Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TENTANG KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA

Disusun oleh :

1. Aidila Nurhalizah
2. Sunan arabia purba

3. M. Riski

4. M. Yuraihan

5. Chaca aprina

6. Suci amanda

Kelas :

X-6 Agama

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 2

TEBING TINGGI

T.P 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat, sering kita jumpai masyarakat minoritas dan mayoritas.
Kelompok mayoritas atau kelompok dominan dalam suatu masyarakat merupakan kelompok
yang merasa memiliki kontrol atau kekuasaan untuk mengontrol. Mereka merupakan sumber
daya kekuasaan dalam setting institusi yang berbeda-beda. Setting institusional itu cenderung
lebih penting karena hal tersebut mempengaruhi masyarakat, termasuk penyelenggaraan
pemerintahan, agama, pendidikan dan pekerjaan (ekonomi). Sebaliknya kelompok minoritas
kurang mempunyai akses terhadap sumber daya, bahkan tidak berpeluang mendapat kekuasaan
seperti mayoritas. Inilah ketidakseimbangan kekuasaan dan hal ini yang dapat mendorong
prasangka antara mayoritas dan minoritas.
Hubungan mayoritas-minoritas memiliki nuansa tersendiri, terlebih-lebih di Indonesia
secara historis merupakan bangsa yang heterogen baik suku, etnis budaya, bahasa dan agama.
Dalam masyarakat majemuk seperti di Sumatera Utara, baik agama,budaya, ekonomi dan sosial
politik pada satu sisi menjadi faktor pemersatu, namun pada sisi lain dapat menjadi pemicu
terjadinya konflik. Konflik tersebut lebih sering menjadi manifestasi dari konflik sosial dengan
sumber-sumber keagamaan untuk tujuan-tujuan tertentu dan kepentingan politik.
Banyak cara bagi umat beragama untuk hidup rukun dan bertoleransi positif, serta bekerja
sama secara akrab dalam reformasi sosial, baik secara komunal maupun institusional.
Semestinya masyarakat modern dalam menghadapi perubahan dinamika sosial ataupun
tranformasi sosial semangkin bijak dan aktif dalam menyelesaikan konflik agar korban tidak
berjatuhan dan masyarakat tidak kehilangan karakter budaya bangsa. Membangun visi yang
sama di dalam masyarakat pluralisme bukan sesuatu yang mudah apalagi jika agama menjadi
unsur terkuat di dalam masyarakat pluralisme tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kehidupan beragama masyarakat di Indonesia?
2. Apa faktor perekat dan konflik antar umat beragama di Indonesia?

C. TUJUAN
1. Mengetahui kehidupan beragama masyarakat di Indoniesia .
2. Mengetahui faktor perekat dan konflik antar umat beragama di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kehidupan Beragama Masyarakat di Indonesia


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri lebih dari 17.000
pulau dan jumlah penduduknya disinyalir mencapai lebih dari 237 juta jiwa. Komposisi
penduduknya  terdiri dari dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama atau
kepercayaan. Komposisi penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, yakni sekitar 85,2%
penduduk Indonesia, sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik (3%), Hindu (1,8%),
Buddha (0,8%), dan lain-lain (0,3%), menempatkan Indonesia sebagai negara yang
berpenduduk muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah sebuah Negara Islam.
Sebagai negara kepulauan yang memiliki banyak suku ,bahasa, dan agama, bangsa
Indonesia dipersatukan oleh pancasila sebagai pendoman dengan semboyan "Bhinneka
Tunggal Ika" yang artinya meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu dalam kesatuan negara
Indonesia. Untuk itulah kita sebagai rakyat Indonesia sangat mengayomi dasar negara
Indonesia. Kelima sila yang terdapat dipancasila tersebut memberikan jaminan kepada kita
untuk selalu hidup rukun, aman dan tentram di bumi Indonesia tercinta ini. Ditunjang dengan
peraturan-peraturan daerah, hukum negara, hukum agama dan perundang-undangan yang
mengikat kita sebagai warga negara agar tetap hidup rukun.
Untuk perbedaan dalam beragama, rakyat Indonesia di persatukan oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Perundang-Undangan dan hukum, yang menjamin dan
memberikan kebebasan kepada rakyat Indonesia dalam memeluk agama. Peraturan hukum
tersebut mengikat seluruh umat beragama di Indonesia. Sesama bangsa Indonesia hendaknya
kita semua harus saling menghormati dan memiliki toleransi yang sangat tinggi kepada
saudara-saudara kita yang berbeda agama.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kesadaran bertoleransi agama sangat
dibutuhkan di setiap elemen masyarakat di seluruh wilayah di Indonesia, dari berbagai macam
suku bangsa, adat budaya, ras dan agama yang berbeda-beda kita bisa menciptakan dan
membina kerukunan yang menjadikan kekuatan tak terbantahkan yang hanya dimiliki
Indonesia. Toleransi antar umat beragama yaitu meyakini bahwa agamaku adalah agamaku
dan agamamu adalah agamamu tetapi disini harus saling menghargai agama orang lain dan
tidak boleh memaksakan orang lain untuk menganut agama kita. Sesama bangsa Indonesia
kita tidak diperbolehkan untuk menjatuhkan, mengejek-ngejek dan mencela agama orang lain
dengan alasan apapun karena sejatinya kita adalah sama-sama manusia yang hidup
berdampingan.
Kerukunan merupakan hal penting buat kita semua di tengah-tengah perbedaan.
Perbedaan yang ada tidak menjadi hambatan untuk hidup rukun antar umat beragama.
Kerukunan harus bersifat Dinamis, Humanis, dan Demokratis. Dinamis yang dimaksud
adalah semangat untuk mengembangkan sikap kerukunan serta mengutamakan persamaan
hak, kewajiban, dan perlakuan bagi semua warga negara agar kerukunan beragama dapat
dilaksanakan dengan baik dan tidak merugikan kalangan manapun.
Sepanjang sejarah, agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat
dengan memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun
sisi yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu pertentangan antar masyarakat
beragama. Salah satu perbedaan atau pertentangan yang muncul di tengah masyarakat adalah
interaksi umat beragama. Hal ini merupakan permasalahan yang kerap terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 
Oleh karena itu, sikap tidak toleran atau intoleransi harus dipahami dengan baik,
dilakukan upaya sejak dini, yang kelanjutannya dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan
budaya toleransi, mengelola perbedaan itu menjadi kekuatan dalam kehidupan sosial
keagamaan yang mencerminkan kedewasaan dalam realita perbedaan keyakinan, penafsiran,
pemahaman, dan juga keorganisasi keagamaan. Konflik yang bersinggungan dengan agama
memang saat ini cukup banyak terjadi di Indonesia dan sangat sulit ditemukan solusinya,
terlebih jika kedua belah pihak masing-masing menggunakan dalil agamanya, meskipun
sebuah keniscayaan bahwa semua agama yang hidup di negeri kaya raya penuh susu dan
madu ini tentu saja mengajarkan dan menuntun penganutnya untuk hidup baik guna
mewujudkan Hukum Tuhan yaitu Hukum Cinta.
Jadi, untuk membangun kerukunan umat beragama perlu keterlibatan dari semua
pihak. Pemerintah melalui Undang-undang melindungi setiap penganut agama untuk
menjalankan ajaran agamanya dengan bebas tanpa gangguan. Bukan hanya omongan saja,
partisipasi setiap penganut agama perlu dibuktikan dengan partisipasi nyata dalam kehidupan
beragama. Kondisi tersebut akan bermuara pada terbangunnya kerukunan umat beragama
yang baik di Indonesia. Karena, manusia sejatinya adalah makhluk sosial yang perlu hidup
berdampingan dengan orang lain dan saling membutuhkan. 
Hidup yang damai, rukun, bersahabat dan bersatu padu dalam damai merupakan hal
yang harus diperjuangkan oleh siapapun, sekalipun berbeda agamanya. Dan selanjutnya
sesama umat beragama kita harus selalu merajut tali kasih persaudaraan yang erat agar
kerukunan selalu tercipta di negeri kita tercinta.
B. Faktor Perekat dan Konflik Antar Umat Beragama di Indonesia
Kita ketahui bersama bahwa permusuhan yang dipicu agama merupakan salah satu
penyebab utama permasalahan yang sangat krusial yang dapat membuat masyarakat di suatu
negara terpecah belah, saling bermusuhan yang akhirnya berujung pada pertikaian yang
berkepanjangan. Sudah banyak contoh negara-negara lain di dunia yang hancur akibat
pertikaian terkait oleh isu agama yang tidak bisa ditangani dan diselesaikan dengan baik,
antara lain seperti konflik antara Palestina dengan Israel yang hingga sekarang masih
berlanjut, ISIS di Suriah dan diberbagai negara Arab lainnya, kelompok teroris yang
mengatasnamakan agama dan yang baru-baru ini terjadi yaitu konflik Rohingya di Myanmar,
serta masih banyak lagi konflik-konflik agama lainnya.

Demikian pula di Indonesia, isu agama menjadi isu sentral yang menyebabkan
terjadinya beberapa konflik. Seperti kejadian yang pernah dialami saudara-saudara kita yaitu
konflik antar agama di kota Ambon Maluku yang terjadi pada tanggal 19 Januari 1999,
selanjutnya kerusuhan di Poso Sulawesi Tengah yang merupakan contoh konflik agama yang
berdampak cukup serius dan berlarut larut karena kurang cepatnya penanganan, Poso I terjadi
antara 25-29 Desember 1998, Poso II terjadi antara 17-21 April 2000 serta Poso III terjadi
antara 16 Mei hingga 15 Juni 2000.

Dari konflik tersebut sampai sekarang tidak diketahui pasti seberapa besar korban
dan kerugian yang diderita masyarakat, dan yang pasti kejadian tersebut menimbulkan trauma
serta penderitaan yang mendalam bagi korban dan keluarganya. Contoh terbaru yang masih
hangat dalam benak kita dan menjadi pemberitaan utama di media massa nasional yaitu
penyerangan terhadap tokoh-tokoh agama di berbagai daerah. Walaupun itu belum tentu
dilakukan atas nama agama, namun persepsi yang terbentuk di masyarakat kejadian tersebut
merupakan upaya untuk membenturkan umat agama satu dengan yang lainnya.

Apabila permasalahan tersebut tidak segera ditangani dengan cepat dan tuntas oleh
aparat keamanan maka dikhawatirkan masyarakat bisa terprovokasi sehingga dapat
dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk memecah belah bangsa Indonesia.
Perlu juga menjadi perhatian kita bersama isu agama tersebut dikaitkan dengan Pilkada
serentak 2018 dan pemilu legislatif maupun pemilihan presiden 2019. Kondisi tersebut
tentunya dapat berpotensi meningkatkan suhu politik, menimbulkan ancaman dan konflik
yang dapat mengkoyak kebhinekaan bangsa Indonesia.

Kita berharap dalam gelaran pesta demokrasi tersebut tidak ada oknum partai politik
memanfaatkan isu agama sebagai bagian dari kampanyenya, baik yang dilaksanakan secara
terang-terangan maupun secara tertutup dengan menggunakan media sosial. Dalam konteks
ini, hendaknya masyarakat dapat menyikapinya secara bijak, masyarakat harus bisa memilah-
milah mana informasi yang benar dan mana yang tidak benar atau hoax, termasuk menolak
ajakan partai politik yang menggunakan isu agama dalam menjaring dukungan demi
kemenangan partainya, serta jangan mudah terprovokasi dengan berita-berita yang belum
tentu kebenarannya.

Untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan kerukunan antar umat beragama
di Indonesia, diperlukan peran serta seluruh komponen masyarakat, tokoh agama yang
terutama adalah peran serta pemerintah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah
dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama ini, antara lain Kementerian Agama RI
telah menyosialisasikan regulasi dan penguatan regulasi terkait Kebebasan Beragama dan
Berkeyakinan (KKB). Kemenag juga sedang menyiapkan RUU Perlindungan Umat
Beragama (PUB) dengan melakukan pengembangan kemitraan, penelitian, dan
pendampingan, termasuk saat terjadi masalah pada pemeluk keyakinan di luar enam agama
yang resmi diakui negara.

Begitu juga dengan komitmen aparat keamanan terutama TNI untuk senantiasa
menjaga kerukunan antar umat beragama di Indonesia, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi
Tjahjanto, S.I.P. telah menegaskan komitmennya terhadap toleransi dan kerukunan antar
umat beragama yang sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika,
dengan memberikan pembekalan agama kepada prajurit TNI secara berkala.

“Prajurit TNI selalu diberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan mental


dan sepiritual sebagai landasan keimananan dalam menjalankan tugas pokok menjaga
keutuhan NKRI,” ujar panglima TNI saat menerima tokoh agama di Cilangkap beberapa
waktu yang lalu. Perbedaan agama yang ada di masyarakat Indonesia tidak boleh menjadi
hambatan untuk mewujudkan kehidupan yang rukun dan damai. Kerukunan antar umat harus
mengutamakan semangat kebersamaan, tetap saling menghormati persamaan hak dan
kewajiban serta saling menghargai perbedaan dalam berkeyakinan yang dijamin oleh UUD
1945 Pasal 29 Tentang Kebebasan Beragama. Negara dalam hal ini menjamin dan melindungi
kebebasan setiap warga negara untuk memeluk agama sesuai keyakinan dan kepercayaannya
masing-masing.

Banyak contoh betapa masyarakat Indonesia itu sangat menghormati perbedaan,


penuh kasih sayang dan saling menghargai pemeluk agama satu dengan yang lain. Kegiatan-
kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh masing-masing agama selama ini dapat
dilaksanakan dengan aman dan lancar. Salah satunya adalah kegiatan aksi massa 212 di
Jakarta yang diikuti oleh jutaan umat Islam yang sebelumnya diprediksi menimbulkan
kerusuhan, namun dapat berjalan dengan tertib dan aman. Hal tersebut tidak lepas dari adanya
sikap toleransi yang ditunjukkan oleh saudara-saudara kita yang beragama lain.

Untuk mewujudkan toleransi antar umat beragama di Indonesia setidaknya ada


beberapa sikap dan tindakan yang perlu bersama-sama kita laksanakan yaitu, Pertama,
mengembangkan sikap saling menghargai dan menerima adanya perbedaan. Kedua,
menghormati kesetaraan antara pemeluk agama satu dengan yang lainnya dan memahami
bahwa semua memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. Ketiga, sesama
warga negara harus mempunyai keinginan untuk saling melindungi dan menjaga dengan tidak
memandang agama yang dianut. Agama mayoritas tidak boleh semena-mena terhadap
minoritas. Begitupun sebaliknya sehingga akan terwujud sikap saling tolong menolong,
kerjasama dan gotong royong yang tulus untuk membangun demi kemajuan bangsa dan
negara Indonesia tercinta. Keempat, dalam kehidupan berpolitik hendaknya elit politik tidak
memanfaatkan isu agama untuk kepentingan kelompoknya, berikanlah program-program
membangun yang dapat diterima oleh masyarakat.

Kita sadari bahwa dengan terciptanya kerukunan antar umat beragama menjadi pilar
utama bagi bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan, demi terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur, hidup rukun dan damai. Selain itu dengan kerukunan antar
umat beragama diharapkan akan mampu melahirkan kesadaran diri bahwa pada dasarnya
manusia memang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan beraneka ragam dan saling
membutuhkan satu dengan yang lainnya.

Perlu diketahui, bahwa sepanjang sejarah peradapan manusia di dunia kerukunan


antar umat beragama merupakan penyumbang terbesar bagi terciptanya perdamaian di muka
bumi. Akan tetapi karena pengetahuan dan kedewasaan sebagian masyarakat dalam
memaknai toleransi umat beragama masih belum memadai, maka timbulah konflik-konflik
antar manusia. Hal ini patut menjadi perhatian kita terutama para pemuka agama agar
memberikan pemahaman dan tauladan yang baik kepada umatnya tentang pentingnya
toleransi antar umat beragama.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri lebih dari 17.000 pulau
dan jumlah penduduknya disinyalir mencapai lebih dari 237 juta jiwa. Komposisi penduduknya
terdiri dari dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama atau kepercayaan. Sebagai
negara kepulauan yang memiliki banyak suku ,bahasa, dan agama, bangsa Indonesia
dipersatukan oleh pancasila sebagai pendoman dengan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang
artinya meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu dalam kesatuan negara Indonesia.
Untuk perbedaan dalam beragama, rakyat Indonesia di persatukan oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, Perundang-Undangan dan hukum, yang menjamin dan memberikan kebebasan
kepada rakyat Indonesia dalam memeluk agama. Kerukunan merupakan hal penting buat kita
semua di tengah-tengah perbedaan. Perbedaan yang ada tidak menjadi hambatan untuk hidup
rukun antar umat beragama.
Banyak contoh betapa masyarakat Indonesia itu sangat menghormati perbedaan, penuh
kasih sayang dan saling menghargai pemeluk agama satu dengan yang lain. Kegiatan-kegiatan
keagamaan yang dilaksanakan oleh masing-masing agama selama ini dapat dilaksanakan dengan
aman dan lancar. Salah satunya adalah kegiatan aksi massa 212 di Jakarta yang diikuti oleh
jutaan umat Islam yang sebelumnya diprediksi menimbulkan kerusuhan, namun dapat berjalan
dengan tertib dan aman. Hal tersebut tidak lepas dari adanya sikap toleransi yang ditunjukkan
oleh saudara-saudara kita yang beragama lain.

Kita sadari bahwa dengan terciptanya kerukunan antar umat beragama menjadi pilar
utama bagi bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan, demi terciptanya masyarakat
yang adil dan makmur, hidup rukun dan damai. Selain itu dengan kerukunan antar umat
beragama diharapkan akan mampu melahirkan kesadaran diri bahwa pada dasarnya manusia
memang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan beraneka ragam dan saling
membutuhkan satu dengan yang lainnya.

B. SARAN
Demikian makalah yang kami sajikan, bila ada kesalahan dalam penulisan juga
kekurangan dalam segi pembahasan mohon dimaklumi. Dengan segala kerendahan hati, kami
sebagai penyusun makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman
dan guru pembimbing agar dapat memperbaiki makalah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai