Anda di halaman 1dari 35

Materi Kuliah:

ETIKA PROFESI HUKUM


Fakultas Hukum Universitas Jember
Materi Kuliah
m

ETIKA PROFESI HUKUM


Oleh :

I WAYAN YASA, S.H., M.H.


Untuk keperluan sendiri
Om Swastiastu, Om Avighnam Astu Namo Siddham,
Om A no bhadrah kratthavo yantu visvatah (Reg Weda I. 89. 1)
Sekedar mengingatkan :

ETIKA PROFESI HUKUM


KODE ETIK
Dasar Hukum :
1. UU No. 3 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Atas UU No. 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung.
2. Keputusan Bersama Ketua MARI
dan Ketua KY RI
No. 047/KMA/SKB/IV/2009, dan
No. 02/SKB/P.KY/IV/2009
Pasal 32 ayat (1) UU No.3 Tahun 2009 :
• Mahkamah Agung melakukan
pengawasan tertinggi terhadap
penyelenggaraan peradilan
pada semua badan peradilan
yang berada di bawahnya dalam
menyelenggarakan kekuasaan
kehakiman.
Pasal 32A :
(1)Pengawasan internal atas tingkah laku
hakim agung dilakukan oleh Mahkamah
Agung.
(2) Pengawasan eksternal atas perilaku hakim
agung dilakukan oleh Komisi Yudisial.
(3)Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) berpedoman pada
kode etik dan pedoman perilaku hakim.
(4)Kode etik dan pedoman perilaku hakim
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan oleh Komisi Yudisial dan
Mahkamah Agung.
Pengantar :
• Hakim adalah pegawai negeri sipil yang
mempunyai jabatan fungsional.
• Kode etik hakim disebut juga kode
kehormatan hakim.
• Hakim juga adalah pejabat yang
melaksanakan tugas kekuasaan
kehakiman yang syarat dan tata cara
pengangkatan, pemberhetian dan
pelaksanaan tugasnya ditentukan oleh
undang-undang.
Hakim :
• Seorang profesional yang
menjalankan tugas dan
kewajiban sebagai aparat
penegak hukum.
• Bersikap jujur, adil, tegas, dan
berwibawa.
• Tidak memihak dalam mengadili
suatu perkara.
Perkembangan baru tentang Hakim :
▪ The Bangalore Principles of Justice
Conduct, merupakan suatu aturan yang
dapat menjadi patokan atau ukuran
tingkah laku pejabat kekuasaan
kehakiman, meliputi kode etik profesi
hakim, transparansi keuangan, dan
akuntabilitas;
▪ Disetujui bersama para Ketua
Mahkamah Agung pada pertemuan di
Den Haag dari tanggal 25 – 26
November 2002.
Bangalore Principles mengandung prinsip-prinsip
pedoman perilaku hakim (code of conduct), meliputi :
1) Berperilaku Adil;
2) Berperilaku Jujur;
3) Berperilaku Arif dan Bijaksana;
4) Bersikap Mandiri;
5) Berintegritas Tinggi;
6) Bertanggung Jawab;
7) Menjunjung Tinggi Harga Diri;
8) Berdisiplin Tinggi;
9) Berperilaku Rendah Hati; Dan
10)Bersikap Profesional.
Lanjutan :

▪ Kode Etik dan Pedoman Perilaku


Hakim yang dibuat berdasarkan
Keputusan Bersama Ketua MARI dan
Ketua KY Nomor
047/KMA/SKB/2009-
02/SKB/P.KY.IV/2009 tanggal 08 April
2009, mengandung prinsip-prinsip
aturan perilaku yang sama dengan
Bangalore Principles.
Defenisi operasional:
• Etika adalah kumpulan asas atau nilai
yang berkenaan dengan akhlak
mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan / masyarakat;
• Perilaku dapat diartikan sebagai
tanggapan atas reaksi individu yang
terwujud dalam gerakan (sikap) dan
ucapan sesuai dengan apa yang
dianggap pantas oleh kaidah-kaidah
hukum yang berlaku;
Kewajiban Hakim :
• Menggali, mengikuti dan memahami
nilai-nilai hukum yang hidup di
masyarakat. merupakan perumus
dan penggali dari nilai-nilai hukum
yang hidup dikalangan rakyat wajib
memperhatikan sifat-sifat baik dan
buruk dari tertuduh dalam
menentukan dan mempertimbangkan
berat ringannya pidana.
Tanggung jawab hakim :
• Tanggung jawab hakim kepada
penguasa (negara) artinya telah
melaksanakan peradilan dengan baik,
menghasilkan keputusan bermutu, dan
berdampak positif bagi bangsa dan
negara.
• Melaksanakan peradilan dengan baik.
• Peradilan dilaksanakan sesuai dengan
undang-undang, nilai-nilai hukum yang
hidup dalam masayarakat, dan
kepatutan (equity).
Keputusan Adil dan berkualitas :
• Keadilan yang ditetapkan oleh hakim
merupakan perwujudan nilai-nilai
undang-undang, hasil penghayatan nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat, etika
moral masyarakat, dan tidak melanggar
hak orang lain.
• Berdampak positif bagi masyarakat dan
negara. Keputusan hakim memberi
manfaat kepada masyarakat sebagai
keputusan yang dapat dijadikan panutan
dan yurisprudensi serta masukan bagi
pengembangan hukum nasional.
Tanggung jawab hakim kepada Tuhan :
• Tanggung jawab hakim kepada
Tuhan Yang Maha Esa artinya telah
melaksanakan peradilan sesuai
dengan amanat Tuhan yang
diberikan kepada manusia, menurut
hukum kodrat manusia yang telah
ditetapkan oleh Tuhan melalui suara
hati nuraninya.
Kode Kehormatan Hakim memuat 3 etika :
1. Etika kedinasan pegawai negeri sipil.
Etika kedinasan hakim sebagai pejabat
fungsional penegak hukum.
2. Etika hakim sebagai manusia pribadi dan
anggota masyarakat. Uraian Kode Etik
Hakim meliputi : Etika keperibadian
hakim, Etika melakukan tugas jabatan,
Etika pelayanan terhadap pencari
keadilan, Etika hubungan sesama rekan
hakim.
3. Etika pengawasan terhadap hakim.
Poin-poin penting dalam penerapan prinsip kode etik
dan pedoman perilaku hakim:
1. Berperilaku adil:
– Wajib melaksanakan tugas-tugas hukumnya dengan
menghormati asas praduga tak bersalah,
– dilarang memberi kesan bahwa pihak-pihak yang
terlibat dalam perkara berada dalam posisi
istimewa;
– Hakim harus memberikan keadilan, dan tidak
beritikad semata-mata untuk menghukum;
– Memberi kesempatan yang sama kepada setiap
pencari keadilan dalam suatu proses hukum di
Pengadilan;
– Dilarang berkomunikasi dengan pihak yang
berperkara diluar persidangan;
Lanjutan :
2. Berperilaku jujur:
– Hakim tidak boleh menerima dan mencegah
suami atau isteri, orang tua, anak dan anggota
keluarganya , termasuk mengizinkan pegawai
pengadilan atau orang lain di bawah
pengaruhnya berupa hadiah, hibah, warisan,
pinjaman, dari orang yang berperkara atau
mungkin berkepentingan dalam perkara, kecuali
pemberian sejumlah tidak lebih dari Rp.
500.000,- misalnya untuk acara perkawinan,
adat istiadat dll.
– Melaporkan gratifikasi yang diperoleh kepada
KPK, Ketua Muda Pengawasan dan Ketua KY
dalam jangka waktu paling lama 30 hari kerja.
Lanjutan :
3. Berperilaku arif dan bijaksana:
– Dilarang mengadili perkara dimana anggota keluarga
sebagai kuasa atau sebagai pihak yang memiliki
kepentingan;
– Hakim dapat melakukan kegiatan antara lain menulis,
memberi kuliah, mengajar dan turut serta dalam
kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan hukum;
– Hakim tidak boleh memberi keterangan, pendapat,
komentar, kritik atau pembenaran secara terbuka
atas suatu perkara atau putusan BHT kecuali dalam
forum ilmiah;
– Hakim tidak boleh menjadi pengurus atau anggota
parpol, atau secara terbuka menyatakan dukungan
terbuka kepada salah satu parpol;
Lanjutan :

4. Bersikap mandiri:
– Hakim harus menjalankan fungsi peradilan
secara mandiri dan bebas dari pengaruh,
tekanan, ancaman, baik yang bersifat
langsung maupun tidak langsung;
– Hakim wajib bebas dari hubungan yang tidak
patut dengan lembaga eksekutif, legislative
serta kelompok lain yang mengancam
independensi;
Lanjutan :
5. Berintegritas tinggi:
– Hakim harus menghindari hubungan, baik
langsung atau tidak langsung dengan pihak-
pihak yang berperkara, yang perkaranya
sedang diperiksa hakim ybs;
– Hakim dilarang melakukan tawar menawar
putusan, memperlambat pemeriksaan,
menunda eksekusi, atau menunjuk advokat
tertentu, kecuali ditentukan lain oleh UU;
– Hakim dilarang menerima janji, hadiah,
pinjaman dan manfaat lain yang bersifat
rutin, atau terus menerus dari PEMDA;
Lanjutan :

• Hakim dilarang mengadili suatu perkara


apabila memiliki hubungan keluarga, PU,
Advokat dan Panitera yang menangani
perkara tersebut;
• Hakim dilarang mengadili suatu perkara
apabila pernah mengadili, atau menjadi
Penuntut Umum, Advokat atau panitera
dalam perkara tersebut pada pengadilan
lebih rendah;
Lanjutan :

6. Bertanggung jawab:
– Hakim dilarang menyalahgunakan jabatan
untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau
pihak lain;

– Hakim dilarang mengungkapkan atau


menggunakan informasi yang bersifat
rahasia yang didapat dari jabatannya;
Lanjutan :
7. Menjunjung tinggi harga diri:
– Hakim dilarang terlibat dalam
transaksi keuangan, dan transaksi
usaha yang berpotensi memanfaatkan
posisi sebagai hakim;
– Hakim dilarang menjadi Advokat, atau
pekerjaan lain yang berhubungan
dengan perkara, kecuali memberi
nasihat hukum cuma-cuma untuk
anggota keluarga atau teman sesama
hakim;
Lanjutan :
8. Berdisiplin tinggi:
– Disiplin tinggi mendorong terbentuknya
pribadi yang tertib di dalam
melaksanakan tugas, ikhlas dalam
pengabdian dan berusaha untuk
menjadi teladan dalam lingkungannya.
– Penerapan prinsip ini telah dicabut
berdasarkan Putusan Nomor: 36
P/HUM/2011 tanggal 09 Februari 2012).
Lanjutan :
9. Berprilaku rendah hati:
– Dalam melaksanakan pekerjaan bukan
semata-mata sebagai mata
pencaharian melainkan suatu amanat
yang harus dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat dan Tuhan Yang
Maha Esa;
– Hakim tidak boleh bertingkah laku
mencari popularitas, pujian,
penghargaan dan sanjungan dari
siapapun.
Lanjutan :
10. Bersikap profesional:
– Sikap profesional akan mendorong
terbentuk pribadi yang menjaga dan
mempertahankan mutu pekerjaan,
meningkatkan pengetahuan dan
kinerja, sehingga tercapai mutu hasil
pekerjaan, serta efektif dan efisien,
– Penerapan prinsip ini telah dicabut
berdasarkan Putusan Nomor: 36
P/HUM/2011 tanggal 09 Februari 2012).
Pelanggaran Kode Etik Hakim :
• Apabila menurut Majelis Kehormatan
Hakim ternyata seorang hakim
terbukti telah melakukan
pelanggaran, maka berdasarkan
ketentuan pasal 20 ayat (1), hakim
yang bersangkutan diberhentikan
tidak dengan hormat dari
jabatannya.
Alasan Hakim diberhentikan tidak
dengan hormat dari jabatannya :
1. Dipidana karena bersalah melakukan
tindakan pidana kejahatan.
2. Melakukan perbuatan tercela.
3. Terus menerus melalaikan kewajiban
menjalankan tugas pekerjaan.
4. Melanggar sumpah atau janji jabatan.
5. Melanggar larangan pasal 18
(rangkap jabatan).
Kesimpulan :
1. Hakim adalah seorang
profesional yang bekerja secara
independen, jujur dan adil.
2. Pertanggungjawaban atas
perbuatannya dapat
dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat dan Tuhan Yang
Maha Esa.
Matur Sakalangkong
Matur Suksma
Matur Nuwun
Terima Kasih
Thank You
Gracias
Xie Xie
Arigato
Merci
!!!!

Anda mungkin juga menyukai