Anda di halaman 1dari 12

LBM 1

- Judul : SALIVAKU BERTAMBAH DAN BERKURANG

- Skenario :
Seorang mahasiswa FKG sedang belajar sambil mengunyah permen karet. Semakin lama dia
mengunyah permen karet, dia merasakan bahwa sekresi saliva di mulutnya semakin banyak. Dia
pun teringat ketika da bangun tidur pagi ini, dia merasa mulutnya sangat kering. Mahasiswa itu pun
berpikir, “Kenapa ya, saliva kadang banyak dan kadang sedikit?” setelah mempelajari lebih lanjut,
dia mendapati bahwa dapat terdapat kelenjar-kelenjar saliva di sekitar mulutnya yang dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu dalam mensekresikan saliva. Hal ini dapat mempengaruhi
laju saliva, karakteristik, dan kandungannya.
- Kata sulit :
1. mengunyah ; langkah pertama yang penting dalam proses pencernaan. Menghancurkan atau
melumatkan makanan dalam mulut dengan gigi atau disebut memamah. Mengunyah dengan benar
dapat memperbaiki kesehatan sistem pencernaan karena akan memecah makanan ke dalam partikel-
partikel kecil, sehungga meminimalkan stress pada perut.
2. sekresi; fenomena umum seperti pada proses : Pembentukan dinding sel dan kutikula, lapisan
suberin dan perpindahan senyawa tertentu antar sitoplasma sel yang berdekatan merupakan proses
sekresi. Selain itu, sekresi ialah proses untuk membuat dan melepaskan substansi kimiawi dalam
bentuk lendir (en:mucus) yang dilakukan oleh sel tubuh dan kelenjar. Substansi kimiawi pada
sekresi mempunyai kegunaan tertentu sebelum akhirnya terbuang melalui ekskresi.
3. saliva; Saliva adalah cairan sekresi eksokrin di dalam mulut yang berkontak dengan mukosa dan
gigi, berasal terutama dari tiga pasang kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor pada mukosa
oral.
4. kelenjar-kelenjar saliva; Kelenjar merupakan organ yang memproduksi dan melepaskan zat yang
melakukan fungsi spesifik di dalam tubuh. Terdapat 2 jenis kelenjar, yaitu kelenjar endokrin dan
kelenjar eksokrin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang melepaskan zat yang mereka
produksi yaitu hormon, langsung ke dalam aliran darah. sehingga, kelenjar ini yang berfungsi dalam
proses keluar masuknya saliva dalam mulut.
5. laju saliva; Laju saliva adalah sekresi saliva yang dinyatakan dalam ml/menit. Pada pasien
geriatri dengan riwayat hipertensi dapat menurunkan kuantitas, kualitas dan laju saliva. Kondisi ini
dapat meningkatkan terjadinya infeksi rongga mulut seperti stomatitis herpetika.
6. karakteristik saliva; segala sesuatu yang berhubungan dengan berbagai hal dengan sifat khas
sesuai dengan perwatakan tertentu. Singkatnya, karakteristik tersebut dapat meliputi karakter,
akhlak, perangai, kepribadian, perilaku, sifat, watak, hingga tabiat. Sehingga, karakteristik ialah ciri
yang dimiliki oleh saliva.
7. kandungan saliva; kandungan atau komposisi adalah segala hal yang terkandung dalam saliva (air
liur) hal yang terkandung dalam saliva ialah air yang terdiri atas kalsium, fosfor, natrium dan
magnesium.
8. faktor – faktor saliva; faktor ialah segala sesuatu yang mempengaruhi proses terbentuknya saliva
di dalam mulut, hal tersebut dipengaruhi oleh mekanis, kimiawi, neuronal, psikis, dan rangsangan.

- Pertanyaan :
1. Jelaskan anatomi saliva berikut kelenjar yang terdapat pada saliva!
Jawab ; Kelenjar saliva memiliki sel yang bertugas untuk memproduksi saliva disebut sel
acinar yang dibagi menjadi 3 jenis. Jenis pertama adalah sel acinar serus yaitu sel yang
menghasilkan saliva yang bersifat cair atau watery. Sel acinar kedua yaitu sel acinar mukus
yang mengontrol viskositas dari saliva. Sel yang ketiga adalah kombinasi dari sel mukus
dan serus atau seromukus, tetapi diantara keduanya ada satu sel yang bersifat dominan yang
berbeda di masing-masing kelenjar (Holsinger dan Bui, 2007).
1) Kelenjar saliva mayor a) Kelenjar parotis Kelenjar parotis adalah kelenjar saliva
berpasangan terbesar yang terletak diantara preaurikular dan di belakang ramus
mandibula (Whelton, 2012). Kelenjar parotis rata-rata memiliki panjang 6 cm dan lebar
3,3 cm, atau sama dengan volume 2,5 kali kelenjar submandibularis atau 8 kali kelenjar
sublingualis (Ekstrom, 2012). Kelenjar ini terdiri dari serus acini dan diselubungi oleh
kapsul fibrosa. Bentuk dari kelenjar parotis bervariasi, tetapi yang paling sering
terdapat adalah bentuk triangular dengan apeks menghadap inferior (Carlson dan Ord,
2008). Duktus parotis atau biasa disebut duktus Stensen menyekresikan saliva serus ke
vestibulum di dalam rongga mulut. Kelenjar parotis diinervasi oleh N. Fascialis (VII)
(Holsinger dan Bui, 2007). b) Kelenjar submandibularis Kelenjar submandibularis
adalah kelenjar saliva terbesar kedua setelah kelenjar parotis yang memiliki berat 7-16
gram (Holsinger dan Bui, 2007). Kelenjar ini terletak pada segitiga submandibular yaitu
diantara mandibula dan muskulus mylohyoid (Whelton, 2012). Kelenjar
submandibularis terdiri dari 2 lobus yaitu lobus superfisialis dan profunda. Lobus
superfisialis terletak pada segitiga digastrikus sedangkan lobus profunda terletak di 12
posterior muskulus mylohyoid dan memanjang hingga dibelakang kelenjar sublingualis
(Carlson dan Ord, 2008). Kelenjar submandibularis memiliki sel yang dapat
menghasilkan saliva bersifat mukus dan serus. Duktus submandibularis, atau biasa
disebut dengan duktus Wharton, memiliki panjang rata-rata 4-5 cm. Duktus tersebut
melintang diantara muskulus hyoglossus dan mylohyoid (Holsinger dan Bui, 2007). c)
Kelenjar sublingualis Kelenjar sublingualis berbentuk seperti almond yang memiliki
berat sekitar 4 gram dan menjadi kelenjar terkecil dari kelenjar saliva mayor. Kelenjar
ini terletak di superfisial mylohyoid dan diselubungi oleh mukosa dasar mulut. Kelenjar
sublingualis berkontak dengan lobus profunda kelenjar submandibularis di area
posterior (Carlson dan Ord, 2008). Kelenjar ini menyekresikan saliva yang bersifat
mukus. Duktus ekstretori dari kelenjar ini berjumlah sekitar 8-20 buah yang
kebanyakan bermuara pada lipatan sublingual dengan duktus mayor berupa duktus
Bartholin (Whelton, 2012). Nervus simpatis dan parasimpatis menginervasi kelenjar ini
(Holsinger dan Bui, 2007). 2) Kelenjar saliva minor Kelenjar saliva minor dalam
rongga mulut manusia rata-rata berjumlah 600-1000 buah dengan ukuran 1-5 mm yang
terletak menyebar di rongga mulut hingga orofaring. Kelenjar saliva minor terbanyak
ditemukan di area palatum, mukosa bukal, lidah dan bibir. Seluruh kelenjar saliva
minor memiliki duktus yang langsung bermuara ke rongga mulut dengan karakteristik
saliva yang bisa serus, mukus maupun seromukus (Holsinger dan Bui, 2007).

2. Jelaskan alur sekresi saliva yang terjadi di dalam rongga mulut!


Jawab; Kelenjar saliva menyekresikan cairan saliva karena adanya stimulus aferen dan
eferen. Stimulus aferen dihasilkan oleh adanya rangsangan dari reseptor gustatorius,
mekanis, olfaktorius dan nosiseptor. Pengecapan rasa asam adalah yang paling efektif
dalam merangsang kelenjar saliva jika dibandingkan dengan rasa asin, manis dan pahit.
Kelenjar saliva dapat terstimulasi dari proses pengunyahan yang mengakibatkan adanya
refleks dari reseptor mekanis atau biasa disebut sebagai refleks saliva mastikatorius.
Indera penciuman yaitu hidung dapat menstimulasi sekresi saliva karena di dalam
lapisan epitelium dari nasal terdapat reseptor olfaktorius yang kaya akan suplai darah.
Refleks dari reseptor olfaktorius menstimulasi kelenjar submandibularis untuk
menyekresi saliva. Nosiseptor terstimulasi dengan adanya iritasi, stimulus termal dan
rasa pedas dan biasanya menstimulasi sekresi dari kelenjar parotis. Stimulus aferen
yang diaplikasikan di bagian anterior lidah dapat menstimulasi kelenjar submandibular,
sedangkan pada bagian lateral dan posterior dapat menstimulasi kelenjar parotis secara
dominan (Ekstrom, 2012). 14 Stimulus yang kedua yaitu berupa stimulus eferen yang
terbagi menjadi 2 yaitu parasimpatis dan simpatis. Nervus parasimpatis mengatur
besarnya volume saliva yang disekresikan yang dapat distimulasi dari refleks
mastikatorius. Kelenjar parotis kaya akan nervus parasimpatis dan memiliki nervus
simpatis yang jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelenjar
submandibularis. Kedua nervus parasimpatis dan simpatis mempunyai peran dalam
sekresi protein saliva. Nervus parasimpatis meningkatkan laju aliran saliva tetapi
konsentrasi protein lebih sedikit jika dibandingkan dengan saliva yang dihasilkan oleh
rangsang pada nervus simpatis (Ekstrom, 2012).

3. Dalam kasus dalam scenario, aliran saliova terkadang banyak dan sedikit, lalu bagaimana
laju saliva serta hal yang mempengaruhinya!
Jawab ; Laju aliran saliva manusia dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya jenis kelamin,
usia, dan pola hidup. Perempuan cenderung memiliki laju aliran saliva lebih sedikit
daripada laki-laki. Kondisi ini dipengaruhi oleh adanya perubahan hormonal yang terjadi
pada perempuan. Rata-rata laju aliran saliva kelenjar parotis perempuan adalah
0,45ml/menit sedangkan laki-laki 0,59ml/menit (Feraro dan Vieira, 2010). Ukuran kelenjar
saliva pada perempuan yang lebih kecil dapat mempengaruhi laju aliran saliva (Shaila, dkk.,
2013). Laju aliran saliva terstimulasi bervariasi tergantung jenis stimulasi. Penelitian
menunjukkan laju aliran saliva terstimulasi dengan mengunyah tablet lilin parafin berkisar
pada ±1,5ml/menit, sedangkan laju aliran saliva 15 terstimulasi pengecapan asam sitrun
berkisar pada ±2,9ml/menit (Haroen, 2002). Usia seseorang merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi laju aliran saliva. Lansia cenderung memiliki laju aliran saliva lebih
kecil daripada kalangan dewasa muda. Lansia wanita yang telah menopause dapat
mengalami xerostomia. Kondisi demikian dikarenakan oleh adanya perubahan fungsi
kelenjar saliva (Shaila, dkk., 2013). Perubahan fungsi kelenjar saliva tersebut disebabkan
kelenjar parenkim hilang yang digantikan jaringan ikat dan lemak (Marasabessy, 2013).
Salah satu pola hidup yang memengaruhi laju aliran saliva adalah merokok. Laju aliran
saliva perokok lebih kecil daripada nonperokok, sebanding dengan insidensi xerostomia
yang lebih banyak terjadi pada perokok berat dibandingkan non-perokok. Merokok
meningkatkan aktifitas kelenjar saliva pada perokok pemula tetapi dalam jangka panjang
akan mengurangi laju aliran saliva. Perokok berat, yang rata-rata sehari dapat menghisap 14
batang rokok, memiliki laju aliran saliva 0,38 (±0,13) ml/menit, sedangkan non-perokok
memiliki laju aliran saliva 0,56 (±0,16) ml/menit (Rad, dkk., 2010). Faktor-faktor lain yang
memengaruhi laju aliran saliva adalah posisi tubuh dan waktu. Posisi tubuh dalam keadaan
berdiri menghasilkan sekresi saliva paling banyak dan posisi tidur menghasilkan saliva
paling sedikit. Pengambilan sampel saliva yang 16 dilakukan pada siang hari dinilai optimal
karena produksi laju aliran saliva tidak terstimulasi paling banyak diperoleh pada siang hari
(Haroen, 2002).

4. Apakah kebermanfaatan saliva bagi rongga mulut dan juga dalam tubuh manusia?
Jawab ; Fungsi utama dari saliva adalah proses digesti, lubrikasi dan proteksi. Proses digesti
dimulai dari pengunyahan, pembentukan bolus dan penelanan. Saliva menghasilkan 2
enzim yaitu ptialin dan lipase saat proses digesti berlangsung. Enzim ptialin yang efektif
pada pH normal berguna untuk mencerna karbohidrat sedangkan enzim lipase berguna
untuk mencerna trigliserida (Holsinger dan Bui, 2007). Pada proses ini saliva berguna
sebagai media antara makanan dengan indera perasa (Ekstrom, 2012). Lubrikasi berguna
pada proses bicara, mengunyah dan menelan (Pandey, 2014). Kandungan mukus pada
saliva membantu saat proses lubrikasi yang terjadi saat mengunyah makanan. Lubrikasi
memudahkan dalam proses penelanan dan bolus turun ke arah esofagus (Holsinger dan Bui,
2007). Fungsi proteksi dari saliva meliputi sistem buffer yang mempertahankan pH dalam
keadaan normal, remineralisasi gigi dengan kalsium, sifat antimikroba, dan dilusi makanan
yang bersifat dingin, panas maupun pedas (Ekstrom, 2012). Sifat antimikroba meliputi IgA,
lisosim dan laktoferin. Fungsi dari IgA adalah sebagai sistem imun terhadap virus dan
bakteri. Lisosim berperan dalam mendegradasi 17 dinding sel bakteri sedangkan laktoferin
berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri (Holsinger dan Bui, 2007). Sistem
pertahanan lain yang berada dalam saliva adalah peroksidase dan histatin. Peroksidase
berguna untuk menginaktifasi enzim yang dihasilkan bakteri untuk mendegradasi protein
saliva sedangkan histatin adalah antibakteri spektrum luas termasuk sebagai anti-candida
(Pandey, 2014).

5. Dalam patologi mulut, kasus dalam scenario terdapat hal yang terjadi yaitu saliva kering,
sehingga ketika kering dapat menimbulkan masalah sariawan, lalu bagaimana
penatalaksanaan kasus tersebut!
Jawab; Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang ditegakkan
diagnosanya stomatitis herpetika, hiposalivasi dan cheilitis eksfoliatif. Perawatan dari ilmu
penyakit mulut untuk pasien ini adalah memperbaiki oral hygiene, (skeling dan OHI), saran
memperhatikan hidrasi yang memadai dan edukasi nutrisi seimbang untuk meningkatkan
imunitas penderita dan memperbaiki kondisi saliva pasien. Terapi farmakologi yang
diberikan berupa khlorhexidine gluconate 0,2% sebagai antiseptik, vitamin B12 dan asam
folat sebagai multivitamin serta vaseline album untuk tatalaksana keilitis eksfoliatif.
Selanjutnya perawatan kunjungan kontrol dilakukan setiap 10-14 hari sekali, dan kondisi
ulserasi serta kekeringan pada mukosa oral mengalami perbaikan dalam kurun waktu
sekitar 4 bulan. Dalam kurun waktu 4 bulan tersebut pasien pernah tidak datang untuk
kontrol hingga 2 bulan, pada saat datang kembali ditemukan kondisi hampir sama seperti
kunjungan awal namun tidak terlalu parah. Pada saat itu perawatan serupa dilakukan dan
ditambah obat kumur mengandung asam hialuronat 0,025% untuk mengatasi keluhan
sakitnya.

6. Bagaimana Karakteristik kelenjar saliva yang normal dan yang tidak normal?
Jawab; kelenjar saliva normal berkisar antara 800- 1500 ml/hari dan mempunyai pH antara
6,0-7,0. Dalam kondisi normal, laju aliran saliva terstimulasi berkisar antara 1-3 ml/menit
dan saliva yang tidak terstimulasi berkisar 0,25-0,35 ml/menit. kelenjar submandibularis
dan kelenjar sublingualis mampu mensekresi volume saliva sebesar 93%, sedangkan
kelenjar saliva minor yaitu bukal, labial, lingual, dan palatinal mampu mensekresi volume
saliva sebesar 7%. Muara pembuangan pada kelenjar parotis disebut duktus stensen dan
masuk pada mukosa bukal setinggi gigi molar dua rahang atas. Pada kelenjar submandibula
disebut duktus wharton yang berjalan sepanjang dasar mulut hingga ke frenulum lingualis.
Kelenjar sublingual sekresinya tidak dapat dipisahkan dari kelenjar submandibula
(Kusumasari, 2012). Artinya, kelenjar tersebut dapat berfungsi dengan baik, karena mampu
menghasilkan sekresi saliva dengan semestinya. Lalu kelenjar tidak normal
yakni, ).Kelenjar saliva berfungsi memproduksi saliva yang bermanfaat untuk mencegah
mukosa dari kekeringan, membantu pencernaan, memberikan perlindungan pada gigi
terhadap karies serta mempertahankan homeostasis (Tamin dan Yassi, 2011). Lalu cirinya
yakni, h gangguan pengecapan (dysgeusia), kesulitan berbicara (disfonia), kesulitan
menelan (disfagia), dan pemakaian gigi tiruan. menyebabkan mengeringnya selaput lendir.
Mukosa mulut menjadi kering dan pecah-pecah, mudah mengalami iritasi serta infeksi.
Kekeringan pada mulut menyebabkan fungsi pembersih saliva berkurang, sehingga terjadi
radang dari selaput lendir yang disertai keluhan mulut terasa nyeri (glossodynia) atau
seperti terbakar (glossopyrosis).

7. Apa saja kandungan yang terdapat di saliva?


Jawab; Komponen-komponen saliva saat disekresi oleh kelenjar saliva dibedakan dalam
komponen anorganik dan (bio)organik (Amerongen., dkk 1991). Komponen anorganik
berupa elektrolit dalam bentuk ion, seperti dan fosfat. Ion Klor mempunyai peran penting
untuk aktivitas enzimatik α-amilase. Kalsium dan fosfat dalam saliva berfungsi untuk
remineralisasi email dan berperan pada pembentukan karang gigi dan plak bakteri (Milles,
dkk., 2004) Komponen (bio)organik saliva terutama adalah protein. Komponen lainya
antara lain, seperti asam lemak, lipida, glukosa, asam amino, ureum, dan amoniak.
Komponen-komponen tersebut selain diproduksi dari kelenjar saliva juga berasal dari sisa
makanan dan pertukaran zat bakterial. Protein yang berperan penting antara lain: amilase,
mengubah tepung kanji dan glikogen menjadi kesatuan karbohidrat yang lebih kecil,
menjadikan polisakarida mudah dicerna. Lisozim mampu membunuh bakteri tertentu.
Kalikrein dapat merusak sebagian protein tertentu, diantaranya faktor pembekuan darah XII
dan dengan demikian berguna bagi proses penjedalan darah. Laktoperoksidase
mengkatalisis oksidasi thiocyanate menjadi hypothio yang mampu menghambat pertukaran
zat bakter sehingga pertumbuhannya terganggu. Protein kaya prolin membentuk bagian
utama pelikel muda pada email gigi dan berfungsi sebagai bahan penghambat pertumbuhan
kristal, menggumpalkan bakteri-bakteri tertentu, sehingga tidak dapat tinggal di rongga
mulut. Musin membuat ludah pekat, sehingga tidak mengalir seperti air dan melindungi
jaringan mulut terhadap kekeringan. Imunoglobulin terlibat pada sistem pertahanan tubuh,.
Laktoferin mengikat ion-ion , yang diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Gustin
mempunyai fungsi dalam proses kesadaran pengecapan (Miles, dkk., 2004).

8. Bagaimana anatomi dari kelenjar Saliva?


Jawab; Kelenjar saliva memiliki sel yang bertugas untuk memproduksi saliva disebut sel
acinar yang dibagi menjadi 3 jenis. Jenis pertama adalah sel acinar serus yaitu sel yang
menghasilkan saliva yang bersifat cair atau watery. Sel acinar kedua yaitu sel acinar mukus
yang mengontrol viskositas dari saliva. Sel yang ketiga adalah kombinasi dari sel mukus
dan serus atau seromukus, tetapi diantara keduanya ada satu sel yang bersifat dominan yang
berbeda di masing-masing kelenjar (Holsinger dan Bui, 2007).
2) Kelenjar saliva mayor a) Kelenjar parotis Kelenjar parotis adalah kelenjar saliva
berpasangan terbesar yang terletak diantara preaurikular dan di belakang ramus
mandibula (Whelton, 2012). Kelenjar parotis rata-rata memiliki panjang 6 cm dan lebar
3,3 cm, atau sama dengan volume 2,5 kali kelenjar submandibularis atau 8 kali kelenjar
sublingualis (Ekstrom, 2012). Kelenjar ini terdiri dari serus acini dan diselubungi oleh
kapsul fibrosa. Bentuk dari kelenjar parotis bervariasi, tetapi yang paling sering
terdapat adalah bentuk triangular dengan apeks menghadap inferior (Carlson dan Ord,
2008). Duktus parotis atau biasa disebut duktus Stensen menyekresikan saliva serus ke
vestibulum di dalam rongga mulut. Kelenjar parotis diinervasi oleh N. Fascialis (VII)
(Holsinger dan Bui, 2007). b) Kelenjar submandibularis Kelenjar submandibularis
adalah kelenjar saliva terbesar kedua setelah kelenjar parotis yang memiliki berat 7-16
gram (Holsinger dan Bui, 2007). Kelenjar ini terletak pada segitiga submandibular yaitu
diantara mandibula dan muskulus mylohyoid (Whelton, 2012). Kelenjar
submandibularis terdiri dari 2 lobus yaitu lobus superfisialis dan profunda. Lobus
superfisialis terletak pada segitiga digastrikus sedangkan lobus profunda terletak di 12
posterior muskulus mylohyoid dan memanjang hingga dibelakang kelenjar sublingualis
(Carlson dan Ord, 2008). Kelenjar submandibularis memiliki sel yang dapat
menghasilkan saliva bersifat mukus dan serus. Duktus submandibularis, atau biasa
disebut dengan duktus Wharton, memiliki panjang rata-rata 4-5 cm. Duktus tersebut
melintang diantara muskulus hyoglossus dan mylohyoid (Holsinger dan Bui, 2007). c)
Kelenjar sublingualis Kelenjar sublingualis berbentuk seperti almond yang memiliki
berat sekitar 4 gram dan menjadi kelenjar terkecil dari kelenjar saliva mayor. Kelenjar
ini terletak di superfisial mylohyoid dan diselubungi oleh mukosa dasar mulut. Kelenjar
sublingualis berkontak dengan lobus profunda kelenjar submandibularis di area
posterior (Carlson dan Ord, 2008). Kelenjar ini menyekresikan saliva yang bersifat
mukus. Duktus ekstretori dari kelenjar ini berjumlah sekitar 8-20 buah yang
kebanyakan bermuara pada lipatan sublingual dengan duktus mayor berupa duktus
Bartholin (Whelton, 2012). Nervus simpatis dan parasimpatis menginervasi kelenjar ini
(Holsinger dan Bui, 2007). 2) Kelenjar saliva minor Kelenjar saliva minor dalam
rongga mulut manusia rata-rata berjumlah 600-1000 buah dengan ukuran 1-5 mm yang
terletak menyebar di rongga mulut hingga orofaring. Kelenjar saliva minor terbanyak
ditemukan di area palatum, mukosa bukal, lidah dan bibir. Seluruh kelenjar saliva
minor memiliki duktus yang langsung bermuara ke rongga mulut dengan karakteristik
saliva yang bisa serus, mukus maupun seromukus (Holsinger dan Bui, 2007).

9. Faktor apa saja yang mempengaruhi produksi saliva?


Jawab; - Penyakit Sistemik
Beberapa penyakit sistemik yang berpengaruh terhadap laju aliran saliva adalah
diabetes melitus, sjogren’s syndrome, dan HIV/AIDS (Human Immunodeficiency
Virus). Sjogren’s syndrome adalah penyakit multisistem imun ditandai dengan
inflamasi pada kelenjar eksokrin akan menimbulkan gejala kekeringan di sekitar mata
dan mulut. Penderita HIV/AIDS terjadi infeksi kelenjar saliva yang menyebabkan
kelenjar parotis mengalami pembesaran bilateral, keadaaan tersebut membuat
penurunan laju aliran saliva.
- Usia
Penurunan aliran saliva sering ditemukan usia lanjut berkaitan dengan penyakit-
penyakit sistemik yang diderita pada usia lanjut dan obat-obatan yang digunakan. Pada
penelitian terdahulu pada penderita DM-tipe 2 yang mengalami penurunan laju aliran
saliva usia 40-49 tahun sebanyak 19 orang, usia >60 tahun sebanyak 46 orang.19 Pada
proses penuaan dapat menyebabkan perubahan atropi sel asinar kemudian terjadi
perubahan struktur dan berakhir pada pergantian jaringan parenkim dan jaringan
adiposa.
- Jenis kelamin
Perbedaan sekresi saliva antara pria dan wanita dikaitkan dengan dua teori yaitu
kelenjar saliva pada perempuan lebih kecil dibandingkan dengan lakilaki dan pola
hormonal perempuan dapat menyebabkan penurunan sekresi saliva. Pada wanita
menaupose terjadi penurunan kadar reseptor estrogen sehingga menyebabkan
penurunan fungsi kelenjar saliva.
- Medikasi
Penurunan laju aliran saliva dapat dipengaruhi dengan pemakaian obatobatan dalam
jumlah banyak dan beberapa obat telah diidentifikasi sebagai obat-obatan dapat
menginduksi penurunan laju aliran saliva. Kelompok obat-obatan yang menyebabkan
penurunan laju aliran saliva adalah antihistamin, antihipertensi, antidepresan dan
diuretik. Pada antihistamin memberikan efek penenang pada sistem saraf pusat dan efek
antimuskarinik termasuk hiposalivasi. Antihipertensi bekerja pada beta bloker dapat
menyebabkan hiposalivasi berhubungan dengan aktivasi sistem saraf pusat dan reseptor
adrenergik kelenjar saliva. Diuretik merupakan obat yang menyebabkan terganggunya
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat menurunkan laju aliran saliva.
- Merokok
Paparan asap rokok yang pertama kali terkena adalah saliva. Asap rokok berisi
sejumlah komposisi racun yang dapat mengubah struktural dan fungsi pada saliva. Pada
penelitian Dyasanoor, dkk tahun 2014 menemukan bahwa hiposaliva terjadi lebih
banyak pada perokok dibanding dengan yang bukan perokok.
- Terapi Radiasi Hiposalivasi adalah efek samping yang umum dari terapi radiasi pada
kepala dan leher. Radiasi dapat menyebabkan disfungsi kelenjar saliva yang parah dan
penghentian permanen aliran saliva.
- Kehamilan Kehamilan merupakan proses yang memberikan perubahan pada fungsi dari
sistem tubuh, dan disertai juga dengan perubahan hormonal berupa aktivitas estrogen
yang dapat menghambat penyerapan iodium. Kekurangan iodium berpengaruh pada
penurunan produksi saliva yang sering menyebabkan keluhan mulut kering
10. Bagaimana mekanisme sekresi saliva?
Jawab ; Kelenjar saliva menyekresikan cairan saliva karena adanya stimulus aferen dan
eferen. Stimulus aferen dihasilkan oleh adanya rangsangan dari reseptor gustatorius,
mekanis, olfaktorius dan nosiseptor. Pengecapan rasa asam adalah yang paling efektif
dalam merangsang kelenjar saliva jika dibandingkan dengan rasa asin, manis dan pahit.
Kelenjar saliva dapat terstimulasi dari proses pengunyahan yang mengakibatkan adanya
refleks dari reseptor mekanis atau biasa disebut sebagai refleks saliva mastikatorius.
Indera penciuman yaitu hidung dapat menstimulasi sekresi saliva karena di dalam
lapisan epitelium dari nasal terdapat reseptor olfaktorius yang kaya akan suplai darah.
Refleks dari reseptor olfaktorius menstimulasi kelenjar submandibularis untuk
menyekresi saliva. Nosiseptor terstimulasi dengan adanya iritasi, stimulus termal dan
rasa pedas dan biasanya menstimulasi sekresi dari kelenjar parotis. Stimulus aferen
yang diaplikasikan di bagian anterior lidah dapat menstimulasi kelenjar submandibular,
sedangkan pada bagian lateral dan posterior dapat menstimulasi kelenjar parotis secara
dominan (Ekstrom, 2012). 14 Stimulus yang kedua yaitu berupa stimulus eferen yang
terbagi menjadi 2 yaitu parasimpatis dan simpatis. Nervus parasimpatis mengatur
besarnya volume saliva yang disekresikan yang dapat distimulasi dari refleks
mastikatorius. Kelenjar parotis kaya akan nervus parasimpatis dan memiliki nervus
simpatis yang jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelenjar
submandibularis. Kedua nervus parasimpatis dan simpatis mempunyai peran dalam
sekresi protein saliva. Nervus parasimpatis meningkatkan laju aliran saliva tetapi
konsentrasi protein lebih sedikit jika dibandingkan dengan saliva yang dihasilkan oleh
rangsang pada nervus simpatis (Ekstrom, 2012).
11. Bagaimana cara kerja enzim memproduksi banyak saliva?
Jawab; Didalam air liur terdapat enzim bernama Ptialin yang berfungsi menghancurkan,
melembabkan dan mengubah makanan yang sedang dikunyah menjadi gula yang kemudian
diproses oleh organ tubuh lainnya hingga gula tersebut dapat menjadi penghantar energi.
Tanpa adanya energi yang memadai manusia tidak bisa beraktivitas dengan maksimal.
Kelenjar ludah dapat terganggu fungsinya jika ada pembengkakan, luka atau nyeri
yangdiakibatkan benturan dan gigitan yang tidak sengaja dilakukan kita sewaktu makan
atausedang berbicara. Kelenjar ludah sangat sensitif dimasuki bakteri dan virus ketika
mulut dalam keadaan kering. maka ludahlah yang mengatur kondisi rongga mulut agartetap
lembab dan sehat. Jika 11 fungsi kelenjar ludah sangat berpengaruh besar dalam kesehatan
rongga mulut, maka melemahnya daya kerja dari kelenjar ludah pun bisa sangat
mempengaruhi stabilitas hidup seseorang (Kurniawati dan Rahayu, 2018).
12. Apa yang menyebabkan sekresi saliva meningkat saat mengunyah permen karet?
Jawab ; Sifat rangsangan menentukan juga kepekaan produk akhir. Produk akhir ini dapat
bervariasi dari air hingga sangat pekat. Kecepatan aliran saliva sangat mempengaruhi
konsentrasi akhir komponen saliva. Konsentrasi natrium dan bikarbonat menurun apabila
terjadi penurunan jumlah sekresi. Pada kecepatan sekresi yang rendah, derajat asam saliva
turun sampai pH 6,0, karena semua bikarbonat praktis diresorbsi. Sekresi saliva secara
mekanis dapat dinaikkan oleh daya pengunyahan, terutama dari glandula parotis.
Rangsangan mekanis naik oleh: Permen karet: permen karet bebas gula, sorbital atau
permen karet mengandung xilitol lebih diutamakan karena menginduksi sekresi saliva encer
seperti air.
13. Bagaimana cara saliva agar selalu bisa mempertahankan kadar normalnya?
Jawab ; Kapasitas buffer berfungsi untuk menjaga mulut agar tetap netral dengan cara
cairan saliva akan mengurangi keasaman plak yang disebabkan oleh gula (Febriyanti,
2007). Buffer dalam saliva berfungsi untuk mengembalikan pH rendah dalam plak sehingga
menjadi normal. Derajat keasaman saliva tergantung pada konsentrasi bikarbonat. Saliva
memiliki sifat basa yang efektif untuk sistem buffer. Sifat tersebut dapat melindungi mulut
terhadap asam dan plak. Penurunan pH plak dapat dicegah dengan mengurangi frekuensi
makanan yang mengandung sukrosa atau dengan mengunyah permen karet bebas gula
untuk merangsang saliva (Marya, 2011). Menurut Edgar dan Mullane (1996), manusia
memiliki tiga sistem buffer yaitu sistem buffer protein, sistem buffer fosfat dan sistem
buffer bikarbonat. Bikarbonat merupakan unsur yang berperan dalam menentukan pH saliva
dan plak. sekresi saliva dapat dirangsang melalui: 1) Rangsang mekanis, seperti saat
mengunyah makanan. 2) Aliran saliva meningkat sesaat, sebelum dan selama muntah. 3)
Rangsangan seperti rasa asam, asin, pahit, dan manis.
14. Apa fungsi saliva?
Jawab : Fungsi umum saliva dalam rongga mulut adalah memudahkan untuk menelan,
mempertahankan kelembaban mulut, bekerja sebagai pelarut molekul yang merangsang
indera pengecap, mempertahankan kebersihan mulut dan gigi serta mempunyai daya
antibakteri (Ganong, 2008). Saliva dapat melindungi jaringan di dalam rongga mulut
dengan berbagai cara, (Amerongen, dkk., 1991) yaitu : a. Pengaruh bufer: saliva menahan
perubahan derajat asam (pH) di dalam rongga mulut, baik oleh makanan asam maupun
asam yang dikeluarkan oleh mikro-organisme dan dekalsifikasi elemen gigi-geligi dapat
dihambat. b. Pembersihan mekanis: karena berkumur-kumur dan pengenceran dengan
saliva, mikro-organisme kurang mempunyai kesempatan untuk berkolonisasi di dalam
rongga mulut. Selain itu lapisan protein pada elemen gigi-geligi (acquired pellicle) memberi
perlindungan terhadap keausan permukaan oklusal elemen gigi-geligi oleh kekuatan
pengunyahan normal. c. Deremineralisasi dan remineralisasi : adanya kalsium dan fosfat
merupakan mekanisme penolakan yang penting terhadap dekalsifikasi email gigi dalam
lingkungan asam (demineralisasi), sedangkan ion-ion ini memungkinkan terjadinya
remineralisasi pada permukaan gigi yang sedikit terkikis. d. Aktivitas anti-bakterial : di
dalam saliva dijumpai berbagai komponen anorganik dan organik, yang mempunyai
pengaruh antibakterial dan antiviral: thiocyanate, , enzim-enzim lysozim dan
laktoperoksidase, protein laktoferin dan imunologlobulin. e. Agresasi mikro-organisme
mulut : komponen-komponen saliva seperti imunoglobulin, substansi reaktif kelompok
darah dan musin mampu untuk menggumpalkan bakteri tertentu sehingga kolonisasinya di
dalam mulut terhalang dan selanjutnya dapat diangkut ke lambung. Berbagai fungsi
tersebut, menunjukan bahwa perubahan atau adanya gangguan fungsi kelenjar saliva dapat
mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Pengaruh perlindungan ini tidak hanya diperlukan
cukup saliva, tetapi juga susunan saliva yang optimal baik yang berhubungan dengan isi
maupun dengan viskositas, derajat asam, susunan ion dan protein. (Amerongen, dkk., 1991)
15. Bagaimana suatu makanan dan minuman dapat berpengaruh pada sekresi saliva?
Jawab; Sebesar 93% saliva disekresi oleh glandula salivarius mayor dan sisanya yaitu 7%
disekresikan oleh glandula salivarius minor. Glandula-glandulaini terletak hampir diseluruh
region dalam mulut kecuali pada daerah regio gingiva danbagian anterior dari palatum
durum. Saliva dalam keadaan steril pada saat disekresikan, namun akan segera
terkontaminasi segera setelah saliva tercampur dengan GCF (Gingival Crevicular Fluid),
sisa-sisa makanan, mikroorganisme, sel-sel mucosa oral yang mati (Kurniawati dan
Rahayu, 2018). Saliva adalah cairan sekresi exocrine di dalam mulut yang berkontak
dengan mukosa dan gigi, berasal terutama daritiga pasang kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor pada mucosal oral. Salivaadalah cairan sekresi exsocrine di dalam
mulut yang berkontak dengan mukosa dan gigi, berasal terutama dari tiga pasang kelenjar
saliva mayor dan kelenjar saliva minor pada mucosal oral (Kasuma, 2015).
Makanan dapat menyebabkan ludahbersifat asam maupun basa (Kurniawati dan Rahayu,
2018). Berdasarkan sumbernya ada dua jenis saliva yakni saliva glandular yang berasal dari
kelenjar saliva dan whole saliva. Whole saliva adalah campuran cairan yang berasal dari
kelenjar saliva, sulcus gingival, transudate mucosal oral, mucus dari rongga hidung dan
faring, bakteri oral, sisa makanan, epitel yang terdeskuamasi, sel darah, serta sebagian kecil
obat-obatan dan produk kimia (Kasuma, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Freeman ML, Sheridan BS, Bonneau RH, et al. Psychological stress compromises
CD8+ T cell control of latent herpes simplex virus type 1 infections. J Immunol 2007;
179(1): 322– 328.

Glick Michael.Burket’s Oral Medicine. Twelfth edition:People’s Medical Publishing


House 2015; 219-224

Hidayani TA, Handajani J. Efek merokok terhadap status pH dan volume saliva
pada laki-laki dewasa dan usia lanjut. Dentika Dent J 2010; 15(2): 146-8.

Panchbhai AS, Degwekar SS, Bhowte RR. Estimation of salivary glucose, salivary
amylase, salivary total protein and salivary flow rate in diabetics in India. J Oral Sci 2010:
52(3): 359.

Soesilo D,Santoso RE,DiyatriI.Peranan sorbitoldalammempertahankan kestabilan


pH saliva pada proses pencegahan karies. Dent J 2005: 38: 28

Sven N, Veas L, Barrera C, et al. Risk factors, hyposalivation and impact of


xerostomia on oral health-related quality of life. J Braz Oral Res 2016 Dec 6; 31: e14.

Turner MD, Ship JA.Dry mouth and its effects on the oral health of elderly people.J
Am Dent Assoc; 2007;138:15-20

Wiener RC, Bei W, Crout R, et al. Hyposalivation and xerostomia in dentate older
adults.J Am Dent Assoc 2010 Mar; 141(3): 279–284.

Anda mungkin juga menyukai