Laporan Pastoral Tahap III
Laporan Pastoral Tahap III
1
40
sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan,
tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?
Suruhlah dia membantu aku.”
41
Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri
dengan banyak perkara,
42
tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang
tidak akan diambil dari padanya.”
d. Pesan Iman
Allah telah menyediakan kesempatan kepada manusia untuk bekerja
mengusahakan segala hal baik untuk keberlangsungan hidupnya. Allah juga telah
memberi kesempatan kepada manusia untuk duduk mendengarkan pengajaran-Nya.
Sebagaimana Maria yang memanfaatkan kesempatan kedatangan Yesus ke rumahnya
dengan duduk dan belajar dari Yesus, kita pun diajak untuk memanfaatkan
2
kesempatan berahmat pada hari Minggu untuk belajar dari Tuhan. Tidak ada yang
salah dengan bekerja, tetapi akan jauh lebih baik jika kita hadir dalam persekutuan
doa sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Ia akan hadir di
sana (bdk.Mat.18:20).
Jangan sampai kita menjadi seperti Marta yang terlalu sibuk dengan
pekerjaan yang mana pada akhirnya hanya akan menimbulkan kegelisahan. Sebab
orang yang terlalu sibuk bekerja, cenderung khawatir akan hidupnya. Ia menjadi
orang yang kurang percaya pada penyelenggaraan Allah. Ia juga tidak memiliki
kesempatan untuk mendengarkan kehendak Allah dalam hidupnya. Perlu ada
keseimbangan antara kerja dan doa.
3
peribadatan di gereja, khususnya pada hari Minggu. Umat semakin rajin ke gereja
untuk sembahyang, tanpa khawatir akan pekerjaan-pekerjaan mereka.
Indikator dari keaktifan umat ke gereja adalah gedung gereja penuh setiap
hari Minggu. Semakin banyak umat mengisi setiap bangku yang ada di gereja. Tidak
hanya ibu-ibu tetapi bapak-bapak, anak-anak dan kaum muda juga hadir dalam
peribadatan.
d. Kegiatan-Kegiatan
Untuk mengatasi situasi umat yang masih belum sadar akan pentingnya
kegiatan doa bersama di gereja dapat dilakukan beberapa cara, yakni semakin sering
menyapa umat dengan kunjungan-kunjungan atau tourney, memberi pemahaman
yang benar tentang iman, memberi katekese tentang liturgi, dan memberi pelatihan
mengenai liturgi dan nyanyian-nyanyian Gereja. Tentu setiap program memerlukan
proses untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Karena itu, pelaksana kegiatan harus
terus menerus melakukannya sebab umat akan bisa karena terbiasa.
3. REFLEKSI PRIBADI
Saya sudah menjalani Tahun Orientasi Pastoral selama kurang lebih 9 bulan di
Paroki Santo Paulus Bunut. Banyak hal yang terjadi, banyak hal pula yang membantu
saya untuk semakin mengolah panggilan ini. Berkaitan dengan hidup doa, saya bersyukur
4
di komunitas pastoran, kami mempunyai kebiasaan untuk melakukan ibadat pagi dan
misa pagi bersama. Dengan demikian kebutuhan Ekaristi dapat terpenuhi. Selain itu saya
juga selalu melakukan doa pribadi pada pagi hari setelah bangun tidur dan pada malam
hari sebelum bangun tidur. Beberapa kali saya juga masih melakukan pemeriksaan batin
pada malam hari sekaligus merefleksikan perjalanan hidup selama satu hari. Hanya saja
tidak semua refleksi dapat saya tulis dalam buku. Saya menyadari bahwa segala hal di
dunia ini tidak terjadi wajar apa adanya. Tuhan selalu menjadi pihak yang menyebabkan
segalanya. Maka dalam doa saya berusaha untuk semakin menyadari kebesaran Tuhan
atas hidup saya.
Dalam kegiatan pastoral ini saya menyadari bahwa ilmu yang saya dapat di bangku
kuliah sungguh membantu, lebih-lebih ketika mempersiapkan renungan. Perlu suatu
pemahaman teologi yang memadai untuk mengkomunikasikan sabda Tuhan dengan
realitas umat. Namun demikian, pertanyaan-pertanyaan dan persoalan umat juga menjadi
suatu hal yang mendesak dan menuntut suatu jawaban. Pengetahuan teologi yang saya
kuasai sedikit mampu untuk menjawab beberapa pertanyaan, tetapi ada banyak juga
persoalan yang belum menemukan jawaban. Karena itu saya menyadari bahwa saya
masih perlu belajar dan menimba pengetahuan, sehingga apa yang saya punya itu dapat
saya bagikan kepada mereka yang membutuhkan.
Dalam menjalani TOP ini tentu tidak hanya pengalaman sukacita yang saya alami,
ada juga pengalaman duka. Tetapi segala pengalaman yang ada itu, saya refleksikan
sebagai suatu proses yang tidak bisa tidak harus dialami. Untuk membentuk pejuang yang
tangguh tentu tidak hanya diuji dengan ujian yang menyukakan, tetapi juga harus ada
pengalaman yang menyusahkan. Saya sungguh bersyukur atas apa yang saya alami
semasa pastoral ini dan sampai saat ini saya merasa semakin kuat dalam panggilan ini.
Bagi saya Tuhan sungguh baik, sebab pengalaman yang terjadi selama ini dapat membuat
kelemahan saya menjadi kekuatan saya. Berkat-Nya, kini saya merasa bahwa saya telah
menjadi pribadi yang selalu siap sedia dalam tugas dan tanggungjawab apapun.
Pengalaman semasa TOP memberi gambaran baru seorang gembala ideal di tengah
umat. Begitu banyak persoalan di tengah umat membuat seorang gembala itu harus serba
bisa dan punya wawasan yang luas. Karena dalam kenyataan, umat akan selalu bertanya
dan meminta jalan keluar kepada para gembala atas segala hal yang mereka alami. Lalu
5
gembala juga harus menjadi gembala yang berani dan tangguh. Medan pastoral bukanlah
medan yang mudah. Di setiap sudut punya kesulitan. Apabila gembala tidak cakap, maka
dombapun akan hilang. Tak kalah penting gembala yang baik juga adalah gembala yang
mau mendengarkan domba-dombanya. Sepertinya seorang imam adalah wadah
penampung, sebab hampir setiap persoalan akan disampaikan kepada imam. Maka
dengan demikian seorang imam harus mampu menjadi pendengar setia umat.