus dalam artikel
dari pepatah “duduak marauik batuang, tagak penelitian ini subjek penelitian dipilih para PNS
maninjau jarak” (duduk mengayam bambu, yang memahami makna budaya kerja galie.
berdiri melihat arah yang hendak dituju). Penentuan dengan karakteristik khusus ini
Pepatah berkaitan lainnya” ma ukua bayang- dimaksudkan agar dapat diperoleh informan
bayang sepanjang badan” (mengukur bayang dan responden yang tepat.Pengujian keabsahan
tubuh diri sendiri). Sehingga gambaran makna data menggunakan teknik trianggulasi sumber.
budaya kerja “galie” berlandaskan budaya kerja Keterbatasan penelitian adalah hasil penelitian
penuh perhitungan, sehingga mempunyai ini tidak dapat digeneralisir, disamping itu data
kecenderungan untuk mengelak dari resiko. sebelum dan sesudah masa pengumpulan data
Lebih lanjut kedua menjelaskan lagi Galie ini dilakukan tidak dijadikan bahan analisis.
suatu sikap yang menurut orang diluar etnik Sedangkan teknik analisis data ini merujuk
Minangkabau kurang baik, sedangkan bagi kepada pendapat Miles dan Huberman (1992)
Minangkabau adalah suatu sikap yang baik, yaitu analisis pendekatan kualitatif mengguna-
kerana Galie adalah suatu tindakan yang diam- kan interactive model of analysis.
bil dengan penuh perhitungan guna mengelak-
kan sesuatu hal atau akibat yang kurang menye- Pembahasan
nangkan (2011b). Pendapat lainnya dapat Dari data bersumber pada Badan
ditemukan dalam hasil penelitian Amir MS Kepegawaian, Pendidikan dan Latihan (BKPL)
(2007: 200 - 204) salah satu ciri khas orang kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2011,
Minangkabau iaitu Galie yang mempunyai arti PNS yang mempunyai jumlah besar setelah
seseorang yang bertindak mempertahankan PNS etnik Minangkabau ialah PNS etnik
keuntungan yang sudah diperolehi dan memper- Mandailing kemudian PNS etnik Jawa dan PNS
tahankannya dengan cara tidak memberi dari etnik lainnya yang bekerja pada berbagai
kesempatan kepada orang lain untuk menda- SKPD di Kabupaten Pasaman Barat. Hasil
patkan kesempatan mendapatkan keuntungan. pengamatan dan wawancara menunjukkan
Pendapat ini sejalan dengan pendapat kecendrungan di kalangan PNS etnik Minang-
A.A.Navis (1984) makna Galie atau galir meru- kabau masih mengunakan budaya kerja galie ini
pakan suatu cara hidup yang kreatif yang cer- sewaktu bekerja pada organisasi pemerintah
dik, sehingga seseorang biasa menjadi sese- kabupaten Pasaman Barat. Apalagi dalam
orang istimewa. sistem penggajian dan tunjangan termasuk
pemberian tunjangan daerah diberikan bukan
Metodologi Penelitian berdasarkan ukuran kinerja sesung-guhnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Tetapi berdasarkan pangkat dan golongan serta
secara kualitatif. Maksud pendekatan kualitatif jabatan seorang PNS pada suatu organisasi
yaitu pendekatan yang mengunakan analisis perangkat daerah. Hjk (seorang pejabat eselon
sebab akibat yang terjadi di lapangan (Moleong, IV di sebuah SKPD Kabupaten Pasaman Barat,
1993). Penelitian ini dilakukan melalui studi wawancara 7 Desember 2010) mengungkapkan
lapangan dengan menggunakan pendekatan bahwa “budaya kerja galie ini cenderung
kualitatif untuk menganalisis secara terperinci, muncul secara sadar atau tidak sadar di
jelas dan sistematis. Pengumpulan data kalangan PNS etnik Minangkabau. Hal ini
107
Budaya Kerja Galie…

terjadi karena PNS yang berasal dari etnik dengan cepat pula langsung menjawab
Minangkabau seperti mana PNS dari etnik bagaimana mungkin ringan karena pekerjaan
lainnya di Pasaman Barat cenderung membawa tersebut dilakukan dimulai dengan menyiapkan
budaya kerja etniknya”. Begitupula Kh (staf air yang dimasak hingga membagi minuman
PNS di Sekretariat Daerah) mengungkapkan untuk setiap orang yang ikut gotong royong.
“salah satu bentuk budaya kerja galie ini dapat Bahkan berisiko kena air panas kulit bisa
terlihat melakukan sesuatu tugas yang melepuh, sebab itu bukan suatu pekerjaan yang
diberikan oleh atasan PNS etnik Minangkabau terlalu ringan. Akhirnya dengan penjelasan
cenderung mengajak atau membujuk teman tersebut yang menyetujuinya dan kemudian
sejawatnya untuk mengerjakan bersama-sama. pada yang yang disepakati dilakukan gotong
Kemudian seringkali teman-temannya dari royong.”
etnik lain sebagai rasa sesama teman sejawat Dari gambaran yang diungkapkan oleh
membantunya dengan sungguh sehingga suatu informan tersebut diatas, pegawai yang berasal
pekerjaan menjadi cepat selesai. Berbeda dari etnik Minangkabau tersebut menggunakan
dengan kecenderungan etnik lainnya yang lebih kesempatan dengan cepat yaitu sebelum pemba-
cenderung berusaha mengerjakan pekerjaan gian kerja dilakukan dengan cepat dia berini-
tersebut sendiri kecuali pekerjaan tersebut siatif membantu mengatur pembagian kerja.
ditugaskan dalam tim kerja”. Kemudian juga Para peserta rapat rapat mengira dengan begitu
mengungkapkan Ms (seorang pejabat eselon IV mereka semua tertolong dengan kemudahan
di sebuah Kantor SKPD, wawancara 1 Maret penentuan pembagian kerja. Ini karena tidak
2011) “ pernah suatu hari saya mengadakan perlu banyak dipikirkan dalam rapat tersebut
rapat dengan seluruh pengawai di unit yang apa saja yang dikerjakan dan siapa yang hendak
saya pimpin. Dalam rapat itu disepakati akan mengerjakannya karena telah dibantu membuat
diadakan gorong royong untuk membersihkan rancangan pekerjaan dan ditentukan siapa yang
seluruh ruang kerja di unit ini. Kemudian saat mengerjakan tugas tersebut. Namun setelah itu
akan dilakukan pembagian kerja kegiatan selesai baru mereka teringat bahawa yang
gotong royong itu, maka salah seorang membagi kerja tersebut belum memasukkan
pegawai mengusulkan agar dia diperkenankan pekerjaan yang akan menjadi tugasnya. Sehing-
membantu mengatur pembagian kerja kegiatan ga yang membagi tugas tersebut akhir dapat
gotong royong tersebut. Perlu bapak ketahui di memilih pekerjaan yang dianggapnya lebih
unit saya ini terdapat pegawai baik Pegawai ringan.
Negeri Sipil (PNS), Pegawai Tidak tetap (PTT) Dalam bekerja pada suatu organisasi
yang berasal dari etnik Minangkabau, etnik secara sadar maupun tidak sadar para pegawai
Mandailing dan etnik Jawa. Nah, pegawai yang memperlihatkan perilaku dalam bertindak yang
mengusulkan tadi kebetulan berasal dari etnik mencerminkan bentuk khas budaya kerja yang
Minang. Setelah saya tanyakan kepada apar diyakininya sebagai suatu pandangan dalam
peserta rapat tersebut akhir mereka menyetujui bekerja. Hasil penelitian ini mendukung hasil
pegawai tersebut melakukan pembagian kerja, penelitian yang pernah dilakukan oleh Kato
tetapi harus dilakukan dalam masa rapat (2005); Simon (2007) dan Amir MS (2003)
tersebut berlangsung. Kemudian dia berdiri cenderung seseorang yang berasal dan mewarisi
didepan dan menuliskan bentuk pekerjaan yang nilai-nilai budaya etnik Minangkabau secara
akan dilakukan antara lain, membersihkan sadar atau tidak sadar mempunyai cara bekerja
toilet kantor, membersihkan kaca dan tata letak yang cenderung galie. Walaupun sering para
ruangan, membersihkan halaman dan seba- pegawai yang berasal dari etnik Minangkabau
gainya. Lalu dia membagi habis pekerjaan ini sebahagiannya menganggap dalam bekerja
yang telah dituliskannya kepada semua pega- tidak menerepkan budaya kerja galie, tetapi
wai di unit tersebut. Sebelum rapat saya tutup seperti dikemukakan Miler (Dalam Muh. Hanif,
tiba-tiba seorang pegawai lainnya berkata apa 2011) dalam berbagai aktifitas sehari-hari
yang menjadi tugas dari pegawai yang mem- cenderung terlihat simbol-simbol sosial dari
bantu membagi kerja tersebut. Kemudian den- suatu kelompok masyarakat tertentu. Selain itu
gan tangkas dia menjawab dia mendapat kecenderungan para pegawai menggunakan
bagian pekerjaan menyiapkan minuman, lalu artifak tertentu sebagai bentuk pencitraan diri
yang lainya protes karena pekerjaan tersebut (image) yang terakumulasi dalam sikap dan
dianggap terlalu ringan, tetapi pegawai tadi perilaku.
108
Vol. XI No.2 Th. 2012

Dalam interaksi sosial yang terjadi di lani kehidupan. Sejalan pula dengan hasil pene-
lokasi penelitian ini antara PNS yang berasal litian Kato (2005) status sosial dalam masya-
dari etnik Minangkabau dengan PNS yang rakat Minangkabau cenderung bukan feodalistik
berasal dari etnik lainnya telah terjadi pula tetapi cenderung meningkatkan status sosial
pengaruh budaya kerja galie kepada PNS dalam bentuk perniagaan atau keberhasilan
kalangan etnik lainnya yang bekerja pada menguasai suatu bidang tertentu. Sama hal
berbagai SKPD. Seperti mana teori hegomoni dengan hasil penelitian Hadler (2008 ; 2010)
Gramci, dalam konteks pengaruh etnik etnik pola budaya masyarakat Minangkabau yang
dominan terhadap etnik lainnya yang berada dinamis mencerminkan kemampuan kreatifitas
dalam suatu kawasan pada penelitian ini dan kecerdikan dalam menghadapi berbagai
kawasan SKPD di Pasaman Barat maka budaya perubahan zaman.
kerja etnik galie ini juga telah turut
mempengaruhi budaya kerja PNS etnik lainnya. Simpulan
Hal ini terjadi karena para PNS yang multi Budaya kerja galie seringkali ditafsir
etnik ini telah berinteraksi dalam kurun waktu sebagai suatu hudaya kerja negatif disatu sisi
yang lama, dan senantiasa berinteraksi hingga apabila kurang dipahami makna sesungguhnya.
batas usia pension (BUP) PNS. Seperti pan- Sebab budaya kerja mempunyai kecenderungan
dangan Simmel (dalam Ritzer dan Doughlas, mengelak sesuatu resiko atau berupaya
2005).bahwa interaksi sosial yang lama dapat mengerjakan sesuatu dengan usaha memperoleh
saling mempengaruhi cara bekerja seseorang sesuatu keuntungan tertentu. Keuntungan
atau sekelompok orang. tertentu tersebut bukan berarti material saja
Karena itu interaksi sosial dalam bekerja tetapi bias saja keuntungan dalam bentuk
ini secara perlahan-lahan telah membuat berba- mengerjakan sesuatu lebih ringan daripada
gai etnik lainnya menganggap penting mene- pihak lain dalam suatu pekerjaan yang
rapkan pula budaya kerja galie ini agar dilakukan secara bersama.
memperoleh keuntungan pula dalam bekerja
seperti mana budaya kerja pada umumnya Daftar Rujukan
(kecenderungan) kalangan PNS etnik Minang- Abidin.2012. Diskriminasi Dan Disintegrasi
kabau. Budaya kerja galie sering ditafsirkan Dalam Persfektif Pendidikan
sebagai sesuatu yang negatif di satu sisi. Multikultural di Indonesia. Ikhtiyar,
Namun di sisi lain sebenar budaya kerja galie Volume 10 No. 1. Januari - Maret 2012.
bukan suatu bentuk budaya kerja yang negatif Aldri Frinaldi, dll. 2007. Kesiapan
tetapi sesuatu budaya kerja yang dimaksudkan Menghadapi Pensiun dan Kemungkin-
memperoleh keuntungan dalam bekerja, tanpa an Pensiun Dini bagi PNS. Hasil
bermaksud merugikan pihak lainnya atau meru- Penelitian. Kerjasama Balitbang Provinsi
gikan pekerjaan yang dilakukan. Budaya kerja Sumatera Barat dengan Pusat Studi Hak
galie disisi lainnya juga memerlukan kemam- Asasi Manusia Universitas Negeri
puan berfikir yang kreatif, sebab budaya kerja Padang.
ini memerlukan suatu kecerdikan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Hal ini seperti __________. 2011a. Membangun Budaya Kerja
juga kemukakan oleh Amir MS (2003) galie Pegawai Negeri Sipil Berbasiskan
tersebut harus sejalan dengan kreatifitas dan Budaya Lokal dalam Konsepsi
kecerdikan. Dalam menghadapi tantangan Masyarakat Madani. Buletin
kehidupan sehari-hari manusia harus mampu Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
berfikir kreatif dan cerdik untuk meningkatkan September 2011.
kualitas hidupnya. Hasil penelitian ini juga ___________2011b. Analisa Budaya Kerja
sejalan dengan penelitian Simon (2007) galie Disiplin dan Kesadaran Waktu Pegawai
sebagai salah satu ciri khas masyarakat etnik Negeri Sipil (Studi pada beberapa
Minangkabau menunjukkan cara berfikir yang Pemerintah Daerah di Sumatera Barat).
kreatif dan cerdik. Sebab status sosial di Jurnal Demokrasi. Vol 1. No. 1. Juli –
masyarakat Minangkabau seringkali tidak Desember 2011. Laboratorium Ilmu
ditentukan oleh symbol artifak saja, tetapi Sosial Politik. Fakultas Ilmu Sosial.
cendrung lebih menekan kepada keberhasilan Universitas Negeri Padang.
dalam mengahadpi berbagai tantangan menja- Aldri Frinaldi, dan Muhamad Ali Embi. 2011a.
109
Budaya Kerja Galie…

Pengaruh Budaya Kerja Etnik terhadap Hadler, Jeffrey . 2008a. Muslim and
Budaya Kerja Keberanian dan Kearifan Matriarch : Culture Resilence in
PNS dalam Pelayanan Publik yang Indonesia Through Jihad and
Prima (Studi pada Pemerintahan Colonialsm. Thesis Ph.D. Cornel
Kabupaten Pasaman Barat). E- Jurnal University Press. Ithaca. New York.
Laboratorium Admnistrasi Negara _____________ 2010. Sengketa Tiada Putus.
Vol. 1. No.1. (2011). Edisi Khusus Matriakat, Reformis Islam, Kolonial di
Simposium Nasional; hal 62 -68. Minangkabau. Terjemahan Taufik
http://lab-ane.fisip-untirta.ac.id/wp- Abdullah. Freedom Institute. Jakarta.
content/uploads/
Hofstede, Geertz. 1984. Culture’s
2011/06/10%20Aldri%20Frinaldi.pdf
Consequences : International in Work –
diakses tanggal 21 Desember 2011.
Related Values. Abridged Edition.
_________________________________.2012a Volume 5, Cross-Cultural Research and
. Pengaruh Budaya Kerja Etnik terhadap Methodology Series.
Budaya Kerja Keadilan dan Keterbukaan
__________________1997. Cultures and
PNS dalam Pelayanan Publik yang
Organization. Sofware of the Mind.
Prima (Studi pada Pemerintahan
Intercultural Coperation and its
Kabupaten Pasaman Barat). Dalam
Importance for Survival. McGraw-Hill
Prosiding Seminar Nasional Seminar
New York. IRIC University of Limburg
Nasional Demokrasi dan Masyarakat
at Maastricht, The Nederlands.
Madani FISIP UT Tahun 2011. Hal
534 – 563. ISBN: 978-979-011- 690-0. _________________. Tanpa tahun. Cultural
Editor Anto Hidayat, dkk. FISIP UT, Dimensions For Indonesia. Makalah.
Jakarta. _________________ 2001. Cultures
http://www.fisip.ut.ac.id/attachments/arti Consequences. Comparing Values,
cle/36/Proceeding_Semnas_FISIP_UT_2 Behaviour, Institution, and
011.pdf diakses tanggal 5 April 2011. Organizations Across Nations. Second
________________________________.2012b. Edition. Sage Publication.
The Impact of Ethnic Work Culture On Husamah. 2010. Menusung Kembali
Civil Servant Work Culture (a Case Khazanah Identitas Budaya Bangsa.
Study of Work Culture Punctuality and FKIP Biologi.File 100-109-1-PB
Transparency of Public Service in Geertz, Clifford. 1977. Penjaja dan Raja;
Pasaman Barat). Makalah. Disajikan Perubahan Sosial dan Modernisasi
dalam Seminar Internasional dan Ekonomi di Dua Kota Indonesia.
Seminar Nasional, tanggal 12–14 Juni Gramedia. Jakarta
2012. Fakultas Ilmu Administrasi, __________________. 1983. Abangan, Santri,
Universitas Brawijaya bekerjasama Priyayi Dalam Masyarakat Jawa.
dengan ASPA Indonesia dan IAPA Terjemahan Aswab Mahasin. Pustaka
(Indonesian Association for Public Jaya. Jakarta.
Administration). Innovative Governance
Proceedings 2012. Abstract ISBN: 978- Graves, Elizabeth E. 2007. Asal-usul elite
602-203-291-5. Copyright@June, 2012. Minangkabau modern: respons
Malang. terhadap kolonial Belanda abad
XIX/XX.Yayasan Obor Indonesia.
Amir.MS. 1997. Adat Minangkabau: Pola Jakarta.
dan Tujuan Hidup Orang Minang.
Mutiara Sumber Widya. Jakarta. Irwan Abdullah. 2006. Tantangan
Multikuralisme Dalam Pembangunan.
Aurik Gustomo, dkk. 2011.Pengaruh Nilai- Jurnal Antropologi Sosial Budaya
Nilai Personal dalam Perspektif Dimensi ETNOVISI.Vol. II.No. 1 April 2006
Multikultural terhadap Kinerja Tim
dengan Kepemimpinan Kolaboratif Kato, Tsuyoshi. 2005. Minangkabau
sebagai Variabel Moderator. Jurnal Merantau: Perspektif Sejarah.
Manajemen Teknologi. Volume 10 Terjemahan. Balai Pustaka. Jakarta.
Number 1 2011. Mariati.2012. Transformasi Nilai Demokrasi
110
Vol. XI No.2 Th. 2012

Adat Minangkabau Melalui Theses and Dissertations.


Pembelajaran PKn Dalam http://escholarship.org/uc/item/5fk7j7kt#
Membangun Karakter Bangsa. page-12 diakses tanggal 16 Juni 2010.
Universitas Pendidikan Indonesia. http:// Supriyadi, Gering & Triguno. 2006. Budaya
www. repository.upi.edu 200-1-00346- Kerja Organsasi Pemerintah. Lembaga
MN Bab 2.pdf. diakses tanggal 14 Administrasi Negara Republik Indonesia,
Agustus 2012. Jakarta
Muh. Hanif. 2011. Studi Media Dan Budaya Triguno, 2004. Budaya Kerja : Menciptakan
Populer Dalam Persfektif Modernisme Lingkungan Yang Kondusif Untuk
dan Postmodernisme. Jurnal Meningkatkan Produktivitas Kerja. Ed
KOMUNIKA. Vol.5 No.2 Juli - 6. Golden Terayon. Jakarta
Desember 2011 pp.235-251.
Trompenaars, Fons and Turner, Charles
Simon, Gregory Mark. 2007. Caged in on the Hampden. 1997. Riding The Waves of
outside : Identity, Morality, and Self in Culture-Understanding Cultural
an Indonesian Islamic Community. Diversity in Bussiness. Nicholas Brealey
Dissertations. UC San Diego Electronic Publishing. London.

111

Anda mungkin juga menyukai