Vitamin
Vitamin
BIOKIMIA
ACARA PRAKTIKUM KE : VI
VITAMIN
NIM : 24020121130065
Kelompok : 11 A
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
ACARA VI
VITAMIN
I. TUJUAN
Mampu mengidentifikasi vitamin berdasarkan reaksi warna
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Vitamin
Vitamin merupakan zat yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan
berperan sebagai katalisator organik, mengatur proses metabolisme, dan
fungsi normal tubuh. Vitamin akan rusak dalam proses pengolahan dan
penyimpanan yang salah. Vitamin dapat dibedakan menjadi dua yaitu vitamin
larut lemak dan vitamin larut air. Vitamin larut lemak memerlukan lemak
untuk absorpsinya. Jika terjadi kelebihan asupan vitamin larut lemak, maka
kelebihannya akan disimpan dalam hati maupun jaringan adiposa (Tumiwa et
al., 2020).
Vitamin merupakan salah satu zat senyawa kompleks yang sangat
diperlukan oleh tubuh kita yang berfungsi sebagai pembantu pengaturan atau
proses kegiatan tubuh. Tanpa adanya vitamin, manusia, hewan dan
makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup
sehari-hari dengan. Vitamin merupakan salah satu zat yang paling
dibutuhkan oleh tubuh manusia, karena itu kekurangan vitamin dapat
menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita
serta memungkinkan fungsi-fungsi tubuh tidak berfungsi secara maksimal.
Berbagai vitamn memang tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh
manusia, oleh karena itu, tubuh perlu asupan dari makanan dan buah-
buahan untuk mendapatkan vitamin tersebut.Masyarakat awam yang belum
mengerti tentang vitamin sering kali tidak memperhatikan pola makannya
setiaphari dan cenderung menyepelekan kekurangan vitamin pada tubuh
mereka, bagi mereka yang penting makan. Padahal kekurangan
vitamin tertentu dapat mempengaruhi kesehatan. Dengan banyaknya
makanan yang diproses dan instan, sangat mungkin tubuh kekurangan
vitamin. Bisa juga karena kita tidak mengkonsumsi makanan yang tepat,
atau tubuh tidak bisa menyerap karena masalah pencernaan. Tubuh
memiliki cara sendiri untuk berkomunikasi dengan kita. Misalnya
saat kekurangan vitamin tertentu, maka tubuh berusaha mengatakan
sesuatu, terkadang melalui gejala-gejala seperti kulit kering dan bersisik,
bibir pecah-pecah, gampang lelah, mudah memar, nafsu makan
berkurang dan sebagainya. Yang paling umum menyebabkan kekurangan
vitamin diantaranya termasuk pola makan yang buruk, alkoholisme, diet
tidak seimbang, stres, kurangnya asupan vitamin, atau konsumsi obat-obatan
yang mengganggu asupan vitamin.Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam
jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka
metabolisme di dalam tubuh akan terganggu karena fungsinya tidak dapat
digantikan oleh senyawa lain (Permana et al., 2018).
II.2 Klasifikasi Vitamin
Secara umum vitamin diklasifikasikan menjadi dua yaitu vitamin
yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang larut dalam
lemak (vitamin K, E, D dan A) (Latelay et al., 2020). Vitamin yang larut
dalam air biasanya tidak disimpan di dalam tubuh dan dikeluarkan
melalui urin. Oleh sebab itu vitamin larut air perlu dikonsumsi tiap hari
untuk mencegah kekurangan yang dapat mengganggu fungsi tubuh
normal (Dewi, 2018). Sedangkan pada vitamin yang larut dalam lemak
memerlukan lemak untuk absorpsinya. Jika terjadi kelebihan asupan vitamin
larut lemak, maka kelebihannya akan disimpan dalam hati maupun jaringan
adiposa. Sayur dan buah merupakan sumber dari vitamin larut lemak,
sehingga mencukupi asupan vitamin larut lemak dengan dosis yang baik dapat
meningkat daya tahan tubuh. Asupan sayur dan buah yang kaya akan serat
dapat menjaga kekebalan tubuh. Sayur dan buah merupakan sumber terbaik
vitamin, mineral, dan serat. Dalam mempertahankan sistem kekebalan tubuh,
asupan gizi terutama vitamin dan mineral sangat diperlukan. Vitamin larut
lemak (A, D, E, K) yang mengandung antioksidan dan penangkal radikal
bebas dapat membantu dalam meningkatkan daya tahan tubuh (Tumiwa et al.,
2020).
Bagian zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Vitamin adalah
komponen organik yang diperlukan dalam jumlah kecil, namun sangat penting
untuk reaksi-reaksi metabolik di dalam sel, serta diperlukan untuk
pertumbuhan normal dan pemeliharaan kesehatan. Beberapa vitamin berfungsi
sebagai koenzim yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya reaksi-
reaksi kimia yang esensial. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk
apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein. Perlu diketahui bahwa
sebagian besar vitamin dan seluruh mineral tidak dapat disintesa oleh tubuh
sehingga harus diperoleh dari makanan terutama buah, sayur dan pangan
hewani (Ernawati, 2013).
II.3 Identifikasi Vitamin
Identifikasi vitamin membahas uraian mengenai metode-metode yang
digunakan untuk menganalisis kadar suatu vitamin dalam suatu sampel. Pada
analisis kualitatif, dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi benedict.
Pada analisis kuantitatif, terdapat metode titrasi asam basa, metode iodimetri,
metode diklorofenolindofenol (DCIP), metode spektrofotometri, dan metode
DPPH. Metode spektrofotometri dan titrasi 2,6 D (Dichloroindophenol) jarang
dilakukan karena memerlukan biaya yang mahal. Analisis menggunakan
metode asam basa dan iodimetri merupakan metode yang banyak digunakan
karena murah, sederhana, dan tidak memerlukan peralatan laboratorium yang
canggih (Pratiwi, 2018).
Vitamin merupakan komponen penting dalam suatu bahan, khususnya
bahan pangan karena kandungannya menentukan nilai nutrisi dari bahan
tersebut. Vitamin ini dalam proses metabolisme dapat berperan sebagai
koenzim dan lainnya. Dalam proses pengolahan pada umumnya vitamin ini
akan mengalami perubahan sehingga kadarnya menjadi berkurang. Sebaliknya
dengan proses fermentasi dakan dapat meningkatkan kandungan vitaminnya
yang dihasilkan oleh miroorganisme (Ardiansyah, 2013). Vitamin adalah
senyawa organik berantai pendek yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk
mempertahankan kesehatan dan kebugaran. Vitamin berfungsi sebagai
antioksidan, pencegah timbulnya berbagai penyakit, pembentukan sel darah
atau koenzim dalam memfasilitasi reaksi enzimatis. Vitamin dikelompokkan
berdasarkan kelarutannya, yaitu vitamin larut air (vitamin B dan C) dan
vitamin larut lemak (vitamin A, D, E dan K). Vitamin B sering disebut B
kompleks, karena terdiri dari berbagai jenis vitamin, yaitu B1 (thiamin), B2
(riboflavin), B3 (niacin, asam nikotinat, atau niasiamida). B4 (kolin), B5
(asam pantotenat), B6 (pirodoksin), vitamin B12 (slanokobalamin), biotin dan
folasin (asam folat) (Kusnandar, 2019).
II.3.1 Vitamin A
Vitamin A adalah sekelompok senyawa organik tak jenuh gizi
yang diantaranya yakni retinol, retinal, asam retinoat dan beberapa
provitamin A seperti karotenoid. Struktur kimia vitamin A terdiri dari
alkil dan rantai cincin. Retinol berbentuk kristal padat berwarna
kuning pucat. Retinol dalam alam dalam bentuk berbagai isomer.
Kebanyakan senyawa dalam keluarga vitamin A yang larut dalam
lemak dan penting untuk berbagai proses dalam tubuh. Ada beberapa
retinoid yang larut dalam air, yakni retinoid yang diambil dari plasma,
empedu, dan jaringan lainnya. Struktur vitamin A merupakan senyawa
berikatan rangkap dan memiliki gugus aromatik. Bentuk utama dari
vitamin A adalah bentuk ester dalam makanan yang berasal dari
hewan yakni terutama retinilpalmitat yang dalam usus kecil dalam
pencernaan makanan diubah menjadi bentuk retinol. Vitamin A dalam
makanan ditemukan dalam dua bentuk yakni bentuk retinol dan
bentuk karoten. Bentuk retinol adalah bentuk yang tidak stabil. Bentuk
retinol dalam makanan bersumber dari hewani ditemukan dalam
bentuk retinil ester. Sedangkan dalam bentuk karoten yakni terdiri dari
a-karoten, B-karoten, y-karoten dan Xantofil-B-kriptoksantin. Empat
bentuk karoten tersebut semuanya memiliki cincin B-ionon
(Sumbono, 2021).
Vitamin A diperlukan oleh tubuh untuk menyokong pertumbuhan
dan kesehatan, terutama diperlukan untuk penglihatan, sekresi mukus,
pemeliharaan jaringan epitel dan reproduksi. Vitamin A dipergunakan
untuk regenerasi pigmen retina mata dalam proses adaptasi gelap.
Selain itu vitamin A juga berperan dalam sistim kekebalan tubuh.
Retinol (vitamin A) memegang peranan penting pada kesempurnaan
fungsi dan struktur sel epitel, karena retinol berperan dalam
diferensiasi sel dan proliferasi epitel. Dengan adanya retinol sel epitel
basalis distimulasi untuk memproduksi mukus. Kelebihan retinol akan
menyebabkan pembentukan mukus yang berlebihan dan menghambat
keratinisasi. Bila tidak ada retinol, sel goblet mukosa hilang dan
terjadi atrofi sel epitel yang diikuti oleh proliferasi sel basal yang
berlebihan. Sel-sel baru yang terbentuk ini merupakan epitel
berkeratin dan menggantikan epitel semula. Penekanan sekresi mukus
menyebabkan mudah terjadi iritasi dan infeksi terjadi, hambatan
dalam sekresi RBP ("Retinol binding protein") sedangkan pada
defisiensi protein terdapat gangguan sintesis RBP (Sanif & Nurwany,
2017).
II.3.2 Vitamin B
Vitamin B merupakan vitamin larut air yang terdiri dari tiamin
(vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin (vitamin B3), piridoksin
(vitamin B6), asam folat/ folasin (vitamin B9), dan sianokobalamin
(vitamin B12). B1 (Tiamin Hidroklorida) berperan dalam
metabolisme glukosa, lipid dan neurotransmitter. Vitamin B2
(riboflavin) merupakan bagian dari dua koenzim, yaitu riboflavin
fosfat atau flavin mono nukleotida (FMN) dan flavin adenine
dinukleotida (FAD). Vitamin B3 (niasin atau asam nikotinat) berperan
dalam reaksi enzimatik dalam tubuh atau metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein.Koenzim tersebut adalah nicotinamide adenine
dinucleotide (NAD) dan nicotinamide adenine dinucleotide phosphate
(NADP). Vitamin B6 terdapat dalam sistem enzimatik yang berperan
dalam proses metabolisme asam amino yang berarti diperlukan dalam
proses metabolisme protein. Vitamin B9 (Asam folat/ Folasin)
diperlukan tubuh dalam proses metabolik dan pembentukan sel-sel
darah merah sehingga asam folat baik digunakan dalam pengobatan
anemia. Vitamin B12 (sianokobalamin) diperlukan dalam
pembentukan sel darah, metabolisme, pertumbuhan jaringan dan
pemeliharaan saraf (Fenti, 2018).
Vitamin B merupakan nutrisi yang esensial, termasuk di
dalamnya ialah tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, asam folat,
vitamin B12, biotin, dan asam pantotenat. Vitamin B kompleks
berfungsi sebagai koenzim dalam banyak jalur metabolik yang
berhubungan satu sama lain. Vitamin B1 (tiamin) berperan dalam
proses dekarboksilasi piruvat dan alfa-ketoglutarat sehingga penting
dalam pelepasan energi dari karbohidrat. Tiamin terdiri atas cincin
pirimidina dan cincin tiazola (mengandung sulfur dan nitrogen) yang
dihubungkan oleh jembatan metilen. Turunan fosfatnya ikut serta
dalam banyak proses sel. Vitamin B2 (riboflavin) membentuk
dinukleotida flavin adenin dan berpartisipasi dalam jalur metabolisme
esensial, termasuk reaksi rantai. Sumber vitamin B merupakan vitamin
yang larut air banyak terdapat dalam daging ikan, minyak ikan, biji-
bijian, kacang tanah, kacang kedelai dan sebagainya (Ruslie, 2012).
II.3.3 Vitamin C
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan
penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin C
juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam
askorbat. Vitamin C berfungsi sebagai katalis dalam reaksi-reaksi
kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia, sehingga apabila katalis
ini tidak tersedia seperti pada keadaan defisiensi vitamin, maka fungsi
normal tubuh akan terganggu. Vitamin C pertama kali dimurnikan
oleh ahli biokimia Albert Szent-Gyorgyi yang bekerja di Canbridge,
Inggris. Beliau merumuskan suatu komponen yang disebut asam
heksurat, yang akhirnya menjadi asam askorbat (Vitamin C generasi
pertama) (Pakaya, 2014).
Sumber vitamin C berasal dari pangan terutama sayur dan buah
utamanya yang rasanya asam seperti jeruk, nenas atau tomat. Pada
sayuran, kandungan vitamin C banyak terkandung pada sayuran daun-
daunan dan jenis kol. Vitamin C termasuk golongan antioksidan
karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam.
Vitamin C juga sebagai antioksidan dan prooksidan. antioksidan dapat
menankap radikal bebas. Sehingga menghambat proses oksidasi
(Pakaya, 2014).
II.3.4 Vitamin D
Vitamin D merupakan salah satu mikronutrien yang bersifat larut
dalam lemak yang berperan dalam metabolisme kalsium dan fosfat,
homeostasis kalsium, kesehatan vaskuler, diferensiasi dan proliferasi
sel. Vitamin D, yang juga disebut “sunshine vitamin”, sering dikaitkan
dengan beberapa penyakit mulai dari penyakit degeneratif sampai
keganasan. Bukti menunjukan apabila kadar vitamin D lebih tinggi
dari yang dibutuhkan untuk menjaga homeostasis kalsium dapat
mengurangi risiko resistensi insulin, obesitas, sindrom metabolik, dan
keganasan. Menjaga kadar vitamin D selalu adekuat dapat membantu
mengurangi risiko fraktur osteopotik. Kadar vitamin D tidak adekuat
selain menyebabkan gangguan kesehatan skeletal seperti riketsia,
osteoporosis, dan osteomalsia juga dikaitkan dengan penyakit non-
skeletal seperti kesehatan gigi yang buruk, meningkatkan risiko
diabetes tipe 1, dan juga kanker (Fiannisa, 2019).
Metabolisme vitamin D diawali dengan Ergostreol yang
ditemukan pada tanaman dan 7-dehidrokolesterol pada tubuh hewan.
Ergostreol berbeda dari 7-dehidrokolesterol hanya pada rantai
sampingnya, yang bersifat tidak jenuh dan mengandung gugus metil
ekstra. Sinar ultraviolet memutus cincin B kedua senyawa.
Ergokalsiferol (Vitamin D2) dapat dibuat dari tanaman m, sedangkan
pada hewan, 7-dehidrokolesterol akan membentuk kolekalsiferol
(Vitamin D3) pada kulit yang terpajan. Vitamin D2 dan Vitamin D3
memiliki potensi yang sama. Fungsi utama dari vitamin D manusia
adalah untuk mempertahankan konsentrasi serum kalsium dengan cara
meningkatkan kemampuan usus kecil untuk menyerap kalsium pada
makanan, serta meningkatkan penyerapan fosfor, namun konsentrasi
fosfor dalam darah tidak diatur oleh vitamin D melainkan tergantung
dari ekskresi ginjal (Suryadinata et al., 2017)
II.4 Sifat-Sifat Vitamin
Sifat vitamin yang larut dalam air yaitu mudah larut dalam air. Selain itu
vitamin yang larut dalam air dapat dikeluarkan melalui urine, sehingga untuk
kebutuhan konsumsinya diperlukan setiap hari, sifat lainnya yaitu tidak
memiliki prekusor dan bersifat toksik hanya pada dosis tinggi/megadosis
(>10xKGA). Sedangkan sifat vitamin yang larung dalam lemak yaitu dapat
larut dalam lemak, dikeluarkan dalam jumlah kecil melalui empedu, kelebihan
konsumsi dari yang dibutuhkan disimpan dalam tubuh, dan mempunyai
provitamin atau prekursor. Selain itu vitamin yang dapat larut dalam lemak
bersifat toksik pada jumlah relatif rendah (6-10 xKGA) (Hamidah, 2015).
Sifat pada vitamin sendiri dibedakan menjadi dua yaitu sifat fisik vitamin dan
sifat kimia vitamin. Pada sifat fisik vitamin yang meliputi kadar air dan berat
jenis pada suatu vitamin. Sedangkan sifat kimia vitamin meliputi pH dan total
padatan terlarut dalam vitamin (Hawa, 2011).
Vitamin memiliki dua jenis sifat, yaitu sifat fisik dan sifat kimia.
Sifat fisik merupakan suatu sifat yang dapat diamati dan diukur oleh panca
indera tanpa mengubah zat-zat penyusun dari vitamin tersebut. Sifat kimia
merupakan suatu sifat yang berkaitan dengan kemampuan vitamin untuk
bereaksi atau mengalami perubahan tertentu dengan lingkungan sekitar,
seperti suhu atau tekanan atmosfer. Vitamin juga bersifat esensial, yang
artinya vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh sehingga harus didapatkan
dari luar atau bahan makanan. Vitamin pada umumnya bersifat mudah larut
dalam air dan lemak sehingga tidak perlu dicerna dalam tubuh untuk dapat
menjalankan fungsinya (Rahayu et al., 2020).
Sifat kimia pada vitamin, adalah ada yang tahan dan tidak
tahan saat kondisi dipanaskan. Vitamin amemiliki jenis yang mudah
teroksidasi dan tidak mudah teroksidasi. Vitamin yang tahan saat
dipanaskan adalah vitamin B2, vitamin B3, vitamin B6, vitamin H,
vitamin A, dan vitamin K. Vitamin yang tidak tahan saat dipanaskan
adalah vitamin B1, vitamin B5, vitamin C, dan vitamin E. Vitamin
yang mudah teroksidasi terdiri dari vitamin B11, vitamin H, vitamin
C, vitamin A, dan vitamin E. Sedangkan, vitamin yang tidak mudah
teroksidasi terdiri dari vitamin B2, vitamin B3, dan vitamin B12
(Irnaningtyas, 2017).
Sifat kimia vitamin c yaitu dalam air bersifat asam terhadap
kertas lakmus, reduktor yang mudah teroksidasi karena adanya gugus
etanol pada atom C2 dan C3 yang mudah melepaskan 2 atom H.
Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam yaitu L-asam askorbat
(bentuk tereduksi) dan L-asam dehidroaskorbat atau bentuk
teroksidasi. Vitamin C termasuk golongan vitamin yang sangat mudah
larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan gliserol, tetapi tidak
dapat larut dalam pelarut non polar seperti eter, benzene, kloroform
dan lain-lain. Berbentuk kristal putih, tidak berbau, bersifat asam dan
stabil dalam bentuk kering. Karena mudah dioksidasi, maka vitamin C
merupakan suatu reduktor yang kuat (Nigsih, 2017) .
V.4Identifikasi Vitamin D
Asra, R., Chandra, B., Zulharmita, Z., & Febrianti, E. (2018). Analisis Kualitatif Vitamin
B1 Pada Kacang Hijau (Phaseolus radiates L.) Menggunakan Metode
Konvensional dan KLTKT Silika Gel 60 F254. Jurnal Farmasi Higea, 10(2), 147-
153.
Chandra, B., & Putri, W. D. (2019). Penetapan Kadar Vitamin C Dan B1 Pada Buah
Naga Merah (Hylocereus Lemairel (Hook.) Britton & Rose) Dengan Metode
Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Farmasi Higea, 11(1), 62-74.
Dewi, A. P. (2018). Penetapan Kadar Vitamin C dengan Spektrofotometri UV-Vis Pada
Berbagai Variasi Buah Tomat. JOPS (Journal Of Pharmacy and Science), 2(1), 9-
13.
Ernawati, F. (2013). Peran beberapa zat gizi mikro dalam sistem imunitas. Gizi
Indonesia, 36(1).
Fauziah, F., Rasyid, R., & Akbar, A. P. (2017). Penetapan Kadar Vitamin B1 Pada
Kacang Kedelai dan Tempe Yang Beredar di Pasar Raya Padang Secara
Spektrofotometri Visibel. Jurnal Farmasi Higea, 8(1), 1-7.
Fenti, F., Widodo, A., & Jamaluddin, J. (2018). Analisis kandungan vitamin B pada ikan
sidat (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard) fase elver asal Danau Poso. Ghidza:
Jurnal Gizi dan Kesehatan, 2(2), 49-54.
Fiannisa, R. (2019). Vitamin D sebagai Pencegahan Penyakit Degeneratif hingga
Keganasan. Jurnal Medula, 9(3), 385-392.
Hamidah, S. (2015). Sayuran dan buah serta manfaatnya bagi kesehatan. Artikel Ilmiah.
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Hawa, L. C., & Putri, R. I. (2011). Penerapan pulsed electric field pada pasteurisasi sari
buah apel varietas ana: Kajian karakteristik nilai gizi, sifat fisik, sifat kimiawi dan
mikrobia total. agriTECH, 31(4).
Irnaningtyas. 2017. Biologi Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Jati, A. R. (2018). Perbadaan Kadar Total Protein Berdasarkan Penggunaan Kuvet dan
TabungReaksi Baru (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Semarang).
Kusnandar, F. (2019). Kimia pangan komponen makro. Bumi aksara.
Letelay, O. P., Hiariej, A., & Pesik, A. (2020). Analisis Beta Karoten dan Vitamin pada
Kulit dan Daging Buah Pisang Tongka Langit (Musa Troglodytarum L.) di Kota
Ambon Aroten dan Vitamin Pada Kulit dan Daging Buah Pisang Tongka Langit
(Musa troglodytarum L.) di Kota Ambon. Jurnal Agritechno, 24-33.
Ningsih, U. D. 2017. Perbedaan Kadar Vitamin C pada Buah Kersen (Muntingia calabura
L.) Berwarna Merah dan Hijau Muda. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Pakaya, D. (2014). Peranan Vitamin C pada kulit. Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah
Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 1(2), 45-54.
Permana, Y. E., Santoso, E., & Dewi, C. (2018). Implementasi Metode Dempster-Shafer
untuk Diagnosa Defisiensi (Kekurangan) Vitamin pada Tubuh manusia. Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN, 2548, 964X.
Pratiwi, R. (2018). Metode Analisis Kadar Vitamin C. Farmaka, 16(2).
Pratiwi, R. (2018). Metode Analisis Kadar Vitamin C. Farmaka, 16(2).
Rachmawati, O. (2018). Pengaruh Pemberian Vitamin D Terhadap Indeks Bia dan
Handgrip pada Geriatri dengan Diabetes Melitus Tipe 2 (Doctoral dissertation,
UNS (Sebelas Maret University)).
Rahayu, A., Fahrini Yulidasari, dan Muhammad Irwan Setiawan. 2020. Dasar-dasar Gizi.
Yogyakarta: CV Mine.
Ruslie, R. H. (2012). Peranan vitamin sebagai nutrisi pada bayi prematur. Dokter Rsud
Za Pagar Alam, Way Kanan. Lampung.
Sanif, R., & Nurwany, R. (2017). Vitamin A dan perannya dalam siklus sel. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan: Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya, 4(2), 83-88.
Sari, N. P., Jamaluddin, J., & Widodo, A. (2019). Vitamin A Ikan Sidat (Anguilla
Bicolor) Asal Danau Poso Sulawesi Tengah. Ghidza: Jurnal Gizi dan
Kesehatan, 3(2), 63-66.
Siti, N., Agustina, A., & Nurhaini, R. (2016). Penetapan kadar vitamin c pada jerami
nangka (Artocarpus heterpophyllus L.). Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, 2(1),
1-5.
Sumbono, A. (2021). Vitamin Seri Biokimia Pangan Dasar. Deepublish.
Suryadinata, R. V., Lorensia, A., & Aprilia, A. P. (2017). Profil vitamin D pada pasien
asma dan non-asma dewasa di Surabaya. The Indonesian Journal of Public
Health, 12(1), 106-117.
Tumiwa, M. C. R., Kapantow, N. H., & Punuh, M. I. (2020). Gambaran Asupan Vitamin
Larut Lemak Mahasiswa Semester 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi Saat Pembatasan Sosial Masa Pandemi Covid-19. KESMAS, 9(6).
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Asisten Praktikan