Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH INTEGRASI NASIONAL

Dosen Pengampu : Elinda Nopriana, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 11

1. Agna Tri Putri (2220210048)


2. Tesa Nabillah (2220210066)
3. Dwi Amanda (2220210054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan rahmat, hidayah, dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Integrasi Nasional”. Penyusunan makalah ini
disusun sebagai bukti bahwa penulis telah melaksanakan dan menyelesaikan
materi tersebut.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan kerjasama dari dosen
pengampu mata kuliah, rekan kelompok serta sumber lainnya, maka penyusunan
makalah ini akan terhambat.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna, tetapi penulis bertujuan untuk
menjelaskan dan memaparkan point-point di makalah ini sesuai dengan
pengetahuan yang penulis peroleh baik dari buku, internet, maupun sumber-sumber
yang lain. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi
penulis dan bagi pembaca. Segala kritik dan saran akan penulis terima demi
memperbaiki penyusunan tugas-tugas berikutnya.

Palembang, Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................


DAFTAR ISI ..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
C. Tujuan..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Integrasi Nasional ..............................................................
B. Konsep Pluralitas Masyarakat Indonesia ........................................
C. Strategi Integrasi .............................................................................
D. Strategi Integrasi di Indonesia .........................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beranekaragamnya unsur-unsur yang dimiliki Indonesia, menjadi
tantangan tersendiri bagi bangsa ini dalam menjaga kestabilan situasi
serta mempertahankan keutuhan dan persatuan. Keberagaman di
Indonesia, selain sebagai salah satu sumber kekayaan dan kekuatan
bangsa, nyatanya juga bisa menjadi malapetaka bagi bangsa Indonesia.
Perbedaan yang ada di masyarakat dapat membawa ke arah yang postif
dan juga ke arah yang negatif. Oleh sebab itu seluruh lapisan masyarakat
diharapkan mampu menyikapi perbedaan yang ada secara dewasa, bijak
dan berakhlak.
Di Indonesia sudah sangat sering terjadi konflik dengan latar
belakang SARA. Hal ini menunjukkan masih rendahnya sikap dewasa dan
bijak pada masyarakat. Berbagai konflik SARA yang terjadi menunjukkan
gagalnya pendidikan dalam menumbuhkan kesadaran akan persatuan
dalam menyikapi keberagaman (Mahfud, 2011:186). Bangsa Indonesia
harus bisa meresapi makna dari semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” agar
muncul kesadaran dari dalam bahwa perbedaan bukanlah penghalang
untuk bangsa ini menjadi bangsa yang kuat, justru dengan perbedaan
inilah yang menjadi sumber kekuatan bagi bangsa ini. Dengan adanya
kesadaran seperti ini maka akan menumbuhkansikap saling menghragai,
menghormati dan mencintai satu sama lain. Solidaritas antar masyarakat
juga menjadi semakin kuat. Yang tidak kalah penting adalah lahirnya rasa
persaudaraan sebangsa setanah air yang akan semakin memperkokoh
NKRI.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu :
1. Bagaimana konsep integrasi nasional?
2. Bagaimana konsep pluralitas masyarakat indonesia?
3. Apa saja strategi integrasi?
4. Bagaimana integrasi nasional di indonesia?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah
ini yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep integrasi nasional.
2. Untuk mengetahui konsep pluralitas masyarakat indonesia.
3. Untuk mengetahui strategi integrasi.
4. Untuk mengetahui integrasi nasional di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Integrasi Nasional


Secara etimologi, integrasi berasal dari kata latin integrare yang artinya
memberi tempat bagi suatu unsur demi suatu keseluruhan. Kemudian dari bentuk
kata kerja itu dibentuk kata benda integritas yang artinya keutuhan atau
kebulatan. Selanjutnya, dari kata-kata integritas dibentuk kata sifat integer,
artinya utuh. Oleh sebab itu, istilah integrasi berarti membuat unsur-unsur
tertentu menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh (Hendropuspito dalam
Depdikbud, 1997: 24). (Menurut Widjaja dalam Dedpdikbud 1997: 24) integrasi
adalah keserasian satuan-satuan yang terdapat dalam suatu sistem, dan bukan
penyeragaman, namun merupakan hubungan satuan-satuan yang sedemikian
rupa serta tidak merugikan masing-masing satuan. Yang baik saling mendukung
satuan serta masih memiliki identitas masing-masing dan saling
menguntungkan. Dari beberapa definisi integrasi tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa integrasi adalah usaha-usaha untuk menyatukan unsur-unsur
yang saling mendukung untuk menjadi suatu bentuk kesatuan yang utuh.
Contoh masalah integrasi nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
yaitu :
1. Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu.
Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi
kepentingannya, sama halnya dengan konflik. Konflik dilatarbelakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
perbedaanperbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu
masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan

1
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Banyak rakyat dan pemimpin
negara yang mempunyai argumen masing-masing untu kepentingannya.
Namun Kadang juga secara terioristis, perbedaan kepentingan dapat
menimbulkan masalah yang besar bagi orang yang melakukanya. Dipandang
sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada
tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi.
Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat
hubungannya dengan stres.
2. Aksi Protes dan Demonstrasi
Aksi protes disebut juga unjuk rasa yang selalu terjadi dalam
kehidupan manusia. Hal itu terjadi karena setiap orang memiliki pendapat dan
pandangan yang mungkin berbeda. Protes dapat terjadi apabila suatu hal
menimpa kepentingan individu atau kelompok secara langsung sebagai akibat
dari rasa ketidakadilan akan hak yang harus diterima. Akibatnya, individu
atau kelompok tersebut tidak puas dan melakukan tindakan penyelesaian.
Protes merupakan aksi tanpa kekerasan yang dilakukan oleh individu atau
masyarakat terhadap suatu kekuasaan. Protes dapat pula terjadi secara tidak
langsung sebagai rasa solidaritas antarsesama karena kesewenang-wenangan
pihak tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan bagi orang lain.
B. Konsep Pluralitas Masyarakat Indonesia
Pluralitas adalah kondisi keberagaman. Plural berasal dari bahasa Inggris
plural bermakana jamak atau lebih dari satu. Kata pluralitas jelas artinya adalah
ada banyak macam, ada perbedaan, ada keanekaan. Pluralitas mengungkapkan
fakta bahwa ada banyak. Sebagai negara yang kaya akan suku, agama dan
budaya, Indonesia menjadisalah satu negara multicultural terbesar di dunia. Abd.
Rachman Assegaf (2011:309) mengatakan bahwa Indonesia memiliki setidaknya
300 suku, 200 bahasa daerah serta ribuan aspirasi dan pemikiran kultural. Hal ini
menjadi kebanggan tersendiri bagi bangsa Indonesia sebagai indentitas nasional.
Kehormatan dan kewibawaan bangsa terangkat dengan adanya keberagaman
ini. Namun, di sisi lain hal ini justru menjadi masalah tersendiri. Keberagaman
nyatanya juga berpotensi menghancurkan eksistensi bangsa. Negara yang
memiliki kebudayaan yang beragam, sangat rentan akan pergolakan antar
kelompok. Masalah inilah yang menjadi ancaman serius bagi suatu negara. Jika
masalah ini dibiarkan begitu saja, maka akan menjalar kepada masalah lainnya.
Bukan tidak mungkin seiring berjalannya waktu, juga akan mengancam
keselamatan suatu negara. Tarmizi Taher memiliki pandangan bahwa semboyan
keberagaman dari unsur-unsur yang ada di masyarakat bertujuan membangun
sikap serta hubungan yang baik terhadap sesama demi menjaga keutuhan bangsa.
Indonesia memiliki sejarah yang panjang dari manusia pertama yang
menghuni Nusantara ini sampai kelahirannya sebagai Negara. Sejarah yang
panjang itu menyimpan berbagai macam kekayaan yang beragam berupa sumber
daya alam dan sumber daya manusia. Keragaman sumber daya manusia
Indonesia berupa penduduknya yang bersifat majemuk dan sangat plural,
terdiri dari bermacam-macam suku, etnis, ras, agama, sosial,budaya, taraf
ekonomi, kecenderungan politik dan sebagainya. Mengenai jumlah suku di
Indonesia, terdapat berbagai pendapat dari para peneliti.
Undang-Undang Dasar 1945 menjamin dan mengakui lima agama
untuk tumbuh dan berkembang di Indonesia, yaitu Islam, Katolik, Protestan,
Hindu dan Budha. Di luar lima agama resmi tersebut, masih terdapat
ideology dan kepercayaan lain seperti: Konghuchu, aliran kepercayaan, kejawen
dan lain-lain. Selain itu, pada masing-masing agama di atas terdapat banyak
mazhab yang diikuti oleh para pendukungnya. Selain itu, Indonesia juga
memiliki banyak ragam budaya. Hal itu terlihat dari adapt istiadat, pola hidup,
interkasi sosial, bahasa sebagai alat komunikasi dan lain-lain. Beragamnya
budaya Indonesia tersebut selain dilatar belakangi oleh suku yang berbeda-beda
budaya juga akibat dari pengaruh luar yang diminati oleh penduduknya. Budaya
asing dan agama yang masuk sangat berpengaruh terhadap penciptaan budaya
baru yang terus tumbuh dan berkembang di Indonesia. Agama Hindu yang
datang dari India, agama Islam dari Arab, agama Kristen dari Eropa serta agama
Budha dari negara-negara Indocina sangat berpengaruh dalam proses
pembentukan budaya di Indonesia sampai sekarang.
Dalam kehidupan politik, kemajemukan bangsa Indonesia terlihat pada
kemauan politik masyarakat yang selalu tidak sama. Hal ini antara lain dapat
dilihat dari jumlah partai politik yang selalu banyak. Hingga puncaknya terlihat
pada pemilihan umum 1999 yang diikuti oleh 48 partai politik. Masingmasing
partai politik memiliki platform, visi dan misi yang berdeda dengan lainnya.
Dalam struktur ekonomi, terdapat dua macam sektor yang masingmasing
memiliki karakter berbeda. Pertama, ekonomi yang bernilai komersial tinggi,
relative canggih, berhubungan dengan lalu lintas perdagangan internasional,
memperoleh keuntungan maksimal dan biasanya banyak dikuasai oleh warga
keturunan, khususnya Cina. Kedua, terdapat sistem ekonomi di pedesaan yang
bersifat tradisional, didorong oleh motif-motif kepuasan sosial, tidak berorientasi
pada keuntungan komersial semata, konservatif dan tidak tergiur dengan lalu
lintas perdagangan internasional. Di satu sisi, kebhinekaan itu merupakan
kekayaan besar yang dapat menyokong negara ini menjadi sebuah entitas
yang kokoh. Namun di sisi lain, kebinekaan itu juga dapat menjadi sumber
melapetaka besar yang mengantarkan negara ini menuju jurang kehancuran.
Para sosiolog menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
pluralitas di Indonesia. Pertama, keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari
13.000 pulau. Letak komunitas penduduk yang terpisah dengan yang lain
menyebabkan lahirnya berbagai tradisi, bahasa, model interaksi, gaya hidup,
kecenderungan dan sebagainya. Kesatuan-kesatuan kelompok yang terisolasi
dari kelompok yang lain itulah yangakhirnya membentuk suku dan ras yang
berbeda-beda. Kedua, kepulauan Indonesia yang terletak diantara samudera
Indonesia dan Pasifik menjadikan wilayah ini terbuka untuk jalur perhubungan
internasional. Hal iniberakibat pada masuknya pengaruh bangsa dan peradaban
asing kepada penduduk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari adanya pluralitas
agama di Indonesia. Ketiga, faktor ekologi dan iklim yang berbeda-beda
menjadi sebab timbulnya pluralitas regional di Indonesia. Struktur tanah
pertanian serta curah hujan yang tidak sama menyebabkan munculnya sistem
pertanian yang tidak sama antara beberapa daerah di Indonesia.
C. Strategi Integrasi
Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami oleh semua
negara, terutama adalah negara-negara berkembang. Dalam usianya yang masih
relatif muda dalam membangun negara bangsa (nation state), ikatan antara
kelompok-kelompok yang berbeda dalam negara masih rentan dan mudah tersulut
untuk terjadinya pertentangan antar kelompok. Di samping itu masyarakat di
negara berkembang umumnya memiliki ikatan primordial yang masih kuat.
Kuatnya ikatan primordial menjadikan masyarakat lebih terpancang pada ikatan-
ikatan primer yang lebih sempit seperti ikatan keluarga, ikatan kesukuan, ikatan
sesama pemeluk agama, dan sebagainya. Dengan demikian upaya mewujudkan
integrasi nasional yang notabene mendasarkan pada ikatan yang lebih luas dan
melawati batas-batas kekeluargaan, kesukuan, dan keagamaan menjadi sulit untuk
diwujudkan. Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yang
mantap ada beberapa strategi yang mungkin ditempuh, yaitu: 1. Stategi Asilmilasi
Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih
menjadi satu kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran tersebut maka
masing-masing unsur budaya melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan
yang baru itu tidak tampak lagi identitas masing-masing budaya pembentuknya.
Ketika asimilasi ini menjadi sebuah strategi integrasi nasional, berarti bahwa
negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur-unsur
budaya yang ada dalam negara itu benarbenar melebur menjadi satu dan tidak lagi
menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal. Dengan strategi
yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasi nasional dilakukan
tanpa menghargai unsurunsur budaya kelompok atau budaya lokal dalam
masyarakat negara yang bersangkutan. Dalam konteks perubahan budaya,
asimilasi memang bisa saja terjadi dengan sendirinya oleh adanya kondisi tertentu
dalam masyarakat. Namun bisa juga hal itu merupakan bagian dari strategi
pemerintah negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya, yaitu dengan cara
melakukan rekayasa budaya agar integrasi nasional dapat diwujudkan. Dilihat dari
perspektif demokrasi, apabila upaya yang demikian itu dilakukan dapat dikatakan
sebagai cara yang kurang demokratis dalam mewujudkan integrasi nasional.
1. Strategi Akulturasi
Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih
sehingga memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli
pembentuknya masih tampak dalam kebudayaan baru tersebut. Dengan
demikian berarti bahwa kebudayaan baru yang terbentuk tidak “melumat”
semua unsur budaya pembentuknya. Apabila akulturasi ini menjadi strategi
integrasi yang diterapkan oleh pemerintah suatu negara, berarti bahwa negara
mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan adanya identitas
budaya bersama namun tidak menghilangkan seluruh unsur budaya kelompok
atau budaya lokal. Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya
mewujudkan integrasi nasional dilakukan dengan tetap menghargai unsurunsur
budaya kelompok atau budaya lokal, walaupun penghargaan tersebut dalam
kadar yang tidak terlalu besar. Sebagaimana asimilasi, proses akulturasi juga
bisa terjadi dengan sendirinya tanpa sengaja dikendalikan oleh negara. Namun
bisa juga akulturasi menjadi bagian dari strategi pemerintah negara dalam
mengintegrasikan masyarakatnya. Dihat dari perspektif demokrasi, strategi
integrasi nasional melalui upaya akulturasi dapat dikatakan sebagai cara yang
cukup demokratis dalam mewujudkan integrasi nasional, karena masih
menunjukkan penghargaan terhadap unsur-unsur budaya kelompok atau
budaya lokal.

2. Strategi Pluralis
Paham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya perbedaan
dalam masyarakat. Paham pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi
nasional dengan memberi kesempatan pada segala unsur perbedaan yang ada
dalam masyarakat untuk hidup dan berkembang. Ini berarti bahwa dengan
strategi pluralis, dalam mewujudkan integrasi nasional negara memberi
kesempatan kepada semua unsur keragaman dalam negara, baik suku, agama,
budaya daerah, dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk tumbuh dan
berkembang, serta hidup berdampingan secara damai. Jadi integrasi nasional
diwujudkan dengan tetap menghargai terdapatnya perbedaanperbedaan dalam
masyarakat.
D. Integrasi Nasional Di Indonesia
Integrasi nasional merupakan salah satu cara untuk menyatukan berbagai
macam perbedaan yang ada di Indonesia. Integrasi itu sendiri dapat dikatakan
sebagai suatu langkah yang baik untuk menyatukan sesuatu yang semula terpisah
menjadi suatu keutuhan yang baik bagi bangsa Indonesia,misalnya menyatukan
berbagai macam suku dan berbudaya yang ada serta menyatukan berbagai macam
agama yang ada di Indonesia. Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam
kehidupan masyrakat Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan negara yang
masih berkembang atau dapat dikatakan negara yang masih mencari jati diri.
Selain itu, integrasi nasional sangat penting untuk diwujudkan karena integrasi
nasional merupakan suatu cara yang dapat menyatukan berbagai macam
perbedaan yang ada di Indonesia. Indonesia sangat dikenal dengan keanekaragan
suku, budaya, dan agama. Oleh sebab itu, adanya pengaruh globalisasi yang
masuk ke Indonesia membuat masyarakat Indonesia lebih memilih untuk suatu
yang trend walaupun hal tersebut membuat upaya integrasi tidak terwujud.
Masyarakat Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi yang ternyata tidak
baik bagi masyarakat Indonesia. Selain pengaruh globalisasi, masyarakat
Indonesia bertindak atas wewenang sendiri maupun kelompok sehingga konflik
terjadi dimana-mana seperti pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-tempat
ibadah dan lain sebagainya. Konflik tersebutlah yang membuat integrasi nasional
susah diwujudkan.
Upaya integrasi terus dilakukan agar Indonesia menjadi satu kesatuan yang
mana disebutkan dalam semboya bhinneka tunggal ika. Adanya upaya
mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada tetap harus diakui
dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai tujuannya.
Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di Indonesia,
masyarakat Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama sehingga
tidak terjadi konflik yang berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia.
Kodrat integrasi pada bangsa Indonesia, tercipta oleh kesadaran kebangsaan dan
cita-cita perjuangan yang dibangun melalui gairah dan kehendak yang kuat dari
kodrat keanekaragaman kehidupan bangsa Indonesia. Kodrat keanekaragaman
kehidupan itulah yang membangun kehendak berintegrasi ke dalam satu kesatuan
bangsa, dan bercita-cita membangun satu kehidupan kebangsaan, dalam satu
negara kesatuan Republik Indonesia.
Bagi negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Indonesia, konsep
integrasi sering digunakan dalam rangka penyatuan wilayah Indonesia dalam satu
wawasan yang disebut dengan wawasan nusantara. Adanya beberapa suku-bangsa
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, di satu pihak merupakan kebangsaan
tersendiri karena memiliki kekayaan kebudayaan yang sangat tinggi harganya.
Namun, di sisi lain dengan banyaknya jumlah suku-bangsa yang ada merupakan
sumber timbulnya konflik. Dalam kehidupan suatu suku-bangsa tertentu,
seringkali dijumpai gambaran subyektif mengenai suku bangsa lain, baik yang
bersifat positif maupun negatif. Akan tetapi tidak selamanya gambaran subyektif
atau stereotipe etnik ini selalu merupakan gambaran yang negatif saja, melainkan
ada kalanya berupa stereotipe etnik yang positif. Namun, dalam kenyataannya
justru steorotipe etnik yang negatiflah yang sering muncul dan hal ini yang akan
menghambat terwujudnya integrasi nasional.
Negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa beruntung mempunyai
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang dilkrarkan oleh para pemuda
Indonesia pada tahun 1928. Hingga kini, bahasa Indonesia dipergunakan sebagai
bahasa persatuan oleh seluruh warga negara Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia asli dengan cirinya tersendiri, dan
berbeda dengan bahasa Melayu yang digunakan oleh masyarakat Riau.
Tercapainya kesepakatan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
bukan sesuatu yang dipahami dan diinterpretasikan secara sederhana.
Kesepakatan itu mempunyai nilai hakiki menuju kesatuan bangsa yang benar-
benar utuh dan mumi. Kesepakatan tersebut tidak boleh diartikan bahwa bahasa-
bahasa daerah harus dihapuskan karena eksistensi dan pemeliharaan bahasa-
bahasa daerah tersebut dijamin sepenuhnya di dalam UUD 1945. Oleh sebab itu
gagasan ataupun ide yang dikemukakan oleh para pemuda pada saat itu (1928)
yang telah memikirkan masalah penyatuan bahasa yang digunakan oleh seluruh
suku bangsa harus dihargai dan dihormati. Gambaran integrasi nasional pun
secara tidak langsung juga telah dilakukan oleh para pemuda pencetus Sumpah
Pemuda 1928. Pemimpin maupun pemuda yang hadir pada saat itu adalah
wakilwakil pemuda dari berbagal suku-bangsa, seperti Jong Java, Yong Sumatera,
Yong Ambon dan sebagainya. Jadi, dengan digunakannya bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dimaksudkan untuk peningkatan rasa solidaritas
nasional dalam rangka.
Pembinaan hubungan yang erat serta untuk mencegah timbulnya konflik yang
dapat menghambat terwujudnya integrasi nasional. Karena itu dalam masalah
integrasi nasional ini ada 4 komponen yang merupakan kesatuan sebuah sistem
yang menjadi indikator untuk keberhasilan integrasi nasional dan kerjasama
golongan etnik tersebut. Keempat komponen tersebut dikenal dengan SARA yaitu
suku atau etnik, agama, ras, dan antar golongan. Empat komponen ini sangat
sensitif dan paling mudah menimbulkan perpecahan. Karena itu kestabilan
keempat komponen ini merupakan asset bangsa yang menjadikan bangsa kita
menjadi berjaya. Adapun contoh masalah integrasi di Indonesia dan
penyelesaiannya yaitu konflik etnis Tionghoa dan pribumi (1998). Masalah
integrasi, khusunya dari warga etnis Tionghoa kelahiran indonesia dengan warga
etnis lainnya yang sering diistilahkan sebagai “warga asli”, seperti yang terjadi di
kota Medan dan sekitarnya (1994 dan 1998), Jakarta, Solo, Surabaya (1998) yang
diiringi dengan tindak kekerasan dan perampasan sebagian harta benda dari para
warga etnis Tionghoa, telah menghiasi lembara sejarah perjalanan bangsa kita
(Rahz, dkk 1999: 143). Penyebabnya karena konsep penduduk asli, yang untuk
pertama kalinya diperkenalkan dalam masa penjajahan, pada masa kini sudah
berurat-berakar. Penduduk asli berarti mereka yang telah menduduki tanah
sebelum penjajahan oleh bangsa Barat. Kelompok-kelompok penduduk asli
tersebut menganggap diri mereka sebagai bumiputera dan oleh karenanya mereka
menikmati hak-hak yang lebih ketimbang pendatang baru, yaitu kelompok-
kelompok imigran. Semua suku Indonesia dianggap kelompok penduduk asli dan
etnik Tionghoa yang merupakan kelompok migran. Istilah tersebut digunakan
juga untuk orang Indonesia penduduk asli tertentu yang bertransmigrasi dari
wilayah lain Indonesia. Transmigran penduduk asli tersebut dianggap sebagai
nonpenduduk asli oleh penduduk setempat, dan oleh karenanya mereka terkena
diskriminasi sosial. Namun hal utama yang mengakibatkan peristiwa ini iala
karena kesenjangan ekonomi antara kaum pribumi dan etnis Tionghoa yang
menimbulkan kecemburuan terhadap kaum pribumi. Karena sektor ekonomi yang
banyak dikuasai oleh etnis Tionghoa. Solusi yang dilakukan pemerintah maupun
oleh tokoh-tokoh dari warga etnis Tionghoa sendiri untuk mensukseskan integrasi
yaitu pada tahun 1966 pemerintah menerbitkan peraturan No. 127/U/Kep/12/1966
tentang cara penggantian nama para warga etnis Tionghoa dengan nama
Indonesia. Alasannya untuk mempercepat proses asimilasi karena dengan
menyebut nama
Indonesia, “warga asli” merasa tidak “asing” lagi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan
perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya
keserasian dan keselarasan secara nasional. Indonesia merupakan bangsa
yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal
ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan
kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah
keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
Pluralitas yang bersifat multi-dimensional menjadi persoalan tersendiri
bagi bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan adanya good will dari semua
elemen masyarakat untuk membangun bangsa dengan baik dan
mempertahankan kesatuan dan persatuan negara , meskipun dengan harga
yang sangat mahal sekalipun. Konflik-konflik antar etnis dan antara
agama terbukti menumbuh suburkan sparatisme regional, memperberat
beban mental bangsa, menambah besar pengeluaran pembiayaan
pemerintah dan masyarakat.

B. Saran
Harapan kami sebagai penyusun,semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, dan kami harapkan juga bahwa jangan hanya
berfokus pada materi ini saja tetapi telusuri lebih dalam tentang ““Integrasi
Nasional” melalui referensi-referensi lain yang dapat membantu
meningkatkan pengetahuan kita karena dalam penulisan makalah penyusun
menyadari bahwa materinya masih sangat terbatas.
DAFTAR PUSTAKA

Astawa, I Putu Ari. 2017. Integrasi Nasional. Bali : Universitas Udayana.

Kemendikbud. 1996. Integrasi Nasional: Suatu Pendekatan Daerah


KalimantanSelatan. Jakarta: Kemendikbud

Kemendikbud. 1997. Integrasi Nasioanal: Suatu Pendekatan Budaya di Daerah


IstimewaYogyakarta. Yogyakarta: Kemendikbud

Rahz. Muhammad Hidayat dkk. 1999. Menuju Masyarakat Terbuka: Lacak Jejak
Pembaruan Sosial di Indonesia. Yogyakarta: Ashoka Indonesia

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi


ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.

Mulyawan, Rico dkk. 2021. Menjaga Persatuan dan Kesatuan di Tengah Pluralitas
Masyarakat Indonesia. Jurnal Pendidikan Tambusai 5.3. Bandung : UPI.

Geertz, Hildred. 1981. Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia. Jakarta:


Yayasan Ilmu-ilmu Sosial.

Nasikun. 1995. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Press. Rohman, Nur.
2020. Integrasi Nasional. Mojokerto : STIE Al-Anwar.

Anda mungkin juga menyukai