Anda di halaman 1dari 4

ETIKA BERPOLITIK PRESIDEN JOKOWI MENJELANG PILPRES 2024:

LAYAKKAH DISEBUT NETRAL?

Seiring waktu berlalu, pesta demokrasi akan kembali dilaksanakan. Euforia pemilu
pun akan kembali dirasakan oleh masyarakat Indonesia pada 2024 mendatang. Pemilu
merupakan momentum penting dalam kehidupan politik dan demokrasi sebuah negara untuk
memilih lembaga eksekutif dan lembaga legislatif. Proses pemilu di Indonesia biasanya
diwarnai oleh persaingan yang sengit antara para calon yang ingin memenangkan suara dari
masyarakat. Meskipun demikian, para calon pemimpin negara harus tetap memegang teguh
etika berpolitik selama proses kampanye maupun pasca pemilu.

Etika politik merupakan suatu pedoman untuk melaksanakan suatu proses politik
dalam menjalankan kebijakan atau wewenang yang diberikan oleh lembaga terkait. Etika
berpolitik dapat diartikan sebagai tingkah laku, tanggung jawab, dan kewajiban manusia,
tidak hanya sebagai warga negara tetapi sebagai pemimpin negara. Etika politik diharapkan
mampu menciptakan suasana harmonis antar pelaku dan antar golongan sosial politik untuk
mencapai sebesar-besarnya kemajuan bangsa dan negara dengan mendahulukan kepentingan
bersama daripada kepentingan pribadi ataupun golongan tertentu.

Etika berpolitik pemimpin negara menjadi sangat penting untuk diperhatikan,


terutama dalam era reformasi saat ini. Seiring dengan semangat reformasi, maka keberadaan
pemimpin yang berintegritas, jujur, dan adil menjadi hal yang sangat diperlukan. Fokus pada
etika politik akan menghasilkan sebuah pemerintahan yang kredibel, berdedikasi pada
pelayanan publik dan berorientasi pada kepentingan rakyat. Pemimpin negara yang
menerapkan etika berpolitik yang baik dapat menjadi contoh yang baik bagi masyarakat dan
kepercayaan publik pada lembaga negara dapat meningkat. Kesadaran akan pentingnya etika
berpolitik harus ditanamkan pada diri para pemimpin negara agar tidak terpengaruh oleh
tekanan politik dan tantangan lainnya. Etika berpolitik yang kuat dan diterapkan dengan
konsisten akan membantu membangun sistem politik yang bersih, transparan, dan akuntabel
serta memupuk kepercayaan masyarakat pada lembaga negara, terutama pada pemimpin
negara tersebut.
Di negara Indonesia, etika berpolitik juga bersumber dari dasar negara Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara berfungsi sebagai pedoman bangsa Indonesia untuk
melaksanakan proses ketatanegaraan dan sebagai dasar pembuatan undang-undang ataupun
kebijakan. Pancasila juga berfungsi sebagai pedoman masyarakat dalam bertingkah laku
berdasarkan nilai-nilai sosial yang ada. Berpegang teguh terhadap Pancasila, seorang
pemimpin harus menjadi hikmat dan bijaksana dalam permusyawaratan perwakilan.

Etika politik tidak luput dari keadilan. Keadilan sendiri berasal dari kata adil, yang
berarti tidak sewenang-wenang, tidak memihak, dan tidak berat sebelah. Menurut Thomas
Aquinas, keadilan setidaknya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu keadilan umum atau
keadilan legal dan keadilan khusus. Keadilan legal adalah keadilan tertulis sesuai dengan
undang-undang yang berlaku di Indonesia, yang harus ditunaikan demi kepentingan umum,
sekaligus pada saat yang bersamaan tidak mengorbankan manusia sebagai individu. Adapun,
keadilan khusus merupakan keadilan atas dasar kesamaan atau proporsionalitas. Kedua jenis
keadilan ini menjadi bagian dari etika berpolitik yang harus ditanamkan pada diri masyarakat
sebagai calon pemimpin maupun peserta pemilu nantinya.

Sudah menjadi sebuah kewajiban bagi seluruh warga negara Indonesia baik itu
masyarakat, pemerintah maupun pemimpin negara untuk melaksanakan pemilu yang sesuai
dengan etika berpolitik yang ada. Namun, apa yang terjadi ketika seorang pemimpin negara
yang sudah seharusnya menjadi seorang role model dalam sebuah pemilu untuk menjunjung
tinggi keadilan dan nilai kejujuran justru secara tidak langsung seakan akan menjadi king
maker dalam pemilu presiden 2024. Tercatat pada tanggal 7 November 2022 pada saat acara
HUT Perindo di iNews Tower, Jakarta Pusat, Presiden Jokowi menyinggung jatah pilpres
selanjutnya merupakan jatah Ketua Umum Partai Gerindra. Beliau menyatakan,
“Kelihatannya setelah ini jatahnya pak Prabowo’. Dalam pernyataan Jokowi di sambutan
tersebut, beliau terlihat seperti mendukung Prabowo untuk maju menjadi presiden
selanjutnya. Namun, pada tanggal 21 April 2023 Presiden Jokowi mengajak Ganjar Pranowo
untuk pulang ke Solo menggunakan pesawat RI 1 setelah Ganjar resmi diusung menjadi
calon presiden 2024 oleh PDIP di istana Batu Tulis, Kota Bogor. Kejadian ini dapat
diasumsikan bahwa Presiden Jokowi juga terkesan memberikan dukungan yang sama
terhadap Ganjar.
Berbeda halnya dengan sikap Jokowi terhadap Anies Baswedan selaku calon presiden
yang diusung oleh partai Nasdem. Tercatat pada tanggal 3 Mei 2023, Jokowi mengadakan
pertemuan dengan ketua umum partai pendukung pemerintah yaitu Partai PDIP, PPP, PAN,
Gerindra, Golkar, PKB di Istana Negara, Jakarta Pusat. Dalam pertemuan ini, Partai Nasdem
yang juga selaku partai pendukung pemerintah ternyata tidak diundang. Jokowi juga pernah
memberikan endorsement capres kepada tokoh tertentu dan nama Anies Baswedan tidak
pernah disebut olehnya. Kemudian, pada 7 Mei 2023 dalam pidatonya saat acara deklarasi
relawan, Anies mengatakan bahwa, “..biarkan rakyat tanpa dipengaruhi negara, tanpa campur
tangan negara, negara netral dan percayakan rakyat bahwa rakyat menitipkan kewenangan
kepada yang punya niat baik dan track record. Kalau negara sampai intervensi namanya
negara sedang lecehkan rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia sudah matang, mampu
menentukan kepada siapa kewenangan itu dititipkan, tidak perlu ada intervensi.” Ini menjadi
sebuah tanda tanya besar bagi masyarakat tentang etika berpolitik Jokowi sebagai seorang
pemimpin negara yang seharusnya bersikap netral, adil dan tidak mengintervensi perihal
keberlangsungan pemilu 2024.

Apakah sikap yang ditunjukkan oleh Jokowi terhadap calon-calon presiden layak disebut adil
dan netral? atau malah disebut mengintervensi? apakah pujian terhadap ketua umum partai
gerindra merupakan sebuah bentuk dukungan? apakah pesawat kepresidenan Republik
Indonesia digunakan untuk kepentingan partai?. Selayaknya seorang pemimpin negara wajib
bersifat netral dan adil seperti yang tertera pada etika berpolitik agar pemilu 2024 dapat
berjalan sesuai aturan yang ada dan demokratis.

KESIMPULAN

Pentingnya memiliki dan menjunjung tinggi etika berpolitik merupakan pondasi dalam
menjaga prinsip demokrasi. Selain itu, prinsip netralitas dan kesetaraan pemilu juga
merupakan kunci utama khususnya presiden, selaku pemimpin negara yang tidak boleh
mengintervensi pemilu secara langsung maupun tidak langsung. Intervensi dapat merusak
integritas pemilihan dan mengancam prinsip kesetaraan dalam masyarakat. Dalam
berdemokrasi yang sehat, pada dasarnya setiap warga negara memiliki potensi yang sama
untuk menjadi pemimpin dan hak untuk berpartisipasi dalam pemilihan. Proses pemilihan
harus berlangsung secara adil dan demokratis, dengan partisipasi masyarakat yang bebas dan
tidak dipengaruhi oleh campur tangan pihak-pihak yang memiliki kepentingan pribadi. Demi
mewujudkan pemilu yang sehat, pemilu harus didasarkan pada suara rakyat dengan asas
Luber Jurdil. Oleh karena itu mari kita menjunjung tinggi demokrasi dan etika politik yang
baik dalam keberlangsungan pemilu 2024!

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono. (2012). Menjaga Etika Dalam Berpolitik. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan,
1 (1), hlm 1-10. (Diakses melalui
http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/citizenship/article/view/3736/1984)

Dirgantara, A. (2023). Bela Nasdem, Jusuf Kalla Ingatkan Jokowi Tak Banyak Ikut Campur
Politik Jelang Pilpres 2024. Kompas.com. (Diakses melalui
https://amp.kompas.com/nasional/read/2023/05/06/22282041/bela-nasdem-jusuf-kalla-
ingatkan-jokowi-tak-banyak-ikut-campur-politik)

Indrayana, D. (2023). Menggugat Etika Politik dan Netralitas Presiden Jokowi. Integrity Law
Firms. (Diakses melalui https://integritylawfirms.com/indonesia/2023/05/06/menggugat-
etika-politik-dan-netralitas-presiden-jokowi/)

Luxiana, K.M. (2022). 'Setelah Ini Jatah Prabowo' Dinilai Arah Dukungan Jokowi di Pilpres
2024. Detik News. (Diakses melalui https://news.detik.com/pemilu/d-6393595/setelah-ini-
jatah-prabowo-dinilai-arah-dukungan-jokowi-di-pilpres-2024)

Setiawan, A., Erinda, A.F. (2019). Etika Kepemimpinan Politik Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Indonesia. JPK: Jurnal Pemerintahan dan Kebijakan, 1 (1), hlm 1-12. (Diakses
melalui
https://www.researchgate.net/publication/354179692_Etika_Kepemimpinan_Politik_dalam_
Penyelenggaraan_Pemerintahan_Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai