Al-Takrar Fi Qur-An
Al-Takrar Fi Qur-An
Makalah
Ulumul Qur’an II
Dosen pengampu
Oleh:
SARANG REMBANG
2022
A. PENDAHULUAN
Al-Qur’an mukjizat agung yang di wahyukan oleh Allah Subḥānahu wa
Ta’ālā kepada nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alaihy wa Sallam. Karena
merupakan sebuah mukjizat, maka al-Qur’an mengandung sisi i’jaz, yang
karenanya ia tidak dapat di tandingi oleh siapapun. Terkait dengan sisi ke i’jazan
al-Qur’an dalam aspek kebahasaan yaitu terdapat pada susunan kalimat yang
indah dan penggunaan kosa kata yang tepat.
Di samping itu, jika membacanya pada tiap lembar demi lembar, maka akan
di temukan sebuah fenomena yaitu Takrār (pengulangan) baik pengulangan itu
dari kosakata, pengulangan ayat, ataupun pengulangan dari beberapa tema khusus
dalam al-Qur’an seperti pada kisah-kisah para nabi. Oleh karena itu, pemakalah
akan mencoba memaparkan terkait pembahasan Takrār baik dari segi definisi,
macam-macam, contoh, fungsi, kaidah, serta hikmah yang ada dalam fenomena
Takrār pada al-Qur’an.
B. PENGERTIAN TAKRĀR
al-Takrār adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab. Dilihat dari
bentuk şighat kata tersebut adalah bentuk maşdar (verbal, noun) dari kata kerja
كرر
ّ .1 Takrār secara etimologi atau bahasa adalah الرج وعلى الش يء, kembali
kepada sesuatu2. Kata ini juga bisa bermakna pengulangan atau pengembalian,
melakukan hal yang sama seperti halnya yang kamu lakukan pada kali pertama. 3
Menurut para ahli bahasa lafal karara dapat di pakai untuk menggambarkan
pengulangan yang terjadi sekali atau berkali-kali.4
1
Muhammad Yusuf dan Ismail Suardi Wekke, BAHASA ARAB-BAHASA ALQURAN,
(Deepublish: Yogyakarta, 2018), 261.
2
Jamāl al-Dīn Muhammad bin Mukarram al-Mişri, Lisān al-‘Arab, (Beirut: Dar al-Shodr, t.th),
5:135.
3
Abi al-Husain Ahmad bin Fāris bin Zakariyyā, Mu’jam Maqāyis al-Lughoh, (t.tp: Dar al-Fikr,
t.th), 5:126.
4
Yusuf, BAHASA ARAB, 262.
1
Menurut al-Zarkashī Takrār adalah maşdar dari lafal karrara yang memiliki
makna ردد وأعاد, yang berarti mengulang-ulang. Lafal ini mengikuti wazan تفعال,
dengan ta’nya yang berfathah. Lafal ini juga merupakan bentuk sima’ī.5
Sedangkan secara epistimologi atau istilah, ada beberapa pengertian dari para
ulama. Menurut al-Zarkashī, Takrār adalah pengulangan lafal yang sama atau
yang berbeda lafalnya namun berdekatan makna, dengan bertujuan untuk
menetapkan dan menguatkan makna, karena sangat di khawatirkan terdapat faktor
lupa terhadap yang sebelumnya telah di sebutkan, karena jarak letaknya yang
jauh.6
Ada juga pendapat dari Ibn Abi al-aşbā’ mendefinisikan Takrār adalah
seorang pembicara (mutakallim) mengulangi penyebutan terhadap suatu lafal
tertentu, yang bertujuan menguatkan sifat, memuji, mencela, mengintimidasi, atau
hanya untuk memberi peringatan.8
5
Badru al-Dīn bin Muhammad bin ‘Abdullah al- al-Zarkashī, al-Burhān fī ‘ulūm Al-Qur’an, (t.tp:
Dar al-Turaţ, t.th), 3:8.
6
Ibid., 3:7.
7
Khālid bin ‘Uthmān al-Sabt, Qawā’id al-Tafsīr, Jam’ān wa Dirāsatan, (t.tp: Dar Ibn ‘Affān, t.th),
701.
8
Muhammad Lutfil Anshori, “Al-Takrar fi Al-Qur’an”, al-Itqan, 1 (Februari-Juli, 2015), 61.
2
Kita dapat mengambil kesimpulan dari beberapa definisi di atas bahwa al-
Takrār fī al-Qur’an merupakan pengulangan yang terdapat dalam al-Qur’an baik
berupa lafal, ayat, maupun topik tertentu dengan tujuan tertentu. Takrār ini juga
merupakan salah satu bentuk dari kemukjizatan al-Qur’an dalam segi gaya bahasa
dan kandungan maknanya.9
C. MACAM-MACAM TAKRĀR
Pengulangan lafal dan makna disini berarti arti pengulangan suatu lafal, ayat
maupun ungkapan dengan redaksi yang sama, begitu juga makna yang serupa di
beberapa tempat dalam al-Qur’an. Pengulangan jenis ini terbagi lagi menjadi dua
macam, yaitu mauşul (yang tersambung) dan mafşul (yang terputus atau terpisah).
ون
َ وع ُد ِ ه ي ه ات ه ي ه
َ ُات ل َم ا ت
َ َ َْ َ َ َْ
jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu.
2) Pengulangan lafal yang terletak di akhir suatu ayat dan disebutkan lagi di
awal ayat setelahnya contoh:
وها ٍ ِ ِ ِ ٍ اف َعلَْي ِهم بِـانِي ٍة ِّمن فِض ٍَّة وَأ ْكو
ِ ْ َاب َكان
َ َّر
ُ َق َوار َيرا من فضَّة قَد15 ت َق َوار َيرا َ َ ََ ُ ََويُط
16 َت ْق ِد ًيرا
Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang
bening laksana kaca. (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah
diukur mereka dengan sebaik-baiknya.
9
Ibid., 62.
10
Ibid., 63.
3
3) Pengulangan lafal yang terdapat dalam satu ayat dan disebutkan di
belakang, contoh :
ِ
ض َد ًّكا َد ًّكا ْ َكاَّل ِإ َذا ُد َّكت
ُ اَأْلر
Jangan berbuat (demikian). Apabila bumi diguncangkan berturut-turut.
4) Pengulangan dua ayat yang beredaksi hampir sama secara berturut-turut
contoh:
4
Pengulangan jenis ini banyak terdapat pada ayat-ayat yang
bercerita tentang kisah para nabi beserta kaumnya, ayat-ayat tentang hari
kiamat, surga dan neraka, juga terdapat pada ayat-ayat yang terkait al-
wa’du wa al-wā’id. Seperti halnya yang terdapat dalam surah al-Baqarah
ayat 25-37 dan surah al-A’raf ayat 19-20. Baik dalam surah al-Baqarah
ayat 25-37 maupun surah al-araf ayat 19-20 sama-sama membahas kisah
tentang nabi Adam di surga dan larangan untuk mendekati suatu pohon
tertentu.
Selain dua jenis pengulangan yang telah dijelaskan di atas, terdapat juga jenis
pengulangan lain yang terjadi dalam al-Qur’an. Yaitu adanya pengulangan yang
terdapat pada turunnya ayat atau surah. Dalam hal ini al-Suyūţī menjelaskan
adanya beberapa ayat atau surah dalam al-Qur’an yang turun 2 kali, seperti halnya
ayat-ayat terakhir surah an-Nahl, awal surah al-Rum, dan surah al-Fatihah.12
D. FAEDAH TAKRĀR
5
orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu
mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku
tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha
Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan
(dengan Allah)".
)39 ( الد ْنیَا َمتَاعٌ َوِإ َّن اآْلَ ِخَرةَ ِه َي َد ُار الْ َقَرا ِر
ُّ
Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, ikutilah Aku, aku akan menunjukkan
kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, Sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanyalah kesenangan (sementara) dan Sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang
kekal.
الر َش ِاد ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ
َ َوقَ َال الذ ۤى اٰ َم َن ٰي َقوم اتَّبعُون اَهد ُكم َسب
َّ يل
Dan orang yang beriman itu berkata, "Wahai kaumku! Ikutilah aku, aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang benar.
وم اِمَّنَا ٰه ِذ ِه احلَٰيوةُ الدُّنيَا َمتَاعٌ َّواِ َّن ا ٰال ِخَر َة ِه َى َد ُار ال َقَرا ِر
ِ ٰي َق
14
al-Zarkashī, al-Burhān, 13.
6
Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan
(sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
َّر ِ
َ يف قَد
َ َف ُقت َل َك
َّر ِ
َ يف قَد
َ مُثَّ قُت َل َك
E. KAIDAH TAKRĀR
Dalam kitab Qawā’id al-Tafsīr, Jam’ān wa Dirāsatan, Khālid bin ‘Uthmān al-
Sabt menjelaskan kaidah yang berkaitan dengan Takrār dalam al-Qur’an sebagai
berikut:
1. Kaidah Pertama:
15
al-Zarkashī, al-Burhān, 17.
16
Ibid., 18.
17
al-Sabt, Qawā’id al-Tafsīr, 702.
7
sistematikanya, karena dari realitas metode al-Qur’an sendiri yang dalam
penjelasanya terkesan singkat dan padat saat mendefinisikan sesuatu.
Namun, pertanyaan ini telah dijawab oleh para ilmuan Islam,
bahwa bentuk dari pengulangan dalam Al-Quran adalah bukan suatu hal
yang sia-sia dan tidak memiliki arti. Bahkan menurut mereka setiap lafal
yang berulang memiliki kaitan erat dengan lafal sebelumnya. Sebagai
contoh ayat-ayat dalam surah Al-Rahman ayat 13,16,18 dan seterusnya :
ِ َأي آاَل ِء ربِّ ُكما تُ َك ِّذب
١٣﴿ ان ِّ ِ﴾فَب
َ َ َ
Dalam surah di atas terdapat ayat yang berulang-ulang lebih dari
30 kali yang semuanya menuntut adanya ikrar dan pernyataan rasa syukur
manusia atas berbagai nikmat yang telah diberikan Allah. Jika dilihat, tiap
pengulangan ayat ini didahului dengan penjelasan berbagai jenis nikmat
yang Allah berikan kepada hambanya.
2. Kaidah Kedua
3. Kaidah Ketiga :
ِ َالَ خُي الِف ب اَأللْ َفاظ ااَّل اِل ختِال
ف امل َعايِن
َ َ َ ُ َنْي
8
Lafal َأعبُ ُد َما َت ْعبُ ُدو َن
ْ اَلkalau dilihat secara sepintas tidak berbeda dengan lafal
ْ َواَل َأنَ ا َعابِ ٌد َّما َعبَ دمُّتtapi pada hakikatnya memiliki perbedaan makna yang
Adapun lafal ْ َواَل َأنَ ا َعابِ ٌد َّما َعبَ دمُّتdengan bentuk mādī mengandung
makna pada masa lampau. Kabarnya bahwa sebelum kedatangan islam para
orang musyrik menganut paham politheisme atau menyembah banyak tuhan.
Oleh karena itu lafal ini mengandung maksud bahwa pada masa lampau-pun
Nabi Muhammad tidak pernah menyembah apa-apa yang mereka sembah.
4. Kaidah Keempat
ِ ِ
ُالشُئ يف اِإل ْست ْف َه ِام ِإ ْستْب َع ًادا لَه
َ ب تَ َكَّر َر
ُ العَر
َ
Sudah menjadi kebiasaan pada bangsa arab dalam menyampaikan suatu hal
yang mustahil atau kemungkinan kecil yang akan terjadi pada diri seseorang.
٣٥﴿ ُّم َو ُكنتُ ْم ُتَرابًا َو ِعظَ ًاما َأنَّ ُكم خُّمَْر ُجو َن ِ ِإ ِ
ْ ﴾َأيَع ُد ُك ْم َأنَّ ُك ْم َذا مت
Kalimat " "َأيَعِ ُد ُك ْم َأنَّ ُك ْم kemudian diikuti oleh kalimat " "َأنَّ ُكم خُّمَْر ُج و َن
mengandung arti, mustahilnya kebangkitan setelah kematian. Ayat ini
20
al-Sabt, Qawā’id al-Tafsīr, 709.
9
merupakan jawaban dari pengingkaran orang-orang kafir terhadap adanya hari
akhir.
5. Kaidah Kelima
Sudah menjadi hal yang lumrah, bahwa sesuatu yang penting sering disebut-
sebut bahkan ditegaskan berulang kali. Seperti yang kita ketahui bahwa salah
satu faidah dari takrār yaitu sebagai ta’kid (penegasan). Seperti dalam surah
an-Naba' ayat 1-5 :
﴿ ﴾ َكاَّل َسَي ْعلَ ُمو َن٣﴿ ﴾ الَّ ِذي ُه ْم فِ ِيه خُمْتَلِ ُفو َن٢﴿ ﴾ َع ِن النَّبَِإ الْ َع ِظي ِم١﴿ َع َّم َيتَ َساءَلُو َن
diperdebatkan banyak orang. Dalam surah tersebut lafal َكاَّل َس َي ْعلَ ُمو َنdiulang
dua kali menunjukkan bahwa hal yang diperdebatkan tersebut benar-benar
tidak akan pernah bisa diketahui tepatnya.
6. Kaidah keenam
Ketika Isim disebutkan dua kali atau berulang, maka akan ada empat
kemungkinan:
21
al-Sabt, Qawā’id al-Tafsīr, 709.
22
al-Sabt, Qawā’id al-Tafsīr, 711.
10
ٍ ِ ِ ٍ ض ْع ِ ِ ٍ ض ْع ِ
ض ْع ًفا
َ ف ُق َّوةً مُثَّ َج َع َل من َب ْعد ُق َّوة َ ف مُثَّ َج َع َل من َب ْعد َ اللَّـهُ الَّذي َخلَ َق ُكم ِّمن
٥٤ يم الْ َق ِد ُيرِ
ُ َو َشْيبَةً خَي ْلُ ُق َما يَ َشاءُ َو ُه َو الْ َعل
Lafal ضعفpada ayat diatas terulang tiga kali dalam bentuk nakirah yang
menurut kaidah bila terdapat dua isim al-Nakirah yang terulang dua kali
maka yang kedua pada hakekatnya bukanlah yang pertama. Dengan
demikian, ketiga lafal dha‘if memiliki makna yang berbeda-beda.
Lafal surah yang terdapat pada ayat di atas terulang dua kali, pertama
dalam bentuk isim al-ma’rifat yang ditandai dengan memberi alif lam pada
lafal اﻟﺼﺮاطdan kedua dalam bentuk ma’rifat juga, yang ditandai dengan
susunan idāfah pada ﺻﺮاط اﻟﺬين maka isim yang disebut kedua sama
Seperti dalam
ِ ِ
َ ﴾ َف َع١٥﴿ ِإنَّا َْأر َس ْلنَا ِإلَْي ُك ْم َر ُسواًل َشاه ًدا َعلَْي ُك ْم َك َما َْأر َس ْلنَا ِإىَل ٰ فْر َع ْو َن َر ُسواًل
ص ٰى
23
al-Sabt, Qawā’id al-Tafsīr, 711.
11
makna nabi pada ayat 15 yang diutus kepada Fir’aun adalah juga nabi yang
diingkarinya pada ayat setelahnya.
ِ
َ اع ٍة َك َٰذل
٥٥ ك َكانُوا يُْؤ فَ ُكو َن ِ
َ اعةُ يُ ْقس ُم الْ ُم ْج ِر ُمو َن َما لَبِثُوا َغْيَر َس
َ الس
َّ وم
ُ َو َي ْو َم َت ُق
Lafal ( )اﻟﺴﺎﻋﺔpada ayat di atas terulang sebanyak dua kali, yang pertama
dapat diketahui dari Shiyāq al-Kalām dimana yang pertama berarti اﺤﻟﺴﺎب ﯾﻮم
(hari kiamat) sedangkan yang kedua lebih terkait dengan waktu.
7. Kaidah Ketujuh
“Jika ketetapan dan jawaban (keterangan) bergabung dalam satu lafal maka hal itu
menunjukkan keagungan (besarnya) hal tersebut” 24
Menurut penulis, maksud dari kaidah diatas kembali kepada lafal yang
dimaksud, jika terjadi pengulangan dengan lafal yang sama penyebutan yang
pertama sebagai satu ketetapan sedang penyebutan yang kedua sebagai
jawaban (keterangan) dari ketetapan tersebut, maka itu menunjukkan
besarnya hal yang dimaksud. Sebagai contoh surah Al-Haqqah ayat 1-2:
Mubtada dan keterangan (khabar) adalah lafal yang sama. Kata “” اﺤﻟﺎﻗﺔ
24
al-Sabt, Qawā’id al-Tafsīr, 715.
12
F.HIKMAH TAKRĀR
Syekh Muhammad bin Şālih dalam Tafsir Juz ‘Amma menyebut ada
beberapa hikmah pengulangan ayat atau kalimat dalam Al-Qur’an. Pertama,
pengulangan dilakukan sebagai bentuk penjelasan mengenai urgensi masalah.
Pengulangan yang terjadi pada konteks ini menunjukkan bahwa masalah tersebut
sangatlah penting, sebagaimana halnya pengulangan dalam surah Ar Rahman.
G. KESIMPULAN
25
Agus Sasongko, “Rahasia Di Balik Pengulangan Ayat Dalam al-Qur’an” dalam
https://www.republika.co.id/berita/r6pfeo313/rahasia-di-balik-pengulangan-ayat-dalam-al-Qur’an-
part2, diakses (13 Desember 2022).
13
Faidah Takrār antara lain, al-Taqrīr, al-Ta’kid, Memberikan penegasan dan
menghilangkan tuduhan dan keraguan dalam suatu perkara, ta‘ẓim, dan Ta'ajub.
Adapun Takrār memiliki tujuh kaidah seperti yang telah dijelaskan. Hikmah
mempelajari ilmu Takrār adalah pengulangan dilakukan sebagai bentuk
penjelasan mengenai urgensi masalah, pengulangan dilakukan agar pesan yang
disampaikan lebih meresap ke dalam hati manusia, pengulangan dalam Al-Qur’an
menunjukkan kebenaran bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu yang berasal dari
Allah Subḥānahu wa Ta’ālā.
14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur`an.
al-Misri, Jamāl al-Dīn Muhammad bin Mukarram, Lisān al-‘Arab, Beirut:
Dar al-Sadr, t.th.
al-Sabt, Khālid bin ‘Uthmān, Qawā’id al-Tafsīr, Jam’ān wa Dirāsatan, t.tp:
Dar Ibn ‘Affān, t.th.
al-Suyūṭī, Abdurraḥ mān bin Abū Bakar Jalāluddīn, al-Itqān fī ‘Ulūm al-
Qur`ān Kairo: al-Hay`ah al-Maṣriyah al-‘Āmmah, 1974.
al-Zarkashī, Badru al-Dīn bin Muhammad bin ‘Abdullah, al-Burhān fī ‘ulūm
Al-Qur’an, t.tp: Dar al-Turaţ, t.th.
Anshori, Muhammad Lutfil, “Al-Takrar fi Al-Qur’an”, al-Itqan, 1 (Februari-
Juli, 2015).
Yusuf, Muhammad dan Ismail Suardi Wekke, BAHASA ARAB-BAHASA
ALQURAN, Deepublish: Yogyakarta, 2018.
Zakariyyā, Abi al-Husain Ahmad bin Fāris bin, Mu’jam Maqāyis al-Lughoh,
t.tp: Dar al-Fikr, t.th.
Sasongko, Agus,“Rahasia Di Balik Pengulangan Ayat Dalam al-Qur’an” dalam
https://www.republika.co.id/berita/r6pfeo313/rahasia-di-balik-
pengulangan-ayat-dalam-al-Qur’an-part2, diakses (13 Desember 2022).
15