Anda di halaman 1dari 8

RESEPSIONIS

Aku menutup telponnya dan menghela nafasku keras-keras.

Sial! Sial! Sial! Sial! Sial! Siiaaalll!

Aku benar-benar sial hari ini! Aku barusan mendapat telpon dari atasanku yang mengomel atas
kelalaianku. Padahal itu bukan kesalahanku sepenuhnya.

Namaku Gulf Kanawut, dan aku adalah seorang Resepsionis di Hotel C. Beberapa hari yang lalu,
sebuah surat datang saat aku sedang bertugas shift pagi. Itu adalah sebuah undangan rapat. Aku sudah
menginformasikannya pada atasanku. Namun rupanya aku salah membaca alamatnya. Kupikir rapatnya
diselenggarakan di Hotel M, karna yang mengantarkan surat itu adalah salah seorang Staff Security dari
Hotel M.

Hingga akhirnya pada saat hari berlangsungnya rapat, atasanku pergi ke Hotel M. Dia menunggu
selama 2 jam sebelum akhirnya bertanya pada Resepsionis Hotel M tentang rapat itu. Yang ternyata
diselenggarakan di Hotel G.

Dan jadilah, atasanku memarahiku dan menyuruhku mencari informasi tentang hasil rapat itu.

Aku mengatakan itu bukan kesalahanku sepenuhnya karna seharusnya, atasanku segera
bertanya ketika ia tiba di Hotel M, bukan malah menunggu di Lobby seperti orang idiot. Setidaknya jika
dia bertanya pada saat ia tiba, ia tentu saja masih punya waktu untuk pergi ke Hotel G dan mengikuti
rapat.

Aku mengira rapatnya dilaksanakan di Hotel M, karna aku tidak berani membuka surat itu!
Suratnya diberi segel. Dan sudah jelas tertera bahwa surat itu ditujukan untuk Manager. Tentu saja aku
tidak berani membukanya.

Selain atasanku, yang menurutku juga bertanggung jawab atas kejadian ini adalah Security dari
Hotel M yang mengantar surat itu. Aku sudah menanyakan informasi tentang rapat itu padanya ketika
ia mengantar surat itu. Tapi ia hanya mengangkat bahu dan mengatakan bahwa ia tidak tahu. Yang
benar saja?! Lalu darimana ia dapat surat itu?
Selain Hotel M, pihak dari Hotel G juga bersalah. Kenapa bukan mereka saja yang mengantar
suratnya? Apa mereka terlalu malas sehingga meminta bantuan pihak Hotel M?

Sekarang aku yang kena batunya. Apa yang harus aku lakukan? Darimana aku bisa dapat
informasi tentang rapat itu?

Hari ini, aku shift sore. Dan seharian aku sudah memikirkan bagaimana cara mendapatkan
informasi tentang rapat itu.

Beberapa Hotel lain juga diundang. Aku tahu karna ketika Security itu mengantar suratnya, dia
meminta tanda tanganku sebagai tanda terima. Saat itulah aku melihat beberapa daftar nama hotel lain
yang juga diundang ke rapat itu. dan Hotel M juga termasuk. Kuputuskan untuk menelpon mereka dan
meminta hasilnya. Mudah bukan? Tapi ternyata tidak semudah yang kukira.

Aku mencari nomor telpon Hotel M di google. Dan beruntung aku menemukannya. Aku segera
menghubunginya dengan menggunakan telepon kantor. Beberapa saat telpon beredering, kemudian
seseorang mengangkatnya.

“Hotel M, Selamat Sore. Mew berbicara, ada yang bisa saya bantu?”

Aku tertegun sejenak. Perasaanku saja, atau suara orang ini memang terdengar seksi? Oh benar,
kurasa aku lupa mengatakan bahwa aku lebih cenderung merasa tertarik kepada laki-laki daripada
perempuan.

“Halo? Selamat Sore?” Dia bertanya karna hening.

“Err.. i-iya halo.. selamat sore. Saya Gulf dari Hotel C. Saya ingin bertanya tentang rapat yang
diselenggarakan di Hotel G kemarin. Hotel M juga diundang, kan?”
“Sebentar saya periksa terlebih dahulu.”

“Baik.” Aku menggigit bibirku. Membayangkan akan seperti apa wajah suara seksi diseberang?

“Benar, Hotel kami diundang. Apa ada yang bisa kami bantu?”

“Eum... begini, Hotel kami juga diundang. Saya yang menerima surat undangannya waktu itu.
Hanya saja, saya salah memberikan informasi tentang tempat rapatnya. Apa saya bisa meminta
informasi tentang pembahasan saat rapat dan hasilnya?”

“Rapat itu diadakan untuk Manager. Jadi saya harus bertanya pada Manager saya terlebih
dahulu. Sayangnya dia sudah pulang, jadi saya hanya bisa bertanya padanya besok. Saya akan
menghubungi anda kembali besok pagi. Bagaimana?”

“Boleh. Terima kasih sebelumnya. Maaf mengganggu waktu anda. Selamat Sore.”

“Tidak masalah.” Lalu sambungan terputus.

Rasanya aku ingin berteriak! Suaranya benar-benar menggoda, aku tidak bisa fokus. Dan aku
benar-benar benci harus berbicara dengan formal padanya. Kuharap aku bisa mengenalnya lebih jauh.
Setidaknya dia akan menghubungiku besok pagi.

Dan sisa hari itu, aku jalani dengan hati yang berbunga-bunga.

Namun keesokan harinya, telpon yang aku tunggu tidak pernah datang.

Menyebalkan sekali. Aku tahu dia memang tidak punya nomor ponselku karna aku tidak
memberikannya kemarin. Tapi seharusnya dia menelpon ke nomor telepon hotel. Dia bisa mencarinya di
google jika dia memang berniat membantu. Sebaiknya aku menelponnya lagi.
Seseorang menjawab pada deringan kedua, kuharap itu Mew. Aku sedikit khawatir resepsionis
lain yang menjawab.

“Hotel M, selamat pagi. Mew berbicara, ada yang bisa saya bantu?”

Syukurlah.

“Mew! Aku menunggu informasi darimu, kenapa kau tidak menelpon?” Aku tidak tahan lagi
untuk terus berbicara formal. Jujus saja, pada tamu yang menginap pun aku jarang menggunakan
bahasa yang formal. Aku bukan resepsionis yang baik, ya?

“Ah Gulf ya? Begini, Managerku sedang sibuk. Bagaimana kalau kau langsung datang saja ke
hotel besok dan bertemu langsung dengan Managerku?”

Bagaikan disambar oleh petir, aku merasa tersengat.

“Baik, tidak masalah. Aku akan datang pukul 9 besok.” Tentu saja aku tidak mau membuang
kesempatan. Selain untuk menyelesaikan masalahku, aku akhirnya bisa melihat seperti apa penampakan
Mew ini.

“Baik kalau begitu, selamat pagi.” Lalu sambungan terputus.

“Ya, selamat pagi.” Ucapku terlambat lalu tersenyum senang.

Keesokan paginya aku bangun lebih awal karna terlalu bersemangat. Aku segera bersiap-siap
lalu menunggu hingga pukul 9. Aku tidak sabar ingin bertemu Mew, meskipun aku juga gugup karna
harus bertemu dengan managernya. Aku sudah mempersiapkan buku dan pulpen untuk mencatat
informasi yang akan aku dapatkan.
Karna asramaku dan Hotel M tidak terlalu jauh, aku berangkat pukul 8.50. Dan saat tiba, aku
segera menuju ke Lobby. Kulihat ada 2 resepsionis yang berjaga. Satu Pria dan satu wanita.

“Selamat Pagi. Ada yang bisa kami bantu?” Recepsionis wanita bertanya.

“Iya, pagi. Aku Gulf dari Hotel C. Aku ingin bertemu dengan Mew.”

“Oh Mew.”

“Sebelah sini.” Ucap Resepsionis yang satunya.

Jadi dia Mew? Tampannya! Dia cukup tinggi, meskipun kurasa bahwa aku lebih tinggi. Tapi
dibandingkan dengan aku yang kurus, tubuh Mew gempal dan berisi. Tapi bukan karna lemak, melainkan
otot-otot yang terlihat sangat seksi. Kulitnya putih dengan iris mata berwarna biru. Dan hidungnya
sangat mancung. Aku bertanya-tanya ketika dia berciuman, apa hidungnya menusuk pipi orang yang
diciumnya?

“Aku akan menelpon managerku. Tunggu sebentar.”

Aku hanya mengangguk. Lalu kulihat dia mengambil gagang telepon dan mulai berbicara. Aku
ingin menguping, tapi resepsionis wanita itu, yang aku tidak tahu namanya, malah mengajakku
mengobrol. Bertanya tentang ada urusan apa aku dengan Mew. Kujelaskan saja semuanya dari awal.

Setelah selesai, resepsionis itu kembali bertanya tentang hal lain. Hal pribadi seperti, darimana
aku berasal, dimana aku tinggal, sudah berapa lamau aku berkerja di hotel C dan lain sebagainya. Aku
merasa sedikit risih dengan cara dia memandangku. Dia terlalu menelisik. Kenapa tidak sekalian saja
bertanya tentang orientasi seksualku? -__-. Hah! Dia pasti akan terkejut.

“Jadi, bagaimana?” Aku mengalihkan perhatianku pada Mew ketika kulihat ia sudah selesai
berbicara di telpon.
“Managerku mengatakan ia tidak bisa bertemu karna ia sibuk. Dia memintamu untuk
meninggalkan nomor ponselmu. Dia akan menghubungimu nantinya.”

Mew kemudian menyodorkan secarik kertas dan sebuah pulpen padaku. Mataku fokus pada
urat-urat ditangannya. Terlihat begitu... menggoda. Aku sangat ingin mengelusnya. Sayangnya aku tidak
bisa. Jadi, aku hanya mengambil pulpen dan kertas itu, menulis nomor ponsel beserta namaku disana.
Berharap bukan hanya managernya yang menghubungiku. Tetapi Mew juga.

“Aku akan memberikannya pada Managerku nanti.”

“Terima kasih.” Aku memberi salam dengan menyatukan kedua telapak tanganku didepan dada.

“Mau kuantar?” Resepsionis yang satunya bertanya.

“Biar aku saja.” Mew menyela.

“Tapi aku membawa kendaraan.” Aku ingin menyumpal bibir bodohku.

“Akan kuantar sampai parkiran.” Mew bersikeras.

“Baiklah jika kau memaksa.” Ucapku. Padahal sebenarnya aku sangat senang.

Aku menunggu Mew keluar dari konter resepsionis kemudian kami berjalan menuju area parkir
yang berada di basement. Kami berjalan dalam diam. Namun ketika sudah sampai di basement dan tak
ada orang lain selain kami berdua, Mew bertanya:

“Apa kau punya waktu sabtu ini?”

“Memangnya kenapa?” Aku tidak mengerti kenapa aku repot-repot bertanya, padahal aku
tinggal mengatakan iya.
“Aku ingin mengajakmu keluar.”

“Kemana?” Aku benci mulutku.

“Kemana saja.”

Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku hanya ingin berteriak saking senangnya. Ini ajakan
kencan, kan?

“Lupakan saja. Seharusnya aku tidak bertanya. Kau pria dan aku juga. Kita tidak akan pernah
berhasil.” Mew tampak menyesal telah berbicara.

“Jam berapa?” Aku bertanya. Berusaha mengabaikan kebodohanku yang hampir membuang
kesempatan emasku.

“Apanya?” Mew tampak bingung.

“Jam berapa kita akan pergi? Aku harus tahu agar aku bisa bersiap-siap.”

Mew terkekeh. “Kupikri kau bukan ga...”

“Kabari aku lewat Whatsapp. Kau punya nomor telponku bukan?” Aku menyelanya. Aku tidak
ingin membuang-buang waktu untuk basa-basi lagi.

Mew tersenyum sembari menunjukan kertas yang berisi nomor ponselku.

“Kalau begitu, sampai ketemu hari sabtu.”

“Aku akan menjemputmu.”


Aku tidak pernah mendapat pesan whatsapp dari Manager Mew, dan aku malas bertanya. Aku
tidak pernah mendapatkan informasi yang kubutuhkan, tapi aku tidak peduli. Karna aku dapat yang lebih
baik lagi.

Aku tidak pernah mengira bahwa malapetaka yang kuterima akan berubah menjadi sesuatu
yang sangat menguntungkan bagiku.

End.
April 22nd, 2020.

*****

Kalo yang ini, nchim ngambil referensi dari kejadian yang nchim alamin tahun lalu.
Tanggal 11 Juni 2019 nchim nerima surat undangan rapat itu.
dan nchim emang beneran salah kasih alamat ke Manager nchim.
nchim juga beneran disuruh nyari informasi itu dan nchim gak pernah dapet.
Gak pernah ada kabar dari Manager Hotel M.
nchim udah rongrong berkali-kali tapi terus-terusan disuruh nunggu.
Alasannya masih sibuk dan segala macem.
Yaudah nchim biarin aja.

Dan akhirnya nchim di depak dari hotel tempat nchim kerja.


nchim dipindah ke Hotel B sampek akhir bulan Juni.

Juli ke Agustus nchim di pindah ke Hotel T.


September sampek sekarang baru nchim balik lagi ke Hotel C.
Gatau bulan depan gimana, soalnya rencananya Hotel C mau di lockdown.

Udah ah ngebacotnya, sampek ketemu di chap selanjutnya yaa...^^

Anda mungkin juga menyukai