Sgbumcdfhbb NK Ko
Sgbumcdfhbb NK Ko
- Skenario :
Seorang mahasiswa FKG sedang belajar sambil mengunyah permen karet. Semakin lama dia
mengunyah permen karet, dia merasakan bahwa sekresi saliva di mulutnya semakin banyak. Dia
pun teringat ketika da bangun tidur pagi ini, dia merasa mulutnya sangat kering. Mahasiswa itu pun
berpikir, “Kenapa ya, saliva kadang banyak dan kadang sedikit?” setelah mempelajari lebih lanjut,
dia mendapati bahwa dapat terdapat kelenjar-kelenjar saliva di sekitar mulutnya yang dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu dalam mensekresikan saliva. Hal ini dapat mempengaruhi
laju saliva, karakteristik, dan kandungannya.
- Kata sulit :
1. mengunyah ; langkah pertama yang penting dalam proses pencernaan. Menghancurkan atau
melumatkan makanan dalam mulut dengan gigi atau disebut memamah. Mengunyah dengan benar
dapat memperbaiki kesehatan sistem pencernaan karena akan memecah makanan ke dalam partikel-
partikel kecil, sehungga meminimalkan stress pada perut.
2. sekresi; fenomena umum seperti pada proses : Pembentukan dinding sel dan kutikula, lapisan
suberin dan perpindahan senyawa tertentu antar sitoplasma sel yang berdekatan merupakan proses
sekresi. Selain itu, sekresi ialah proses untuk membuat dan melepaskan substansi kimiawi dalam
bentuk lendir (en:mucus) yang dilakukan oleh sel tubuh dan kelenjar. Substansi kimiawi pada
sekresi mempunyai kegunaan tertentu sebelum akhirnya terbuang melalui ekskresi.
3. saliva; Saliva adalah cairan sekresi eksokrin di dalam mulut yang berkontak dengan mukosa dan
gigi, berasal terutama dari tiga pasang kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor pada mukosa
oral.
4. kelenjar-kelenjar saliva; Kelenjar merupakan organ yang memproduksi dan melepaskan zat yang
melakukan fungsi spesifik di dalam tubuh. Terdapat 2 jenis kelenjar, yaitu kelenjar endokrin dan
kelenjar eksokrin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang melepaskan zat yang mereka
produksi yaitu hormon, langsung ke dalam aliran darah. sehingga, kelenjar ini yang berfungsi dalam
proses keluar masuknya saliva dalam mulut.
5. laju saliva; Laju saliva adalah sekresi saliva yang dinyatakan dalam ml/menit. Pada pasien
geriatri dengan riwayat hipertensi dapat menurunkan kuantitas, kualitas dan laju saliva. Kondisi ini
dapat meningkatkan terjadinya infeksi rongga mulut seperti stomatitis herpetika.
6. karakteristik saliva; segala sesuatu yang berhubungan dengan berbagai hal dengan sifat khas
sesuai dengan perwatakan tertentu. Singkatnya, karakteristik tersebut dapat meliputi karakter,
akhlak, perangai, kepribadian, perilaku, sifat, watak, hingga tabiat. Sehingga, karakteristik ialah ciri
yang dimiliki oleh saliva.
7. kandungan saliva; kandungan atau komposisi adalah segala hal yang terkandung dalam saliva (air
liur) hal yang terkandung dalam saliva ialah air yang terdiri atas kalsium, fosfor, natrium dan
magnesium.
8. faktor – faktor saliva; faktor ialah segala sesuatu yang mempengaruhi proses terbentuknya saliva
di dalam mulut, hal tersebut dipengaruhi oleh mekanis, kimiawi, neuronal, psikis, dan rangsangan.
- Pertanyaan :
1. Jelaskan anatomi saliva berikut kelenjar yang terdapat pada saliva!
Jawab ; Kelenjar saliva memiliki sel yang bertugas untuk memproduksi saliva disebut sel
acinar yang dibagi menjadi 3 jenis. Jenis pertama adalah sel acinar serus yaitu sel yang
menghasilkan saliva yang bersifat cair atau watery. Sel acinar kedua yaitu sel acinar mukus
yang mengontrol viskositas dari saliva. Sel yang ketiga adalah kombinasi dari sel mukus
dan serus atau seromukus, tetapi diantara keduanya ada satu sel yang bersifat dominan yang
berbeda di masing-masing kelenjar (Holsinger dan Bui, 2007).
1) Kelenjar saliva mayor a) Kelenjar parotis Kelenjar parotis adalah kelenjar saliva
berpasangan terbesar yang terletak diantara preaurikular dan di belakang ramus
mandibula (Whelton, 2012). Kelenjar parotis rata-rata memiliki panjang 6 cm dan lebar
3,3 cm, atau sama dengan volume 2,5 kali kelenjar submandibularis atau 8 kali kelenjar
sublingualis (Ekstrom, 2012). Kelenjar ini terdiri dari serus acini dan diselubungi oleh
kapsul fibrosa. Bentuk dari kelenjar parotis bervariasi, tetapi yang paling sering
terdapat adalah bentuk triangular dengan apeks menghadap inferior (Carlson dan Ord,
2008). Duktus parotis atau biasa disebut duktus Stensen menyekresikan saliva serus ke
vestibulum di dalam rongga mulut. Kelenjar parotis diinervasi oleh N. Fascialis (VII)
(Holsinger dan Bui, 2007). b) Kelenjar submandibularis Kelenjar submandibularis
adalah kelenjar saliva terbesar kedua setelah kelenjar parotis yang memiliki berat 7-16
gram (Holsinger dan Bui, 2007). Kelenjar ini terletak pada segitiga submandibular yaitu
diantara mandibula dan muskulus mylohyoid (Whelton, 2012). Kelenjar
submandibularis terdiri dari 2 lobus yaitu lobus superfisialis dan profunda. Lobus
superfisialis terletak pada segitiga digastrikus sedangkan lobus profunda terletak di 12
posterior muskulus mylohyoid dan memanjang hingga dibelakang kelenjar sublingualis
(Carlson dan Ord, 2008). Kelenjar submandibularis memiliki sel yang dapat
menghasilkan saliva bersifat mukus dan serus. Duktus submandibularis, atau biasa
disebut dengan duktus Wharton, memiliki panjang rata-rata 4-5 cm. Duktus tersebut
melintang diantara muskulus hyoglossus dan mylohyoid (Holsinger dan Bui, 2007). c)
Kelenjar sublingualis Kelenjar sublingualis berbentuk seperti almond yang memiliki
berat sekitar 4 gram dan menjadi kelenjar terkecil dari kelenjar saliva mayor. Kelenjar
ini terletak di superfisial mylohyoid dan diselubungi oleh mukosa dasar mulut. Kelenjar
sublingualis berkontak dengan lobus profunda kelenjar submandibularis di area
posterior (Carlson dan Ord, 2008). Kelenjar ini menyekresikan saliva yang bersifat
mukus. Duktus ekstretori dari kelenjar ini berjumlah sekitar 8-20 buah yang
kebanyakan bermuara pada lipatan sublingual dengan duktus mayor berupa duktus
Bartholin (Whelton, 2012). Nervus simpatis dan parasimpatis menginervasi kelenjar ini
(Holsinger dan Bui, 2007). 2) Kelenjar saliva minor Kelenjar saliva minor dalam
rongga mulut manusia rata-rata berjumlah 600-1000 buah dengan ukuran 1-5 mm yang
terletak menyebar di rongga mulut hingga orofaring. Kelenjar saliva minor terbanyak
ditemukan di area palatum, mukosa bukal, lidah dan bibir. Seluruh kelenjar saliva
minor memiliki duktus yang langsung bermuara ke rongga mulut dengan karakteristik
saliva yang bisa serus, mukus maupun seromukus (Holsinger dan Bui, 2007).
3. Dalam kasus dalam scenario, aliran saliova terkadang banyak dan sedikit, lalu bagaimana
laju saliva serta hal yang mempengaruhinya!
Jawab ; Laju aliran saliva manusia dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya jenis kelamin,
usia, dan pola hidup. Perempuan cenderung memiliki laju aliran saliva lebih sedikit
daripada laki-laki. Kondisi ini dipengaruhi oleh adanya perubahan hormonal yang terjadi
pada perempuan. Rata-rata laju aliran saliva kelenjar parotis perempuan adalah
0,45ml/menit sedangkan laki-laki 0,59ml/menit (Feraro dan Vieira, 2010). Ukuran kelenjar
saliva pada perempuan yang lebih kecil dapat mempengaruhi laju aliran saliva (Shaila, dkk.,
2013). Laju aliran saliva terstimulasi bervariasi tergantung jenis stimulasi. Penelitian
menunjukkan laju aliran saliva terstimulasi dengan mengunyah tablet lilin parafin berkisar
pada ±1,5ml/menit, sedangkan laju aliran saliva 15 terstimulasi pengecapan asam sitrun
berkisar pada ±2,9ml/menit (Haroen, 2002). Usia seseorang merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi laju aliran saliva. Lansia cenderung memiliki laju aliran saliva lebih
kecil daripada kalangan dewasa muda. Lansia wanita yang telah menopause dapat
mengalami xerostomia. Kondisi demikian dikarenakan oleh adanya perubahan fungsi
kelenjar saliva (Shaila, dkk., 2013). Perubahan fungsi kelenjar saliva tersebut disebabkan
kelenjar parenkim hilang yang digantikan jaringan ikat dan lemak (Marasabessy, 2013).
Salah satu pola hidup yang memengaruhi laju aliran saliva adalah merokok. Laju aliran
saliva perokok lebih kecil daripada nonperokok, sebanding dengan insidensi xerostomia
yang lebih banyak terjadi pada perokok berat dibandingkan non-perokok. Merokok
meningkatkan aktifitas kelenjar saliva pada perokok pemula tetapi dalam jangka panjang
akan mengurangi laju aliran saliva. Perokok berat, yang rata-rata sehari dapat menghisap 14
batang rokok, memiliki laju aliran saliva 0,38 (±0,13) ml/menit, sedangkan non-perokok
memiliki laju aliran saliva 0,56 (±0,16) ml/menit (Rad, dkk., 2010). Faktor-faktor lain yang
memengaruhi laju aliran saliva adalah posisi tubuh dan waktu. Posisi tubuh dalam keadaan
berdiri menghasilkan sekresi saliva paling banyak dan posisi tidur menghasilkan saliva
paling sedikit. Pengambilan sampel saliva yang 16 dilakukan pada siang hari dinilai optimal
karena produksi laju aliran saliva tidak terstimulasi paling banyak diperoleh pada siang hari
(Haroen, 2002).
4. Apakah kebermanfaatan saliva bagi rongga mulut dan juga dalam tubuh manusia?
Jawab ; Fungsi utama dari saliva adalah proses digesti, lubrikasi dan proteksi. Proses digesti
dimulai dari pengunyahan, pembentukan bolus dan penelanan. Saliva menghasilkan 2
enzim yaitu ptialin dan lipase saat proses digesti berlangsung. Enzim ptialin yang efektif
pada pH normal berguna untuk mencerna karbohidrat sedangkan enzim lipase berguna
untuk mencerna trigliserida (Holsinger dan Bui, 2007). Pada proses ini saliva berguna
sebagai media antara makanan dengan indera perasa (Ekstrom, 2012). Lubrikasi berguna
pada proses bicara, mengunyah dan menelan (Pandey, 2014). Kandungan mukus pada
saliva membantu saat proses lubrikasi yang terjadi saat mengunyah makanan. Lubrikasi
memudahkan dalam proses penelanan dan bolus turun ke arah esofagus (Holsinger dan Bui,
2007). Fungsi proteksi dari saliva meliputi sistem buffer yang mempertahankan pH dalam
keadaan normal, remineralisasi gigi dengan kalsium, sifat antimikroba, dan dilusi makanan
yang bersifat dingin, panas maupun pedas (Ekstrom, 2012). Sifat antimikroba meliputi IgA,
lisosim dan laktoferin. Fungsi dari IgA adalah sebagai sistem imun terhadap virus dan
bakteri. Lisosim berperan dalam mendegradasi 17 dinding sel bakteri sedangkan laktoferin
berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri (Holsinger dan Bui, 2007). Sistem
pertahanan lain yang berada dalam saliva adalah peroksidase dan histatin. Peroksidase
berguna untuk menginaktifasi enzim yang dihasilkan bakteri untuk mendegradasi protein
saliva sedangkan histatin adalah antibakteri spektrum luas termasuk sebagai anti-candida
(Pandey, 2014).
5. Dalam patologi mulut, kasus dalam scenario terdapat hal yang terjadi yaitu saliva kering,
sehingga ketika kering dapat menimbulkan masalah sariawan, lalu bagaimana
penatalaksanaan kasus tersebut!
Jawab; Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang ditegakkan
diagnosanya stomatitis herpetika, hiposalivasi dan cheilitis eksfoliatif. Perawatan dari ilmu
penyakit mulut untuk pasien ini adalah memperbaiki oral hygiene, (skeling dan OHI), saran
memperhatikan hidrasi yang memadai dan edukasi nutrisi seimbang untuk meningkatkan
imunitas penderita dan memperbaiki kondisi saliva pasien. Terapi farmakologi yang
diberikan berupa khlorhexidine gluconate 0,2% sebagai antiseptik, vitamin B12 dan asam
folat sebagai multivitamin serta vaseline album untuk tatalaksana keilitis eksfoliatif.
Selanjutnya perawatan kunjungan kontrol dilakukan setiap 10-14 hari sekali, dan kondisi
ulserasi serta kekeringan pada mukosa oral mengalami perbaikan dalam kurun waktu
sekitar 4 bulan. Dalam kurun waktu 4 bulan tersebut pasien pernah tidak datang untuk
kontrol hingga 2 bulan, pada saat datang kembali ditemukan kondisi hampir sama seperti
kunjungan awal namun tidak terlalu parah. Pada saat itu perawatan serupa dilakukan dan
ditambah obat kumur mengandung asam hialuronat 0,025% untuk mengatasi keluhan
sakitnya.
6. Bagaimana Karakteristik kelenjar saliva yang normal dan yang tidak normal?
Jawab; kelenjar saliva normal berkisar antara 800- 1500 ml/hari dan mempunyai pH antara
6,0-7,0. Dalam kondisi normal, laju aliran saliva terstimulasi berkisar antara 1-3 ml/menit
dan saliva yang tidak terstimulasi berkisar 0,25-0,35 ml/menit. kelenjar submandibularis
dan kelenjar sublingualis mampu mensekresi volume saliva sebesar 93%, sedangkan
kelenjar saliva minor yaitu bukal, labial, lingual, dan palatinal mampu mensekresi volume
saliva sebesar 7%. Muara pembuangan pada kelenjar parotis disebut duktus stensen dan
masuk pada mukosa bukal setinggi gigi molar dua rahang atas. Pada kelenjar submandibula
disebut duktus wharton yang berjalan sepanjang dasar mulut hingga ke frenulum lingualis.
Kelenjar sublingual sekresinya tidak dapat dipisahkan dari kelenjar submandibula
(Kusumasari, 2012). Artinya, kelenjar tersebut dapat berfungsi dengan baik, karena mampu
menghasilkan sekresi saliva dengan semestinya. Lalu kelenjar tidak normal
yakni, ).Kelenjar saliva berfungsi memproduksi saliva yang bermanfaat untuk mencegah
mukosa dari kekeringan, membantu pencernaan, memberikan perlindungan pada gigi
terhadap karies serta mempertahankan homeostasis (Tamin dan Yassi, 2011). Lalu cirinya
yakni, h gangguan pengecapan (dysgeusia), kesulitan berbicara (disfonia), kesulitan
menelan (disfagia), dan pemakaian gigi tiruan. menyebabkan mengeringnya selaput lendir.
Mukosa mulut menjadi kering dan pecah-pecah, mudah mengalami iritasi serta infeksi.
Kekeringan pada mulut menyebabkan fungsi pembersih saliva berkurang, sehingga terjadi
radang dari selaput lendir yang disertai keluhan mulut terasa nyeri (glossodynia) atau
seperti terbakar (glossopyrosis).
Freeman ML, Sheridan BS, Bonneau RH, et al. Psychological stress compromises
CD8+ T cell control of latent herpes simplex virus type 1 infections. J Immunol 2007;
179(1): 322– 328.
Hidayani TA, Handajani J. Efek merokok terhadap status pH dan volume saliva
pada laki-laki dewasa dan usia lanjut. Dentika Dent J 2010; 15(2): 146-8.
Panchbhai AS, Degwekar SS, Bhowte RR. Estimation of salivary glucose, salivary
amylase, salivary total protein and salivary flow rate in diabetics in India. J Oral Sci 2010:
52(3): 359.
Turner MD, Ship JA.Dry mouth and its effects on the oral health of elderly people.J
Am Dent Assoc; 2007;138:15-20
Wiener RC, Bei W, Crout R, et al. Hyposalivation and xerostomia in dentate older
adults.J Am Dent Assoc 2010 Mar; 141(3): 279–284.