Anda di halaman 1dari 8

KLASIFIKASI DESA BERDASARKAN TINGKAT KEMAJUAN DESA (STUDI KASUS KECAMATAN

PUJON KABUPATEN MALANG)


Hedyan Irawati, Agus Dwi Wicaksono, Gunawan Prayitno
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886
Email: Ira.hedyanira@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu permasalahan utama yang ada di Indonesia adalah tingkat kemajuan desa yang masih rendah.
Berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) tahun 2015 desa di Indonesia dengan status desa maju sebanyak
174 desa, sedangkan desa mandiri 5% sebanyak 3.608 desa, desa berkembang 31% sebanyak 22.882 desa,
tertinggal 46% sebanyak 33.592 desa, dan desa sangat tertinggal 18% dengan jumlah desa sebanyak 13.453 desa.
Dari 33 kecamatan yang berada di Kabupaten Malang terdapat 19 kecamatan memiliki desa dengan status desa
tertinggal sehingga permasalahan tentang desa tertinggal di Kabupaten Malang menjadi permasalahan utama.
Misi pemerintah Kabupaten Malang yaitu meningkatkan indeks pembangunan manusia, mengembangkan
ekonomi masyarakat, serta melakukan percepatan pembangunan desa dengan cara peningkatan kualitas SDM,
pengembangan unggulan desa, dan penguatan kelembagaan serta membangun infrastruktur yang bermanfaat
bagi masyarakat desa. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis IPD (Indeks Pembangunan
Desa). Tingkat kemajuan desa dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu desa mandiri, desa berkembang, dan desa
tertinggal. Terdapat 5 variabel yaitu pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, asksesbilitas, pelayanan publik,
penyelenggaraan pemerintah. Hasil analisis IPD menunjukkan bahwa Desa di Kecamatan Pujon memiliki
klasifikasi desa yang beragam. Pada Kecamatan Pujon desa mandiri terdapat pada Desa Ngroto dengan nilai
indeks pembangunan desa yaitu sebesar 74,64 dan dengan nilai indeks terkecil adalah Desa Wiyurejo yaitu
sebesar 45,38 termasuk desa tertinggal.

Kata Kunci : Desa-mandiri, Tertinggal, IPD.

ABSTRACT

One of the main problems in Indonesia is the low level of village development. Based on the Village Development
Index (IDM) in 2015 villages in Indonesia with 174 villages developed status, while 5% independent villages as
many as 3,608 villages, developing villages 31% as many as 22,882 villages, lagging 46% as many as 33,592
villages, and very underdeveloped villages 18% with a total of 13,453 villages. Out of 33 sub-districts in Malang,
there are 19 sub-districts that have villages with underdeveloped village status so that the problem of
underdeveloped villages in Malang Regency is the main problem. The mission of the Malang Regency government
is to increase the human development index, develop the people's economy, and accelerate village development
by increasing the quality of human resources, developing superior villages, and strengthening institutions and
building infrastructure that is beneficial to rural communities. The analysis used in this study is the IPD analysis
(Village Development Index). The level of progress of the villages differentiate into three groups namely
independent villages, developing villages, and disadvantaged villages (Bappenas,2015). There are 5 variables,
namely basic services, infrastructure conditions, accessibility, public services, government administration. The
results of the IPD analysis show that the villages in Pujon sub-district have diverse village classifications. In Pujon
Subdistrict, an independent village is in Ngroto Village with an index of village development that is 74.64 and with
the smallest index value is Wiyurejo Village, which is 45.38.

Keywords: Independent-village, Disadvantaged, IPD.

masyarakat setempat berdasarkan hak


PENDAHULUAN tradisional yang diakui oleh sistem pemerintah
Desa menurut undang-undang No. 6 Tahun negara. Ciri umum desa berdasarkan Pranoto
2014 tentang Desa didefinisikan bahwa, desa (2001) terbagi menjadi 4 yaitu, dekat dengan
merupakan kesatuan masyarakat hukum yang pusat wilayah usaha tani, dan kegiatan ekonomi
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk yang paling utama merupakan pertanian, kontrol
mengatur sendiri dan mengurus segala urusan sosial bersifat informal dan interaksi antar warga
pemerintahan, yang berkepentingan untuk desa lebih bersifat personal dalam bentuk tatap

Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 2, April 2020 59
KLASIFIKASI DESA BERDASARKAN TINGKAT KEMAJUAN DESA (STUDI KASUS KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG)

muka, serta tingkat homogenitas yang tinggi dan Pembangunan desa mempunyai peranan
ikatan sosial yang lebih ketat (Pranoto, 2001). yang sangat penting dan strategis dalam rangka
Desa juga merupkan permasalahan utama pembangunan nasional dan pembangunan
yang ada di Indonesia yaitu tingkat kemajuan daerah, karena di dalamnya terkandung unsur
desa yang masih rendah. Berdasarkan Indeks pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
Desa Membangun (IDM) tahun 2015 desa di bisa menyentuh secara langsung kepentingan
Indonesia dengan status desa maju sebanyak 174 sebagian besar masyarakat yang bermukim di
desa, sedangkan desa mandiri 5% sebanyak 3.608 perdesaan dalam rangka upaya meningkatkan
desa, desa berkembang 31% sebanyak 22.882 kesejahteraan. Pembangunan di desa merupakan
desa, tertinggal 46% sebanyak 33.592 desa, dan pembangunan yang dilaksanakan secara
desa sangat tertinggal 18% dengan jumlah desa menyeluruh dan terpadu dengan kewajiban yang
sebanyak 13.453 desa. Dapat dilihat bahwa serasi antara pemerintah dan masyarakat,
sebanyak 68% desa di Indonesia masih tertinggal. dimana pemerintah wajib memberikan
Salah satu upaya untuk mengatasi desa tertinggal bimbingan, pengarahan, bantuan, dan fasilitas
yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan yang diperlukan. Sedangkan masyarakat
desa dengan memperdayakan masyarakat memberikan partisipasinya dalam membangun
dengan menambah kualitas sumber daya potensi gotong-royong masyarakat pada setiap
manusia, dalam mencapai kehidupan yang lebih pembagunan yang diinginkan untuk
baik sehingga taraf hidup lebih berkualitas meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
(Ulumiyah, 2013). masyarakat di pedesaan (Maryani & Waluya,
Program pemerintah untuk 2008). (Kessa, 2015):
kesejahteraan masyarakat pedesaan didukung Menurut Kessa (2015) kemajuan desa
dengan adanya undang-undang No. 6 Tahun 2014 dapat dilihat dari berbagai pembangunan yang
dan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005, ada di desa, pembangunan desa merupakan
sehingga pemerintah dapat meningkat bagian dari pembangunan nasional, bidang
kesejahteraan masyarakat desa. Berdasarkan pelaksanaan pembangunan desa antara lain:
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan
pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan infrasruktur dan lingkungan desa antara lain:
perangkat desa, kepala desa berperan dalam 1. (1) Jalan pemukiman, (2) jalan desa antar
penyelenggaraan urusan pemerintah, permukiman ke wilayah pertanian, (3)
pelaksanaan pembangunan, dan pembinaan pembangkit listrik lingkungan
kemasyarakatan, serta pemberdayaan
permukiman masyarakat desa, (4) dan
masyarakat desa.Kewenangan yang dimiliki desa
infrastruktur desa lainnya sesuai kondisi
sudah diatur dalam undang-undang No. 6 Tahun
2014 mendorong agar desa lebih mandiri dalam desa.
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan 2. Pembangunan, pemanfaatan dan
membangkitkan potensi-potensi sumberdaya pemeliharaan sarana dan prasarana
yang ada dan menyelesaikan masalah dalam kesehatan antara lain: (1) air bersih
lingkungan di masyarakat. berskala desa, (2) sanitasi lingkungan,
Undang-undang pemerintah ini pelayanan kesehatan desa.
diberlakukan seluruh Indonesia termasuk 3. Pembangunan, pemanfaatan dan
pemerintah Kabupaten Malang, dikarenakan dari pemeliharaan sarana dan prasarana
33 kecamatan yang berada di Kabupaten Malang pendidikan dan kebudayaan.
terdapat 19 kecamatan memiliki desa dengan 4. Pengembangan usaha ekonomi produktif
status desa tertinggal menurut Indeks Desa serta pembangunan, pemanfaatan dan
Membangun (IDM) tahun 2015, sehingga pemeliharaan sarana dan prasarana
permasalahan tentang desa tertinggal di ekonomi seperti pasar.
Kabupaten Malang menjadi permasalahan 5. Bidang pebinaan kemasyarakatan antara
utama. Upaya pemerintah dalam menyelesaikan lain pembinaan lembaga
permasalahan tersebut, pemerintah Kabupaten kemasyarakatan.
Malang membentuk misi yang bertujuan untuk Pada penelitian ini, pengelompokan dan ciri
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tingkat kemajuan desa digunakan untuk
pedesaan. mengetahui klasifikasi desa di Kecamatan Pujon.
Berdasarkan Badan Pusat Satatistik (BPS) tahun

60 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 2, April 2020
Hedyan Irawati, Agus Dwi Wicaksono, Gunawan Prayitno

2018, kemajuan desa dilihat dari aspek Standar Pembangunan Desa (IPD) setiap indikator
Pelayanan Minimum (SPM) yaitu kebutuhan memiliki nilai pembobot indikator atau
sosial, infrastruktur dan sarana dasar seperti penimbang yang sudah ditentukan oleh BPS dan
pedidikan dan kesehatan, ekonomi, aksesbilitas Bappenas, pembobot pada setiap indikator
serta penyelenggaraan pemerintah. BPS memiliki nilai yang berbeda, berikut tabel
membagi menjadi 3 kelompok tipologi desa variabel, subvariabel dan indikator beserta nilai
berdasarkan tingkat kemajuannya yaitu desa penimbang.
tertinggal, berkembang, dan mandiri. Desa yang Berikut merupakan tabel mengenai
berada pada tipologi desa mandiri adalah desa variabel penelitian. Analisis IPD Pada setiap
yang sudah terpenuhi aspek SPM dan dapat variabel memiliki sub variabel dan sub variabel
menunjukan keberlanjutan. Sedangkan desa terdapat indikator masing-masing. Pada analisis
bekembang adalah desa yang sudah terpenuhi Perhitungan Indeks Pembangunan Desa (IPD)
SPM namun belum dapat menunjukan setiap indikator memiliki nilai pembobot
keberlanjutan, sedangkan desa tertinggal yaitu indikator atau penimbang yang sudah ditentukan
desa yang masih belum terpenuhi aspek (SPM) oleh BPS dan Bappenas, pembobot pada setiap
indikator memiliki nilai yang berbeda. (Tabel 1)
METODE PENELITIAN
Tabel 1. Variabel Penelitian
Jenis Penelitian Variabel Sub Variabel
Pelayanan Dasar 1. Pelayanan Pendidikan (PD1)
Jenis penelitian yang digunakan pada 2. Pelayanan Kesehatan (PD2)
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu Kondisi infrastruktur 1. Infrastruktur Ekonomi (KI1)
penelitian yang berisi angka sebenarnya yang 2. Infrastruktur Energi (KI2)
bersifat statistik. Desain penelitian kuanitatif 3. Infrastruktur kesehatan dan sanitasi
terdiri dari 3 yaitu penelitian komparatif, (KI3)

deskriptif dan asosiatif. Penelitian deskriptif 4. Infrastruktur komunikasi dan


informasi (KI4)
asosiatif bertujuan untuk mengetahui hubungan Aksesbilitas/ 1. Sarana Transportasi (AT1)
dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2016). Jenis transportasi
2. Aksesbilitas transportasi (AT 2)
penelitian merupakan upaya untuk Pelayanan publik 1. Kesehatan masyarakat (PP1)
mengklasifikasikan penelitian yang sudah ada dan 2. Olahraga (PP2)
memudahkan pembaca untuk mengelompokkan Penyelenggaraan 1. Kemandirian (PE1)
pemerintah
penelitian (Priyono, 2016). Jenis penelitian yang 2. Kualitas SDM (PE 2)
Sumber : Bappenas,2015
digunakan adalah kuantitatif yaitu penelitian
yang berisi angka sebenernya bersifat statistik. Teknik Sampling
Variabel Penelitian Populasi ialah keseluruhan gejala yang
akan diteliti (Priyono, 2016). Populasi yang
Variabel merupakan gambaran suatu
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
karakter yang dapet diobservasi sebagai unit
desa yang berada di Kecamatan Pujon Kabupaten
amatan penelitian. Variabel dalam penelitian
Malang. Kabupaten Malang memiliki 33
sebagai atribut atau pengenal dari kelompok
kecamatan, Kecamatan Pujon merupakan salah
amtan peneliti. Proses variasi pada objek satu dan
satu kecamatan yang berada di Kabupaten
lainnya, dimana pada masing-masing kelompok
Malang. Kecamatan Pujon memiliki 10 Desa, 43
memiliki variasi yang berbeda. Pada tujuan
Dusun 85 RW dan 306 RT. Berdasarkan
klasifikasi desa berdasarkan tingkat kemajuan
Kecamatan Pujon Dalam Angka 2017 jumlah
desa di Kecamatan Pujon. Peneliti menggunakan
penduduk Kecamatan Pujon sebanyak 65.129
variabel, sub variabel dan indikator yang sudah
jiwa. Populasi ialah keseluruhan gejala yang akan
sesuai dengan modul panduan perhitungan IPD
diteliti (Priyono, 2016). (Tabel 2)
(Indeks Pembangunan Desa) yang bersumber
pada Bappenas Tahun 2015. Terdapat 5 variabel Tabel 2. Desa Kecamatan Pujon
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu No Desa/Kelurahan Jumlah KK
1 Bendosari 1.177
pelayanan dasar, kondisi infastruktur, 2 Sukomulyo 2.182
aksesbilitas, pelayanan publik, penyelenggaraan 3 Pujon kidul 1.370
pemerintah. Pada setiap variabel memiliki sub 4 Pendasari 2.442
5 Pujon lor 2.162
variabel dan sub variabel terdapat indikator 6 Ngabab 2.520
masing-masing. Pada analisis Perhitungan Indeks 7 Ngroto 1.905

Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 2, April 2020 61
KLASIFIKASI DESA BERDASARKAN TINGKAT KEMAJUAN DESA (STUDI KASUS KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG)

No Desa/Kelurahan Jumlah KK Tabel 3. Indeks Pembangunan Desa


8 Tawangsari 2.141 Sub
9 Madiredo 2.925 Indikator Penimbang
Variabel
10 Wiyurejo 1.633 Ketersediaan dan akses ke
Sumber : Kecamatan Pujon Dalam Angka, 2018 0,0227852
TK/RA/BA
Kondisi kependudukan Kecamatan Pujon Ketersediaan dan akses ke SD
0,0115521
berdasarkan jenis kelamin dan jumlah kepala sederajat
PD 1
Ketersediaan dan akses ke SMP
kelurga (KK) pada tahun 2018 dapat dilihat pada sederajat
0,0320783
jumlah penduduk per desa Kecamatan Pujon Ketersediaan dan akses ke SMA
0,0317407
sederajat
tahun 2018. Jumlah penduduk di Kecamatan
Ketersediaan dan kemudahan
Pujon pada tahun 2018 sebanyak 65.129 jiwa dan akses ke Rumah Sakit
0,0271630

KK sebesar 20.857, dengan jumlah penduduk Ketersediaan dan kemudahan


0,0258106
akses keRumah Sakit Bersalin
terbanyak adalah laki-laki sebesar 34.956 jiwa
Ketersediaan dan kemudahan
penduduk. akses ke Puskesmas
0,0314073
Ketersediaan dan kemudahan
Metode Analisis akses ke Poliklinik
0,0308963
Ketersediaan dan kemudahan
Metode analisis yang digunakan dalam PD 2
akses keTempat Praktek 0,0325841
penelitian ini adalah analisis deskriptif dan Dokter
analisis klasifikasi desa. Ketersediaan dan kemudahan
0,0299338
akses keTempat Praktek Bidan
Analisis dreskriptif Ketersediaan dan kemudahan
akses ke Poskesdes atau 0,0252111
Hasil dari penelitian deskriptif biasanya Polindes
Ketersediaan dan kemudahan
berupa tipologi atau pola mengenai fenomena akses ke Apotek
0,0253566
yang sedang dibahas. Tujuan dari penelitian Ketersediaan ke pertokoan,
deskriptif ialah menggambarkan mekanisme minmarket, atau toko 0,0196165
kelontong
sebuah proses dan menciptakan seperangkat Ketersediaan ke pasar 0,0179773
kategori atau pola (Priyono, 2016). Identifikasi KI 1
Ketersediaan ke
karakteristik wilayah studi menjelaskan kondisi restorean,rumah makan, 0,0152138
warung
fisik, sosial wilayah yang diteliti. Identifikasi Ketersediaan ke Akomodasi
0,0186228
wilayah studi dijelaskan guna untuk mendukung Hotel atau Penginapan
hasil dari interpretasi. Indentifikasi karakteristik Ketersediaan Bank 0,0229853
Elektrifitasi O,0140417
wilayah studi yang akan dijelaskan berupa Kondisi penerangan di jalan
KI 2 0,0188277
keadaan geografi, sosial dan kependudukan utama
diwilayah studi yang akan diteliti. Bahan bakar untuk memasak 0,0177782
Sumber air untuk minum 0,0299481
Analisis klasifikasi desa KI 3 Sumber air untuk mandi/cuci 0,0301380
Fasilitas buang air besar 0,0137127
Analisis yang digunakan dalam penelitian Ketersediaan dan kualitas
0,0160403
fasilitas komunikasi seluler
untuk mengetahui klasifikasi desa berdasarkan KI 4 Ketersediaan fasilitas internet
tingkat kemajuannya di Kecamatan Pujon adalah dan pengiriman pos atau 0,0172964
menggunakan analisis Perhitungan Indeks barang
Lalu lintas dan kualitas jalan 0,0174274
Pembangunan Desa (IPD), yang merupakan Aksesabilitas jalan 0,0149853
sistem pengukuran yang dikembangkan oleh AT 1
Ketersediaan angkutan umum 0,0426582
Bappenas dan BPS yang berbasis indeks komposit Operasional angkutan umum 0,0422595
menggunakan beberapa dimensi, variabel dan Waktu tempuh per kilometer
0,0177129
transportasi ke Kantor Camat
indikator kuantitatif, unit analisis pada analisis Biaya per kilometer
0,0280166
perhitungan ini adalah desa. Output dari analisis transportasi ke Kantor Camat
Waktu tempuh per kilometer
Perhitungan Indeks Pembangunan Desa (IPD) AT 2
transportasi ke Kantor 0,0142172
pada penelitian ini adalah pengelompokan Bupati/Walikota
tipologi desa, yaitu desa tertinggal, desa Biaya per kilometer
transportasi ke Kantor 0,0264609
berkembang, desa mandiri, serta peta Bupati/Walikota
pengelompokan desa berdasarkan tingkat Penanganan KLB 0,0195116
PP 1
kemajuan desa. Pada penelitian ini dipilih 2 desa Penangana Gizi Buruk 0,0209339
Ketersediaan fasilitas olahraga 0,0334978
yaitu desa dengan nilai terendah dan tertinggi PP 2 Keberadaan kelompok kegiatan
yang masuk dalam tipologi desa tertinggal serta olahraga
0,0351981

desa mandiri. (Tabel 3) PE 1


Kelengkapan pemerintahan
0,0260184
desa

62 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 2, April 2020
Hedyan Irawati, Agus Dwi Wicaksono, Gunawan Prayitno

Sub
Indikator Penimbang kebutuhan sosial dasar beserta kelima
Variabel
Otonomi desa 0,0163094
variabel, pelayanan umum, infrstruktur
Aset/ kekayaan desa 0,0198562 dasar, sarana dasar. Desa mandiri
PE 2
Kualitas SDM Kepala Desa 0,0186415 memiliki sistem pemerintahan dan
Kualitas SDM Sekretaris Desa 0,0279371
Sumber : Bappenas, 2015
kelembagaan yang berkelanjutan. Pada
Pada setiap variabel dan indikator dapat penelitian ini nilai dari Desa Mandiri
dihitung sehingga diperoleh hasil IPD dengan adalah ≥75.
menjumlahkan skor yang sudah dikalikan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
penimbang pada setiap indikator yang sudah
ditetapkan. Skor pada setiap indikator terbagi Kondisi Kependudukan
menjadi skala 0, 1, 2, 3, 4, 5. Kemudian skor
Kepadatan penduduk pada Kecamtan
tersebut disesuaikan dengan kondisi dilapangan
Pujon merupakan hasil dari perbandingan antara
wilayah studi yaitu desa di Kecamatan Pujon, dan
jumlah penduduk pada desa dengan luas desa,
skoring dilakukan pada setiap indikator. Setelah
semua desa di Kecamatan Pujon sudah di skor data tersebut dapat dilihat pada tabel kepadatan
pada setiap indikatornya, maka tahap selanjutnya penduduk desa di Kecamatan Pujon. Pada data
adalah mengitung dengan menggunakan rumus yang didapat tingkat kepadatan di Pujon masih
IPD untuk mendapatkan klasifikasi desa rendah yaitu 202 jiwa/ha dikarenakan pada
berdasarkan tingkat kemajuannya. Berikut Kecamatan Pujon kegiatan ekonomi masih lebih
merupakan merupakan rumus IPD yang banyak mengelola hasil alam. Pada data yang
digunakan peneliti. dipaparkan tingkat kepadatan penduduk yang
paling tinggi adalah Desa Madirejo dengan
IPD = (I1*P1 + I2*P2 + I3*P3 + I4*P5... + I42*P42) * 20
tingkat kepadatan yaitu sebsar 30,99 Jiwa/Km2.
Keterangan: Pada tingkatan kepadatan yang paling rendah
IPD = Nilai IPD pada desa (bernilai 0 -100) adalah Desa Pujon Kidul dengan tingkat
I1 = Skor Indikator ke 1 kepadatan yaitu sebesar 8,49 Jiwa/Km2. (Tabel 4)
I2 = Skor Indikator ke 2
Tabel 4. Desa Kecamatan Pujon
I42 = Skor Indikator ke 42 Kepadatan
P1 = Penimbang Indikator ke 1 Desa/Kelurahan Luas Lahan Jumlah KK Penduduk
P2 = Penimbang Indikator ke 2 (Jiwa/km2)
Bendosari 178,30 1.177 23,56
P42 = Penimbang Indikator ke 42 Sukomulyo 373,90 2.182 18,24
Pada perhitungan IPD menghasilkan Pujon kidul 486,40 1.370 8,49
ukuran yang dapat digunakan sebagai bahan Pendasari 519,80 2.442 20,01
Pujon lor 277,70 2.162 22,72
penyusunan tipologi desa yaitu: Ngabab 398,80 2.520 17,83
1. Desa tertinggal adalah desa yang belum Ngroto 246,10 1.905 25,40
memenuhi SPM (Standar Pelayanan Tawangsari 352,30 2.141 17,62
Madiredo 264,50 2.925 30,99
Minimum). Aspek yang belum terpenuhi Wiyurejo 320,20 1.633 17,19
meruakan variabel yang ada dalam Sumber : Kecamatan Pujon Dalam Angka, 2018
perhitungan seperti infrastrutur dasar,
Analisis Indeks Pembangunan Desa
pelayanan umum, sarana dasar, dan
penyelengaraan pemerintah. Pada Berdasarkan penilaian atau skor dari
penelitian ini nilai dari Desa Teringgal masing-masing indikator perkembangan Desa,
aladah dengan nilai IPD ≤ 50. dilakukan perhitungan skor masing-masing
2. Desa berkembang merupakan desa yang indikator dengan masing-masing penimbang yang
sudah terpenuhi SPM (Standar Pelayanan diperoleh skor. Skor seluruh indikator di
Minimum) tetapi belum adanya jumlahkan kemudian dikalikan 20 untuk
pengelolaan secara berkelanjutan. Pada memperoleh skor IPD. Pada hasil perhitungan IPD
penelitian ini desa berkembang memiliki menunjukkan bahwa Desa di Kecamatan Pujon
nilai IPD lebih dari 50 dan kurang dari nilai memiliki klasifikasi desa yang beragam yaitu Desa
75. Mandiri terdapat pada Desa Ngroto. Desa
3. Desa mandiri merupakan desa yang berkembang terdapat pada Desa Bendosari,
sudah terpenuhi segala aspek SPM Pujon Kidul, Pendasari, Pujon Lor, dan Madiredo.
(Standar Pelayanan Minimum) dan aspek Desa tertinggal terletak pada Desa Sukomulyo,

Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 2, April 2020 63
KLASIFIKASI DESA BERDASARKAN TINGKAT KEMAJUAN DESA (STUDI KASUS KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG)

Ngabab, Tawangsari dan Wiyurejo. Berdasarkan Apotek, puskesmas. Pada variabel kondisi
hasil IPD, studi penelitian dilakukan pada desa infrastruktur sub variabel infrastruktur ekonomi,
mandiri yaitu Desa Ngroto dan desa tertinggal Desa Ngroto memiliki nilai tertinggi dikarenakan
dengan skor paling rendah yaitu Desa Wiyurejo. Desa Ngroto memiliki fasilitas penunjang
(Tabel 5) ekonomi yang lengkap berupa seperti pasar,
hotel, bank, rumah makan, pertokoan. Didukung
Tabel 5. Hasil Skor IPD Kecamatan Pujon
Skor dengan letak wilayah desa Ngroto yang berada di
No Desa/Kelurahan Kualitas Desa
IPD tengah Kecamatan Pujon sehingga Desa Ngroto
1 Bendosari 50.90 Berkembang merupakan pusat kegiatan perekonomian di
2 Sukomulyo 47.81 Tertinggal
Kecamatan Pujon.
3 Pujon kidul 55.29 Berkembang
4 Pendasari 62.06 Berkembang Sedangkan pada Desa Wiyurejo memiliki
5 Pujon lor 65.59 Berkembang nilai terendah dan termasuk dalam klasifikasi
6 Ngabab 45.80 Tertinggal
desa tertinggal. Pada Desa Wiyurejo di sub
7 Ngroto 74.64 Mandiri
8 Tawangsari 47.64 Tertinggal variabel infrasturktur ekonomi belum memiliki
9 Madiredo 54.16 Berkembang fasilitas infrastruktur ekonomi berupa pasar,
10 Wiyurejo 45.38 Tertinggal bank, hotel, kelompok pertokoan. Serta fasilitas
Pada tabel dapat dilihat bahwa Desa Ngroto kesehatan yang masih minim belum memiliki
mendapatkan nilai paling besar dan termasuk infraktruktur kesehatan yang baik, pada Desa
dalam klasifikasi desa mandiri, didukung dengan Wiyurejo hanya terdapat praktek bidan dan
nilai pada setiap sub variabel yang lebih ditinggi polindes desa belum terdapat rumah sakit atau
dari desa lainnya. Pada Desa Ngroto terlihat praktek dokter dan apotek. Dikarenakan Desa
digrafik bahwa variabel pelayanan dasar sub Wiyurejo memiliki lahan yang didominasi oleh
variabel pelayanan kesehatan Desa Ngroto hutan dan peggunungan dengan topografi yang
memiliki nilai yang lebih tinggi, dikarenakan di curam sehingga tidak memungkinkan terdapat
Desa Ngroto terdapat fasilitas kesehatan yang serta lahan pertanian dan tidak dilewati oleh jalan
cukup lengkap yaitu RS bersalin, Poliklinik, utama.

35

30

25

20

15

10

0
y
n

DM
gi

ga
si

si

n
si
n

rt
om

as
ta

ria
ika

ika

rta
ta

po
er

ra
m
ha

ni

sS
on

En

di
id

ns
un

po

ah
Sa

an
se

n
nd

ta
Ek

tra

ol
s.

ns

ta
ke

m
s.

ali
fra
pe

Ko

ha
ra
s.

fra

na

ke

ku
n

fra

in

st

se
an

s.
na

ra
in

se
in

fra

ke
an

sa
ya

ak
in
ay

la
pe
l
Pe

Bendosari Sukomulyo Pujon kidul Pendasari Pujon lor


Ngabab Ngroto Tawangsari Madiredo Wiyurejo

Gambar 1. Grafik Skor IPD Kecamatan Pujon

64 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 2, April 2020
Hedyan Irawati, Agus Dwi Wicaksono, Gunawan Prayitno

Gambar 2. Peta Klasifikasi Desa Kecamatan Pujon

kondisi infrastruktur sub variabel


KESIMPULAN
infrastruktur ekonomi, Desa Ngroto
Kesimpulan dari penelitian yang berjudul memiliki nilai tertinggi dikarenakan Desa
“Kajian Hubungan Modal Sosial Terhadap Ngroto memiliki fasilitas penunjang
Partisipasi Masyarakat Terkait Tingkat Kemajuan ekonomi yang lengkap berupa seperti
Desa Studi Kasus Kecamatan Pujon Kabupaten pasar, hotel, bank, rumah makan,
Malang (PLS)” ialah sebagai berikut: pertokoan. Didukung dengan letak
1. Tingkat kemajuan desa bedakan menjadi wilayah desa Ngroto yang berada di
tiga kelompok yaitu desa mandiri, desa tengah Kecamatan Pujon sehingga Desa
berkembang, dan desa tertinggal yang Ngroto merupakan pusat kegiatan
merujuk pada Bappenas tahun 2015. perekonomian di Kecamatan Pujon.
Pada Kecamatan Pujon desa mandiri 3. Desa Wiyurejo memiliki nilai terendah
terdapat pada Desa Ngroto dengan nilai dan termasuk dalam klasifikasi desa
indeks pembangunan desa yaitu sebesar tertinggal. Pada Desa Wiyurejo di sub
74,64 dan dengan nilai indeks terkecil variabel infrasturktur ekonomi belum
adalah Desa Wiyurejo yaitu sebesar 45,38 memiliki pasar, bank, hotel, kelompok
termasuk desa tertinggal. Pada kedua pertokoan dan fasilitas kesehatan yang
desa tersebut dijadikan sebagai studi masih minim yaitu hanya terdapat
penelitian, agar mengetahui praktek bidan dan polindes desa.
berbandingan pengaruh modal sosial Dikarenakan Desa Wiyurejo memiliki
terhadap partispasi masyarakat pada lahan yang didominasi oleh hutan dan
kedua desa tersebut. peggunungan serta lahan pertanian dan
2. Pada Desa Ngroto variabel pelayanan tidak dilewati oleh jalan utama.
dasar sub variabel pelayanan kesehatan
Desa Ngroto memiliki nilai yang lebih DAFTAR PUSTAKA
tinggi, dikarenakan di Desa Ngroto
Bappenas. 2015. Buku Penyelenggaraan
terdapat fasilitas kesehatan yang cukup
Pemerintah dan Pembangunan
lengkap yaitu RS bersalin, Poliklinik,
Daerah. Jakarta.
Apotek , puskesmas. Pada variabel

Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 2, April 2020 65
KLASIFIKASI DESA BERDASARKAN TINGKAT KEMAJUAN DESA (STUDI KASUS KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG)

Bappenas.2018. Kecamatan Pujon Dalam Angka. Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif.
Kabupaten Malang. Data Statistik. Surabaya. Zifatama Publishing.
Kessa. 2015. Perencanaan Pembangunan Desa Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kualitatif
Buku 6. Jakarta: Kementrian Desa, Kuantitatif dan Kombinasi. Bandung.
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Alfabeta.
Transmigrasi Republik Indonesia. Ulumiyah. 2013. Peran Pemerintah Desa dalam
Maryani. 2008. Handout Mata Kulaih Geografi Memberdayakan Masyarakat Desa
Desa Kota. . Jakarta. Universitas Desa Sumberpasir. Jurnal Administrasi
Pendidikan Indonesia. Publik.
Peraturan Pemerintah.2014. Pemerintah Desa Undang-undang No.6.2014. Desa. Jakarta
No. 43. Banjarmasin Bappenas. 2015. Buku Penyelenggaraan
Peraturan Pemerintah. 2005. Kesejahteraan Pemerintah dan Pembangunan
Masyarakat Pedesaan. Balikpapan Daerah. Jakarta.
Pranoto. 2001. Politik Lokal Parlemen Desa: Awal Bappenas. 2018. Kecamatan Pujon Dalam Angka.
Kemerdekaan Sampai Jaman Otonomi Kabupaten Malang. Data Statistik.
Daerah. Jakarta. Lapera Pustaka
Utama.

66 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 2, April 2020

Anda mungkin juga menyukai