Anda di halaman 1dari 11

TUBERKULOSIS

NAMA / NIM :
1. Devi Ayu Setyaningsih 20204010282
2. Noni Rinasmara Fadhilah 20214010023
3. Diannisa Rahma Dewanti 20214010083
4. Dede Nova Sholihah 20214010094
5. Muhammad Abdurrahim 20214010106
6. Fisma Kartika Dewi 20214010128

BAGIAN : Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)


KASUS : Tuberkulosis

P Identitas
R
 Nama : Nn. KH
O
 Usia : 15 tahun
B
 Alamat : Surobayan, Argomulyo, Sedayu, Bantul
L
 Pekerjaan : Pelajar
E
 Pendidikan: SMK
M
 Agama : Islam

Keluhan Utama
Kontrol TB
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorag pasien usia 15 tahun datang ke balai pengobatan umum puskesmas Sedayu 1 dengan tujuan untuk kontrol TB. Saat kontrol
pasien sudah menjalani pengobatan selama 2 bulan. Saat ini pasien mengeluh suaranya serak, sering mual, nafsu makan sangat
berkurang, dan belum haid selama 2 bulan terakhir, keluhan lain seperti batuk berdahak dan berkeringat saat malam hari sudah
berkurang.
Pasien didiagnosis Tuberkulosis pada bulan Desember di Puskesmas Sedayu I dengan keluhan awal batuk berdahak selama ± 1
bulan. Dahak berwarna kecoklatan tanpa disertai bercak darah. Keluhan dirasakan semakin lama semakin memberat sejak 1 minggu
sebelum pasien datang berobat. Pasien juga mengeluh sering berkeringat dingin terutama pada malam hari. Selain itu, pasien juga
mengaku mengalami penurunan berat badan ± 3 kg dalam kurun waktu 1 bulan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Asma, batuk lama, penyakit paru disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi, diabetes melitus, asma, penyakit paru disangkal.
Riwayat Penyakit Sosial
Teman satu sekolah menderitaTBC (+)

Pemeriksaan Fisik
KU : tampak lemas, kesadaran compos mentis
Vital Sign :
TD : 900/70 mmHg RR :20 x/menit SpO2 :
98%
HR : 85 x/menit T : 36.5o C
Status Gizi :
TB : 157 cm BB : 28 kg IMT = 11,35 kg/m2 (underwight/gizi kurang)

Status Generalis :
Kepala :
- Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
- Telinga, hidung, mulut dalam batas normal
Leher : pembesaran limfonodi (-), defiasi trakea (-)
Thorax :
- Paru : Didapatkan perabaan taktil fremitus pada apex pulmo dekstra dan sinistra menurun dan pada auskultasi ditemukan
adanya suara ronkhi pada apex di kedua pulmo.
- Jantung : S1-S2 tunggal, murmur/bising jantung (-)
Abdomen, dan ekstremitas: dalam batas normal.
Pemeriksaan Penunjang
BTA (tanggal 24 Desember 2022)
Sewaktu = -
Pagi =-
H Tuberkulosis Paru
Y
P
O
T
H
E
SI
S
M Pengertian
E
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.. Penyebaran
C
penyakit TB bersumber dari orang ke orang melalui udara, ketika orang dengan TB paru batuk, bersin atau meludah sehingga
H
mendorong kuman TB ke udara bebas. Seseorang dapat terinfeksi penyakit TB hanya dengan menghirup kuman TB masuk ke dalam
A
paru-paru.
NI
Patofisiologi
S
Tuberkulosis adalah penyakit yang menular lewat udara (airborne disease). Patogenesis dari TB terkait erat dengan respon imun dari inang
M
(host). Kuman TB dalam percik nerik (droplet nuclei) yang ukurannya sangat kecil (<5µm). Droplet nuklei dapat bertahan di udara hingga
beberapa jam tergantung dari kondisi lingkungan. Droplet nuklei memiliki sifat aerodinamis yang memungkinkannya masuk ke dalam saluran
napas melalui inspirasi hingga mencapai bronkiolus respiratorius dan alveolus. Bila inhalasi droplet nuklei yang terinhalasi berjumlah sedikit,
kuman TB yang terdeposisi pada saluran napas akan segera difagosit dan dicerna oleh sistem imun nonspesifik yang diperankan oleh makrofag.
Namun jika jumlah kuman TB yang terdeposit melebihi kemampuan makrofag untuk memfagosit dan mencerna, kuman TB dapat bertahan dan
berkembang biak secara intraseluler di dalam makrofag hingga menyebabkan pneumonia tuberkulosis yang terlokalisasi. Kuman yang berkembang
biak di dalam makrofag ini akan keluar saat makrofag mati. Sistem imun akan merespon dengan membentuk barrier atau pembatas di sekitar area
yang terinfeksi dan membentuk granuloma. Jika respon imun tidak dapat mengontrol infeksi ini, maka barrier ini dapat ditembus oleh kuman TB.
Kuman TB, dengan bantuan sistem limfatik dan pembuluh darah, dapat tersebar ke jaringan dan organ yang lebih jauh misalnya kelenjar limfatik,
apeks paru, ginjal, otak, dan tulang.

Kuman TB yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
fokus primer. Fokus primer ini dapat timbul di bagian mana saja dalam paru. Dari fokus primer akan terjadi peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Fokus primer
bersamasama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu kejadian berikut:
sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali, sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik, sarang
perkapuran di hilus), atau menyebar secara hematogen, limfogen, bronkogen atau perikontinuatum. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan TB
pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya
Gejala TBC :
- Batuk berdahak > 2minggu

- Badan lemas, malaise

- Nafsu makan menurun

- Berat badan menurun

- Berkeringat saat malam hari tanpa kegiatan fisik

- Demam > 1 bulan


M -
O
R
E
IN
F
O
D - Bagaimana pengobatan Tuberculosis ?
O - Bagaimana efek samping pengobatan Tb ?
N’
T
K
N
O
W
L Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada era pandemic ini kasus tuberculosis menjadi hal yang
E penting di perhatikan, terkait gejala yang sama yaitu batuk. TB pada anak juga memiliki permasalahan khusus yang berbeda dengan
A orang dewasa seperti kesulitan diagnosis, pengobatan, dan belum optimalnya program pencegahan
R
NI
N
G
IS
S
U
E
S
P Penatalaksanaan tuberculosis pada anak
R Anak umumnya memiliki jumlah kuman yang lebih sedikit (pausibasiler) sehingga rekomendasi pemebrian 4 macam OAT pada
O
B
L
E
M
S
O
L
VI
N
G

fase intensif hanya diberikan kepada anak dengan BTA positif, TB berat dan TB dewasa. Terapi TB anak dengan BTA negatif
menggunakan panduan INH, Rifampisin, dan pirazinamid pada fase inisial (2 bulan pertama) diikuti Rifampisin dan INH pada 4 bulan
fase lanjutan.
Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Kombinasi Dosis Tetap (KDT) mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.

2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan
penulisan resep.
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan
pasien

Terapi pasien pada kasus ini


Pada kasus ini pasien merupakan pasien baru dengan hasil BTA negatif. Berdasarkan klasifikasi pengobatan diatas, pasien pada
kasus ini menerima terapi TB kategori 1 yaitu 2HRZ/4HR
Berat badan awal pasien ialah 30 kg. Berdasarkan tabel dosis panduan OAT KDT anak, pada tahap intensif pasien meminum obat
5 tablet KDT (RHZ) setiap hari (1 kali sehari) selama 56 hari dan 5 tablet KDT (RH) pada tahap lanjutan sebanyak satu kali sehari
selama 16 minggu.

Efek samping pengobatan tuberculosis


Pengawasan efek samping
Sebagian besar pasien menyelesaikan pengobatan TB tanpa efek samping yang bermakna, namun sebagian kecil mengalami efek
samping. Oleh karena itu pengawasan klinis terhadap efek samping harus dilakukan. Pemeriksaan laboratorium tidak harus dilakukan
secara rutin.
Dalam memantau efek samping dapat dilakukan dengan dua cara:

- Pertama, dengan menerangkan kepada pasien untuk mengenal tanda-tanda efek samping obat dan segera melaporkannya kepada
dokter.
- Kedua, dengan menanyakan secara khusus kepada pasien tentang gejala yang dialaminya.

Efek samping obat tuberkulostatik dapat dibagi menjadi efek samping mayor dan minor (lihat tabel). Jika timbul efek samping
minor, maka pengobatan dapat diteruskan dengan dosis biasa atau kadang-kadang dosis perlu diturunkan. Dapat diberikan pengobatan
simptomatik. Jika timbul efek samping berat (mayor), maka pengobatan harus dihentikan. Pasien dengan efek samping mayor harus
ditangani pada pusat pelayanan khusus.
Tabel. Efek samping obat tuberkulosis dan penanganannya
Efek Samping Kemungkinan Penyebab Penanganan
MINOR Teruskan obat, periksa
Anoreksia, mual, sakit perut Rifampisin Berikan obat pada malam hari sesudah
makanan
Nyeri sendi Pirazinamid Aspirin
Rasa panas di kaki INH Piridoksin 100mg/hari
Urin kemerahan Rifampisin Terangkan kepada pasien
MAYOR Hentikan obat penyebab
Gatal-gatal, kemerahan di kulit Tiasetazon Hentikan obat
Ketulian Streptomisin Hentikan streptomisin, ganti dengan
etambutol
Pusing, vertigo. nistagmus Streptomisin Hentikan streptomisin, ganti dengan
etambutol
Ikterus (tanpa sebab lain) Berbagai antiTB Hentikan antiTB
Berbagai antiTB Hentikan obat, segera periksa fungsi hati
Muntah, bingung (kecurigaan gagal hati) dan waktu protrombin
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Syok, purpura, gagal ginjal akut Rifampisin Hentikan rifampisin

Pasien pada kasus ini sudah menjalani pengobatan TB selama 2 bulan, pasien mengeluhkan pipisnya berwarna merah namun efek
samping tersebut tidak berbahaya sehingga pengobatan masih bisa dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai