Bayi Tabung Dari Sudut Pandang Hukum Perdata
Bayi Tabung Dari Sudut Pandang Hukum Perdata
Penetapan seorang anak sebagai anak sah adalah berdasar pada pasal 42 Undang-
Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Untuk membuktikan secara hukum
bahwa seorang anak adalah anak sah dari pasangan suami isteri, yang dibutuhkan adalah
sebuah akta kelahiran dari anak tersebut. Akta tersebut berisi nama, hari, tanggal, kota
anak tersebut lahir dan nama kedua orang tua dari anak tersebut. Karena anak hasil bayi
tabung merupakan anak sah, maka hak dan kewajiban dari anak yang dilahirkan dengan
menggunakan program bayi tabung sama dengan anak yang tidak menggunakan program
bayi tabung. Sehingga anak hasil bayi tabung dalam hukum waris termasuk kedalam ahli
waris golongan I yang diatur dalam pasal 852 KUH Perdata
Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
fertilisasi-in-vitro yang memiliki pengertian sebagai berikut : Fertilisasi-in-vitro adalah
pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung petri yang dilakukan oleh petugas
medis. Inseminasi buatan pada manusia sebagai suatu teknologi reproduksi berupa teknik
menempatkan sperma di dalam vagina wanita, pertama kali berhasil dipraktekkan pada
tahun 1970. Awal berkembangnya inseminasi buatan bermula dari ditemukannya teknik
pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang
dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321 derajat Fahrenheit.
Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami
istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopii
istrinya mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan
dimana kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau
kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.
Inseminasi buatan menjadi permasalahan hukum dan etis moral bila sperma/sel
telur datang dari pasangan keluarga yang sah dalam hubungan pernikahan. Hal ini pun
dapat menjadi masalah bila yang menjadi bahan pembuahan tersebut diambil dari orang
yang telah meninggal dunia. Permasalahan yang timbul antara lain adalah :
a. Bagaimanakah status keperdataan dari bayi yang dilahirkan melalui proses inseminasi
buatan?
b. Bagaimanakah hubungan perdata bayi tersebut dengan orang tua biologisnya? Apakah
ia mempunyai hak mewaris?
c. Bagaimanakah hubungan perdata bayi tersebut dengan surogate mother-nya (dalam
kasus terjadi penyewaan rahim) dan orang tua biologisnya? Darimanakah ia memiliki
hak mewaris?
Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan (Bayi Tabung)