Anda di halaman 1dari 14

PERAN SOSIOLOGI HUKUM DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

TUGAS UTS SOSIOLOGI HUKUM

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Aryo Akbar, S.H, M.H.

OLEH:

ARIEF FARHAN

NPM: 221022205

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2023
Pendahuluan

Manusia dan hukum dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu hukum
terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi “Ubi societas ibi jus” (dimana ada masyarakat
di situ ada hukum). Artinya bahwa masyarakat, maka akan selalu dibutuhkan bahan yang
bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai pembentuk dari masyarakat itu, dan yang
berfungsi sebagai perekat itu adalah hukum.

Untuk mewujudkan keteraturan dalam masyarakat, maka mula-mula manusia


membentuk suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang di antara dirinya yang
dikenal sebagai tatanan sosial yang bernama masyarakat. Guna membangun dan
mempertahankan tatanan sosial dalam berkehidupan masyarakat, maka manusia membutuhkan
pranata pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan )hukum) dan si pengatur (kekuasaan). Dari
sinilah hukum tercipta, yakni sebagai bagian pranata pengatur disamping pranata lain yaitu
kekuasaan, dan sifat hubungan antara hukum dan kekuasaan ini layakya dua permukaan mata
uang karena kedua unsur pranata pengatur ini berhubungan secara sistematik sehingga tidak
bisa dipisahkan. Untuk menciptakan keteraturan maka dibuatlah hukum sebagai alat pengatur,
dan agar hukum tersebut dapat memiliki kekuatan untuk mengatur maka perlu suatu entitas
Lembaga kekuasaan yang dapat memaksakan keberlakuan hukum tersebut sehingga dapat
bersifat imperatf.

Sosiologi hukum merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hubuingan


timbal balik antara hukum dengan gejala sosial lainnya. Brade Meyer mengelompokkan
kajiannya menjadi Sociology of the law, sociology in the law; dan gejala sosial lainnya.
Sociology of the law menjadikan hukum sebagai pusat penelitian secara sosiologis yakni
seperti halnya sosiologi meneliti suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Penelitiannya
bertujuan untuk menggambarkan pentingnya arti dan proses internal berlakunya atau fungsi
hukum dalam masyarakat. Sociology in the law berfungsi untuk memudahkan proses
berlakunya atau fungsi hukum dalam masyarakat yang selalu dibantu oleh pengetahuan atau
disiplin ilmu sosial lainnya. Gejala sosial menguraikan bahwa sosiologi hukum bukan
mempersoalkan penelitian secara normatif (das sollen) tetapi juga mempersoalkan analisa
normatif dalam rangka mengukur efektifitas pelaksanaan hukum dalam masyarakat agar tujuan
hukum untuk memperoleh keadilan, kemanfaatan dan kepastian dapat tercapai.1

1
Razak Musahib Abd dkk., 2022, Sosiologi Hukum, Jakarta: Media Sains Indoensia.
Hukum sebagai sebuah disiplin ilmu memfokuskan pada studi ilmiah terhadap
fenomena sosial, perhatian utamanya adalah masalah preskripsi dan teknis. Sosiologi
memfokus pada studi ilmiah terhadap fenomena sosial, perhatian utamanya adalah masalah
eksplanatif dan deskriptif. Focus kajian kedua disiplin ilmu ini sama yaitu bentuk hubungan
sosial yang berasal dari budaya dan kegiatan dalam masyarakat. Hukum adalah hasil karya
praktis dari kontrol sistematik terhadap hubungan dan instusi sosial, sedangkan sosiologi
adalah suatu bidang ilmiah yang berusaha menemukan pengetahuan sistematis tentangnya.2

Untuk memahami bekerjanya hukum dapat dilihat fungsi hukum itu dalam masyarakat.

fungsi hukum dimaksud, dapat diamati dari beberapa sudut pandang antaranya:

1. Hukum sebagai Sosial Kontrol

Fungsi hukum sebagai social control merupakan aspek yuridis normatif dari kehidupan
sosial masyarakat atau dapat disebut pemberi definisi dari tingkah laku yang menyimpang serta
akibat-akibatnya seperti larangan-larangannya, perintah-perintah, pemidanaan, dan ganti rugi.
sebagai alat pengendali sosial hukum dianggap berfungsi untuk menetapkan tingkah laku yang
baik dan tidak baik atau perilaku yang menyimpang dari hukum, dan sanksi hukum terhadap
orang yang mempunyai perilaku yang tidak baik

2. Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat

Hukum berfungsi sebagai alat untuk mengubah masyarakat dimaksud terjadi bila
seseorang atau sekelompok orang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin
lembaga-lembaga kemasyarakatan. pelopor perubahan pemimpin masyarakat dalam mengubah
sistem sosial dan di dalam melaksanakan hal itu dan tersangkut tekanan-tekanan untuk
melakukan perubahan, dan mungkin pula menyebabkan perubahan-perubahan pada lembaga-
lembaga lainnya

Ada empat faktor minimal yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan hukum sebagai alat
untuk mengubah masyarakat.

faktor yang dimaksud diungkapkan sebagai berikut:

a. mempelajari efek sosial yang nyata dari lembaga-lembaga serta ajaran-ajaran hukum
b. melakukan studi sosiologis dalam mempersiapkan peraturan perundang-undangan serta
dampak yang ditimbulkan dari undang-undang itu

2
Cotterell, Roger. 2012, The Sociology of Law: An Introduction, UK: Butterworths.
c. melakukan studi tentang peraturan perundang-undangan yang efektif
d. memperhatikan sejarah hukum tentang Bagaimana suatu hukum itu muncul dan
bagaimana diterapkan dalam masyarakat.3

Definisi Sosiologi Hukum

Sosiologi hukum didefinisikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis
dan empiris menganalisis atau mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dan gejala-
gejala sosial lainnya. hukum adalah cabang dari ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
hukum dalam konteks sosial. hukum membangun hubungan antara masyarakat dan hukum,
belajar secara analitis dan empiris pengaruh timbal balik antara hukum dengan gejala sosial
lainnya. Sosiologi hukum adalah satu cabang dari sosiologi yang merupakan penerapan
pendekatan sosiologis terhadap realitas maupun masalah-masalah hukum.

Sosiologi hukum adalah bagian dari sosiologi jiwa manusia yang menelaah realitas
sosial hukum,dimulai dari hal-hal yang nyata dan observasi perwujudan lahirlah di dalam
kebiasaan-kebiasaan kolektif yang efektif. sosiologi hukum menafsirkan kebiasaan-kebiasaan
dan perwujudan-perwujudan materi hukum berdasarkan intinya, dan pada saat bersamaan
mengubah sebagian dari kebiasaan dan perwujudan materi hukum. sosiologi hukum secara
khusus beranjak dari pola-pola perlambang hukum tertentu, seperti pengorganisasian humum,
prosedur-prosedur, dan sanksi-sankinya, sampai pada simbol-simbil hukum yang sesuai,
seperti flesibilitas peraturan-peraturan dan spontanitas hukum (Jhonson, 1994).4

Sosiologi hukum merupakan ilmu kajian tentang hukum yang hidup dalam masyarakat.
sebagaimana dikatakan oleh Soejono Soekanto bahwa sosiologi hukum merupakan ilmu
pengetahuan tentang realitas hukum dan dapat dikatakan juga sosiologi hukum menyoroti
hubungan timbal balik antara hukum dan proses-proses sosial lainnya dalam masyarakat.
sosiologi hukum berkembang atas dasar suatu anggapan bahwa proses hukum berlangsung di
dalam suatu jaringan atau sistem sosial yang dinamakan masyarakat. artinya hukum hanya
dapat dipahami dengan jalan memahami sistem sosial terlebih dahulu dan hukum merupakan
suatu proses. karena itu seorang sosiolog tidak cukup hanya mengetahui struktur dan organisasi
peradilan dalam sistem hukum di Indonesia tetapi ia juga harus mengetahui asal usul hakimnya,

3
Hasnati, 2015. Sosiologi Hukum Bekerjanya Hukum Di Tengah Masyarakat, Yogyakarta: Absolute Media
4
Aprita, Serlika, 2021. Sosiologi Hukum, Jakarta: Pramedia Group
bagaimana cara hakim memberikan pertimbangan dalam menjatuhkan vonis, bagaimana
perasaan keadilan para hakim, efek keputusan pengadilan terhadap masyarakat dan sebagainya.

Menurut Soemanto, obyek studi sosiologi hukum menyangkut aspek-aspek sebagai


berikut:

1. perilaku individu sebagai realitas sosial yang menggambarkan respon terhadap


aturan-aturan (norma) yang ada di dalam masyarakat.
2. Sosialisasi
3. Stratifikasi sosial yang terjadi akibat dari penerapan hukum.
4. Struktur hukum, misalnya organisasi, birokrasi dan birokratisasi, profesi dan
profesionalisasi hukum maupun peradilan
5. Hukum sebagai institusi sosial memliki hubungan antara perubaan sosial dan
perubahan hukum serta pendayagunaannya.
6. Hukum dan perubahan sosial yang direalisasikan secara efektif.
7. Makna dan pemberian makna terhadap hukum (hukum sebagai symbol) oleh para
pelaku di masyarakat.
8. Proses pemaknaan hukum dalam interaksi sosial secara bebas dan terarah.

Objek studi sosiologi meliputi perilaku sebagai realitas respons masyarakat terhadap
pemberlakuan hukum. Hal tersebut berhubungan dengan sosialiasi, stratifikasi sosial, sistem
sosial, sistem sosial, perubahan dan pendayaguannya, dan proses pemaknaan symbol hukum
dan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari.5

Hukum, Kelompok Sosial, dan Lembaga Sosial

lembaga sosial, lembaga kemasyarakatan, pranata sosial, bangunan sosial, merupakan


terjemagan dari social-institusion. Koentjaraningrat mengatakan pranata sosial adalah suatu
sistem tata kelakuan atau norma-norma dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-
aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan
masyarakat. norma- norma tersebut diwujudkan dalam hubungan antara manusia dinamakan
organisasi sosial.

Kebutuhan pokok manusia dapat dikelompokkan dalam berbagai bidang kehidupan


seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan, kehubuthan akan Pendidikan, kebutuhan

5
Soemanto, R.B. 2008, Hukum Sosiologi Hukum, Pemikiran, Teori, dan Masalah. Surakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT
akan kehidupan kekerabatan, kebutuhan akan Kesehatan, dan sebagainya. Kebutuhan akan
sandang pangan dan papan menimbulkan Lembaga-lemaga kemasyarakatan seperti pertanian,
peternakan, koperasi, industry, bank, dan sebagainya.

Dalam Lembaga sosial, setiap anggota masyarakat saling berinteraksi berdasarkan tata
kelakukan yang dinyatakan dalam aturan-aturan (hukum), dan sekaligus perulaku mereka
dikontrol oleh anggota-anggota masyarakat berdasarkan aturan tadi. Artinya, apabila ada
anggota masyarakat yang menyimpang dari aturan itu, maka masyarakat akan memberikan
sanksi hukuman.

Wujud konkret Lembaga kemasyarakatan adalah asosiasi. Lembaga kemasyarakatan


memiliki fungsi

1. memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah


laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat,
terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan
2. menjaga keutuhan masyarakat
3. memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial
(sosial kontrol)

hubungan anggota masyarakat antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang
saling pengaruh-mempengaruhi dan juga adanya kesadaran untuk saling tolong-menolong.
dalam hubungan tersebut terjadi interaksi sosial yang dinamis yang lama kelamaan karena
pengalaman menjadi nilai-nilai sosial, yaitu konsep-konsep abstrak yang hidup dalam alam
pikiran Sebagian besar anggota kelompok sosial tersebut. Nilai-nilai tersebut merupakan hal-
hal yang dianggap baik dan tidak baik dalam pegaulan hidup. Nilai-nilai sosial atau norma-
norma yang telah mencapai suatu kemantapan dianggap sebagai pedoman tata kelakuan
anggota kelompok sosial. Nilai-nilai atau norma-norma yang abstrak tersebut mendapat
bentuk yang konkret di dalam kaidah-kaidah sosial, termasuk di dalamnya kaidah hukum.6

Sudah menjadi sifat suatu ilmu, apabila teo ri-teori dalam ilmu tersebut
meningkat semakin dalam dan semakin tinggi, maka akan timbul spesialisasi -
spesialisasi ilmu. Di dalam perkembangan sosiologi, tampak kecenderungan
bahwa ilmu tersebut dalam tahap pertama dapat dibedakan menurut metode yang

6
Adi, Riyanto. 2012, Sosiologi Hukum: Kajian Hukum secara Sosiologis, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia
digunakan untuk meneropong masyarakat. Dengan demikian seolah -olah timbul
berbagai madzab yang berbeda dalam dasar dan metode ilmiahnya. Pitirim
Sorokin mengadakan klasifikasi madzab-madzab sosiologi dengan cabang -
cabangnya sebagai berikut: 7

1. Mechanistic school
a. Social mechanics
b. Social physics Social
c. Social energitics
d. Mathematical Sociology of Pareto
2. Synthetic and Geographic School of Le Play
3. Geographical School
4. Biological School
a. Bio-organismic branch
b. Racialist, Hereditarist and Selectionist branch
c. Sociological Darwinism and Struggle for Existence theories
5. Bio-Social School
6. Bio-Psychological School
7. Sociologistic School
a. Neo-positivist branch
b. Durkheim’s branch
c. Gumplowilz’s branch
d. Formal Sociology
e. Economic interpretation of history
8. Psychological School
a. Behaviorists
b. Instinctivists
c. Introspectivists of various types
9. Psycho-Sociologistic School

Various interpretations of social phenomena in terms of culture, religion, law, public


opinion, folkways, and other “psycho-social factors”

7
Pitirim Sorokin, 1928, Contemporary Sociological Theories, Harper & Row, New York, hlm. xxi, dalam Soerjono
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar.
Fungsi dan Karakteristik Hukum dalam Masyarakat ditinjau dari Sosiologi Hukum

Pergaulan hidup manusia diatur oleh berbagai macam kaidah yang pada hakekatnya
bertujuan untuk menghasilkan kehidupan bersama dalam masyarakat yang tertib dan tentram.
Max Weber menjelaskan bahwa hukum adalah satu tatanan yang bersifat memaksa karena
tegaknya tatanan hukum itu (berbeda dari tatanan dan norma sosial lain yang bukan hukum)
ditopang sepenuhnya oleh kekuatan pemaksa yang dimiliki oleh negara. Peranan hukum
sangat penting dalam masyarakat sehingga tidak dapat dinaifkan guna mengatur tata
kehidupannya. Peranan ini akan menjadi lebih dominan apabila dibandingkan dengan kaidah
lainnya dalam masyarakat, dikarenakan hukum itu lebih eksplisit, formal dan di dukung
dengan adanya sanksi yang pasti. Peraturan tertulis dibuat oleh Lembaga pengada hukum
(DPR dan Pemerintah) atau keputusan pengadilan, sedangkan yang tidak tertulis merupakan
hukum adat.

Fungsi hukum pada ummnya terdapat kesepakatan diantara pakar walaupun


menggunakan itstilah yang berbeda. Menyangkut pengesahan wewenang, cara menyelesaikan
perselisihan, mekanisme yang memudahkan hubungan antarwarga masyarakat, dan
penyesuaian diri terhadap perubahan. Leopold Pospisil, seorang antropologi hukum,
sebagaimana yang dikutip oleh Soerjono Soekanto menyatakan bahwa hukum merupakan
sutau tindakan yang berfungsi sebagai sarana untuk pengendalian sosial. Dalam rangka
mengendalikan sosial tersebut, agat dapat dibedakan dengan kaidah lainnya, dikenal adanya
empat tanda hukum atau attributed of law adalah sebagai berikut:

a. Attribute of authority, yaitu hukum merupakan keputusan pihak yang berkuasa dalam
masyarakat, keputusan ditujukan untuk mengatasi ketegangan yang terjadi dalam
masyarakat
b. Attribute of intention of universal application, artinya bahwa keputusan itu
mempunyai daya jangkau yang Panjang untuk masa mendatang
c. Attribute of obligation, berarti bahwa keputusan penguasa harus berisikan kewajiban
pihak kesatu terhadap pihak kedua dan sebaliknya
d. Attribute of sanction, yang menentukan bahwa keputusan dari pihak berkuasa harus
dikuatkan dengan sanksi yang didasarkan pada kekuasaan masyarakat yang nyata.8

8
Soekanto, Soerjono, 2015, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers
Menurut Sjachran Basah seperti yang dikutip Muchsin, bahwa masyarakat terutama di
Indoensia mempunyai panca fungsi hukum, adalah sebagai berikut:

a. Direktif, adalah penatah dalam membangun masyarakat yang hendak dicapai sesuai
dengan tujuan kehidupan bernegara,
b. Integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa
c. Stabilitatif, sebagai pemelihara (termasuk di dalamnya hasil-hasil pembangunan) dan
penjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat, serta
d. Prefektif, sebagai penyempurna terhadap tindakan administrasi negara, maupun sikap
tindak warga dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat
e. Korektif, baik terhadap warga negara maupun administrasi negara dalam mendapatkan
keadilan.

Semakin hukum menjorok masuk ke dalam era modern, maka semakin mengukuhkan
dirinya sebagai teknolog, factor yang penting menyebabkan hal tersebut adalah campur
tangan manusia yang semakin aktif dalam menggunakan hukum untuk tujuan tertentu.
Secara garis besar, Muchsin mengklasifikasikan hukum itu dalam beberapa tujuan atau
fungsi, adalah sebagai berikut:

a. Hukum sebagai alat pengendalian sosial


b. Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat
c. Hukum sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat
d. Fungsi hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir bathin
e. Fungsi hukum sebagai sarana penggerak pembangunan
f. Fungsi hukum sebagai sarana bersikap kristis
g. Fungsi hukum sebagai pengayoman
h. Fungsi hukum sebagai alat politik.9

Pada dasarnya manusia itu adalah sebagai makhluk bertindak yang bukan saja
merespons tetapi juga beraksi dan dengan aksinya itu maka terciptalah satuan-satuan kegiatan
untuk hal mana menghilangkan kebimbangan, kecemasan, dan membangun percaya diri, serta
gairah dalam kehidupan. Namun, semuanya berjalan dengan kekerasan, kekotoran,

9
Muchsin, 2006, Ikhtisar Ilmu Hukum, Jakarta: Iblam, 2006.
kesendirian, prinsip hidup yang pendek, diliputi rasa takut, manakala tidak adanya sistem sosial
(aturan sosial) untuk menertibkan dan mengorganisir maka keberadaan peraturan perundangan
atau hukumlah sebagai alat kontrolnya (hukum sebagai kontrol sosial dan sistem sosial)

Berangkat dari beberapa konsep dasar karakteristik dan hal-hal yang dikaji sosiologi
hukum, maka bisa disimpulkan bahwa kegunaan sosiologi hukum sebagai ilmu pengetahuan
untuk memahami perkembangan masyarakat dalam akcamata kerangka terorganisir dan
berproses yang sepantasnya terjadi di masyarakat, maka dapat diruntut bahwa sosiologi hukum
sebagai alat memahami perkembangan masyarakat mempunyai keguanaan antara lain sebagai
berikut:

a. Sosiologi hukum berguna dalam memberikan dasar-dasar kemampuan bagi proses


pemahaman secara sosiologis fakta sosial hukum yang beranak-pinak di masyarakat.
b. Sosiologi hukum dapat membberikan kemampuan untuk menganalisis aktivitas
kegiatan dalam masyarakat berhukum melalui penguasaan konsep-konsep dasar
sosiologi.
c. Sosiologi hukum memberikan kemampuan dalam mempredisksi dan evaluasi “social
fact” yang berkaitan dengan hukum yang bersifat empiris, non-doctrinal dan non-
normatif
d. Sosiologi hukum dapat mengungkapkan tentang ideologi dan falsafah yang berkristal
mendasar cara berhukumnya dalam masyarakat
e. Mengetahui kenyataan stratifikasi yang timbul dan berkembang serta berpengaruh
dalam hukum di masyarakat
f. Sosiologi hukum juga mampu memberikan tentang pengetahuan sosial hukum10

PILIHAN OPERASIONAL HUKUM UNTUK MASYARAKAT

Menerapkan hukum dalam masyarakat atau memasyarakatkan hukum, di antaranya


adalah melalui penyuluhan hukum untuk menumbuhkembangkan kesadaran dan kepatuhan
hukum dalam rangka penegakan hukum. Penyuluhan hukum sebagai suatu kegiatan baru di
bidang hukum bersamaan dengan kegiatan-kegiatan lainnya misalnya; pelayanan administrasi
urusan hukum, pemberian konsultasi dan bantuan hukum, perbuatan melanggar hukum,

10
Utsman, Sabian. 2013. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
penegakan hukum, pembinaan dan pembaharuan hukum, pendidikan hukum dan penelitian
hukum11

A. Penyuluhan Hukum (Legal Consuling)


Abdul Hakim Garuda Nusantara menyatakan bahwa: Dalam perspektif teori-
teori bantuan hukum, maka kegiatan penyuluhan hukum yang diarahkan untuk
menjawab permasalahan hukum yang bersifat latent itu sering disebut sebagai bantuan
hukum preventif. Yang dimaksud dengan bantuan hukum preventif, secara sederhana
dapat diartikan sebagai kegiatan penyuluhan hukum (pendidikan dan penyadaran) hak-
hak dan kewajiban-kewajiban hukum yang diarahkan untuk mencegah terjadinya
pelanggaran-pelanggaran hukum atau prevention not to disobey law. Dalam prakteknya
bantuan hukum preventif diberikan tidak terbatas pada penyebaran informasi-informasi
hukum, namun sering pula meliputi konsultasi hukum, dalam arti menjawab berbagai
soal-soal dan tindakan-tindakan yang dapat mengarah pada pelanggaran hukum.12
B. Kebudayaan Hukum

Budaya hukum sebagai istilah untuk menunjuk tradisi hukum yang digunakan
untuk mengatur kehidupan suatu masyarakat hukum. Dalam masyarakat hukum yang
sederhana, kehidupan masyarakat terikat ketat oleh solidaritas mekanis, persamaan
kepentingan dan kesadaran, sehingga masyarakat lebih menyerupai suatu keluarga
besar, maka hukum cenderung berbentuk tidak tertulis atau un written law. Bentuk
hukum ini dikenal sebagai budaya hukum tidak tertulis dan terdapat pada masyarakat
tradisional, misalnya pada masyarakat Anglo Saxon, Britania, masyarakat Eskimo,
Indian dan masyarakat hukum adat Indonesia. Budaya hukum ini yang lebih dipandang
sebagai budaya masyarakat Anglo Saxon, kemudian ditransformasi ke dalam bentuk
hukum kebiasaan atau (customary law) atau kebiasaan hukum (legal customs). Dalam
perkembangannya, budaya hukum Anglo Saxon berkembang menjadi tradisi common
law, yang kemudian menjadi salah satu dari tradisi hukum besar dunia.13 Sedangkan
hukum kebiasaan tetap ada dan berkembang dalam masyarakat-masyarakat sederhana.

11
K. Wantjik Saleh, 1988, Kebijaksanaan dan Pelaksanaan Penyuluhan Hukum, dalam Mulyana W. Kusumah,
Paul S. Baut, Beny Harman K., 1988, Konsep dan Pola Penyuluhan Hukum, Yayasan Lembaga Bantun Hukum
Indonesia, Jakarta.
12
Abdul Hakim Garuda Nusantara, 1988, Bantuan Hukum dan Penyuluhan Hukum, Suatu Orientasi dalam
Mulyana W. Kusumah, Paul S. Baut, Beny Harman K. Konsep dan Pola Penyuluhan Hukum, Yayasan LBH,
Jakarta.
13
Neville Brown, The Two Legal Tradition: Antitesis or Syntesis, dalam Charles Himawan, Filsafat Hukum,
Program Pascasarjana UI, dikutip oleh Lili Rasjidi dan Ida Bagus Wyasa Putra.
Sebagai kebiasaan hukum, hukum merupakan formulasi aturan yang tidak dibentuk
oleh legislatif atau oleh hakim profesional, melainkan lahir dari opini-opini populer dan
diperkuat oleh sanksi yang bersifat kebiasaan dan telah berkembang lama.14

C. Kesadaran Hukum
Paham kesadaran hukum (legal consciousness) sebenarnya berkisar pada diri
warga yang merupakan suatu faktor penentu bagi dasar sahnya hukum positif
ditemukan dalam ajaran-ajaran tentang Rechtsgefuhlatau Rechtsbewustzijn yang
intinya adalah bahwa tak ada hukum yang mengikat warga masyarakat kecuali atas
dasar kesadaran hukumnya. Hal tersebut merupakan salah satu aspek dari kesadaran
hukum, aspek lainnya adalah bahwa kesadaran hukum sering dikaitkan dengan
kepatuhan hukum, pembentukan hukum dan efektivitas hukum. Masalah kesadaran
hukum termasuk pula di dalam ruang lingkup persoalan hukum dan nilai-nilai
sosial.Apabila ditinjau dari teori-teori modern tentang hukum dan pendapat para yuris
tentang sifat mengikat dari hukum, timbul berbagai permasalahan.15
D. Perubahan Perilaku
Perubahan kondisi dalam rumah tangga karena perceraian, kematian,
ketidakharmonisan orang tua maupun desertion atau pembelotan pada umumnya dapat
dianggap sebagai faktor penting yang menimbulkan kenakalan remaja. Monahan dalam
penelitiannya menyatakan bahwa kebanyakan residivis berasal dari keluarga yang
terpecah bila dibandingkan dari keluarga yang utuh.16
Kenakalan remaja dalam bentuk awal berupa minum, keluyuran sampai larut
malam, mengganggu lalu lintas, kebut-kebutan di jalan sehingga mengganggu
ketertiban umum, semakin lama akan menjurus pada tindakan melanggar hukum
sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa dari yang ringan misalnya menodong
sampai yang berat.

14
Sir Paul Vinogradoff, 1959, Common Sence of Law, Oxford University Press, New York, hlm.107, dalam Lili
Rasjidi dan Ida Bagus Wyasa Putra.
15
Otje Salman dan Anthon F. Susanto, 2004, Beberapa Aspek Sosiolgi Hukum,Alumni, Bandung
16
Hyman Rodman dan Paul Grams, Family and Delinquency dalam James E.Teele, 1970, Juvenile Delinquency,
Itaca Illinois: F.E. Peacock Publisher, Inc.
DAFTAR PUSTAKA

Lokal

1. Abdul Hakim Garuda Nusantara, 1988, Bantuan Hukum dan Penyuluhan Hukum,
Suatu Orientasi dalam Mulyana W. Kusumah, Paul S. Baut, Beny Harman K. Konsep
dan Pola Penyuluhan Hukum, Yayasan LBH, Jakarta.
2. Adi, Riyanto. 2012, Sosiologi Hukum: Kajian Hukum secara Sosiologis, Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
3. Aprita, Serlika, 2021. Sosiologi Hukum, Jakarta: Pramedia GroupHasnati, 2015.
Sosiologi Hukum Bekerjanya Hukum Di Tengah Masyarakat, Yogyakarta: Absolute
Media
4. K. Wantjik Saleh, 1988, Kebijaksanaan dan Pelaksanaan Penyuluhan Hukum, dalam
Mulyana W. Kusumah, Paul S. Baut, Beny Harman K., 1988, Konsep dan Pola
Penyuluhan Hukum, Yayasan Lembaga Bantun Hukum Indonesia, Jakarta.

5. Muchsin, 2006, Ikhtisar Ilmu Hukum, Jakarta: Iblam, 2006.


6. Otje Salman dan Anthon F. Susanto, 2004, Beberapa Aspek Sosiolgi Hukum,Alumni,
Bandung

7. Razak Musahib Abd dkk., 2022, Sosiologi Hukum, Jakarta: Media Sains Indoensia.

8. Soekanto, Soerjono, 2015, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers


9. Soemanto, R.B. 2008, Hukum Sosiologi Hukum, Pemikiran, Teori, dan Masalah.
Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT
10. Utsman, Sabian. 2013. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Asing

1. Cotterell, Roger. 2012, The Sociology of Law: An Introduction, UK: Butterworths


2. Hyman Rodman dan Paul Grams, Family and Delinquency dalam James E.Teele,
1970, Juvenile Delinquency, Itaca Illinois: F.E. Peacock Publisher, Inc.
3. Neville Brown, The Two Legal Tradition: Antitesis or Syntesis, dalam Charles
Himawan, Filsafat Hukum, Program Pascasarjana UI, dikutip oleh Lili Rasjidi dan Ida
Bagus Wyasa Putra.
4. Pitirim Sorokin, 1928, Contemporary Sociological Theories, Harper & Row, New
York, hlm. xxi, dalam Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar.
5. Sir Paul Vinogradoff, 1959, Common Sence of Law, Oxford University Press, New
York, hlm.107, dalam Lili Rasjidi dan Ida Bagus Wyasa Putra.

Anda mungkin juga menyukai