Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

Bermain
HAL 35-38
Bermain adalah aktivitas yang menyenangkan bagi anak sehingga memiliki peranan
penting dalam perkembangan psikologis anak dan merangsang perkembangan kognitif serta
perkembangan sosial. Dalam permainan anak dapat melihat proses bagaimana sesuatu
bekerja, mencoba bermain peran dan berimajinasi. Menurut Allport (1961) individu yang
sehat adalah seseorang yang dapat bekerja, bermain, dan mencintai dengan efektif.
Secara sosial bermain dimulai dengan permainan yang bersifat soliter pada anak yang
masih bayi artinya permainan yang hanya melibatkan diri sendiri, permianan paralel pada
anak tiga tahun dimana anak bermain berdampingan dan saling meniru satu sama lain tetapi
pada dasarnya masih bersifat individu, permainan sosial pada anak usia empat dan lima tahun
dimana sebagian besar aktivitas bermainnya adalah berinteraksi dengan teman sebayanya.
Sebagai orangtua tentunya kita harus ikut berpartisipasi dan memperhatikan anak ketika
sedang bermain. Menurut Allport (1961) individu yang sehat adalah individu yang mampu
berkerja, bermain dan mencintai dengan efektif.
Ada kategori utama bermain yaitu fungsional yang melibatkan fungsi atau
keterampilan tertentu seperti menendang, bertepuk tangan atau yang melibatkan gerakan –
gerakan lainnya, permainan fiksi biasa pada tahun kedua kehidupan pertama yaitu
berimajinasi seperti boneka diperlakukan layaknya bayi sungguhan pada permainan ini
biasanya perkembangan bahasa anakpun ikut meningkat, kategori reseptif yaitu dimana anak
mendengarkan cerita dari sebuah peristiwa ataupun gambar, kategori konstruktif yaitu
dimana anak mulai menggambar, bermain pasir dan bermain di lingkungan alam sekitar, lalu
ada kategori terakhir dimana anak bermain dengan permainan yang memiliki aturan seperti
main bola dan main kucing – kucingan.
Kategorisasi perkembangan bermain anak dimulai dengan permainan sensorik
motorik yang berlangsung selama 12 bulan pertama seperti menghisap atau memasukan suatu
objek kedalam mulut pada fase oral, menggoyangkan, menyentuh, memindahkan dan
melemparkan suatu benda, lalu bermain pura – pura yang muncul pada usia awa tahun kedua
seperti menggunakan sendok mainan untuk pura pura makan, menggunakan sisir mainan
untuk menyisir rambutnya yang orientasinya masih terhadap tubuh sendiri, lalu ada bermain
pura-pura atau peran yang terjadi pada anak 15-21 bulan dimana bermain dengan sendok
mainan tahu sisir mainan untuk memberi makan dan menyisir rambut boneka atau teman
mainnya, lalu ada bermain peran pada anak usia dua sampai tiga tahun dimana mereka
menggunakan botol sebagai mobil atau perahu, lalu ada permainan sosiodrama biasanya
terjadi pada anak usia 5 tahun dimana anak mengambil peran sebagai ayah atau ibu atau jenis
pekerjaan yang dia sukai seperti guru atau dokter, lalu pada anak usia 6 tahun permainan
peran ini biasanya anak ada pada tahap sudah bisa merencanakan dirinya dan teman
bermainnya akan berperan menjadi siapa, lalu pada anak usia 7 sampai 8 tahun biasanya
bermain dengan permainan yang sudah memiliki aturan seperti bermain bola dan bermain
kucing – kucingan. Pada usia diatas 8 tahun biasanya permainan berupa olaharaga dimana
dalam permaianan ini ada pihak yang menang dan pihak yang kalah, pada tahap ini
permainan bukan hanya kesenangan saja melainkan juga berkomepetisi.
HAL 39-43
Bermain adalah cara anak-anak belajar dan mendapatkan pengalaman. Bagi anak-
anak tidak ada perbedaan nyata antara bermain dan apa yang mungkin dianggap orang
dewasa sebagai pekerjaan. Contohnya saat anak membantu ayah di kebun atau di rumah lalu
saat membantu ibunya membuat kue adalah salah satu bentuk bermain untuknya. Saat
merapihkan tumpukan pasir, bebatuan di kebun atau mencapurkan tepung dengan gula saat
membuat kue merupakan hal yang menyenangkan bagi anak. Semakin banyak kesempatan
seorang anak untuk mengeskplor segala hal yang ada disekitarnya selama proses bermain,
mengatur ulang posisi benda2 yang ada disekitarnya secara imajinatif, mecampurkan bahan
alami yang bisa dicampur dan dibentuk serta dituang tanpa rasa takut akan adanya kemarahan
orang dewasa atas kekacauan yang terjadi d semakin besar kemungkinan terjadinya proses
pembelajaran baru akan terjadi.
Di taman kanak-kanak, bermain adalah komponen utama dari kurikulum. nak-anak
dibiarkan untuk melakukan banyak hal sesuka mereka yang tentunya di bawah pengawasan
seorang guru yang tentu akan menjaga mereka dari bahaya. Tugas guru disini adalah
menawarkan berbagai kegiatan bermain dan membantu anak mengeksplorasinya secara
maksimal. Guru taman kanak-kanak sangat menyadari aspek menyenangkan dari bermain,
tujuan mereka adalah untuk memberi anak-anak jenis pengalaman bermain sebagai bentuk
pembelajaran yang diinginkan. 
Dalam bermain guru juga harus mengatur dan menentukan permainan-permainan apa
saja yang dapat diberikan atau ditawarkan kepada siswanya seusai dengan tingkat
perkembangannya sehingga guru dapat mengamati cara anak merespon ketika bermain, guru
juga dapat mengamati perkembangan kepribadian dan sosial anak, dapat mengamati anak-
anak yang secara konsisten bermain sendiri dan tidak mau bermain nersama teman-temannya,
anak menunjukkan sifat merusak atau agresi yang nyata, anak yang tidak dapat berbagi atau
menunggu giliran, anak yang terus-menerus menuntut perhatian orang dewasa sehingga
mudah untuk mendeteksi ketika ada perilaku yang menunjukkan ke arah gangguan
psikologis.
HAL 43-35
Beralih pada anak dengan kelompok usia selanjutnya. Dalam tahap ini proses belajar
bukan hanya dari proses bermain saja akan tetapi penekanannya pada permainan atau game
seperti olahraga dan permainan simulasi dimana anak anak sudah mulai mempelajari
keterampilan dan manajemen dalam permainannya. Permainan simulasi menyediakan
gambaran kehidupan dan kenyataan, permainan ini dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-
situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya contohnya permainan memasak,
bercocok tanam dan beternak. Permainan memiliki banyak manfaat seperti melatih
keterampilan simulasi dan memecahkan masalah, belajar bekerjasama dengan kelompok dan
meningkatkan kreatifitas anak. Sehingga dengan permainan ini anak-anak diharapkan dapat
menerapkannya didunia nyata dimasa yang akan mendatang. Begitu juga dengan olahraga,
pada permainan olahraga ini tidak hanya baik untuk perkembangan fisik dan kebugaran fisik
saja tetapi untuk keterampilan pribadi dan kerjasama tim.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, media dalam proses belajar pun semakin
berkembang salah satunya adalah komputer. Komputer menjadi media untuk kegiatan
bermain game meningat banyaknya variasi game yang terdapat pada komputer yang
menimbulkan kekhawatiran tentang efek pada anak-anak yang menggunakan komputer
sebagai media bermain game. Game komputer biasanya menyebabkan penarikan anak dari
lingkungan sosialnya, mengganggu pertumbuhan keterampilan komunikasi juga mengganggu
dalam kepekaan terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, game komputer juga bisa
menghambat perkembangan imajinasi visual anak. Namun, game komputer memang
memiliki sisi positifnya diantaranya meningkatkan kepercayaan diri pada anak, mendorong
sikap positif terhadap pembelajaran berbasis komputer. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa game pada media komputer memiliki sisi positif dan negatifnya masing-masing.
Sebagai guru dan orangtua hendaknya kita mendamping anak, memilih permainan yang aman
untuk dimainkan oleh anak, dan memberikan batasan waktu untuk anak yang sedang bermain
game di komputer.

1. Bagaimana peran bermain dalam memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak ?


2. Bagaimana cara menyikapi anak yang suka bermain permainan yang tidak sesuai dengan
gender dan usianya ?
3. Bagaimana menyikapi orangtua yang menganggap bermain adalah bukan hal yang penting
dala perkembangan dan pertumbuhan anak? Dan menekan anak agar terus menerus untuk
belajar?
4. Bagaimana menyikapi anak yang tidak mau bermain dengan teman temannya ? dan lebih
suka bermain sendiri sehingga pada akhirnya dia tidak punya teman di sekolah dan tidak mau
ditinggal oleh orangtuanya saat sekolah

Anda mungkin juga menyukai