Bab 1
Bab 1
HALAMAN JUDUL
Pembimbing:
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR SINGAKATAN vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.3.1 Tujuan umum 6
1.3.2 Tujuan khusus 6
1.4 Manfaat Penelitian 7
1.4.1 Manfaat Bidang Akademik 7
1.4.2 Manfaat Bidang Pelayanan 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 KRANITOMI 8
2.1.1 Definisi 8
2.1.2 Epidemiologi 9
2.1.3 Prosedur anastesi 9
2.2 Nyeri Pasca Operasi 18
2.2.1 Definisi 18
2.2.2 Jenis analgetik pasca operasi 19
2.2.3 Kadar Kortisol pasca operasi 20
2.3 Perbandingan kadar kortisol pasca operasi pada Fentanil konitnyu vs
Dexmedetomidin Kontinyu 18
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 31
3.1 Kerangka Konsep 31
3.2 Narasi Kerangka Konsep 32
BAB 4 METODE PENELITIAN................................................................................34
4.1 Rancangan Penelitian 34
4.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 34
4.3 Penelusuran Literatur 35
4.4 Telaah Kualitas Jurnal...............................................................................36
4.5 Metode Pengumpulan data.........................................................................37
4.6 Analisis Data 37
4.7 Definisi Operasional 38
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................40
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. 13
Gambar 2.2 15
Gambar 2.3 16
Gambar 3.1 31
Gambar 4.1 36
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.110
Tabel 2.2 12
Tabel 2.3. 16
Tabel 4.1 34
Tabel 4.2 38
iv
DAFTAR SINGKATAN
v
BAB 1
PENDAHULUAN
mediator dalam cairan plasma seperti interleukin. Cedera kepala akut secra
meningkatkan kadar kortisol dalam darah. Respon hormonal lainnya juga terjadi
(TSC) yang terdokumentasi dengan baik pada lesi sellar (Jackanich et al., 2020).
neuroendokrin dipengaruhi oleh berbagai factor dan semakin rumit jika terdapat :
1) tumor hipofisis dapat mempengaruhi fungsi aksis HPA secara langsung dengan
kelenjar dan batang akibat efek massa; 2) manipulasi bedah langsung kelenjar
1
2
mekanisme umpan balik negative (Rio, Nicoara and Swaminathan, 2017; Lee et
al., 2021).
anestesi yang tepat dapat mengurangi kemungkinan reaksi stres pada pasien yang
Dalam hasil studi oleh Borg et al., konsentrasi kortisol serum sekitar 3,5-
7,5 µg/dl 30 menit setelah induksi anestesi dan sekitar 16,3-23,6 µg/dl setelah
manipulasi intrasellar pada pasien dengan ACTH yang cukup tanpa pemberian
steroid pra operasi, sedangkan konsentrasi kortisol serum sekitar 18,1–45,3 µg/dl
30 menit setelah induksi anestesi dan sekitar 19,9–39,9 µg/dl setelah manipulasi
intrasellar pada pasien dengan penggantian steroid. Demikian pula, penelitian ini
menunjukkan bahwa kadar kortisol serum secara signifikan lebih tinggi pada
pasien dengan pemberian steroid pra operasi selama seluruh periode pembedahan.
Konsentrasi kortisol serum nadir adalah 2,2 µg/dl pada kelompok yang induksi
4,3, 5,6, dan 9,5 µg/dl setelah insisi dura, setelah pengangkatan tumor, dan pada
dan perifer sehingga efek sampingnya minimal dan tidak memiliki metabolit aktif.
Sebagai analgesia pasca operasi, efek Fentanyl hanya berlangsung selama 30-45
efektif dalam plasma. Konsentrasi efektif fentanil plasma untuk nyeri pasca
operasi adalah 0,63 ng/ml (dalam kisaran 0,23 hingga 1,18 ng/ml). Penggunaan
alat infus kontinyu sekali pakai dengan pompa elastomerik infuser sekali pakai
merupakan alternatif penyediaan infus fentanil yang lebih sederhana dan murah
stimulasi nyeri pada penelitian tentang kontribusi respon stres akut terhadap
perbedaan persepsi nyeri individu dan aktivitas otak yang berhubungan dengan
nyeri pada individu sehat dan penderita nyeri kronis (Vachon-Presseau et al.,
2013). Pada penelitian oleh Putra et al, kadar kortisol ditemukan normal pada 6
jam pasca operasi dengan nilai rata-rata 15,053 ± 8,644 ug/dl pada kelompok
morfin dan 12,162 ± 8,623 µg/dl pada kelompok fentanil, menunjukkan efektifitas
morfin intratekal. dan infus berkelanjutan dari fentanil yang menghambat stimulan
nyeri pasca operasi yang mengaktifkan sistem saraf simpatik dan merangsang
selektif yang telah terbukti secara signifikan mengurangi kejadian efek samping
pada pasien. Efek dexmedetomidine bergantung pada dosis dalam hal analgesia
dengan efek anestesi umum lainnya, obat penenang, dan analgesik untuk
mengurangi dosis propofol dan fentanyl digunakan selama operasi (Guo et al.,
2021).
keuntungan mengurangi depresi pernapasan, efek yang lebih kecil pada fungsi
sistem saraf, dan mempertahankan patensi jalan napas. dan refleks saluran napas
selama terjaga. Dalam penelitian Gue et al, kadar norepinefrin dan epinefrin
kelompok lain, dan efek dexmedetomidine pada kadar kortisol serum mirip
mengenai kadar kortisol pasien pasca kraniotomi yang diberikan fentanil kontinyu
pasca operasi?
operasi
kraniotomi
dexmedetomidine kontinyu.
7
8
Differences in Pain and Pain-Related Brain Activity in Healthy and Chronic Pain
Patients’, Journal of Neuroscience, 33(16), pp. 6826–6833. doi:
10.1523/JNEUROSCI.4584-12.2013.