Proposal Denis Pratama 2
Proposal Denis Pratama 2
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH:
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
DENIS PRATAMA
1913060040
Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing
Puji syukur atas karunia yang Allah SWT berikan, atas limpahan
rahmat, dan kasih sayangnya atas petunjuk dan bimbingan yang telah
dengan baik.
proses penulisan Skripsi ini berlangsung. Selain itu ucapan terima kasih
Budi Medan.
i
7. Orang tua penulis dan seluruh keluarga yang memberikan motivasi
baik secara moril ataupun meteril dan doanya sehingga penulis Proposal
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari para
pembaca untuk kebaikan tulisan ini nantinya. Atas perhatian dari para
pembaca penulis ucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Penulis
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of giving prebiotics in the
form of gembili tuber flour on the blood profile of quail which included
hemoglobin levels, erythrocyte levels, leukocyte levels, and HCT levels. The
research design used was a Completely Randomized Design (CRD) with 4
treatments 5 replications where there were 10 quails in each replication. The
treatments given were as follows: P0: Basal ration + Giving 0% of gembili tuber
flour (control), P1: Basal feed + Giving of 0.3% of gembili tuber flour, P2: Basal
ration + Giving of 0.6% of gembili tuber flour, P3: Basal Ration + 0.9% Sweet
Potato Flour. Parameters observed were the number of erythrocytes, hemoglobin,
hematocrit and leukocytes. The results of statistical analysis using analysis of
variance (ANOVA) showed that the highest number of erythrocytes was found in
treatment P0, namely 3.534 (106/µl3) and the lowest in treatment P3, namely
3.093 (106/µl3), very significantly different (P<0.01) levels The highest treatment
hemoglobin was in treatment P0 which was 12.285 g/dl and the lowest treatment
was in treatment P3 which was 10.306 g/dl, very significantly different (P<0.01),
the highest treatment hematocrit was in P0 which was 33.414% and the lowest
was in treatment P3 which was 30.392 %, very significantly different (P <0.01), in
the results of the study the highest number of leukocytes was found in treatment
P0, namely 10.178 (103/ µl3) and the lowest was in treatment P2, namely 8.396
(103/ µl3) significantly different (P <0.01 ).
iv
RIWAYAT HIDUP
dari ayah Hanafi dan ibu Ermayani penulis merupakan anak ke 1 dari 2
bersaudara.
Negeri 104186 di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal. Tahun 2015 telah
SPP Snakma Muhammdiyah Tanjung Anom dan pada tahun 2019 penulis
jl Sei Glugur Rimbun Gg Seri Pancur Batu dari tanggal 9 Desember 2022 sampai
DAFTAR ISI
v
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
ABSTRAK.............................................................................................................iii
ABSTRAC..............................................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
PENDAHULUAN...................................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................1
Tujuan Penelitian.........................................................................................2
Hipotesis Penelitian......................................................................................2
Kegunaan Penelitian.....................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
Puyuh............................................................................................................4
Kebutuhan Nutrisi Puyuh.............................................................................5
Pakan Puyuh.................................................................................................8
Prebiotik dan Umbi Gembili........................................................................8
Profil Darah................................................................................................10
vi
Parameter Penelitian...................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
LAMPIRAN..........................................................................................................35
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
vii
1. Kebutuhan Nutrisi Puyuh Fase Starter.............................................6
2. Kebutuhan Nutrisi Puyuh Fase Grower............................................7
3. Kebutuhan Nutrisi Puyuh Fase Layer...............................................7
4. Ransum Basal Penelitian..................................................................14
5. Rekapitulasi pengaruh tepung umbi gembili sebagai prebiotik
Profil darah puyuh meliputi, eritrosit, hemoglobin, hematokrit
dan leukosit………………………………………………………..19
6. Rerata pengaruh prebiotik dari tepung umbi gembili terhadap
jumlah eritrosit…………………………………………………….20
7. Rerata pengaruh prebiotik dari tepung umbi gembili terhadap
kadar hemoglobin………………………………………………….21
8. Rerata pengaruh prebiotik dari tepung umbi gembili terhadap
kadar hematokrit…………………………………………..............21
9. Rerata pengaruh prebiotik dari tepung umbi gembili terhadap
jumlah leukosit…………………………………………………….22
DAFTAR GAMBAR
viii
No. Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
ix
No. Judul Halaman
x
PENDAHULUAN
Latar Belakang
kandang yang luas dan sudah mulai bertelur pada umur 6-7 minggu (Alamfanah,
2011). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi fisilogis dari puyuh,
diantaranya faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik biasanya bawaan dari
induknya, sedangkan fakor lingkungan berasal dari suhu, temperatur, pakan, dan
puyuh selama periode starter atau pada umur 1-21 hari adalah dengan
bawah hutan tetapi sampai saat ini masih merupakan tanaman subsistem, yaitu
bioaktif atau senyawa fungsional, selain komponen yang berperan sebagai bahan
disintesis terutama dari metabolit-metabolit primer seperti asam amino, asetil Co-
1
2
A, asam mevalonat dan zat antara dari jalur shikimat. Umbi gembili juga
(Dioscorea esculenta) terhadap profil darah pada puyuh. Karena umbi gembili
memiliki kandungan asam amino serta kandungan alkaloid dan fenol dimana
Tujuan Penelitian
prebiotik berupa tepung umbi gembili terhadap profil darah puyuh, yang meliputi
Hipotesis Penelitian
Kegunaan Penelitian
Puyuh
Serikat pada tahun 1870, yang disebut dengan Bob White Quail, Colinus
Virgianus. Burung puyuh memiliki tubuh yang kecil, pertumbuhan yang cepat,
dewasa kelamin lebih awal, produksi telur yang relatif tinggi, interval generasi
dalam waktu singkat, dan periode inkubasi relatif cepat (Vali, 2008; Khalil,
2015). Banyak jenis burung puyuh yang tersebar di seluruh dunia, termasuk
produksi telur rendah, namun mempunyai warna bulu yang indah sehingga
kesayangan atau game bird yang selalu diburu baik untuk tujuan konsumsi
ataupun hanya sekedar hobi. Jenis burung puyuh yang dipelihara di Indonesia
susciator, dan Rollus roulroul yang dipelihara sebagai burung hias karena
kecepatan tinggi namun dengan jarak tempuh yang pendek dan bersarang di
4
5
Ordo : Galformes
Famili : Phasidae
Genus : Coturnix-coturnix
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh
relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga
Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini
Pakan adalah bahan pakan tunggal atau campuran, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan
dengan fase pertumbuhan atau umur burung puyuh serta ketersediaan dan
seluruh unsur gizi itu dipadukan dan digunakan untuk kebutuhan hidupnya,
berperan penting secara ekonomis dalam industri unggas. Rasio konversi pakan
pada burung puyuh lebih tinggi dibandingkan dengan broiler yaitu pada burung
kandungan energinya terlalu tinggi, sedangkan konsumsi yang tinggi namun jika
(SNI). Mutu pakan anak burung puyuh (quail starter) sesuai SNI 01-3905-2006,
burung puyuh dara (quail grower) sesuai SNI 01-3906-2006, dan burung puyuh
petelur (quail layer) sesuai SNI 01-3907-2006, seperti tercantum pada Tabel
1,2, dan 3.
8
Pakan Puyuh
Pakan puyuh yang digunakan terdiri dari berbagai ransum basal yang
berupa : Jagung giling, Dedak, Bungkil kedelai, Tepung ikan, Minyak, Premix
bahan pangan yang tidak dapat dicerna oleh sistem pencernaan manusia.
Prebiotik di dalam usus besar akan menjadi substrat bagi bakteri baik di dalam
FOS secara alami terjadi pada karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh
dan tipis, sedangkan umbinya berwarna putih bersih, bertekstur kenyal, dan
berasa khas (Anonim 2012). Komponen terbesar dari umbi gembili adalah
sehingga menimbulkan rasa manis, dengan kadar gula 7–11% dari berat
merupakan bahan bioaktif yang berfungsi sebagai serat pangan larut air dan
darah dan kadar total kolesterol (LDL) (Trustinah dan Kasno 2013).
Komponen terbesar dari umbi gembili adalah karbohidrat 27- 30%, yang
tersusun dari amilosa 14,2% dan amilopektin 85,8%. Umbi gembili memiliki
bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Inulin merupakan serat pangan larut (soluble
10
dietary fiber) yang bermanfaat bagi pencernaan dan kesehatan tubuh (Sardesai,
2003).
Hemoglobin
molekul oksigen dan heme, suatu cincin tetrapirol porfirin yang mengandung
besi (ferro), kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah
(Tarwoto, 2008).
11
dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-
Hemoglobin adalah senyawa protein komplek yang terdiri dari zat besi yang
Eritrosit
atau sel darah merah merupakan sel yang berbentuk cakram bikonkaf, tidak
7,5 mikron meter dan tebal 2,0 mikron meter. Jumlah di dalam tubuh paling
banyak kira-kira mencapai, 4,5-5 juta/mm dan memiliki bentuk yang bersifat
elastis agar bisa berubah bentuk ketika melalui berbagai macam pembuluh darah
respons terhadap hipoksia pada jaringan tubuh (Guyton dan Hall, 2006).
Fungsi utama eritrosit atau sel darah merah yang mengandung hemoglobin
2007).
Leukosit
atau sel darah putih memiliki ciri khas sel yang berbedabeda, secara umum
leukosit memiliki ukuran lebih besar dari eritrosit, tidak berwarna dan dapat
melakukan pergerakan dengan adanya kaki semu dengan masa hidup 13-20 hari.
12
Jumlah leukosit paling sedikit di antara ketiga jenis sel darah di dalam tubuh,
Leukosit merupakan sel yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh yang
tubuh terhadap berbagai penyakit dengan cara fagosit dan menghasilkan antibodi
(Junguera, 1977).
Hematokrit (HCT)
keseluruan Pengertian dari hemotokrit 40% berarti bawah darah terdiri atas
Pada hewan, nilai hemotokrit normal sebanding dengan jumlah sel darah
merah dan kadar hemoglobin. Jika jumlah sel darah merah dan kadar
Hal ini dapat di pengaruhi oleh stress yang di alami pada saat transportasi
Bahan dan alat untuk analisis profil darah yaitu 1 ekor setiap unit
percobaan, EDTA, HCl 0,1 N, aquades, asam asetat, gentian violet, larutan
hayem, larutan gower, larutan formal sitrat, formalin 40% , Spuit, Termos es
Bahan dan alat untuk ransum basal penelitian yang digunakan adalah
100 ekor puyuh umur 2 minggu, ransum basal penelitian disusun dengan
kkal/kg dan protein kasar 22%. kandang puyuh sebanyak 20 unit dimana
digital, pisau dan nampan. Ransum basal dapat dilihat pada Tabel 4
Metode Penelitian
13
14
Yij = µ + τi + εij
Keterangan :
Yij = Hasil pengamatan pengaruh perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Nilai rata-rata umum
τi = Pengaruh perlakuan sinbiotik ke-i
εij = Galat percobaan akibat perlakuan sinbiotik ke-i dan ulangan ke-j
i = (1,2,3,4)
j = (1,2,3,4,5)
t ( n-1) ≥ 15
4 ( n-1) ≥ 15
4 n – 6 ≥ 15
n ≥ 15 + 4
n ≥ 19 / 4
n ≥ 4,75 = 5
Sisworhardjono (1982)
Analisa Data
terdapat perbedaan yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji beda wilayah
Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan tepung umbi gembili dibuat dengan cara umbi gembili dikupas
kulitnya, kemudian dicuci, diiris kecil-kecil dan dijemur dibawah sinar matahari
hingga kering. Umbi gembili yang sudah kering lalu digiling selanjutnya
Persiapan Kandang
setiap kotak atau unit berukuran 0,40 m, model kandang yang digunakan
Pembuatan Pakan
dedak padi, bekatul padi, bungkil kedelai, tepung darah, tepung ikan,
umbi gembili Yang mana dari semua bahan pakan di campur untuk di
percobaan berisi 5 ekor puyuh. Ransum basal dan air minum diberikan
hemoglobin dan packed cell volume (PCV) dilakukan pada saat puyuh
umur 6 minggu dengan cara mengambil secara acak satu ekor puyuh dari
Parameter Penelitian
1. Kadar hemoglobin
2. Kadar eritrosit
18
mengembil darah hingga 0,5 dan mengisap larutan Hayem sampai batas
4 tetes lalu meneteskan pada kaca neubauer yang sudah ditutup dek glass.
3. Kadar leukosit
4. Kadar HCT
Hasil
Tabel 5. Rerata Rekapitulasi hasil penelitian pengaruh tepung umbi gembili sebagai
prebiotik terhadap profil Darah Puyuh meliputi, eritrosit, hemoglobin, hematokrit,
leukosit.
Parameter
Perlakuan Eritrosit Hemoglobin Hematokrit Leukosit
(106/ µl3) (g/dl) (%) (103/ µl3)
P0 3,534C 12,285 C
33,414C 10,179B
P1 3,212B 10,595 B
31,155B 8,407A
P2 3,131A 10,403B 30,753A 8,396A
P3 3,093A 10,306A 30,392A 8,420A
Keterangan : Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukan hasil
yang berbeda sangat nyata(p<0,01)
Eritrosit
Eritrosit (sel darah merah) pada unggas yang mempunyai nukleus, dan
µl3) yang disajikan pada lampiran 1, dan perlakuan eritrosit yang terendah
sebesar 3,093 (106/ µl3). Setelah dialanjut dengan uji lanjut beda nyata jujur
(BNJ) diperoleh hasil P0 berbeda sangat nyata dengan P1,P2 dan P3.
Tabel 6. Rerata pengaruh pemberian tepung umbi gembili terhadap jumlah eritrosit ( 106/ µl3)
Ulangan
RERAT
Perlakuan JUMLAH
A
5
1 2 3 4
Hemoglobin
berbeda sangat nyata (P<0,01) terdapat pada lampiran 2, dimana rerata jumlah
hemoglobin tertinggi terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 12,285 g/dl, dan
yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 10,306 g/dl. Setelah itu
dilanjut dengan uji lanjut BNJ. Dengan hasil perlakuan P0 berbeda sangat nyata
Tabel 7. Rerata pengaruh pemberian tepung umbi gembili terhadap kadar hemoglobin (g/dl)
Ulangan
Perlakuan JUMLAH RERATA
5
1 2 3 4
Hematokrit
sebagai prebiotik sebagai pakan puyuh mendapatkan hasil Disajikan pada Tabel
dilanjutkan dengan uji berbeda nyata jujur (BNJ) dengan hasil perlakuan P0
berbeda sangat nyata dengan P1, P2 dan P3. Dimana rerata kadar hematokrit
tertinggi terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 33,414% dan terendah pada
Tabel 8. Rerata pengaruh pemberian tepung umbi gembili terhadap jumlah hematokrit (%)
Perlakuan Ulangan JUMLAH
23
1 2 3 4 5 RERATA
P0 33,755 33,255 33,265 33,235 33,560 167,070 33,414C
P1 31,294 30,929 31,110 31,243 31,198 155,774 31,155B
P2 30,877 30,836 30,765 30,654 30,632 153,764 30,753A
P3 30,294 30,380 30,465 30,432 30,387 151,958 30,392A
Jumlah 126,220 125,400 125,605 125,564 125,777 628,566 31,428
Keterangan : Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil
yang berbeda nyata (p<0,01)
Leukosit
berbeda nyata (P<0,01) terdapat pada lampiran 4. Setelah di lakukan uji lanjut
Tabel 9. Rerata pengaruh pemberian tepung umbi gembili terhadap jumlah leukosit (103/ µl3)
Ulangan
Perlakuan JUMLAH RERATA
5
1 2 3 4
Pembahasan
24
penting untuk kehidupan selama sel tubuh dan menerima produk buangan
reproduksi, dan suhu tubuh, sedangkan secara eksternal akibat kuman dan
perubahan suhu lingkungan (Gayton dan Hall, 1997). Darah dalam tubuh
dibagi menjadi tiga yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
Eritsosit
sebesar 3,534 (106/ µl3), dan perlakuan eritrosit yang terendah sebesar 3,093
(106/ µl3). Hasil analisis sidik ragam pada lampiran 1, menunjukkan bahwa
umbi gembili terhadap jumlah eritrosit pada profil darah puyuh sebagai
pakan ternak berbeda nyata dimana yang tidak diberikan tepung umbi
gembili (kontrol) jauh lebih tinggi yaitu P0 yaitu 3,534 (106/ µl3) dan
dengan yang diberikan prebiotik berupa tepung umbi gembili dan dimana
pada perlakuan setelah dilakukan uji berbeda nyata jujur (BNJ) pada
hal ini terjadi diduga karena penambahan prebiotik yang berupa tepung umbi
al., (2001), menyatakan bahwa kurangnya prekusor seperti zat besi dan asam
penyerapan atau nilai gizi yang berkurang pada pakan yang diberikan
kelamin, umur.
Selain itu suhu pada penelitian ini berkisar antara 34 - 35 0C, hal ini
massa sel darah serta dipengaruhi oleh jenis kelamin dan faktor lingkungan
Hemoglobin
adalah 12,3 g/dl. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung umbi
P3 yaitu 12,285 g/dl, 10,595 g/dl, 10,403 g/dl, dan 10,306 g/dl yang disajikan
27
pada tabel 3, rata-rata analisis kadar hemoglobin pada penelitin ini berkisar
(pemberian prebiotik berupa tepung umbi gembili 0,9%) yaitu 10,306 g/dl.
setelah di uji lanjut berbeda nyata jujur (BNJ) terdapat pada lampiran 2
terdapat berpengaruh tidak nyata pada perlakuan P1 yaitu 10,595 g/dl dan P2
yaitu 10,403 g/dl , dimana semakin banyak pemberian tepung umbi gembili
kadar hemoglobinnya.
pada saat jumlah eritrosit meningkat maka kadar hemoglobin dalam darah
puyuh yaitu 10,7 - 14,3 g/dl. Kadar hemoglobin yang rendah menyebabkan
ekskresi CO2 tidak efisien sehingga keadaan dan fungsi sel akan mengalami
penurunan.
pakan, nilai gizi dan lingkungan dan aktivitas, selain itu kadar Hb darah juga
dipengaruhi oleh kecukupan pakan dan protein dalam pakan serta kecernaan
nutrien seperti protein, terutama glisin, dan mineral besi (Adriani et al.,
2010).
Hematokrit
pemberian tepung umbi gembili pada pakan puyuh berpengaruh sangat nyata
gembili pada pakan ransum basal berbeda sangat nyata (P<0,01) terdapat pada
hematokrit pada perlakuan P1,P2 dan P3 yaitu 31,155%, 30,753% dan 30,392%
dimana pada saat pemberian ransum basal dengan perlakuan P0 yaitu 33,414%
lampiran 3. Berbeda sangat nyata (P<0,01). menurut Mitruka et al. (1977) nilai
prebiotik berupa tepung umbi gembili dari P1 sebanyak 0,3%, P2 sebanyak 0,6%
dan P3 sebanyak 0,9% yaitu 30,392%. Sehingga kadar hematokrit rendah dan
(2005) kekurangan salah satu nutrisi yang terdapat pada pakan akan berakibat
penurunan produksi eritrosit atau dapat juga dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran
Leukosit
Leukosit merupakan sel darah yang memiliki inti sel dan memiliki
tubuh.
berturut-turut adalah 10,179 (103/µl3), 8,407 (103/µl3), 8,396 (103/µl3) dan 8,420
(103/ µl3).
gembili dalam ransum basal pakan puyuh berpengaruh berbeda nyata (P<0,01)
terhadap jumlah leukosit puyuh. Kisaran normal jumlah leukosit puyuh adalah 20
terdapat pada perlakuan P0 (kontrol) yaitu sebesar 10,179 (103/µl3) dan yang
sebesar 8,396 (103/µl3). Dari hasil penelitian analisis sidik ragam terdapat
terdapat penurunan jumlah leukosit terhadap profil darah puyuh yang terjadi pada
perlakuan P0 10,179 (103/µl3) sampai pada perlakuan P2 8,396 (103/µl3) tetapi naik
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam secara statistic dalam uji lanjut
berbeda nyata jujur (BNJ) menunjukkan bahwa pemberian tepung umbi gembili
31
Kesimpulan
Saran
Afria, AUE., Sjofj an, O., dan Widodo, E. 2013. Effect of Addition of Choline
Chloride in Feed on Quail (Coturnix coturnix japonica) Production
Performance. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
Alamfanah, A.. Pengurusan Burung Puyuh
http://urusburungpuyuh.blogspot.com/. Diakses tanggal 18 Februai 2012.
Huss, D., Poynter, G., dan Lansford, R. 2008. Japanese Quail (Coturnix
japonica) as a Laboratory Animal Model. Lab animal, vol. 37, no. 11, pp.
513.
Listiyowati, E., dan Roospitasari, K.,2005. Burung Puyuh Tata Laksana secara
Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta
Mitruka, B.M., Howard M.R. and Bahran V.V. 1977. Clinical Biochemical and
Hematological Reference Values in Experimental Animals. Masson Pbl.
USA, Inc New York.
Setyono, H., Kusriningrum., Nurhajati, T., Sidik, R., Al-Arief, A., Lamid, M.,
dan Lokapirnasari, WP. 2013. Buku Ajar Teknologi Pakan Hewan.
Surabaya: Airlangga University Press.
Slamet, W. 2014. Beternak & Berbisnis Puyuh 3,5 Bulan Balik Modal. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
SNI (Standar Nasional Indonesia). 2006a. Ransum Puyuh Dara Petelur (Quail
Starter).
SNI (Standar Nasional Indonesia). 2006b. Ransum Puyuh Dara Petelur (Quail
Grower).
SNI (Standar Nasional Indonesia). 2006c. Ransum Puyuh Dara Petelur (Quail
Layer).
Tarwoto & Wartomeh, (2008), Keperawatan medikal bedah: gangguan sistem
hematologi, Trans Info Media Jakarta, pp. 9- 21.
Vali, N. 2008. The japanese quail: A Review. Int. J. Poultry Sci. 7 (9): 925-931
Jayanti, A. M. 2011. Pengaruh Konsumsi Protein dan Mineral Besi (Fe) terhadap
Profil Darah Puyuh yang Diberi Tepung Daun katuk dan Murbei Dalam
Pakan. Skripsi. Fakultas institut pertanian bogor, bogor
Schalm. (1975). Veterinary Hematology, 3th ed. Philadelphia : Lea and Febriger.
Hoffbrand, A.V, dan J.E. Pettit. 2007. Kapita Selekta Hematologi. Bina Rupa
Aksar. Jakarta.
Guyton AC, Hall JE. 2006. Medical Physiology Edisi 11. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
TABEL ANOVA
F TABEL
SK DB JK KT FH
0.05 0.01
Total 19 0.6795
Keterangan : Sangat Nyata
Koefisien Keragaman (KK) = 0,021%
Dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) karena KK kecil (dibawah 5%)
kondisi homogen (RAL)
Simbol Nilai
KTG 0,0047
r (ulangan) 5
Sy 0,0153
p (jumlah perlakuan 4
v (derajat bebas galat) 16
Q 0.05 (p.v) 4,05
Q 0.01 (p.v) 5,19
W 0.05 0,062325
W0.01 0,07906
36
P3 3.093 A
P2 3.131 A
P1 3.212 B
P0 3.534 C
TABEL ANOVA
F TABEL
SK DB JK KT FH
0.05 0.01
Total 19 13.583
Dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) karena KK kecil (dibawah 5%)
kondisi homogen (RAL)
Simbol Nilai
KTG 0,0332
r (ulangan) 5
Sy 0,040771
p (jumlah perlakuan 4
v (derajat bebas galat) 16
Q 0.05 (p.v) 4,05
Q 0.01 (p.v) 5,19
W 0.05 0,16512
W 0.01 0,21160
TABEL ANOVA
F TABEL
SK DB JK KT FH
0.05 0.01
Total 19 28.107
Dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) karena KK kecil (dibawah 5%)
kondisi homogen (RAL)
Simbol Nilai
KTG 0,02267
r (ulangan) 5
Sy 0,03367
p (jumlah perlakuan 4
v (derajat bebas galat) 16
Q 0.05 (p.v) 4,05
Q 0.01 (p.v) 5,19
W 0.05 0,136347
W0.01 0,174726
Ulangan
Perlakuan JUMLAH RERATA
5
1 2 3 4
TABEL ANOVA
F TABEL
SK DB JK KT FH
0.05 0.01
Total 19 12.276
Keterangan : Berbeda Nyata
Koefisien Keragaman (KK) = 0,020%
Dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) karena KK kecil (dibawah 5%)
kondisi homogen (RAL)
Simbol Nilai
KTG 0,0320
r (ulangan) 5
Sy 0,0400
p (jumlah perlakuan 4
v (derajat bebas galat) 16
Q 0.05 (p.v) 4,05
Q 0.01 (p.v) 5,19
W 0.05 0,1620
W 0.01 0,207619
P3 8.4198 A
P0 10.1788 B