Modul Inspeksi Fisik Instalasi Energi Ba
Modul Inspeksi Fisik Instalasi Energi Ba
Oleh :
Eko Erisman, S.T
2014
i
DAFTAR ISI
ii
BAB III MATERI POKOK II .................................................................... 50
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB) .................................... 50
A. Gambar dan Diagram ...................................................................... 50
B. Prosedur Pemeriksaan .................................................................... 56
C. Turbin .............................................................................................. 57
D. Gearbox........................................................................................... 59
E. Transmisi Mekanik........................................................................... 60
F. Brake System .................................................................................. 60
G. Generator ........................................................................................ 61
H. Sistem Kontrol ................................................................................. 64
I. Baterai ............................................................................................. 67
J. Menara ............................................................................................ 68
K. Rangkuman ..................................................................................... 69
L. Evaluasi ........................................................................................... 69
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 2.24. BCU PLTS SHS .............................................................. 35
Gambar 2.25. Proteksi Sambaran Petir Langsung dengan Kawat Bumi
yang Digelar Diatas Instalasi .......................................... 36
Gambar 2.26. Induksi Elektromagnet .................................................... 36
Gambar 2.27. Induksi Elektrostatik ........................................................ 37
Gambar 2.28. Proteksi akibat Sambaran Petir Tidak Langsung (Surja
Petir) menggunakan Surge Protector/Absorber .............. 37
Gambar 2.29. Bagian Atas PLTS .......................................................... 37
Gambar 2.30. Pembumian .................................................................... 37
Gambar 2.31. Bagian Atas PLTS tanpa Penangkal Petir ...................... 38
Gambar 2.32. Pembumian Penangkal Surja Petir ................................. 38
Gambar 2.33. Surge Protector pada Junction Box PLTS ...................... 38
Gambar 2.34. Pemadam Kebakaran pada Ruang Kontrol .................... 41
Gambar 2.35. Disconnecting Switch DC Side dan AC Side .................. 42
Gambar 2.36. Pintu Instalasi Outdoor ................................................... 42
Gambar 2.37. Pintu Instalasi Indoor ...................................................... 42
Gambar 2.38. Battery Bank dengan Pelindung Terminal ...................... 43
Gambar 2.39. Battery Bank Tanpa Pelindung Terminal (Salah)............ 43
Gambar 2.40. Penghantar Indoor digunakan untuk Outdoor ................. 44
Gambar 2.41. Meter dan Indikator Sistem Pengawatan ........................ 44
Gambar 2.42. Pengawatan antar Modul Menggantung ......................... 45
Gambar 2.43. Pengawatan antar Modul Menggantung ......................... 45
Gambar 2.44. Pengawatan antar Modul Menggantung ......................... 46
Gambar 2.45. Pengawatan PV Array Terhampar Tanpa Pelindung ...... 46
Gambar 2.46. Pengawatan pada Junction Box (Pemasangan Terminasi
Ditandai untuk Pemeriksaan Kekencangan Baut) .......... 47
Gambar 2.47. Pengawatan pada Konduit di Bawah Tanah…………….. 48
Gambar 2.48. Tanda/Sign untuk Disconnecting Switch sekaligus Proteksi
pada PLTS Grid Connected............................................ 48
Gambar 3.1. Konstruksi PLTB ............................................................. 51
Gambar 3.2. Komponen - Komponen PLTB ........................................ 52
vi
Gambar 3.3. Flow Diagram PLTB ....................................................... 52
Gambar 3.4. Total Kapasitas dan Prediksi PLTB sampai tahun 2010 . 54
Gambar 3.5. Jenis - Jenis Kincir Angin................................................ 58
Gambar 3.6. Karakterisrik Kincir Angin................................................ 58
Gambar 3.7. Sistem PLTB Kecepatan Konstan (Fixed-Speed) ........... 64
Gambar 3.8. Sistem PLTB Kecepatan Berubah (Variable-
Speed) (Rotor-Belitan) .................................................. 65
Gambar 3.9. Sistem PLTB Kecepatan Berubah (Variable-Speed Back
to Back Conventer) ......................................................... 65
Gambar 3.10. Sistem PLTB Kecepatan Berubah (Variable-
Speed) (Rotor Sangkar)................................................. 66
Gambar 3.11. Sistem PLTB Kecepatan Berubah (Variable-Speed)
(Rotor Permanen Magnet) .............................................. 66
Gambar 3.12. Menara PLTB, Guyed, dan Lattice Mono-Sstructure ...... 68
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu upaya Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik
masyarakat dan mengurangi ketergantungan energi dari bahan fosil
adalah dengan mendorong pembangunan Pembangkit listrik Energi Baru
Terbarukan (EBT). Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang
dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan antara lain panas
bumi, angin bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta
gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut (Undang – undang (UU) nomor
30 Tahun 2007 tentang Energi Pasal 1).
Pertumbuhan Pembangkit EBT ini harus tetap dalam koridor keselamatan
yang ditetapkan oleh Pemerintah yaitu sesusai dengan Undang Undang
Nomer 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan Pasal 44, ayat I “Setiap
kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan”. Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana
dimaksud bertujuan untuk mewujudkan kondisi : andal dan aman bagi
instalasi; aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya; dan
rarnah lingkungan. Dalam UU nomor 30 Tahun 2007 pasal 8 ayat 2 juga
disebutkan “setiap kegiatan pengelolaan energi wajib memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan di
bidang keselamatan yang meliputi standaridisasi, pengaman dan
keselamatan instalasi, serta keselamatan dan kesehatan kerja.”
Inspeksi Instalasi Pembangkit EBT merupakan salah satu kegiatan dalam
rangka mewujudkan keselamatan ketenagalistrikan, sesuai dengan
Undang Undang Nomer 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan Pasal
44, ayat 4, setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki
sertifikat laik operasi. Sertifikat laik operasi diberikan apabila suatu
instalasi tenaga listrik telah memenuhi standar yang berlaku setelah
dilakukan pemeriksaan dan pengujian.
1
Dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
khususnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah yang menangani bidang ketenagalistrikan
maka sangat perlu diberikan pengetahuan tentang inspeksi instalasi
pembangkit EBT. Pengetahuan ini bisa didapatkan dalam Diklat Teknis
Inspeksi Sistem Tenaga Listrik yang merupakan salah satu diklat teknis
pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan, Energi Baru,
Terbarukan dan Konservasi Energi (Pusdiklat KEBTKE). Untuk
mendukung peningkatan itu semua maka disusunlah Modul Inspeksi
Instalasi EBT yang meliputi dua jenis pembangkit EBT yaitu Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/angin
(PLTB).
PLTS adalah pembangkit listrik ramah lingkungan dan sebagai salah satu
alternatif untuk menggantikan pembangkit listrik menggunakan bahan
bakar fosil. Sumber energi PLTS adalah Energi matahari yang
dipancarkan dapat diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan
solar cells panel. Inspeksi Instalasi PLTS dilakukan pada PLTS terpusat
baik on grid maupun off grid. Sementara itu PLTB merupakan pembangkit
listrik yang dapat menkonversi (mengubah) energi angin menjadi energi
listrik. Energi angin memutar turbin angin/kincir angin. Turbin angin yang
berputar juga menyebabkan berputarnya rotor generator karena satu
poros sehingga menghasilkan listrik.
B. Deskripsi Singkat
Modul pembelajaran ini mencakup pelajaran mengenai: tahapan-tahapan
inspeksi instalasi serta standar instalasi pembangkit maupun prosedur dan
tata cara penginspeksian fisik instalasi pembangkit untuk daerah
housekeeping dan standard operating procedure sampai dengan tata cara
pembuatan laporan. Materi ini akan diuraikan secara sistematis, sehingga
2
dapat mempermudah pembaca dalam mempelajari dan memahami
substansi yang ingin disampaikan.
C. Manfaat Modul
Manfaat modul pembelajaran ini bagi peserta diklat/pembaca adalah akan
memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai proses inspeksi
instalasi PLTS dan PLTB serta standar maupun prosedur dalam
melakukan inspeksi sesuai dengan kewenangannya.
D. Tujuan Pembelajaran
D.1. Hasil Belajar
Setelah membaca modul pembelajaran ini peserta diklat/pembaca
diharapkan mampu memahami proses Inspeksi fisik instalasi PLTS dan
PLTB.
3
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
4
Bab IV MATERI POKOK II
PENYUSUNAN LAPORAN
A. Laporan Inspeksi Instalasi PLTS
B. Laporan Inspeksi Instalasi PLTB
BAB V PENUTUP
5
BAB II
MATERI POKOK I
INSPEKSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA TERPUSAT ON
GRID DAN OFF GRID
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi pokok ini, peserta diklat/pembaca diharapkan
mampu memahami dan menjelaskan kegiataan inspeksi Pembangkit
Listrik Tenaga Surya Terpusat on grid dan off grid.
6
satuan komponen yang disebut modul. Modul surya adalah rangkaian dari
beberapa sel surya yang dihubungkan seri atau paralel yang ditempatkan
sedemikian rupa berbentuk persegi atau persegi panjang, dilaminating
dan dilapis kaca khusus dan diberi penguat rangka/frame pada keempat
sisinya. Setiap modul sel surya dirancang memiliki daya puncak spesifik
(SPLN D5.005: 2012). Modul surya dibagi dalam beberapa jenis, antara
lain sebagai berikut :
A.1 Monocrystalline
Jenis ini terbuat dari batangan kristal silikon murni yang diiris tipis-
tipis. Dengan teknologi seperti ini, dihasilkan kepingan sel surya
yang identik satu sama lain dan berkinerja tinggi. Sehingga menjadi
sel surya yang paling efisien dibandingkan jenis sel surya lainnya,
sekitar 15% - 20%. Kelemahannya, sel surya jenis ini jika disusun
membentuk solar modul (panel surya) akan menyisakan banyak
ruangan yang kosong karena sel surya seperti ini umumnya
berbentuk segi enam atau bulat, tergantung dari bentuk batangan
kristal silikonnya, seperti terlihat pada gambar 2.1 berikut.
7
Keterangan gambar :
1. Batangan kristal silikon murni
2. Irisan kristal silikon yang sangat tipis
3. Sebuah sel surya monocrystalline yang sudah jadi
4. Sebuah panel surya monocrystalline yang berisi susunan sel surya
monocrystalline. Nampak area kosong yang tidak tertutup karena bentuk
sel surya jenis ini.
A.2. Polycrystalline
Jenis ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang
dilebur/dicairkan kemudian dituangkan dalam cetakan yang
berbentuk persegi. Keeping silicon poli kristal dibuat dengan
teknologi casting berupa balok silicon dan dipotong-potong tipis
(wire-sawing) menjadi kepingan, dengan ketebalan sekitar 250-350
micrometer (SPLN D3.022-1: 2012). Efisiensinya lebih rendah,
sekitar 13%-16%. Proses pembuatannya lebih mudah dibanding
monocrystalline, karenanya harganya menjad lebih murah. Jenis ini
paling banyak dipakai saat ini, seperti gambar 2.2 di bawah berikut.
8
A.3. Thin Film Solar Cell (TFSC)
Thin Film adalah sel fotovoltaik yang dibuat dengan teknologi lapisan
tipis (thin film) material semi konduktor. Teknologi pembuatan sel
fotovoltaik dengan lapisan tipis ini dimaksudkan untuk mengurangi
biaya pembuatan solar sel mengingat teknologi ini hanya
menggunakan kurang dari 1% dari bahan baku silikon jika
dibandingkan dengan bahan baku untuk tipe silikon wafer.
Metode yang paling sering dipakai dalam pebuatan silikon jenis
lapisan tipis ini adalah dengan Plasma-enjanced chemical vapor
deposition (PECVD) dari gas silane dan hirdrogen. Lapisan yang
dibuat dengan metode ini menghasilkan silikon yang tidak memiliki
arah orientasi kristal atau yang dikenal sebagai amorphous silikon
(non kristal), awalnya banyak diterapkan pada kalkulator dan jam
tangan. Efisiensinya antara 6% - 8%.. Selain menggunakan material
dari silikon, sel fotovoltaik lapisan tipis juga dibuat dari bahan
semikonduktor lainnya yang memiliki efisiensi solar sel tinggi seperti
cadmium Telluride (Cd Te), efisiensinya sekitar : 9%-11% dan
Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) memiliki efisiensi paling
tinggi yaitu sekitar 10% - 12%. Sel surya jenis ini sangat tipis
karenanya sangat ringan dan fleksibel seperti pada gambar 2.3 di
bawah. Jenis ini dikenal juga dengan nama TFPV (Thin Film
Photovoltaic).
9
Gambar 2.3. Thin Film Solar Cell
10
Suatu PLTS Mandiri yang lengkap biasanya terdiri atas :
1. Photovoltaic (PV) Module (jika modul tunggal ) atau Array (jika PV
Module banyak)
2. BCU/BCR (battery control unit/battery charge regulator), yang
berfungsi untuk mengubah tegangan modul sehingga sesuai
dengan tegangan baterai dan dapat digunakan untuk mengisi
baterai.
3. Inverter, digunakan untuk mengubah tegangan arus searah
menjadi tegangan bolak-balik. Inverter tergantung pada
rangkaiannya ada yang harus memiliki kemampuan grid
connected (bila digunakan dalam instalasi hibrid dengan
pembangkit lain) dan tanpa kemampuan grid connected.
4. Baterai, digunakan untuk menyimpan energi yang dikonversi dari
energi surya ke energi listrik.
5. Sistem pengawatan (instalasi) yang menghubungkan antar bagian
di atas. Di bagian ini juga terdapat junction box, disconnecting
switch, surge protector, fuse, dan lain-lain.
6. Sistem pembumian, baik pembumian terhadap sambaran petir
langsung dan tidak langsung (surge protection) maupun
pembumian instalasi pembangkit.
Gambar 2.5 di bawah ini adalah bentuk diagram satu garis PLTS off
grid.
11
Bypass Bypass
PV Module PV Module
P Diode Diode
V
PV to Charge
CHARGE CONTROLLER Charge Controller to
INVERTER
Load
P Controller
Disconnecting
Inverter
Disconnecting
Disconnecting
G V PV Module
Bypass
PV Module
Bypass Switch Switch
Switch
AC LOAD
Diode Diode FUSE
E
DC DC
N S
T
BEBAN
E R AC
DC AC
R I
PV Module
Bypass
PV Module
Bypass
Diode Diode
A N Charging
G Contact
T
O
R PV Module
Bypass
PV Module
Bypass
Over Voltage
Diode Diode
Protection
Device
Battery
Disconnecting
Switch
Battery Bank
Gambar 2.5. Skema PLTS Mandiri (Dengan Sistem Proteksi Petir dan Surja)
12
Suatu PLTS on grid yang lengkap biasanya terdiri atas :
1. PV Module (jika modul tunggal ) atau Array (jika PV Modul
banyak)
2. Inverter, digunakan untuk mengubah tegangan arus searah
menjadi tegangan bolak-balik. Inverter tergantung pada
rangkaiannya ada yang harus memiliki kemampuan grid
connected (bila digunakan dalam instalasi hibrid dengan
pembangkit lain) dan tanpa kemampuan grid.
3. Sistem pengawatan (instalasi) yang menghubungkan antar bagian
diatas. Di bagian ini juga terdapat junction box, disconnecting
switch, fuse, dan lain-lain.
4. Sistem pembumian, baik pembumian terhadap petir maupun
pembumian instalasi pembangkit.
Gambar 2.6 di bawah ini adalah bentuk diagram satu garis PLTS on
grid.
13
Bypass Bypass
PV Module PV Module
P Diode Diode
V GRID CONNCTED
PV Array to Inverter INVERTER GRID
P Disconnecting Disconnecting
G V PV Module
Bypass
PV Module
Bypass
Switch Switch
AC LOAD
Diode Diode FUSE
E
S DC
N
E
T GRID
R
AC
R I
PV Module
Bypass
PV Module
Bypass
Diode Diode
A N
G
T
O
R PV Module
Bypass
PV Module
Bypass
Over Voltage
Diode Diode
Protection
Device
Gambar 2.6 Skema PLTS Grid Connected (Dengan Sistem Proteksi Petir dan Surja)
14
Dari uraian di atas tergambar bahwa PLTS on grid memiliki bagian
yang lebih sedikit dibandingkan dengan PLTS off grid, yaitu tidak
memiliki BCU dan Baterai sebagai penyimpan energi.
B. Prosedur Pemeriksaan
Inspeksi Fisik adalah memeriksa dan meneliti kelaikan operasional
komponen-komponen penting pada sistem pembangkit.
Sesuai dengan namanya inspeksi ini dilakukan dengan melihat kondisi
fisik (secara visual dengan mata) dan menggunakan indera lainnya yaitu
kuping (pendengaran), kulit (suhu), kulit (getaran), hidung (bau). Secara
visual juga, dengan melihat name plate kita dapat diketahui indikasi
kelayakan komponen (kesesuain dengan standards) pada sebuah
Instalasi. Sebelum melakukan pemeriksaan/inspeksi, ada beberapa hal
yang harus diketahui, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pembuatan
laporan hasil inspeksi.
Hal yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan inspeksi diantaranya
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Dokumen
a. Spesifikasi teknik peralatan utama
b. Gambar diagram satu garis (single line diagram)
c. Gambar dan tata letak (lay out) peralatan utama
d. Gambar dan tata letak pemadam kebakaran
e. Gambar sistem pentanahan
f. Gambar instalasi listrik gedung pembangkit
g. Sertifikat uji pabrik peralatan utama (sertifikat produk)
h. Buku manual operasi
i. Izin lingkungan dan dokumen lingkungan hidup
2. Pemeriksaan Secara Visual
3. Pemeriksaan Modul Surya
4. Pemeriksaan BCU/BCR
15
5. Pemeriksaan Baterai
6. Pemeriksaan Inverter
7. Pemeriksaan Sistem Pengkabelan/pengawatan
8. Pemeriksaan Sistem pembumian
9. Pengukuran Tahanan Sistem Pembumian
1 Informasi Lokasi
Referensi Identifikasi : ___________________________
proyek
Kapasitas Nominal : ___________________________
Sistem
Tanggal Pembangunan : ___________________________
Nama Pemilik : ___________________________
Alamat Lokasi : ___________________________
2 Informasi Perancang
Nama Perancang : ___________________________
Kontak Person : ___________________________
Alamat : ___________________________
Nomor Telepon : ___________________________
E-mail : ___________________________
3 Informasi Pemasang
Nama : ___________________________
Kontak Person : ___________________________
Alamat : ___________________________
Telepon : ___________________________
E-mail : ___________________________
4 Diagram Sistem
a. Gambar Lokasi/Diagram Instalasi Ya Tidak
b. Diagram Satu Garis Ya Tidak
Konfigurasi Array terlihat Ya Tidak
Pengawatan Array Ya Tidak
teridentifikasi
Ada Pembumian Array Ya Tidak
Combiner/Junction Box Ya Tidak
teridentifikasi
16
Konduit dari PV Array Ya Tidak
(Combiner/Junction Box) ke DC
Disconnecting Switch lalu ke
BCU teridentifikasi
BCU/BCR terspesifikasi Ya Tidak
Sistem Pembumian Peralatan Ya Tidak
diidentifikasi
Pemisah (DC dan AC Ya Tidak
disconnecting switch)
diidentifikasi
Baterai Bank terspesifikasi Ya Tidak
Konduit dari BCU ke DC Ya Tidak
Disconnecting switch lalu ke
Battery Bank teridentifikasi
Inverter terspesifikasi Ya Tidak
Konduit dari Inverter ke AC Ya Tidak
Disconnecting Switch lalu ke
beban terdentifikasi
Metoda pengawatan pada titik Ya Tidak
koneksi diidentifikasi.
5 Module
Tegangan Open Circuit Max (Voc) :___________Volt
Arus Hubung Singkat (Isc) :___________Amp
Daya Maksimum pada Standard Test :___________Wp
Condition
Tegangan pada Pmax :___________Volt
Arus pada Pmax :___________Amp
Tegangan Sistem Max :___________Volt
Rating Fuse Series Max :___________Amp
6. Array
Jumlah module terhubung seri :_________buah
Jumlah paralel string module :_________rangkaian
Jumlah Module Total :_________buah
Tegangan Kerja :_________Volt
Arus Kerja :_________Amp
Maksimum Tegangan Sistem :_________Volt
Arus Hubung Singkat :_________Amp
7 BCU/BCR
Arus Maksimum :_________Amp
Tegangan Kerja :______s.d.______ Volt
Tegangan Maksimum :_________Volt
8 Inverter
Rating Daya :_________VA
DC Input
- Tegangan Nominal :_________Volt
- Daerah Kerja :______s.d.______ Volt
- Tegangan Input Maksimum yang :_________Volt
diperbolehkan
17
AC Output
- Frekuensi Output :______s.d.______ hz
- Tegangan Output :______s.d.______ Volt
9 Baterai
Tipe (Basah/Kering) :
Tegangan :_________Volt
Kapasitas :_________AH
10 Pengawatan
Kabel String
Merek/Pembuat :___________________________
Tipe :___________________________
Ukuran :________________________mm
Junction Box
Tipe Fuse String :___________________________
Rating Fuse String :_______________________Amp
Apakah terpasang Blocking Diode Ya Tidak
Rating Arus Blocking Dioda :_______________________Amp
Rating Tegangan Blocking :_______________________Volt
Dioda
Apakah Terpasang Surge protector Ya Tidak
Rating Tegangan Surge :_______________________Volt
protector
Rating Arus Surge Protector :_______________________Amp
Kabel Array
Merek / Pembuat :___________________________
Tipe :___________________________
Ukuran :___________________________
11 Proteksi
DC Disconnecting Switch
Lokasi :___________________________
Rating Tegangan DC :_______________________Volt
Disconnecting Switch
Rating Arus DC :_______________________Amp
Disconnecting Switch
AC Disconnecting Switch
Lokasi :___________________________
Rating Tegangan AC :_______________________Volt
Disconnecting Switch
Rating Arus AC :_______________________Amp
Disconnecting Switch
Proteksi Surja Petir
Ada Proteksi Surja Petir Ya, ada Tidak ada
Lokasi Proteksi Surja Petir :___________________________
Ukuran Proteksi Surja Petir :_______________________Amp
Proteksi Arus Lebih
Lokasi Proteksi Arus Lebih :___________________________
Ukuran Proteksi Arus lebih :_______________________Amp
18
Proteksi Arus Sisa
Ada Proteksi Arus Sisa (GPAS) Ya, ada Tidak
ada
Rating RCD :_______________________mA
12 Pembumian
Pembumian Array dan Rangka Array Ya, ada Tidak ada
(untuk Surja Petir/Lightning Surge)
Ukuran Penghantar :________________________mm
Pembumian array dan
rangka
Lokasi pembumian :___________________________
19
Modul PV dihubungkan secara seri untuk meningkatkan tegangan.
Misalnya, dua buah modul dengan tegangan voc 36 volt yang dapat
dihubungkan secara seri untuk menciptakan sistem tegangan DC 72 volt.
Ini dapat dikaitkan dengan tegangan searah/DC 72 volt pada persyaratan
dalam pencapaian tambahan daya. Array ini dapat terdiri dari hanya dua
modul PV, atau ribuan modul PV. Modul PV dapat dihubungkan secara
seri untuk mendapatkan tegangan yang besar dan parallel untuk
memperoleh arus yang besar. Sebelum terhubung secara paralel, modul
dibentuk menjadi PV Array Listrik yang terhubung secara seri untuk
menghasilkan tegangan yang tepat. Sel-sel mengubah energi surya
menjadi listrik arus searah melalui efek fotovoltaik. Kebanyakan PV Array
menggunakan inverter untuk mengubah listrik DC yang dihasilkan oleh
modul ke arus bolak-balik ke dalam infrastruktur yang ada untuk lampu
listrik, motor, dan beban lain. Modul-modul dalam PV Array biasanya
pertama dihubungkan secara seri untuk mendapatkan tegangan yang
diinginkan, lalu kabel dihubungkan secara parallel. Solar Array biasanya
diukur dari daya puncak listrik yang hasilkan, dalam watt, kilowatt, atau
bahkan megawatt. Gambar grafik hubung seri PV Modul dapat dilihat
pada gambar 2.7 dan hubung seri paralel pada gambar 2.8 di bawah ini.
20
Gambar 2.8. Grafik Arus dan Tegangan pada Hubungan
Paralel PV Array (I besar)
21
Hal hal yang diperiksa
Name Plate Module tersedia?
Ada Tidak Ada
Data Modul sesuai dengan dokumen instalasi?
Ya Tidak
Ya
Apakah Modul tersertifikasi
Tidak
Kualitas Output :
SNI 04-3850.2-1995 / SNI 04-6300-2000 /
IEC 61215: 2005-04 IEC 61646: 2008-05
Kualitas Modul
SNI IEC 61730-1 : 2008 SNI IEC 61730-2 : 2008
Standar Lainnya SPLN D3.022-1 : 2012 ______________
__________________________________
Gambar 2.12 di bawah ini menunjukkan salah satu kerusakan pada modul
surya, yaitu modul pecah.
22
Gambar 2.12. Module Photovoltaic Pecah
23
berkurang di musim panas, (tetap akan memiliki sudut lintang
ditambah 15 º).
Untuk menghindari pengaruh karat bahan frame mount dapat dibuat
dengan aluminium atau stainless steel dan bautnya yang digunakan
harus dibuat tahan terhadap karat dan mampu menahan angin.
Gambar 2.13 di bawah menunjukkan beberapa bentuk tata letak
Modul.
C.2 Kemiringan
Sudut kemiringan memiliki dampak yang besar terhadap radasi
matahari di permukaan panel surya. Untuk sudut kemiringan tetap,
daya maksimum selama satu tahun akan diperoleh ketika sudut
kemiringan panel surya sama dengan lintang lokasi (Foster
24
dkk,2010). Misalnya panel surya yang terpasang di khatulistiwa
(lintang = 0°) yang diletakkan mendatar (angle = 0°), akan
menghasilkan energi maksimum.
Biasanya, lokasi terbaik untuk modul surya adalah meja modul yang
menghadap selatan, tapi atap wajah timur atau barat juga dapat
diterima.
Macam-macam Inverter :
1. Square sine wave inverter adalah tipe inverter yang
menghasilkan Output gelombang (sinus) persegi, jenis inverter ini
tidak cocok untuk beban AC tertentu seperti motor induksi atau
transformer, selain tidak dapat bekerja square sine wave dapat
merusak peralatan tersebut.
2. Modified sine wave inverter adalah tipe inverter yang
menghasilkan Output gelombang persegi yang
disempurnakan/persegi kuasi yang merupakan kombinasi antara
square wave dan sine wave.. Inverter ini masih dapat menggerakan
perangkat yang menggunakan kumparan, hanya saja tidak maksimal
serta faktor energy-loss yang besar.. dan tidak cocok dengan
perangkat elektronik yang sensitif atau khusus, misalnya laser printer
25
tertentu, peralatan audio.
Grid Tie Inverter juga dikenal sebagai synchronous inverter dan perangkat
ini tidak dapat berdiri sendiri, apalagi bila jaringan tenaga listriknya tidak
tersedia. Dengan adanya grid tie inverter kelebihan KWh yang diperoleh
26
dari sistem PLTS ini bisa disalurkan kembali ke jaringan listrik PLN untuk
digunakan bersama.
Rugi-rugi/loss yang terjadi pada inverter biasanya berupa dissipasi daya
dalam bentuk panas. Effisiensi tertinggi dipegang oleh grid tie inverter
yang diklaim bisa mencapai 95-97% bila beban outputnya hampir
mendekati batas bebannya.
Sedangkan pada umumnya effisiensi inverter adalah berkisar 50-90%
tergantung dari tipe inverter dan beban outputnya. Bila beban outputnya
semakin mendekati beban kerja inverter yang tertera maka effisiensinya
semakin besar, demikian pula sebaliknya.
Modified sine wave inverter bila dipaksakan untuk beban-beban induktif
maka effisiensinya akan jauh berkurang dibandingkan dengan pure sine
wave inverter. Perangkat beban akan menyedot daya 20% lebih besar
dari yang seharusnya. Oleh karena itu dari sisi harga maka pure sine
wave inverter adalah yang paling mahal selain Grid Tie Inverter.
27
Inverter memenuhi persyaratan teknik
Ya Tidak
Gambar 2.16 dan gambar 2.17 dibawah ini adalah gambar grid connected
dan inverter indoor
28
Gambar 2.16. Grid Connected Inverter
30
Hal-hal yang diinspeksi adalah :
Baterai pada lokasi yang baik (aman dari Ya Tidak
jangkauan orang (ada pelindung atau dalam
ruanga khusus), tidak terkena sinar
matahari, tidak terkena hujan, ada ventilasi
yang baik).
Baterai tertata dengan baik pada rak atau Ya Tidak
lemari baterai
Baterai dalam kondisi baik (tidak ada yang Ya Tidak
pecah, terminal yang kotor/berkarat, suhu
baterai tidak wajar (terlalu panas).
Pengawatan Baterai dalam kondisi baik Ya Tidak
(pengawatan baik dan rapi).
Rak atau lemari baterai dalam kondisi baik. Ya Tidak
Untuk rak atau lemari baterai dari Ya Tidak
logam,terdapat pembumian yang baik
Ada suara, bau atau panas yang tidak Ya Tidak
normal
Gambar 2.19 dan gambar 2.20 di bawah ini menunjukkan kondisi Baterai
yang baik dan pengawatan baterai.
31
Gambar 2.20. Pengawatan Terminal Baterai
Gambar 2.22 di bawah ini adalah gambar kondisi baterai pelat rusak
dan baik.
32
sulfated plates healthy, without
sulfation
33
Gambar 2.23. BCU dan Lokasi Name Plate BCU
Gambar 2.24 di bawah ini adalah gambar BCU PLTS yang sedang diukur.
34
Gambar 2.24. BCU PLTS SHS
35
Gambar 2.25. Proteksi Sambaran Petir Langsung dengan
Kawat Bumi yang Digelar Diatas Instalasi
36
3). Sambaran Petir Tidak langsung 2 : Induksi Elektrostatik
a. Muatan positif diinduksikan pada penghantar oleh awan
badai di atasnya.
b. Setelah hilangnya muatan di awan karena pelepasan beban,
muatan positif pada penghantar mengalir ke dua arah
penghantar sebagai surja petir.
37
Gambar 2.31. Bagian Atas PLTS Gambar 2.32. Pembumian
tanpa Penangkal Petir Penangkal Surja Petir
38
2. Inspeksi pada sistem pembumian
Terdapat proteksi terhadap sambaran petir Ya Tidak
langsung
Sistem pengawatan terhadap sambaran petir Ya Tidak
langsung dalam kondisi baik
Terdapat proteksi terhadap surja petir Ya Tidak
Sistem pengawatan terhadap surja petir Ya Tidak
dalam kondisi baik
Pembumian Array dan Rangka Array (Surja Ya Tidak
Petir/Lightning Surge) digabungkan dengan
pembumian terhadap sambaran petir
Terdapat proteksi surja untuk peralatan Ya Tidak
Proteksi surja untuk peralatan dalam keadaan Ya Tidak
baik
Sistem pengawatan proteksi surja untuk Ya Tidak
peralatan dalam kondisi baik
39
Besar tahanan pembumian untuk proteksi Ya Tidak
instalasi R bumi ≤ 50 V / I Proteksi insalasi
Besar tahanan pembumian untuk proteksi Ya Tidak
petir secara langsung dan tidak langsung ≤ 5
ohm.
40
k. Adanya Proteksi Arus Sisa (GPAS)
Ada Tidak Ada
41
Data Name Disconnecting Switch sesuai dengan data perencanaan
atau pembangunan ?
Ya Tidak
42
Gambar 2.38. Battery Bank Gambar 2.39. Battery Bank
dengan pelindung Terminal Tanpa Pelindung Terminal
(salah)
I. Sistem Instalasi/Pengawatan
o Instalasi
Instalasi disini hanya mencakup bagian yang keseluruhan instalasi,
namun pada satu bagian ini akan dibahas masalah kondisi umum
instalasi dan bangunan sipil.
Kondisi Instalasi secara visual Baik ?
Ya Tidak
Kondisi Bangunan Sipil secara visual baik (tidak ada kebocoran) ?
Ada Tidak Ada
Pintu, Jendela dan Ventilasi dalam kondisi baik ?
Ya Tidak
Instalasi PV Array dalam kondisi baik (tidak ada karat, lendutan
rangka, baut/mur module yang lepas/hilang) ?
Ya Tidak
o Pengawatan
Pemeriksaan yang dilakukan :
Penghantar yng digunakan sesuai (tipe) Ya Tidak
Seluruh meter dan indikator dalam kondisi Ya Tidak
baik dan bekerja
Kabel antar module PV terpasang baik dan Ya Tidak
tidak menggantung
43
Pengawatan antara PV array dengan Junction Ya Tidak
Box dan BCU/Inverter terpasang baik dan
terlindung
Pengawatan terpasang baik dan terminasi Ya Tidak
kuat
Pengawatan yang tertutup atau berada dalam Ya Tidak
konduit dalam keadaan baik
Tanda/Sign untuk bagian bagian yang penting Ya Tidak
ada, posisi mencolok dan dalam kondisi
mudah dipahami
44
Gambar 2.42. Pengawatan antar Modul Menggantung
45
Gambar 2.44. Pengawatan antar Modul Menggantung
46
Gambar 2.46. Pengawatan pada Junction Box (Pemasangan
Terminasi Ditandai untuk Pemeriksaan Kekencangan Baut)
47
Gambar 2.48. Tanda/Sign untuk Disconnecting Switch sekaligus
Proteksi pada PLTS Grid Connected
J. Rangkuman
Inspeksi Fisik adalah bagian dari pembinaan dan pengawasan bidang
ketenagalistrikan yang dilakukan oleh PNS Inspektur Ketenagalistrikan.
Selain inspeksi fisik bentuk bentuk lain inspeksi adalah pemeriksaan
instalasi listrik, pengawasan pengujian instalasi listrik, pengawasan
pengujian individual instalasi pembangkit, dll.
Pada Inspeksi Fisik PLTS, bagian-bagian yang diinspeksi adalah Modul,
Inverter, Baterai dan BCU/BCR, Sistem Proteksi, Perlengkapan atau
peralatan pengaman kebakaran, perlengkapan atau pelindung terhadap
benda bertegangan serta sistem instalasi dan pengawatan lebih detail.
Sebagai bagian dari pemenuhan persyaratan keteknikan maka bagian
bagian PLTS juga telah memiliki persyaratan khusus, baik standar
nasional maupun standar internasional.
48
K. Evaluasi
1. Yang diinspeksi pada modul PV adalah :
a. Arah modul
b. Kemiringan Modul
c. Shading/bayangan
d. Semua jawaban benar
2. Bagian dari baterai yang harus diinspeksi adalah :
a. Terminasi setiap baterai
b. Spesifikasi Baterai
c. Temperatur dan kelembaban ruangan
d. Semua jawaban benar
3. Hal yang perlu diperhatikan pada saat menginspeksi Combiner Box
adalah, kecuali :
a. Tegangan Nominal Out Out
b. Korosi pada komponen-komponennya
c. Kandungan air atau kelembaban
d. Kerusakan pada komponen combiner box
4. Yang harus diperhatikan pada saat menginspeksi inverter pada
PLTS adalah sebagai berikut, kecuali :
a. Rating Daya
b. Tegangan sistem maksimum
c. Tegangan nominal DC Input
d. Frekuensi tegangan AC out put
5. Peralatan Disconecting Switch dipasang pada bagian sebagai
berikut, kecuali :
a. Sisi DC antara PV Array dengan BCU
b. Sisi DC antara BCU dengan baterai bank
c. Sisi AC antara PV array dengan BCU
d. Sisi AC antara inverter dengan beban
49
BAB III
MATERI POKOK II
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB)
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran II ini, peserta diklat/pembaca
diharapkan mampu memahami dan menjelaskan Inspeksi Fisik Instalasi
PLTB.
50
Gambar 3.1. Konstruksi PLTB
51
Gambar 3.2. Komponen - Komponen PLTB
52
Syarat–syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi listrik dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut :
Tingkat kecepatan angin di atas permukaan tanah dapat dilihat pada tabel
3.2 di bawah ini :
53
Angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas
maksimum energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi listrik.
Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbarukan
yang paling berkembang saat ini. Berdasarkan data dari WWEA (World
Wind Energy Association), sampai dengan tahun 2007 perkiraan energi
listrik yang dihasilkan oleh turbin angin mencapai 93.85 GigaWatts,
menghasilkan lebih dari 1% dari total kelistrikan secara global.. Amerika,
Spanyol dan China merupakan negara terdepan dalam pemanfaatan
energi angin. Diharapkan pada tahun 2010 total kapasitas pembangkit
listrik tenaga angin secara glogal mencapai 170 GigaWatt seperti terlihat
pada gambar 3.4 di bawah ini.
Gambar 3.4. Total Kapasitas dan Prediksi PLTB Sampai Tahun 2010
54
2007, tujuh unit dengan kapasitas sama menyusul dibangun di empat
lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua unit,
dan Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit.
Mengacu pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga
bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025.
Untuk di Indonesia, dengan iklim tropisnya mungkin akan cukup sulit untuk
menemukan daerah dengan potensi angin (distribusi anginnya)yang
konstan/baik. Ada beberapa daerah di Indonesia yang katanya memiliki
kecepatan angin cukup tinggi (gust wind) berdasarkan survei yang
dilakukan selama 3 bulan, tapi hal ini tidak berguna bagi PLTB bila
kecepatan angin itu hanya cuma bertahan beberapa menit/detik saja dan
kemudian hilang. Perlu adanya survei/studi berkesinambungan yang
memerlukan data selama minimal satu tahun untuk mevalidasi potensi
angin didaerah tersebut. Rata-rata PLTB yang dijual di pasaran untuk
kapasitas kecil (kurang dari 100 kW), cut in dan cut out mereka adalah 3
dan 25 m/s dengan kecepatan optimumnya adalah 12 m/s. Didunia saat
ini banyak ditemukan PLTB stand alone yang beredar dipasaran (utk
ukuran 10 kW). Penggunanya adalah daerah-daerah terpencil yang tidak
tersentuh oleh ataupun terlalu mahal untuk dihubungkan oleh grid.
Kebanyakan dari mereka tidak murni hanya menggunakan PLTB tapi juga
menggunakan PV. Selain karena disebabkan kebutuhan listrik yang cukup
besar juga disertai dengan diversikasi energi apabila tiba-tiba tidak
terdapat angin yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan listrik di
Indonesia saat ini untuk daerah-daerah terpecil seperti di kepulauan-
kepulauan, diperlukan hybrid system antara potensi renewable energy
yang ada dilokasi (seperti PLTB-PV-baterai, PV-PLTMH-Fuel Cell, dll).
Akan tetapi perlu menjadi catatan, semua teknologi untuk penggunaan
energi-energi tersebut masih cukup mahal bila dilihat dari kelayakan
ekonominya terutama FC dan PV. Standar untuk mengembangkan
potensi renewable energy di daerah, bisa menggunakan standar IEC
62257 sebagai guidelines.
55
B. Prosedur Pemeriksaan
Dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Nomor 05 Tahun 2014, prosedur pemeriksaan/inspeksi PLTB masuk ke
dalam prosedur inspeksi pembangkit lainnya. Adapun prosedur inspeksi
PLTB adalah seperti tercantum pada tabel 3.1 di bawah ini :
2 Pemeriksaan Desain √ √
a. Sistem pembumian √ √
b. Ringkat hubung pendek (short √ √
circuit level)
c. Pengaman elektrik √ √
d. Pengaman mekanik √ √
e. Sistem pengukuran elektrik dan √ √
mekanik
f. Koordinasi proteksi dengan sistem √ √
jaringan
g. Jarak bebas (clearance distance) √ √
h. Jarak rambat (creepage distance) √ √
56
3. Pemeriksaan Visual √ √
a. Peralatan utama √ √
- Turbin dan alat bantunya √ √
- Generator dan alat bantunya √ √
- Transformator dan alat √ √
bantunya
b. Perlengkapan/alat pemadam √ √
kebakaran
c. Perlengkapan/peralatan K3 √ √
d. Sistem pembumian √ √
e. Sistem catu daya AC dan DC √ √
f. Sistem instrumen dan kontrol √ √
g. Sistem bahan bakar √ √
h. Sistem pendingin √ √
C. Turbin
Secara umum turbin angin dapat di bagi menjadi 2, yaitu turbin angin yang
berputar dengan sumbu horizontal, dan yang berputar dengan sumbu
vertikal. Gambar 3.5 menunjukan jenis-jenis kincir angin berdasarkan
bentuknya. Sedangkan gambar 3.6 menunjukkan karakteristik setiap kincir
angin sebagai fungsi dari kemampuannya untuk mengubah energi kinetik
angin menjadi energi putar turbin untuk setiap kondisi kecepatan angin.
Dari gambar 3.6 dapat disimpulkan bahwa kincir angin jenis multi-blade
dan Savonius cocok digunakan untuk aplikasi PLTB kecepatan rendah
dan cocok dipakai untuk daerah Indonesia. Sedangkan kincir angin tipe
Propeller, paling umum digunakan karena dapat bekerja dengan lingkup
kecepatan angin yang luas.
57
Gambar 3.5. Jenis - Jenis Kincir Angin
58
Hal-hal yang perlu diinspeksi pada Turbin :
Name Plate Turbin tersedia ?
Ada Tidak Ada
D. Gearbox
Alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir menjadi
putaran tinggi. Biasanya Gearbox yang digunakan sekitar 1 : 60.
Gear box merupakan komponen untuk pengaturan kecepatan putar
turbin. Gears menghubungkan poros kecepatan tinggi di poros kecepatan
rendah dan meningkatkan kecepatan sekitar 30-60 rotasi per menit
(rpm),sekitar 1000-1800 rpm, kecepatan rotasi yang diperlukan oleh
sebagian besar generator untuk menghasilkan listrik. gearbox adalah
bagian mahal (dan berat) dari turbin angin. Gear box PLTB biasanya
menggunakan gear box jenis planetary. Gear box planetary adalah gear
box yang mempunyai roda gigi besar dikelilingi roda-roda gigi kecil.
59
Hal-hal yang perlu dinspeksi pada gear box :
Apakah gear box berfungsi dengan baik?
ya tidak
Apakah pelumas yang digunakan cukup?
ya tidak
Apakah ada keretakan pada roda gigi?
ada tidak
Apakah ada bagian roda gigi yang aus?
ada tidak
E. Transmisi Mekanik
Transmisi mekanik pada PLTB adalah yang menghubungkan antara turbin
dan generator. Transmisi mekanis pada PLTB ada yang menggunakan
sabuk (belt), pulley dan kopling, tergantung PLTB menggunakan sistem
apa. Intinya bagian ini berperan besar dalam menghasilkan energi listrik
pada generator.
F. Brake System
Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox
agar bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu
dipasang karena generator memiliki titik kerja aman dalam
pengoperasiannya. Generator ini akan menghasilkan energi listrik
maksimal pada saat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan.
60
Kehadiran angin diluar diguaan akan menyebabkan putaran yang cukup
cepat pada poros generator, sehingga jika tidak diatasi maka putaran ini
dapat merusak generator. Dampak dari kerusakan akibat putaran berlebih
diantaranya overheat, rotor breakdown, kawat pada generator putus
karena tidak dapat menahan arus yang cukup besar.
G. Generator
Generator adalah devais utama dalam pembuatan sistem turbin angin.
Generator berfungsi untuk mengubah energi gerak menjadi energi listrik.
Prinsip kerjanya dengan menggunakan teori medan elektromagnetik.
High-speed shaft (Poros Putaran Tinggi)
Berfungsi untuk menggerakkan generator
Controller (Alat Pengontrol)
Alat pengontrol ini men-start turbin pada kecepatan angin kira-kira 12-
25 km/jam dan mematikannya pada kecepatan 90 km/jam. Turbin tidak
beroperasi di atas 90 km/jam, karena angin terlalu kencang dan dapat
merusaknya.
61
G.2 Ciri Berbagai Generator
1. Generator arus searah dan alternator arus bolak – balik dapat
beroperasi pada setiap rpm, sedangkan generator sinkron arus
bolak – balik perlu diatur pada rpm yang tepat dan disinkronkan
dengan jaringan (grid). Tegangan generator bolak – balik adalah
satu atau tiga fasa
2. Generator induksi digunakan pada turbin angin karena motor –
motor induksi dioperasikan secara massal, biaya operasi dan
Maintenance lebih rendah, mudah dikontrol. Generator ini dibawa
melalui kecepatan sinkronnya dan kemudian dihubungkan ke
jaringan, eksitasi dan sinkronisasi tidak diperlukan karena jaringan
listrik (utilitas) memberikannya.
3. Keuntungan generator searah (dc) atau alternator magnet
permanen adalah beroperasi pada Cp yang konstan, yang secara
aerodinamik lebih efisien dan tidak memerlukan penambah
kecepatan untuk turbin – turbin angin kecil (beberapa Watt sampai
kilo Watt). Untuk turbin angin kecil, generator sinkron tidak sesuai
untuk sistem interkoneksi karena kesulitan pengontrolan rpm rotor.
4. Generator induksi paling umum dipakai untuk turbin – turbin angin
5 kW sampai ratusan kW di interkoneksi ke jaringan karena
pengontrolan untuk sinkronisasi dengan jaringan adalah
sederhana. Jika pada jaringan terdapat kerusakan (kegagalan),
generator induksi secara otomatis terputus dan tidak
mengakibatkan masalah keselamatan. Generator – generator
induksi memperkecil faktor daya dan kapasitor koreksi dipasang
pada masing – masing turbin angin atau ladang angin. Rotor
generator induksi pada dasarnya beroperasi pada rpm konstan
yang ditetapkan oleh frekuensi jaringan. Rotor – rotor mencapai
suatu efisiensi puncak pada satu kecepatan angin
62
Tabel 3.4. Pemakaian Generator
No Generator Pemakaian
1. Searah - Menghasilkan tegangan searah
12 VAC atau 24 VAC
- Dapat beroperasi pada setiap
2. Permanen maknit (dc) rpm
- Beroperasi pada Cp konstan
3. Sinkron ac (secara aerodinamik lebih
efisien)
- Memerlukan pangaturan ke rpm
yang tepat dan sinkronisasi
dengan jaringan
- Untuk turbin angin kecil tidak
4. Induksi sesuai diinterkoneksi dengan
jaringan karena kerumitan
pengontrolan rpm
- Dipakai pada turbin angin
karena :
Produksi missal
Murah
Biaya OM rendah
Mudah dikontrol
63
H. Sistem Kontrol
Secara umum sistem kontrol kelistrikan dari PLTB dapat dibagi menjadi 2
yaitu (i) kecepatan konstan (ii) kecepatan berubah. Keuntungan dari
sistem kecepatan konstan (fixed-speed) adalah murah, sistemnya
sederhana dan kokoh (robast). Sistem ini beroperasi pada kecepatan
putar turbin yang konstan dan menghasilkan daya maksimum pada satu
nilai kecepatan angin. Sistem ini biasanya menggunakan generator tak-
serempak (unsynchronous generator), dan cocok diterapkan pada daerah
yang memiliki potensi kecepatan angin yang besar. Kelemahan dari
sistem ini adalah generator memerlukan daya reaktif untuk bisa
menghasilkan listrik sehingga harus dipasang kapasitor bank atau
dihubungkan dengan grid. Sistem ini rentan terhadap pulsating power
menuju grid dan rentan terhadap perubahan mekanis secara tiba-tiba.
Gambar 3.7 menunjukan diagram skematik dari sistem ini.
64
DC, ataupun Inverter. Gambar 3.8 sampai dengan 3.11 adalah jenis-jenis
sistem PLTB kecepatan berubah.
Pada sistem variable speed 3.8 menggunakan generator induksi rotor
belitan. Karakteristik kerja generator induksi diatur dengan mengubah-
ubah nilai resistansi rotor, sehingga torsi maksimum selalu didapatkan
pada kecepatan putar turbin berapa pun. Sistem ini lebih aman terhadap
perubahan beban mekanis secara tiba-tiba, terjadi reduksi pulsating power
menuju grid dan memungkinkan memperoleh daya maksimum pada
beberapa kecepatan angin yang berbeda. Sayangnya jangkauan
kecepatan yang bisa dikendalikan masih terbatas.
65
Sistem variable speed 3.10 dan 3.11 adalah sistem PLTB yang dibedakan
berdasarkan jenis generator yang digunakan.
66
Apakah getaran pada sistem kontrol normal ?
Ya Tidak
Apakah suhu pada saat beroperasi dalam batas normal ?
Ya Tidak
Kualitas Output :
IEC 62257 SNI 04-3851.2-1995
SNI 04-6612.3.1-2002 SNI 04-6612.2-2001
I. Baterai
Pada sistem stand alone, dibutuhkan baterei untuk menyimpan energi
listrik berlebih yang dihasilkan turbin angin. Contoh sederhana yang
dapat dijadikan referensi sebagai alat penyimpan energi listrik adalah aki
mobil. Aki 12 volt, 65 Ah dapat dipakai untuk mencatu rumah tangga
selama 0.5 jam pada daya 780 watt.
67
J. Menara
Menara PLTB dapat dibedakan menjadi 3 jenis seperti gambar 3.12
dibawah ini. Setiap jenis menara memiliki karakteristik masing-masing
dalam hal biaya, perawatan, efisiensinya, ataupun dari segi kesusahan
dalam pembuatannya.
68
K. Rangkuman
Inspeksi Fisik adalah bagian dari pembinaan dan pengawasan bidang
ketenagalistrikan yang dilakukan oleh PNS Inspektur Ketenagalistrikan.
Selain inspeksi fisik bentuk bentuk lain inspeksi adalah pemeriksaan
instalasi listrik, pengawasan pengujian instalasi listrik, pengawasan
pengujian individual instalasi pembangkit, dan lain-lain
Pada Inspeksi Fisik PLTB, bagian-bagian yang diinspeksi adalah turbin,
gear box, transmisi mekanik, brake system, generator, sistem kontrol,
baterai dan menara.
Sebagai bagian dari pemenuhan persyaratan keteknikan maka bagian
bagian PLTB juga telah memiliki persyaratan khusus, baik standar
nasional maupun standar internasional.
L. Evaluasi
1. Alat untuk mengukur kecepatan angin :
a. Anemometer
b. Curretn Meter
c. Multi Tester
d. Speedometer
2. Pada PLTB terdapat Naccele (rumah/rangka) komponen manakah
yang tidak diinspeksi pada bagian naccele tersebut, kecuali
a. as rotor
b. Menara
c. rem
d. bantalan
3. Elemen-elemen yang diinspeksi pada transmisi daya mekanik PLTB
adalah sebagai berikut, kecuali :
a. Sabuk (belt)
b. Pulley
69
c. Kopling
d. Yaw Motor
4. Bagian PLTB yang berfungsi mengubah putaran rendah menjadi
putaran tinggi adalah :
a. Gear box
b. Transmisi mekanik
c. blade
d. rotor
5. Hal-hal yang diinspeksi pada bagian menara adalah sebagai berikut,
kecuali :
a. Pondasi
b. Tiang
c. Kemiringan tiang
d. Turbin
70
BAB IV
MATERI POKOK III
PENYUSUNAN LAPORAN
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran III ini, peserta
diklat/pembaca diharapkan mampu memahami dan menyusun Laporan
Inspeksi Fisik Instalasi PLTS dan PLTB.
71
Penyampaian laporan kegiatan inspeksi dapat dilakukan melalui :
1. Laporan lisan yakni melaporkan secara langsung kepada atasan
atau pemberi dana yang dilakukan secara langsung melalui diskusi
langsung dengan tatap muka, melalui telepon, sms dan sebagainya
yang sifatnya interaktif.
2. Laporan tulisan sederhana yaitu bentuk laporan dengan
menggunakan tulisan sederhana atau surat yang tidak terlalu formil
dan bisanya tidak bisa langsung interaktif.
3. Laporan formil dan lengkap adalah bentuk laporan dengan tata
bahasa ilmiah dan menggunakan format baku disertai dengan data
dukung kegiatan dan biasanya sudah dijilid rapi.
Sebuah laporan kegiatan bila dibuat secara sistematis setidaknya
mencakup hal-hal berikut :
1. Apa yang dilakukan
2. Mengapa itu dilakukan
3. Siapa yang melakukan
4. Dimana tempat melakukan
5. Kapan waktu melakukan
6. Bagaimana cara melakukan
72
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum
Uraian antara lain mengenai dasar pelaksanaan inspeksi fisik
instalasi PLTS, pemilik instalasi PLTS, lokasi instalasi, kapasitas
terpasang, tujuan melakukan inspeksi.
1.2 Riwayat Instalasi
Uraian antara lain mengenai tahun pembangunan dan pemasangan,
konsultan perencana, kontraktor pelaksana pembangunan dan
pemasangan, konsultan pengawas, perusahaan pengeoperasian
instalasi PLTS.
1.3 Pelaksanaan Inspeksi Fisik Instalasi PLTS
Uraian antara lain mengenai waktu pelaksanaan, lembaga inspeksi
teknis, peralatan inspeksi, pekerjaan inspeksi (jumlah dan rincian
instalasi yang akan diinspeksi)
1.4 Referensi
Uraian antara lain mengenai peraturan perundangan yang terkait,
standar terkait yang dieprgunakan, prosedur-prosedur inspeksi.
73
2.4 Hasil Inspeksi
Hasil pemeriksaan secara visual :
Uraian antara lain mengenai data nameplate peralatan utama,
perlengkapan/peralatan pengamanan kebakaran,
perlengkapan/peralatan terhadap bahaya benda bertegangan,
perlengkapan/perlatan sistem keselamatan ketenagalistrikan (K2),
instalasi, kebocoran minyak, pelumas, pembumian peralatan.
LAMPIRAN
1. Data-data hasil inspeksi
2. Beriat acara pelaksanaan inspeksi.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum
Uraian antara lain mengenai dasar pelaksanaan inspeksi fisik
instalasi PLTB, pemilik instalasi PLTB, lokasi instalasi, kapasitas
terpasang, tujuan melakukan inspeksi.
74
1.2 Riwayat Instalasi
Uraian antara lain mengenai tahun pembangunan dan pemasangan,
konsultan perencana, kontraktor pelaksana pembangunan dan
pemasangan, konsultan pengawas, perusahaan pengeoperasian
instalasi PLTB.
1.3 Pelaksanaan Inspeksi Fisik Instalasi PLTB
Uraian antara lain mengenai waktu pelaksanaan, lembaga inspeksi
teknis, peralatan inspeksi, pekerjaan inspeksi (jumlah dan rincian
instalasi yang akan diinspeksi)
1.4 Referensi
Uraian antara lain mengenai peraturan perundangan yang terkait,
standar terkait yang dieprgunakan, prosedur-prosedur inspeksi.
75
perlengkapan/perlatan sistem keselamatan ketenagalistrikan (K2),
instalasi, kebocoran minyak, pelumas, pembumian peralatan.
LAMPIRAN
1. Data-data hasil inspeksi
2. Berita acara pelaksanaan inspeksi
76
DAFTAR PUSTAKA
Jati, Raden Waluyo, 2010, Modul Inspeksi Fisik PLTS, Pusdiklat KEBT
Winarto, Sonden & Ahmad Khulaemi, 2010, Modul Komponen PLTB,
Pusdiklat KEBT.
SPLN D3.022-1 : 2012, Kriteria desai modul fotovolatik sel kristal dan Tin
film.
77
SPLN D6.001 : 2012, Persyaratan minimum uji komisioning dan inspeksi
pembangkit listrik tenaga surya – PLTS.
www.energiportal.com
http://en.wikipedia.org/wiki/Wind_turbine
http://www.otherpower.com/otherpower_wind.html
http://www.windenergy.org
http://www.windpower.org
www.Indone5ia.wordpress.com/2011/09/05/Mendesain-sistemturbinangin
78
KUNCI JAWABAN EVALUASI
BAB II
1. d
2. d
3. a
4. b
5. c
Kunci jawaban ini digunakan oleh peserta untuk mengevaluasi diri sendiri
berdasarkan hasil atau jawaban yang telah dibuat, yakni dengan
mencocokkannya dengan kunci jawaban, dengan keterangan :
a. Rumus Tingkat Penguasaan : Jumlah jawaban yang benar x 100
Jumlah jawaban
BAB III
1. a
2. b
3. d
4. a
5. d
Kunci jawaban ini digunakan oleh peserta untuk mengevaluasi diri sendiri
berdasarkan hasil atau jawaban yang telah dibuat, yakni dengan
mencocokkannya dengan kunci jawaban, dengan keterangan :
79
b. Arti tingkat penguasaan : 90 - 100 % = Baik Sekali
80 - 89 % = Baik
70 – 79% = Cukup
< 70 % = Kurang
80