Anda di halaman 1dari 142

PERTEMUAN 9

PENGISIAN SPT 1770


MENGGUNAKAN PEMBUKUAN

1
2 0 2 1
CONTOH KASUS PENGISIAN SPT 1770

Berikut ini adalah data WP Kresna Aditya

1. Nama KRESNA ADITYA

2. NPWP 04.125.365.5-521.000
3. JENIS Apotik
USAHA/PEKERJAA
N BEBAS
4. Jabatan Kepala Divisi SDM
5 Telepon 0281-653546

7. Status/Kewajiban KK
KRESNA ADITYA
Neraca
Per 31 Desember 2021

AKTIVA PASIVA

Aktiva Lancar

Kas / Bank Rp. 42.034.128 Utang Dagang Rp. 12.145.250

Piutang Dagang Rp. 22.654.500 Utang PPh Pasal 4(2) Des Rp. 928.870 +
58.811.147
Persediaan Barang Dagangan Rp. + Jumlah Hutang Rp. 13.074.120

Jumlah Aktiva Lancar Rp. 123.499.775

Aktiva Tetap

Aktiva tetap Rp. 300.000.000 Modal Usaha Rp. 200.000.000

Akumulasi Penyusutan Rp. 55.000.000 - Prive Rp. (60.000.000)

Jumlah Aktiva Tetap Rp. 245.000.000 Laba Setelah Pajak Rp. 95.425.655

Total Aktiva Rp. 368.499.775 Total Kewajiban & Ekuitas Rp. 368.499.775
-
Wajib Pajak

KRESNA ADITYA
LAMPIRAN KHUSUS 1A
SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
TAHUN PAJAK 22 0 0 1 92 1
DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL

NPWP : 0 4 1 2 5 3 6 5 5 5 2 1 0 0 0 NAMA WAJIB PAJAK : K RE S N A - A D I T Y A - - - - - - - - - - -

BULAN / HARGA NILAI SISA BUKU FISKAL METODE PENYUSUTAN / AMORTISASI


KELOMPOK / JENIS HARTA TAHUN PEROLEHAN AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI FISKAL TAHUN INI CATATAN (Nilai sisa buku)
PEROLEHAN (RUPIAH) (RUPIAH) KOMERSIAL FISKAL (RUPIAH)
HARTA BERWUJUD
Kelompok 1 :
5 Komputer 1 Januari 2018 20.000.000 15.000.000 Garis lurus Garis lurus 5.000.000 10.000.000
Meja Kursi 1 Januari 2018 40.000.000 30.000.000 Garis lurus Garis lurus 10.000.000 20.000.000

Kelompok 2 :

Etalase dari Aluminium 1 Januari 2019 40.000.000 40.000.000 Garis lurus Garis lurus
5.000.000 35.000.000
Kelompok 3 :
………………………………………………….
Kelompok 4 :
………………………………………………….
KELOMPOK BANGUNAN
Permanen

Gedung Toko 1 Januari 2018 200.000.000 190.000.000 Garis lurus Garis lurus 10.000.000 180.000.000
Tidak Permanen :
………………………………………………….

300.000.000 275.000.000
JUMLAH PENYUSUTAN FISKAL ……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………………………………...……………..………………..……………………………..
Ø 30.000.000 245.000.000
JUMLAH PENYUSUTAN KOMERSIAL ……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……..………………………...……..……………..…………………………………..
Ø - -
SELISIH PENYUSUTAN ( PINDAHKAN KE FORMULIR 1771-I ANGKA 5 HURUF i ATAU ANGKA 6 HURUF a) ……………..……………..……………..……………..……………….………………………..………………………….
Ø 30.000.000 245.000.000
HARTA TAK BERWUJUD
Kelompok 1 :
………………………………………………….
Kelompok 2 :
………………………………………………….
Kelompok 3 :
………………………………………………….
Kelompok 4 :
………………………………………………….
Kelompok Lain-lain
………………………………………………….
JUMLAH AMORTISASI FISKAL ……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..………………...…..………………………....…………………………………………………..
Ø
JUMLAH AMORTISASI KOMERSIAL ……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..………………………………….…..………………….…..……………..……………………………………..
Ø
SELISIH AMORTISASI ( PINDAHKAN KE FORMULIR 1771-I ANGKA 5 HURUF j ATAU ANGKA 6 HURUF b) …….………..………..……..……………..……………..………………………………………………….
Ø

Purw okerto, 3 0 0 3 1 9
WAJIB PAJAK / KUASA

( KRESNA ADITYA)
Daftar Jumlah Penghasilan Bruto dan Pembayaran PPh Final berdasarkan PP 46 Tahun 2019
Per Masa Pajak Serta Dari Masing-Masing Tempat Usaha

Nama : KRESNA ADITYA


NPWP : 04.125.365.5-521.000
Alamat : JL. MAWAR NO.10 PURWOKERTO

PPh Final 1%
No. NPWP Tempat Usaha Alamat Peredaran Bruto
Dibayar
KPP Lokasi
JL. MAWAR NO.10
1 04.125.365.5-521.000
PURWOKERTO
JANUARI 90.000.000 900.000

PEBRUARI 90.000.000 900.000

MARET 90.000.000 900.000

APRIL 100.000.000 1.000.000

MEI 100.000.000 1.000.000

JUNI 100.000.000 1.000.000

JULI 100.000.000 1.000.000

AGUSTUS 100.000.000 1.000.000

SEPTEMBER 100.000.000 1.000.000

OKTOBER 87.000.000 870.000

NOPEMBER 90.000.000 900.000

DESEMBER 92.887.000 928.870

Jumlah 1.139.887.000 11.398.870

Tanda Tangan, Nama dan Cap

KRESNA ADITYA

Jika formulir ini tidak mencukupi, dapat dibuat sendiri sesuai dengan bentuk ini

Halaman ke- ……. dari ……. halaman


FORM 1770
FORMULIR
LAMPIRAN - IV
22 00 21 1 9

TAHUN PAJAK
1770 - IV SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

• HARTA PADA AKHIR TAHUN 0 1 1 9 s.d 1 2 1 9


KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN BL TH BL TH

• DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA X PEMBUKUAN PENCATATAN

PERHATIAN
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 0 4 1 2 5 3 6 5 5 5 2 1 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : K R E S N A A D I T Y A
BAGIAN A : HARTA PADA AKHIR TAHUN
KODE TAHUN HARGA PEROLEHAN
NO. NAMA HARTA KETERANGAN
HART PEROLEHAN (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 061 RUMAH 2014 250.000.000
2 042 SEPEDA MOTOR 2015 14.000.000
3 043 MOBIL 2014 125.000.000
4 038 MODAL USAHA 2019 235.425.655
5 012 TABUNGAN 2019 150.000.000
6
JUMLAH BAGIAN A JBA 774.425.655

BAGIAN B : KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN


KODE ALAMAT PEMBERI TAHUN JUMLAH
NO. NAMA PEMBERI PINJAMAN
UTAN PINJAMAN PEMINJAMA (Rupiah)
(1) (2) (3 (4) (5) (6)
1 101 BANK BTN JL.JEND.SUDIRMAN PURWOKERTO
2014 60.000.000
10
dst
JUMLAH BAGIAN B JBB 60.000.000
BAGIAN C : DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA
NAMA ANGGOTA HUBUNGAN
NO. NIK PEKERJAAN
KELUARGA KELUARGA
(1) (2) (3) (4) (5)
1 SAVIRA 3302251205760001 ISTRI -----
2 SARI ANDIKA 3302251205850001 ANAK -----
5
dst
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-IV
LAMPIRAN - III
22 00 21 4

FORMULIR
1770 - III 1

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT
0 1 1 4 s.d 1 2 1 9
FINAL
KEM ENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK BL TH BL TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK



PENGHASILAN ISTERI/SUAMI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA
PEM BUKUAN PENCATATAN
TERPISAH X

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 0 4 1 2 5 3 6 5 5 5 2 1 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : K R E S N A A D I T Y A
BAGIAN A : PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
DASAR PENGENAAN PPh TERUTANG
NO JENIS PENGHASILAN
PAJAK/PENGHASILAN BRUTO (Rupiah)
(1) (2) (3) (4)

BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN, DISKONTO SBI, SURAT BERHARGA


1.
NEGARA

2. BUNGA/DISKONTO OBLIGASI
3. PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK

4. HADIAH UNDIAN

PESANGON, TUNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSAN


5.
PENSIUN YANG DIBAYAR SEKALIGUS

6. HONORARIUM ATAS BEBAN APBN / APBD

7. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN


BANGUNAN YANG DITERIMA DALAM RANGKA BANGUNAN
8.
GUNA SERAH
9. SEWA ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

10. USAHA JASA KONSTRUKSI

11. PENYALUR/DEALER/AGEN PRODUK BBM

BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI


12.
KEPADA ANGGOTA KOPERASI
13. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI DERIVATIF

14. DIVIDEN

15. PENGHASILAN ISTERI DARI SATU PEMBERI KERJA

PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN


16. 1.139.887.000 11.398.870
PAJAK FINAL
17. JUMLAH (1 s.d. 16) 11.398.870

BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK


PENGHASILAN BRUTO
NO SUMBER/JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)
1. BANTUAN / SUMBANGAN / HIBAH
2. WARISAN
BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM, PERSEKUTUAN,
3.
PERKUMPULAN, FIRMA, KONGSI
4. KLAIM ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWIGUNA, BEASISWA
5. BEASISWA
6. PENGHASILAN LAIN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
0
JUMLAH BAGIAN B JBB

BAGIAN C : PENGHASILAN ISTERI/SUAMI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH


(Rupiah)
PENGHASILAN NETO ISTERI/SUAMI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH 0
LAMPIRAN - II
22 00 2 1 1 9

FORMULIR

TAHUN PAJAK
1770 - II SPT T AHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, 0 1 1 9 s.d 1 2 1 9

KEM ENTERIAN KEUANGAN RI


PPh YANG DIBAYAR/DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN BL TH BL TH
PPh DITANGGUNG PEMERINTAH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PEM BUKUAN X PENCATATAN

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 0 4 1 2 5 3 6 5 5 5 2 1 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : K R E S N A - A D I T Y A

BAGIAN A : DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN PPh
DITANGGUNG PEMERINTAH

NAMA NPWP BUKTI JUMLAH PPh YANG DIPOTONG /


JENIS PAJAK : PPh PASAL
NO PEMOTONG/PEMUNGUT PEMOTONG/PEMUNGUT PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN DIPUNGUT
21/ 22/23/24/26/DTP *)
PAJAK PAJAK (Rupiah)
NOMOR TANGGAL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

10

11

12

13

14

15
dst

JUMLAH BAGIAN A JBA 0

Pindahkan Jumlah Bagian A Kolom 7 ke Formulir 1770 A ngka 15

*) - DTP = PPh Ditanggung Pem erintah


- Kolom (6) diis i dengan pilihan s ebagai berikut : 21 / 22 / 23 / 24 /26/ DTP (Contoh : ditulis 21, 22, 23, 24, 26, DTP)
- Jika terdapat kredit pajak PPh Pas al 24, m aka jum lah yang diis i adalah m aks im um yang dapat dikreditkan s es uai lam piran ters endiri
(lihat petunjuk pengis ian tentang Lam piran II Bagian A dan Induk SPT angka 4)

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke - dari halaman Lampiran-II
HALAMAN 2 LAMPIRAN - I

FORMULIR
22 00 2 1 1 9

TAHUN PAJAK
SPT T AHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I •
PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU
PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG M ENYELENGGARAKAN PENCATATAN 0 1 1 4 s.d 1 2 1 4
KEM ENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN BL TH BL TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • PENGHITUNGAN PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA PEMBUKUAN X PENCATATAN

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• •
ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 0 4 1 2 5 3 6 5 5 5 2 1 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : K R E S N A A D I T Y A

BAGIAN B: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PENCATATAN)

PEREDARAN USAHA NORMA PENGHASILAN NETO


NO. JENIS USAHA
(Rupiah) (%) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

1 DAGANG -

2 INDUSTRI

3 JASA

4 PEKERJAAN BEBAS

5 USAHA LAINNYA

JUMLAH BAGIAN B JBB -

Pindahkan Jumlah Bagian B Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 1

BAGIAN C : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN


(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)
PENGURANGAN PENGHASILAN
NAMA DAN NPWP PENGHASILAN BRUTO PENGHASILAN NETO
NO. BRUTO/BIAYA
PEMBERI KERJA
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

JUMLAH BAGIAN C JBC 0


Pindahkan Jumlah Bagian C Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 2

BAGIAN D : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA


(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)

JUMLAH PENGHASILAN NETO


NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1 BUNGA

2 ROYALTI

3 SEWA

4 PENGHARGAAN DAN HADIAH

5 KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN/PENGALIHAN HARTA

6 PENGHASILAN LAINNYA

JUMLAH BAGIAN D JBD -


Pindahkan Jumlah Bagian D ke Formulir 1770 Angka 3

JIKA FORM ULIR INI TIDAK M ENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke - dari halaman Lampiran -II
HALAMAN 1 LAMPIRAN - I
2
2 00 21 1 9

FORMULIR

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh W AJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA 0 1 1 9 s.d 1 2 1 9
KEM ENTERIAN KEUANGAN RI DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG BL TH BL TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN X PEM BUKUAN PENCATATAN

PERHATIAN:
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 0 4 1 2 5 3 6 5 5 5 2 1 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : K R E S N A A D I T Y A -

BAGIAN A: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN)

PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN : TIDAK DIAUDIT


x
NAMA AKUNTAN PUBLIK :

:
NPWP AKUNTAN PUBLIK

NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

:
NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK
:
NAMA KONSULTAN PAJAK
:
NPWP KONSULTAN PAJAK

:
NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK

:
NPWP KANTOR KONSULTAN PAJAK

RUPIAH
1. PENGHASILAN DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BERDASARKAN
LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL :
a. PEREDARAN USAHA 1a 1.139.887.000
b. HARGA POKOK PENJUALAN
1b
939.075.070
c. LABA/RUGI BRUTO USAHA (1a - 1b)
1c 200.811.930
d. BIAYA USAHA
1d 93.987.405
e. PENGHASILAN NETO (1c - 1d)
1e 106.824.525
2. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF
a. BIAYA YANG DIBEBANKAN/DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI WAJIB PAJAK ATAU
2a
ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA
b. PREMI ASURANSI KESEHATAN, ASURANSI KECELAKAAN, ASURANSI JIWA, ASURANSI
2b
DWIGUNA, DAN ASURANSI BEASISWA YANG DIBAYAR OLEH WAJIB PAJAK
c. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG
2c
DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA ATAU KENIKMATAN
d. JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA PIHAK YANG MEMPUNYAI
HUBUNGAN ISTIMEWA SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN 2d

e. HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN 2e

f. PAJAK PENGHASILAN
2f

g. GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA PEMILIK / ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA


2g

h. SANKSI ADMINISTRASI 2h

i. SELISIH PENYUSUTAN/AMORTISASI KOMERSIAL DIATAS PENYUSUTAN/ AMORTISASI


2i
FISKAL
j. BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG
2j
DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
k. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA
2k

l. JUMLAH (2a s .d. 2k) 2l 0

3. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF:


a. PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK
3a
OBJEK PAJAK TETAPI TERMASUK DALAM PEREDARAN USAHA 106.824.525
b. SELISIH PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN AMORTISASI
3b
FISKAL 0
c. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA
3c 0
d. JUMLAH (3a s .d. 3c) 3d 106.824.525
4 JUMLAH BAGIAN A (1e + 2l - 3d) 4 0
Pindahkan Jumlah Bagian A (angka 4) ke Formulir 1770 A ngka 1
22 0 0 2 11

FORMULIR
1770 SPT T AHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 9

TAHUN PAJAK
BAGI W AJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN :

• 0 1 1 9 1 2 1 9
s. d
DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS;
KEM ENTERIAN KEUANGAN RI • DARI SATU ATAU LEBIH PEM BERI KERJA; BL TH BL TH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL; DAN/ATAU X PEMBUKUAN PENCATATAN
• DALAM NEGERI LAINNYA/LUAR NEGERI.
SPT PEMBETULAN KE - …….

PER H ATI AN
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPW P : 0 4 1 2 5 3 6 5 5 5 2 1 0 0 0
NAMA W AJIB PAJAK : K R E S N A A D I T Y A
JENIS USAHA/PEKERJAAN BEBAS : A P O T I K KLU :
IDENTITAS
NO. TELEPON/FAKSIMILI : 0 2 8 1 - 6 5 3 5 4 6 /

STATUS KEW AJIBAN PERPAJAKAN : X KK HB PH MT


SUAMI-ISTERI
NPW P ISTERI/SUAMI :

Pe rmohonan pe rubahan data disampaikan te rpisah dari pe laporan SPT T ahunan PPh Orang Pribadi ini, de ngan me nggunakan
Formulir Pe rubahan Data Wajib Pajak dan dile ngkapi dokume n yang disyaratkan.
* ) Pengis ian k olom -k olom y ang beris i nilai rupiah harus t anpa nilai des im al (c ont oh penulis an lihat pet unjuk pengis ian halam an 3) RUPIAH *)
1. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
1 -
[Diis i dari Formulir 1770 - I Halaman 1 Jumlah Bagian A atau Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian B Kolom 5]
A. PENGHASILAN NETO

2. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN


2 -
[Diis i dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian C Kolom 5]
3. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA
3 -
[Diis i dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian D Kolom 3]
4 4. PENGHASILAN NETO LUAR NEGERI
4 -
[A pabila memiliki penghas ilan dari luar negeri agar diis i dari Lampiran Ters endiri, lihat petunjuk pengis ian]
5. JUMLAH PENGHASILAN NETO (1 + 2 + 3 + 4)
5 -
…………………………………………………………………………………………………………………………. .
6. ZAKAT / SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG BERSIFAT WAJIB
6 -

7. JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH PENGURANGAN ZAKAT /SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG


7 -
SIFATNYA WAJIB ( 5- 6)

8. KOMPENSASI KERUGIAN
8 -
B. PENGHASILAN
KENA PAJAK

9. JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH KOMPENSASI KERUGIAN (7 - 8)


9 -

10. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TK / K / 1 K / I / 2 10 67.500.000


11. PENGHASILAN KENA PAJAK (9 -10)
11 -

12. PPh TERUTANG (TARIF PASAL 17 UU PPh X ANGKA 11)


12 -
TERUTANG

[ Bagi W ajib Pajak dengan s t at us PH / MT diis i dari Lam piran Perhit ungan PPh Terut ang s ebagaim ana dim ak s ud dalam bagian G: Lam piran
C. PPh

huruf i]
13. PENGEMBALIAN/PENGURANGAN PPh PASAL 24 YANG TELAH DIKREDITKAN
13

14. JUMLAH PPh TERUTANG ( 12 + 13)


14

15. PPh YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR
15
NEGERI DAN PPh DITANGGUNG PEMERINTAH [Diis i dari f ormulir 1770 -II Jumlah Bagian A Kolom 7]
D. KREDIT PAJAK

16. a. PPh Y A NG HA RUS DIBA Y A R SENDIRI


(14-15) 16
b. PPh Y A NG LEBIH DIPOTONG/DIPUNGUT

17. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI a. PPh PASAL 25 BULANAN


17a

b. STP PPh PASAL 25 (HANYA POKOK PAJAK)


17b

18. JUMLAH KREDIT PAJAK (17a+17b)


18
E. PPh KURANG/ LEBIH

19. a. PPh Y A NG KURA NG DIBA Y A R (PPh PA SA L 29) TGL


(16-18) LUNAS 19
b. PPh Y A NG LEBIH DIBA Y A R (PPh PA SA L 28 A ) tgl bl n thn
BAYAR

20. PERMOHONA N : PPh Lebih Bay ar pada 19.b mohon D I K EMB AL I K AN D EN GAN SK PPK P PASAL 17C (W P
a. D I R ESTI TU SI K AN c. d en g an K r i ter i a Ter ten tu )
D I PER H I TU N GK AN D EN GAN D I K EMB AL I K AN D EN GAN SK PPK P PASAL 17D (W P
b. U TAN G PAJAK
d. yan g Memen u h i Per syar atan Ter ten tu )
PASAL 25 TAHUN PAJAK

21. ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA DIHITUNG SEBESAR


F. ANGSURAN PPh

21
BERIKUTNYA

DIHITUNG BERDASARKAN :

a. 1/12 X JUMLA H PA DA A NGKA 16 c. PERHITUNGA N DA LA M LA MPIRA N TERSENDIRI

b. PERHITUNGA N WA JIB PA JA K ORA NG PRIBA DI PENGUSA HA TERTENTU

SELAI N F OR MU LI R 1770 - I SAMPAI D EN GAN 1770 - I V (BAI K Y AN G D I I SI MAU PU N Y AN G TI D AK D I I SI ) H AR U S D I LAMPI R KAN PU LA :

a. SURAT KUASA KHUSUS (BILA DIKUASAKAN) g. PERHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
G. LAMPIRAN

b. SSP LEMBAR KE-3 PPh PASAL 29 h. ............................................................................................................................

NERACA DAN LAP. LABA RUGI / REKAPITULASI BULANAN PEREDARAN BRUTO DAN/ATAU PENGHASILAN PERHITUNGAN PPh TERUTANG BAGI WAJIB PAJAK DENGAN STATUS
c. X LAIN DAN BIAYA i. PERPAJAKAN PH ATAU MT
DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN DAN PEMBAYARAN PPh PASAL 25 (KHUSUS
d. PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL j. UNTUK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU)
BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN OLEH PIHAK LAIN/DITANGGUNG PEMERINTAH DAN YANG DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN BRUTO DAN PEMBAYARAN PPh FINAL
e. DIBAYAR/DIPOTONG DI LUAR NEGERI k. X BERDASARKAN PP 46 TAHUN 2013 PER MASA PAJAK DAN PER TEMPAT USAHA

f. FOTOKOPI FORMULIR 1721-A1 DAN/ATAU 1721-A2 (............LEMBAR) l.

PERNYATAAN
D en g an men yad ar i sep en u h n ya akan seg al a aki b atn ya ter masu k san ksi -san ksi sesu ai d en g an keten tu an p er u n d an g -u n d an g an yan g b er l aku , saya TANDA TANGAN
men yatakan b ah wa ap a yan g tel ah saya b er i tah u kan d i atas b eser ta l amp i r an -l amp i r an n ya ad al ah b en ar , l en g kap d an j el as.

X W AJIB PAJAK KUASA TANGGAL: 3 0 0 3 2 0 1 9

NAMA LENGKAP : K R E S N A - A D I T Y A - - - - -

NPW P : 0 4 1 2 5 3 6 5 5 5 2 1 0 0 0

F . 1. 1. 32. 16
Pertemuan 10

Konsep PPh Badan


Pengertian

PPh Badan adalah Pajak Penghasilan yang terhutang oleh


Wajib Pajak Badan atas Penghasilan Kena Pajaknya
dalam suatu tahun pajak
Penghasilan/Laba Kena Pajak (taxable income)
merupakan penghasilan / laba yang dihitung berdasarkan
ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia
Penghasilan/Laba Kena Pajak adalah penghasilan – Biaya
yang diperkenankan

Besarnya PPh Badan yang terutang dihitung dengan


menerapkan tariff PPh menurut Pasal 17 UU PPh atas
Penghasilan Kena Pajaknya.
SUBJEK PAJAK BADAN
(PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER - 08 /PJ /2020 Pasal 1 ayat 4.)

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang


merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha
milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
Jenis Subjek Pajak Badan
1. Subjek Badan Dalam Negeri adalah badan yang didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia.
Kewajiban pajak dimulai dari saat didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia dan berakhir pada badan tersebut
dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia
(Pasal 2 Ayat 3 dan pasal 24 ayat 2 UU PPh).
2. Subjek Badan Luar Negeri adalah yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang memperoleh
atau menerima penghasilan di Indonesia melalui BUT.
Kewajiban pajak dimulai pada saat menjalankan usaha
melalui BUT maupun pada saat menerima dan
memperoleh penghasilan dan berakhir pada saat tidak lagi
menjalankan usaha di Indonesia dengan melalui BUT atau
tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan di
Indonesia (pasal 2 ayat 4 huruf b dan pasal 24 ayat 4 UU PPh)
Jenis Subjek Pajak Badan
3. Subjek Badan Usaha Tetap (BUT) adalah adalah bentuk
usaha yang dipergunakan oleh badan yang tidak dicirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia (WP Luar
Negri), untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia (pasal 2 ayat (5) UU PPh).
Pengecualian Subjek Pajak Badan
1. Badan perwakilan negara asing (Kedutaan Besar).
2. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain
pemberian pinjaman kepada pemerintah yang
dananya berasal dari iuran para anggota;
3. Unit tertentu badan pemerintah yang memenuhi kriteria :
a. dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
b. dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau
APBD;
c. penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam
anggaran Pemerintah Pusat atau Daerah, dan
d. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional negara
OBJEK PAJAK BADAN
Objek Pajak Badan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis
yg diterima / diperoleh WP Baik yg berasal dari Indonesia maupun
luar Indonesia yg dpt dipakai utk konsumsi atau utk menambah
kekayaan WP yg bersangkutan dgn nama & dlm bentuk apapun,
termasuk:
a. Laba Usaha
b. Keuntungan karena penjualan / pengalihan harta.
c. Penerimaan kembali pembayaran pajak yg tlh dibebankan sbg
biaya.
d. Bunga termasuk premium, diskonto, & imbalan krn jaminan
pengembalian utang.
e. Deviden, dg nama & dlm bentuk apapun termasuk deviden dr
prshn asuransi pd pemegang polis, & pembagian hasil usaha
koperasi.
f. Royalti.
g. Sewa & penghasilan lain sehub.dg penggunaan harta.
OBJEK PAJAK BADAN
h. Keuntungan krn pembebasan utang, kecuali sampai dgn
jumlah tertentu yg ditetapkan dg PP.
i. Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing.
j. Selisih lebih krn penilaian kembali aktiva.
k. Premi asuransi.
l. Iuran yg diterima/diperoleh perkumpulan dr anggotanya
yg terdiri dr WP yg menjlnkan usaha/pekerjaan bebas.
m. Tambahan kekayaan neto yg berasal dr
n. penghasilan yg belum dikenakan pajak.
o. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
p. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan
tata cara perpajakan; dan
q. surplus Bank Indonesia.
PERATURAN TARIF PPH BADAN

 UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan,


 UU. No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
dan
 Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha Yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu
 Peraturan direktur jenderal pajak Nomor PER - 08 /PJ /2020
TARIF PPH BADAN
(PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER - 08 /PJ /2020 Pasal 1 ayat 5.)

Penyesuaian Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan adalah


penyesuaian tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan dalam
negen dan bentuk usaha tetap sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) dan/atau Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk Penanganan Pandemi Corona Vims Disease 2019
(COVID19) dan/ atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/ atau Stabilitas
Sistem Keuangan
TARIF PPH BADAN
(PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER - 08 /PJ /2020 Pasal 3 ayat 1.)

Penyesuaian Tarif Pajak Penghasilan yang diterapkan atas PKP bagi


WP Badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap menjadi sebesar:
a. 22% (dua puluh dua persen) yang berlaku pada Tahun
Pajak 2020 dan Tahun Pajak 2021; dan
b. 20% (dua puluh persen) yang mulai berlaku pada
Tahun Pajak 2022.
TARIF PPH BADAN
(UU HPP )
Program Pengungkapan
Sukarela (PPS)==>(UU HPP )
UU HPP
TARIF PPH BADAN
(PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER - 08 /PJ /2020 Pasal 3 ayat 2.)

Wajib Pajak dalam negeri yang:


a. berbentuk Perseroan Terbuka;
b. dengan jumlah keseluruhan saham diperdagangkan pada bursa
efek di Indonesia paling sedikit 40% (empat puluh persen);
dan
c. memenuhi persyaratan tertentu;
dapat memperoleh penurunan tarif Pajak Penghasilan
sebesar 3% (tiga persen) lebih rendah dari tarif Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
TARIF PPH BADAN
(PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER - 08 /PJ /2020 Pasal 4 )
Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 dalam Tahun Pajak berjalan yang harus
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Badan untuk setiap bulan dihitung
berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalarn:
a. Pasal 25 Undang-Undang PPh;
b. Peraturan Menteri Keuangan rnengenai penghitungan angsuran Pajak
Penghasilan dalam Tahun Pajak berjalan yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak Baru, bank, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, Wajib Pajak masuk bursa, Wajib Pajak lainnya yang
berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan
berkala dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu; dan/atau
c. Keputusan dan/ atau Peraturan Direktur Jenderal Pajak mengenai
penghitungan besarnya Angsuran PPh Pasal 25 dalam Tahun Pajak
berjalan dalam hal-hal tertentu.
TARIF PPH BADAN
(PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER - 08 /PJ /2020 Pasal 4 )
Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 dalam Tahun Pajak berjalan yang harus
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Badan untuk setiap bulan dihitung
berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalarn:
a. Pasal 25 Undang-Undang PPh;
b. Peraturan Menteri Keuangan rnengenai penghitungan angsuran Pajak
Penghasilan dalam Tahun Pajak berjalan yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak Baru, bank, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, Wajib Pajak masuk bursa, Wajib Pajak lainnya yang
berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan
berkala dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu; dan/atau
c. Keputusan dan/ atau Peraturan Direktur Jenderal Pajak mengenai
penghitungan besarnya Angsuran PPh Pasal 25 dalam Tahun Pajak
berjalan dalam hal-hal tertentu.
CARA MENGHITUNG PPH BADAN

PKP = Penghasilan keseluruhan – Biaya yang diperkenankan


Penghasilan yang Tidak Termasuk Obyek Pajak:
 Bantuan/sumbangan, termasuk zakat yg diterima oleh
badan amil zakat/lembaga amil zakat yg dibentuk/disahkan
Pemerintah; serta harta hibahan yg diterima oleh badan
keagamaan/pendidikan/sosial/pengusaha kecil termasuk
koperasi yg ditetapkan Menkeu;sepanjang tidak ada
hubunganusaha, pekerjaan, kepemilikan dan penguasaan
antara pihak2 ybs.
 Harta termasuk setoran tunai yg diterima oleh Badan sbg
pengganti saham/penyertaan modal.
 Deviden/bagian laba yg diterima/diperoleh Perseroan Terbatas,
Koperasi, BUMN/D, yang merupakan WP dlm negeri dr
penyertaan modal pd badan usaha yg didirikan & berkedudukan
di Indonesia, dengan syarat:
- Deviden tsb berasal dr cadangan laba ditahan.
- Dalam hal penerima deviden adalah PT & BUMN/D,
kepemilikan saham pd badan yg memberikan
deviden paling rendah 25% dr jml modal yg
disetor.
 Iuran yg diterima/diperoleh dana pensiun yg pendiriannya tlh
disahkan Menkeu baik dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai.
 Penghasilan dana pensiun dr modal yg ditanamkan dlm bidang-
bidang tertentu, yaitu :
- Deposito, sertifikat deposito, Tabungan pd bank di
Indonesia.
- Obligasi yg diperdagangkan di Pasar Modal Ind.
- Saham yg tercatat di Bursa Efek Indonesia.
 Penghasilan yg diterima/diperoleh prshnmodal ventura, berupa
bagian laba dr pasangan usaha yg didirikan & menjlnkanusaha
di Ind, sepanjang prshn pasangan usaha tsb:
- Merupakan prshnkecil/menengah/yg menjlnkan usaha
dlm sektor usaha yg ditetapkan Menkeu.
- Sahamnya tdk diperdagangkan di bursa efek Ind.

 Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga


nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang
penelitian dan pengembangan,
- yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
- yang ditanamkan kembalidalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikandan/atau penelitian
dan pengembangan,
- dalam jangkawaktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya
sisa lebih tersebut,
BIAYA-BIAYA YANG BOLEH MENJADI PENGURANG
PENGHASILAN
1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung
berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
a. biaya pembelian bahan;
b. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang;
c. bunga, sewa, dan royalti;
d. biaya perjalanan;
e. biaya pengolahan limbah;
f. premi asuransi;
g. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
h. biaya administrasi; dan
i. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk
memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan;
4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang
dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan;
5. kerugian selisih kurs mata uang asing;
6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang
dilakukan di Indonesia;
7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan
syarat:
a. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial;
b. diserahkan kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
c. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang
negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan
umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur
bahwa tangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
10. sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan
13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
14. Kompensasi kerugian;
BIAYA-BIAYA YANG TIDAK BOLEH MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN (non deductible expences)
1. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
seperti dividen,
2. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
3. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang
dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai
penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
4. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan
kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
5. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan,
kecuali:
a. bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa
guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
b. asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
c. Lembaga Penjamin Simpanan;
d. biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
e. biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
f. biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri
6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan;
7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan,
serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah;
8. Pajak Penghasilan;
9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
11. Sanksi administrasi pajak
CONTOH PERHITUNGAN
Peredaran bruto Rp 6.000.000.000,00
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
Rp 5.000.000.000,00 (-)
penghasilan
Laba usaha (penghasilan neto usaha) Rp 1.000.000.000,00
Penghasilan lainnya Rp 50.000.000,00
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
Rp 30.000.000,00 (-)
penghasilan lainnya tersebut
Penghasilan lainnya neto Rp 20.000.000,00 (+)
Jumlah seluruh penghasilan neto Rp 620.000.000,00
Kompensasi kerugian Rp 10.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp 610.000.000,00
Pajak Penghasilan terutang:
Rp 610.000.000,00 x 19% =
Kredit Pajak : Rp 115.900.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp 50.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 22 dipungut Pihak ketiga Rp 10.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 23 dipotong Pihak ketiga Rp 20.000.000,00
Rp 80.000.000,00(-)
Pajak yang masih harus dibayar Rp 35.900.000,00
CONTOH PERHITUNGAN (UU HPP)
Peredaran bruto - 500.000.000 = Rp 6.000.000.000,00
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
Rp 5.000.000.000,00 (-)
penghasilan
Laba usaha (penghasilan neto usaha) Rp 1.000.000.000,00
Penghasilan lainnya Rp 50.000.000,00
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
Rp 30.000.000,00 (-)
penghasilan lainnya tersebut
Penghasilan lainnya neto Rp 20.000.000,00 (+)
Jumlah seluruh penghasilan neto Rp 620.000.000,00
Kompensasi kerugian Rp 10.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp 610.000.000,00
Pajak Penghasilan terutang:
Rp 610.000.000,00 x 19% =
Kredit Pajak : Rp 115.900.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp 50.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 22 dipungut Pihak ketiga Rp 10.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 23 dipotong Pihak ketiga Rp 20.000.000,00
Rp 80.000.000,00(-)
Pajak yang masih harus dibayar Rp 35.900.000,00
Pertemuan 11

REKONSILIASI FISKAL
REKONSILIASI FISKAL

Rekonsiliasi fiskal dapat diartikan sebagai usaha mencocokan perbedaan yang


terdapat dalam laporan keuangan komersial dengan perbedaan yang terdapat dalam
laporan keuangan fiskal yang disusun berdasarkan UU perpajakan

Pelaksanaan
pembukuan Berdasarkan sifat
berdasar kebijakan
akuntansi sifat:
perusahaan  Positif, (+PKP)
(Laporan Keuangan
Komersial)  Negatif (_PKP)
Rekonsiliasi
Perbad

Fiskal
aan

Berdasar Jangka
Pelaksanaan
pembukuan Waktu:
berdasar kebijakan  Temporer
ketentuan
perpajakan (Laporan  Permanen
Keuangan Fiskal)
Langkah Penyesuaian Perbedaan
Ditambah Dikurangi
Ditambah
Laba penghasilan penghasilan
biaya non
akuntansi yang belum yang bukan
deductible.
diakui. objek pajak.

Ditambah Dikurangi Dikurangi


Penghasilan biaya
biaya 3M penghasilan
Kena Pajak deductible
penghasilan dikenai PPh
(PKP) yang belum
final. final.
dibebankan.

Menghitung beban pajak kini. Mencatat pajak tangguhan.


Penghasilan Bukan Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh

a. Bantuan atau sumbangan kegamaan bersifat wajib.


b. Hibah diterima keluarga, badan keagamaan, pendidikan, sosial.
c. Warisan.
d. Harta sebagai pengganti penyertaan modal.
e. Natura.
f. Klaim asuransi diterima WP OP.
g. Dividen dari laba ditahan atas kepemilikan > 25%.
h. Iuran diterima Dana Pensiun.
i. Penghasilan investasi oleh Dana Pensiun.
j. Bagian laba diterima anggota persekutuan.
k. Bagian laba diterima perusahaan modal ventura.
l. Beasiswa.
m. Sisa lebih diterima badan pendidikan/ litbang nirlaba yang ditanamkan
kembali.
n. Bantuan dibayarkan BPJS
Non Deductible Expenses
Pasal 9 Ayat (1) UU PPh

a. Pembagian laba.
b. Biaya untuk kepentingan pribadi.
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali usaha tertentu.
d. Premi asuransi dibayar WP OP.
e. Natura, kecuali akibat tuntutan kerja atau makanan bagi semua
karyawan.
f. Jumlah melebihi kewajaran atas hubungan istimewa.
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan selain yang
dikecualikan.
h. Pajak penghasilan.
i. Gaji anggota persekutuan.
j. Sanksi administrasi dan pidana pajak.
Non Deductible Expenses Lainnya

Non Deductible Deductible


a. Pengobatan secara cuma – a. Penggantian biaya
cuma bagi pegawai. pengobatan.
b. Makan siang bagi sebagian b. Makan siang bagi seluruh
pegawai. pegawai.
c. PPh 21 ditanggung c. Tunjangan PPh 21.
perusahaan. d. Biaya jamuan dilengkapi
d. Biaya jamuan tanpa daftar daftar nominatif.
nominatif.
Penghasilan Dikenai PPh Final
Pasal 4 Ayat (2) UU PPh

 Bunga deposito, tabungan, obligasi dan surat utang negara.


 Bunga simpanan koperasi diterima WP OP.
 Hadiah undian;
 Penghasilan dari transaksi saham, sekuritas, dan penyertaan modal
lain.
 Penghasilan pengalihan tanah dan/ atau bangunan
 Penghasilan usaha jasa konstruksi dan real estate.
 Penghasilan sewa tanah dan/atau bangunan.
 Penghasilan tertentu lainnya diatur PP.
Contoh:

PT. ABC sebuah perusahaan yang bergerak di bidang


wholesaling dan retailing. 45% sahamnya dimiliki oleh
publik dan diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
Perusahaan melaksanakan pembukuan terkait kegiatan
akuntansinya. Data laporan keuangan PT. Arkeikum di
tahun 2019 sbb.
LAPORAN RUGI/LABA
PT.ABC
PER-31 DESEMBER 2019

Penjualan bruto 74.350.000.000


Retur penjualan -1.875.000.000
Diskon penjualan -576.500.000
Penjualan netto 71.898.500.000

Harga Pokok Penjualan


Persediaan barang dagangan awal 15.432.500.000
Pembelian barang dagangan 56.984.500.000
Persediaan barang dagangan akhir -36.857.500.000
35.559.500.000
Laba bruto 36.339.000.000
Laba bruto 36.339.000.000
Biaya-biaya
Biaya pemasaran
Gaji dan bonus pegawai tetap 1.864.000.000
Tunjangan pajak penghasilan 92.740.000
Pembagian sembako 364.835.000
Pendidikan karyawan 986.320.000
Promosi dan iklan 3.876.500.000
Jamuan makan 284.250.000
Telepon, air, dan listrik 734.250.000
Penyusutan 50.625.000
Biaya bahan bakar dan tol 54.320.000
Total biaya pemasaran 8.307.840.000

Biaya umum dan administrasi (G&A)


Gaji dan bonus pegawai tetap 2.465.000.000
PPh 21 ditanggung perusahaan 143.400.000
Honorarium dan komisi pegawai tidak tetap1.486.542.000
Seragam satpam gudang 94.560.000
Telepon, air, dan listrik 1.055.600.000
Biaya sewa kantor 1.633.500.000
Penyusutan 1.254.000.000
Royalti 660.000.000
Biaya pembangunan pabrik baru 4.365.000.000
Penghapusan piutang 4.763.480.000
Pemeliharaan kendaraan 87.200.000
Alat tulis kantor 154.380.000
Biaya bahan bakar dan tol 328.600.000
Asuransi kendaraan 364.700.000
PBB gudang 762.300.000
Riset 3.860.000.000
Pendidikan karyawan 1.340.000.000
Family gathering 134.700.000
Total biaya umum dan administrasi (G&A) 24.952.962.000

Laba operasional 3.078.198.000


Laba operasional 3.078.198.000

Pendapatan non operasi


Dividen dari PT. Negarakertagama 382.500.000
Dividen dari PT. Sutasoma 134.900.000
Sewa mesin 67.400.000
Bunga deposito (setelah pajak) 34.280.000
Dividen dari Bremen Ag. 276.500.000
Total pendapatan non operasi 895.580.000

Biaya non operasi


Dividen bagi PT. Smaradhahana 28.700.000
Dividen bagi PT. Arjuna Wiwaha 16.300.000
Dividen bagi publik 60.000.000
Bunga pinjaman 76.275.000
Sumbangan 764.820.000
Denda pajak 452.300.000
Rugi selisih kurs 124.890.000
Biaya lain - lain 742.950.000
Total biaya non operasi 2.266.235.000
Laba non operasional -1.370.655.000
Laba sebelum pajak 1.707.543.000
Rincian Laporan Rugi/Laba PT ABC

a) Perusahaan mencatat penjualan secara akrual. Atas


jumlah tercantum, terdapat nilai pendapatan sebesar Rp
650.000.000,00 atas penjualan sebuah event 2019 yang
diharapkan hanya akan terjadi di tahun yang akan datang.
b) Retur dan diskon penjualan dicatat ketika serah terima
barang telah dilakukan.
c) Persediaan barang dagangan dicatat dengan metode
FIFO.
d) Atas gaji dan bonus pegawai tetap bidang pemasaran, Rp
1.300.000.000,00 diberikan dalam bentuk gaji bulanan
dan sisanya dalam bentuk bonus tahunan.
e) Atas tunjangan pajak penghasilan, Rp 32.500.000,00
diberikan bagi pegawai dengan level supervisor,
sedangkan sisanya diberikan bagi pegawai dengan level
manajer dan direktur.
f) Atas biaya pendidikan karyawan bidang pemasaran, Rp
175.000.000,00 diberikan sebagai tunjangan cuti
pengganti gaji bulanan.
g) 25% biaya promosi dan iklan diwujudkan melalui sampling
produk secara cuma – cuma kepada konsumen akhir.
h) Atas biaya jamuan makan, Rp 180.000.000 telah dilengkapi
daftar nominatif penerima secara lengkap.
i) Atas biaya telepon, air, dan listrik bidang pemasaran, meliputi
Rp 334.250.000,00 untuk biaya air dan listrik. Seperempat dari
biaya telepon dianggarkan dalam bentuk penyediaan pulsa bagi
Direktur Pemasaran, seperempat lain dianggarkan atas
pembelian perangkat PDA baru bagi salesperson.
j). Atas biaya penyusutan bidang pemasaran, meliputi penyusutan
dengan metode garis lurus atas:
– Telepon genggam direktur, dibeli tahun 2018 dengan nilai
tercatat Rp 25.000.000, disusutkan selama 5 tahun. Sesuai
peraturan pajak termasuk aset kelompok 1.
– Smartphone bagi salesperson yang berdinas di luar
lapangan, dibeli tahun 2016 dan disusutkan selama 4 tahun
dan sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 1.
– PDA baru bagi salesperson yang dibeli di akhir Juni tahun
2019, disusutkan dengan masa manfaat 2 tahun, dan sesuai
peraturan pajak termasuk aset kelompok 1.
k). Atas biaya bahan bakar dan tol bidang pemasaran, separuh di
antaranya dialokasikan bagi Direktur Pemasaran.
l) Atas honorarium dan komisi pegawai tidak tetap, termasuk pembayaran
senilai Rp 786.542.000,00 kepada mantan pegawai yang masih
dimanfaatkan jasanya secara lepas.
m) Atas biaya sewa kantor, meliputi pembayaran bagi kurun 30 bulan dan
dibayarkan di bulan Januari 2019.
n) Biaya penyusutan bidang G&A meliputi penyusutan dengan metode
garis lurus atas:
- Gedung pabrik lama dengan nilai kapitalisasi awal
Rp13.850.000.000,00 yang diperoleh tahun 1990 dan disusutkan
dengan masa manfaat 25 tahun.
- Kendaraan niaga bagi keperluan distribusi dengan nilai kapitalisasi
awal Rp 6.000.000.000,00 yang diperoleh tahun 2017 dan
disusutkan dengan masa manfaat 10 tahun. Peraturan perpajakan
menggolongkan aset ke dalam kelompok 2.
- Kendaraan dinas bagi Direktur Utama dengan nilai kapitalisasi awal
Rp 2.400.000.000,00 yang diperoleh akhir September 2019 dan
disusutkan dengan masa manfaat 6 tahun. Peraturan perpajakan
menggolongkan aset ke dalam kelompok 2.
o) Atas royalti, merupakan pembayaran bagi suatu
perusahaan di luar negeri. Di dalamnya termasuk beban
PPh 26 yang ditanggung PT. ABC.
p) Pembangunan pabrik baru dikapitalisasi di akhir tahun dan
atasnya belum dilakuan depresiasi.
q) Atas biaya penghapusan piutang, senilai Rp 3.763.480.000,00
telah diberitahukan kepada Ditjen Pajak, namun Rp
500.000.000,00 di antara jumlah terlapor tersebut belum
didaftarkan ke BUPLN.
r) Atas biaya pemeliharaan kendaraan, Rp 10.000.000,00
merupakan biaya pemasangan sistem keamanan di kendaraan
Direktur Utama.
s) Atas biaya bahan bakar dan tol bidang G&A, 15% di antaranya
dialokasikan bagi Direktur Utama.
t) Atas biaya riset, 50% di antaranya ditenderkan dan
dilaksanakan di luar Indonesia.
u) Atas dividen PT. Negarakertagama, separuhnya berasal dari
laba ditahan. PT. Arkeikum memiliki proporsi kepemilikan 35%.
v) Atas dividen PT. Sutasoma, seluruhnya diberikan dalam bentuk
instrumen investasi. PT. ABC memiliki proporsi kepemilikan 15%.
w) Atas dividen dari Bremen Ag., PT. ABC telah mencatatnya
secara netto terhadap pajak di luar negeri dengan tarif 30%.
x) Bunga sebesar 8% p.a. atas deposito PT. ABC dibayarkan di
akhir tahun. Pokok deposito bernilai tetap sepanjang tahun.
Bunga pinjaman sebesar 12% p.a. dibayarkan di akhir tahun,
dengan nilai pokok pinjaman bernilai tetap sepanjang tahun.
y) Sumbangan diberikan untuk pembangunan panti asuhan rubuh
di sekitar perusahaan dan pengadaan sarana bermain di
dalamnya.
z) Biaya lain – lain tidak memenuhi ketentuan perpajakan sebagai
deductible expense.
aa. Kredit pajak yang telah dipotong pihak lain meliputi:
i. PPh 22 atas impor dengan DPP PPN Rp 21.750.000.000,00.
Perusahaan telah memiliki API atas impor tersebut.
ii. PPh 23 yang dipotong pihak lain, sebesar Rp 631.250.000,00.
iii.Angsuran PPh 25 yang telah dibayar, sebesar Rp
855.750.000,00.
iv.STP PPh 25 sebesar Rp 451.500.000,00 termasuk denda Rp
35.500.000,00.
Pertanyaan :
a.Bagaimanakah rekonsiliasi fiskal ditetapkan atas PT.
Arkeikum?
b.Berapakah besar PPh terutang dan kredit pajak di periode
berjalan?
c.Berapakah pajak kurang (lebih) bayar di periode berjalan?
d.Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang seharusnya
dibayarkan di periode mendatang?
e.Bagaimanakah PT. ABC melakukan penjurnalan terkait
kewajiban perpajakannya?
JAWABAN: a. Rekonsiliasi Fiskal_ Biaya Pemasaran
Nominal Akuntansi Koreksi Positif Koreksi Negatif Nominal Fiskal
Penjualan bruto 74.350.000.000 74.350.000.000
Retur penjualan (1.875.000.000) (1.875.000.000)
Diskon penjualan (576.500.000) (576.500.000)
Penjualan netto 71.898.500.000 71.898.500.000

Harga Pokok Penjualan


Persediaan barang dagangan awal (15.432.500.000) (15.432.500.000)
Pembelian barang dagangan (56.984.500.000) (56.984.500.000)
Persediaan barang dagangan akhir 36.857.500.000 36.857.500.000
(35.559.500.000) (35.559.500.000)
Laba bruto 36.339.000.000 36.339.000.000

Biaya pemasaran
Gaji dan bonus pegawai tetap (1.864.000.000) (1.864.000.000)
Tunjangan pajak penghasilan (92.740.000) (92.740.000)
Pembagian sembako (364.835.000) 364.835.000 0
Pendidikan karyawan (986.320.000) (986.320.000)
Promosi dan iklan (3.876.500.000) (3.876.500.000)
Jamuan makan (284.250.000) 104.250.000 (180.000.000)
Telepon, air, dan listrik (734.250.000) 150.000.000 (584.250.000)
Penyusutan (50.625.000) 14.375.000 (36.250.000)
Biaya bahan bakar dan tol (54.320.000) 13.580.000 (40.740.000)
Total biaya pemasaran (8.307.840.000) (7.660.800.000)
Koreksi Fiskal Biaya Pemasaran 647.040.000
Keterangan :
Koreksi positif atas biaya telepon, air, dan listrik bidang
pemasaran
= 50% Biaya pulsa direktur + Pembelian PDA yang
seharusnya dikapitalisasi
= 50% * ¼ * 400.000.000 + ¼ * 400.000.000
= 50.000.000 + 100.000.000
= 150.000.000
Penyusutan bidang pemasaran menurut akuntansi
= 20% * 25.000.000 + Penyusutan smartphone + 6/12 *
50% * 100.000.000
= 5.000.000 + Penyusutan smartphone + 25.000.000
= 30.000.000 + Penyusutan smartphone
Keterangan :
Penyusutan bidang pemasaran menurut fiskal
= 50% * 25% * 25.000.000 + Penyusutan smartphone +
6/12 * 25% * 100.000.000
= 3.125.000 + Penyusutan smartphone + 12.500.000
= 15.625.000 + Penyusutan smartphone
Koreksi positif atas penyusutan bidang pemasaran
= Penyusutan menurut akuntansi - Penyusutan
menurut fiskal
= (30.000.000 + Penyusutan smartphone)
- (15.625.000 + Penyusutan smartphone)
= 14.375.000
JAWABAN: a. Rekonsiliasi Fiskal_ Biaya Adm dan Umum
Nominal AkuntansiKoreksi Positif Koreksi Negatif Nominal Fiskal
Laba bruto 36.339.000.000 36.339.000.000
Total biaya pemasaran (8.307.840.000) (7.660.800.000)
Biaya umum dan administrasi (G&A)
Gaji dan bonus pegawai tetap (2.465.000.000) (2.465.000.000)
PPh 21 ditanggung perusahaan (143.400.000) 143.400.000 0
Honorarium dan komisi pegawai tidak tetap (1.486.542.000) (1.486.542.000)
Seragam satpam gudang (94.560.000) (94.560.000)
Telepon, air, dan listrik (1.055.600.000) (1.055.600.000)
Biaya sewa kantor (1.633.500.000) 980.100.000 (653.400.000)
Penyusutan (1.254.000.000) 466.500.000 (787.500.000)
Royalti (660.000.000) 110.000.000 (550.000.000)
Biaya pembangunan pabrik baru (4.365.000.000) 4.365.000.000 0
Penghapusan piutang (4.763.480.000) 1.500.000.000 (3.263.480.000)
Pemeliharaan kendaraan (87.200.000) 5.000.000 (82.200.000)
Alat tulis kantor (154.380.000) (154.380.000)
Biaya bahan bakar dan tol (328.600.000) 24.645.000 (303.955.000)
Asuransi kendaraan (364.700.000) (364.700.000)
PBB gudang (762.300.000) (762.300.000)
Riset (3.860.000.000) 1.930.000.000 (1.930.000.000)
Pendidikan karyawan (1.340.000.000) (1.340.000.000)
Family gathering (134.700.000) (134.700.000)
Total biaya umum dan administrasi (G&A) (24.952.962.000) (15.428.317.000)

Laba operasional 3.078.198.000 13.249.883.000


Koreksi Fiskal Biaya Adm dan Umum 9.524.645.000
Keterangan :
Koreksi positif atas biaya sewa kantor
= Proporsi biaya sewa dibayar di muka
= 18/30 * 1.633.500.000
= 980.100.000
Penyusutan bidang G&A menurut fiskal
= Penyusutan kendaraan niaga + Penyusutan
kendaraan direktur
= (12,5% *6.000.000.000) + (50% * 3/12 * 12,5% *
2.400.000.000)
= 750.000.000 + 37.500.000
= 787.500.000
Gedung pabrik lama tidak disusutkan menurut fiskal, sebab
telah melewati batas masa manfaat fiskal selama 20 tahun.
Keterangan :

Koreksi positif atas penyusutan bidang G&A


= Penyusutan menurut akuntansi - Penyusutan
menurut fiskal
= 1.254.000.000 - 787.500.000
= 466.500.000

Koreksi positif atas biaya royalti


= Beban PPh 26 yang tidak boleh dibebankan
= 20% / 120% * 660.000.000
= 110.000.000
JAWABAN: a. Rekonsiliasi Fiskal_ Pendapatan & Biaya Non
Operasional
Nominal AkuntansiKoreksi Positif Koreksi Negatif Nominal Fiskal
Laba operasional 3.078.198.000 13.249.883.000
Pendapatan non operasi
Dividen dari PT. Negarakertagama 382.500.000 (191.250.000) 191.250.000
Dividen dari PT. Sutasoma 134.900.000 134.900.000
Sewa mesin 67.400.000 67.400.000
Bunga deposito (setelah pajak) 34.280.000 (34.280.000) 0
Dividen dari Bremen Ag. 276.500.000 118.500.000 395.000.000
Total pendapatan non operasi 895.580.000 788.550.000

Biaya non operasi


Dividen bagi PT. Smaradhahana (28.700.000) 28.700.000 0
Dividen bagi PT. Arjuna Wiwaha (16.300.000) 16.300.000 0
Dividen bagi publik (60.000.000) 60.000.000 0
Bunga pinjaman (76.275.000) 64.275.000 (12.000.000)
Sumbangan (764.820.000) 764.820.000 0
Denda pajak (452.300.000) 452.300.000 0
Rugi selisih kurs (124.890.000) (124.890.000)
Biaya lain - lain (742.950.000) 742.950.000 0
Total biaya non operasi (2.266.235.000) (136.890.000)
(1.370.655.000) 651.660.000
Laba sebelum pajak 1.707.543.000 13.901.543.000
Koreksi Fiskal Pendapatan & Biaya Non
2.247.845.000 -225.530.000
Operasi
Keterangan :

Koreksi positif atas dividen dari Bremen Ag.


= Beban pajak luar negeri yang seharusnya tidak di-
netto-kan
= 30% / 70% * 276.500.000
= 118.500.000

Pokok deposito
= 100% / 80% * 34.280.000 / 8%
= 535.625.000
Pokok pinjaman
= 100% / 12% * 76.275.000
= 635.625.000
Keterangan :

Bunga pinjaman yang boleh dibebankan


= Selisih pokok pinjaman dan pokok deposito *
Tingkat bunga pinjaman
= (635.625.000 - 535.625.000) * 12%
= 12.000.000

Koreksi positif atas bunga pinjaman


= Bunga pinjaman menurut akuntansi - Bunga
pinjaman menurut fiskal
= 76.275.000 – 12.000.000
= 64.275.000
JAWABAN: b & C

Pajak yang dibayar di luar negeri 118.500.000


: 0.3/ 0.7 * 274,500,000
Batas maksimum Kredit PPh 24 79.000.000
: 395,000,000/ 13,901,543,000 * 2,780,308,600
Kredit PPh 24 79.000.000

Laba sebelum pajak 13.901.543.000


PPh terutang (20%) 2.780.308.600
Tarif 20% berlaku bagi perusahaan yang minimal 40% sahamnya dikuasai publik
dan diperdagangkan di bursa efek, sesuai ketentuan Pasal 17 Ayat (2b).

Kredit pajak
Kredit PPh 22 (543.750.000)
: 2,5% * 21,750,000,000
Kredit PPh 23 (631.250.000)
Kredit PPh 24 (79.000.000)
Kredit PPh 25 (855.750.000)
STP PPh 25 (416.000.000)
(2.525.750.000)
Pajak kurang (lebih) bayar 254.558.600
JAWABAN: d

Laba sebelum pajak 13.901.543.000


Pendapatan tidak berkesinambungan (650.000.000)
Estimasi pendapatan tahun mendatang 13.251.543.000
PPh terutang (20%) 2.650.308.600
Kredit pajak
Kredit PPh 22 (543.750.000)
: 2,5% * 21,750,000,000
Kredit PPh 23 (631.250.000)
Kredit PPh 24 (79.000.000) (1.254.000.000)
Total PPh 25 setahun 1.396.308.600
Angsuran PPh 25 per bulan 116.359.050
Pertemuan 12

PER-08/PJ/2020
PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh
UNTUK TAHUN BERJALAN
SEHUBUNGAN DENGAN
PENYESUAIAN TARIF PPh WAJIB
PAJAK BADAN
PERPPU nomor 1 tahun 2020 tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi
Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional
dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan , mulai berlaku
tanggal 31 Maret 2020
SUBJEK PPh Badan

 Wajib Pajak Umum


Wajib Pajak yang menghitung angsuran PPh Pasal 25 sesuai
ketentuan Pasal 25 ayat (1) UU PPh

 Wajib Pajak yang Memiliki Kewajiban Laporan Keuangan


(LK) Berkala
Wajib Pajak yang menghitung angsuran PPh Pasal 25
berdasarkan PMK-215/PMK.03/2018, meliputi:
 Bank;
 Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);
 Wajib Pajak masuk bursa; dan
 Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan peraturan
 perundang-undangan harus membuat LK berkala
TARIF PPH 25 UNTUK BADAN (UU HPP)

Tarif PPh Badan turun Tarif PPh Badan Go Public


secara bertahap menjadi: dengan persyaratan tertentu
 22% berlaku untuk 3% lebih rendah dari tarif
tahun 2020-2021 normal:
 22% mulai 2022  19% berlaku untuk tahun
2020-2021
 17% mulai 2022
CARA MENGHITUNG
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam Tahun Pajak berjalan
yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Badan untuk
setiap bulan dihitung berdasarkan ketentuan dalam:

 Pasal 25 Undang-Undang PPh


UU nomor 7 tahun 1983 stdtd. UU nomor 36 tahun 2008
 Peraturan Menteri Keuangan
mengenai penghitungan angsuran PPh dalam Tahun Pajak
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh WP Baru, bank,
BUMN, BUMD, WP masuk bursa, WP lainnya yang
berdasarkan ketentuan diharuskan membuat LK berkala dan
WP OP Pengusaha Tertentu (PMK-215/PMK.03/2018)
 Keputusan dan/atau Peraturan Direktur Jenderal Pajak
mengenai penghitungan besarnya Angsuran PPh Pasal 25
dalam Tahun Pajak berjalan dalam hal-hal tertentu (KEP-
537/PJ/2000)
Untuk Tahun Pajak 2020, Wajib Pajak Umum & Wajib
Pajak LK Berkala menggunakan Tarif Barumulai
Masa Pajak batas waktu penyampaian SPT Tahunan
2019

 Untuk Wajib Pajak yang menggunakan Tahun Buku


sama dengan Tahun Kalender (Januari –
Desember), Tahun Pajak 2020 menggunakan tarif
baru mulai Masa Pajak April 2020
 Untuk Wajib Pajak yang menggunakan Tahun Buku
yang berbeda dengan Tahun Kalender (misal: April –
Maret), Tahun Pajak2020 menggunakan tarif baru
mulai Masa Pajak batas waktu penyampaian SPT
Tahunan Tahun Pajak 2019 (Masa Pajak Juli 2020)
CARA MENGHITUNG
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam Tahun Pajak berjalan
yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Badan untuk
setiap bulan dihitung berdasarkan ketentuan dalam:

 Pasal 25 Undang-Undang PPh


UU nomor 7 tahun 1983 stdtd. UU nomor 36 tahun 2008
 Peraturan Menteri Keuangan
mengenai penghitungan angsuran PPh dalam Tahun Pajak
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh WP Baru, bank,
BUMN, BUMD, WP masuk bursa, WP lainnya yang
berdasarkan ketentuan diharuskan membuat LK berkala dan
WP OP Pengusaha Tertentu (PMK-215/PMK.03/2018)
 Keputusan dan/atau Peraturan Direktur Jenderal Pajak
mengenai penghitungan besarnya Angsuran PPh Pasal 25
dalam Tahun Pajak berjalan dalam hal-hal tertentu (KEP-
537/PJ/2000)
WP UMUM menyampaikan SPT Tahunan PPh sebelum
batas waktu SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2019
disampaikan tanggal 28 Maret 2020
Keterangan Jumlah
Masa Pajak PPh Pasal 25 Penghasilan Neto 6.600.000.000
(-) Kompensasi Kerugian 1.500.000.000
01 Desember 2019 80.000.000 Penghasilan Kena Pajak 5.100.000.000
PPh Terutang (Tarif 25%) 1.275.000.000
Januari 2020 s.d. Feb 2020 80.000.000 (-) Kredit Pajak 75.000.000
Dasar Angsuran PPh Pasal 25 1.200.000.000
01 Maret 2020 100.000.000 Angsuran PPh Pasal 25 100.000.000

April 2020 s.d.Des.2020 87.250.000 Keterangan


Penghasilan Neto
Jumlah
6.600.000.000
(-) Kompensasi Kerugian 1.500.000.000
Penghasilan Kena Pajak 5.100.000.000
PPh Terutang (Tarif 22%) 1.122.000.000
(-) Kredit Pajak 75.000.000
Dasar Angsuran PPh Pasal 25 1.047.000.000
Angsuran PPh Pasal 25 87.250.000
WP UMUM menyampaikan SPT Tahunan PPh setelah
batas waktu SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2019
disampaikan tanggal 10 Juni 2020

Masa Pajak PPh Pasal 25


Desember 2020 15.000.000 sama dengan besarnya angsuran
PPh Pasal 25 Masa Pajak terakhir
Jan 2020-Mei 2020 15.000.000 Tahun Pajak yang lalu

April 2020 - Des 2020 17.500.000 Keterangan Jumlah


Peredaran Bruto** 4.000.000.000
*) untuk Masa April 2020 & Mei
2020 telah disetorkan PPh Pasal Penghasilan Neto 2.000.000.000
25 masing-masing sebesar
15.000.000, berarti masih harus Penghasilan Kena Pajak 2.000.000.000
dilunasi kekurangan pembayaran
Angsurannya masing-masing PPh Terutang (Tarif 22% x 50%) 220.000.000
2.500.000
**) berhak menggunakan fasilitas
(-) Kredit Pajak 10.000.000
pengurangan tarif Pasal 31E UU
PPh karena peredaran bruto tidak
Dasar Angsuran PPh Pasal 25 210.000.000
melebihi 50 Miliar Angsuran PPh Pasal 25 17.500.000
WP UMUM menyampaikan perpanjangan jangka waktu
penyampaian SPT
- Pemberitahuan perpanjangan penyampaian SPT 30 April 2020
- SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2019 disampaikan 30 Juni 2020
Masa Pajak PPh Pasal 25 sama dengan besarnya
angsuran PPh Pasal 25 angsuran PPh Pasal 25
Desember 2020 50.000.000
sesuai penghitungan di Masa Pajak terakhir
Jan 2020 - Mar 2020 50.000.000 Tahun Pajak yang lalu
SPT Tahunan yang
April 2020 - Mei 2020. 67.083.000 angsuran PPh Ps.25 sesuai
dilaporkan penghitungan
April 2020 - Des. 2020* 100.000.000 pemberitahuan perpanjangan
SPT
Keterangan Jumlah
Peredaran Bruto 50.500.000.000 Keterangan Jumlah
*) untuk Masa April 2020
Penghasilan Neto 6.000.000.000 Penghasilan Kena Pajak 4.000.000.000
& Mei 2020 telah
disetorkan PPh Pasal 25 PPh Terutang (Tarif 22%) 880.000.000
Penghasilan Kena Pajak 44.500.000.000
masing-masing sebesar (-) Kredit Pajak 75.000.000
PPh Terutang (Tarif 22%) 1.320.000.000 67.083.000, berarti Dasar Angsuran PPh Ps.25 805.000.000
(-) Kredit Pajak 120.000.000 masih harus dilunasi Angsuran PPh Ps. 25 67.083.333
Dasar Angsuran PPh Ps. 25 1.200.000.000 kekurangan pembayaran
Angsurannya masing-
Angsuran PPh Pasal 25 100.000.000
masing 32.917.000
WP diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) untuk Tahun
Pajak yang lalu
Keterangan SPT Tahun SKP Tahun
SKP Kurang Bayar Tahun Pajak 2019
Pajak 2019 Pajak 2019 diterbitkan bulan Agustus 2020
Penghasilan Kena Pajak 6.000.000.000 8.000.000.000
PPh Terutang (Tarif 25%) 1.500.000.000 2.000.000.000 angsuran PPh Pasal 25 sesuai
(-) Kredit Pajak 200.000.000 160.000.000 penghitungan
kembali berdasarkan SKP

Keterangan Jumlah
Penghasilan Kena Pajak 8.000.000.000
Masa Pajak PPh Pasal 25
PPh Terutang (Tarif 22%) 1.760.000.000
Sept.2020 s/d Des.2020 @ 133.333.000
(-) Kredit Pajak 160.000.000
Dasar Angsuran PPh Ps.25 1.600.000.000
Angsuran PPh Pasal 25 133.333.333
WP WAJIB LK untuk Wajib Pajak Bank
Sampai dengan Masa Pajak April 2020
Penghasilan Neto sejak Awal
LK Bulanan dari Masa Pajak Januari 2020
Tahun Pajak s.d. Masa Pajak 4.600.000.000
yang Dilaporkan s.d. Masa Pajak April 2020
PPh Pasal 22 sejak Awal Tahun
Pajak s.d. Masa Pajak yang 250.000.000
Dilaporkan
Angsuran PPh Pasal 25 yang
Seharusnya Terutang sejak
75.000.000 Masa Pajak April 2020
Awal Tahun Pajak s.d. Masa
Pajak Sebelumnya Penghasilan Neto sejak
Awal Tahun Pajak s.d. Masa 4.600.000.000
Pajak yang Dilaporkan
(-) Kompensasi Kerugian 1.500.000.000
Penghasilan Kena Pajak 3.100.000.000
PPh Terutang (Tarif 22%) 682.000.000
(-) PPh Pasal 22 sejak
Awal Tahun Pajak s.d.
250.000.000
Masa Pajak yang
Dilaporkan
(-) Angsuran PPh Pasal 25
yang Seharusnya dibayar
angsuran PPh Pasal 25 sesuai sejak Awal Tahun Pajak s.d. 75.000.000
Masa Pajak sebelum Masa
penghitungan mulai Masa Pajak April Pajak yang dilaporkan
Angsuran yang masih harus
2020 dan seterusnya dibayar:
357.000.000
WP WAJIB LK untuk Wajib Pajak masuk bursa dan/atau
Wajib Pajak Lainnya
Masa Pajak PPh Pasal 25 sama dengan besarnya angsuran PPh Pasal
Desember 2020 7.000.000 25 Masa Pajak terakhir Tahun Pajak yang lalu
Jan. 2020 s/d
7.000.000 angsuran PPh Pasal 25 sesuai penghitungan
Mart.2020 berdasarkan LK TW I (Jan-Mar 2020) mulai
April 2020 s.d. Masa Pajak April 2020 dan seterusnya
10.000.000
Jun.2020 Masa Pajak TW I 2020
Penghasilan Neto sejak Awal
Tahun Pajak s.d. Triwulan yang 2.100.000.000
Dilaporkan
(-) Kompensasi Kerugian 1.700.000.000
Penghasilan Kena Pajak 400.000.000
*) Pada Tahun Pajak 2019, memenuhi PPh Terutang (Tarif 19%)* 76.000.000
(-) PPh Pasal 22 & PPh Pasal 23
persyaratan untuk memperoleh sejak Awal Tahun Pajak s.d. 25.000.000
fasilitas penurunan tarif sebagaimana Masa Pajak yang Dilaporkan
(-) Angsuran PPh Pasal 25 yang
dimaksud Pasal 17 ayat (2b) UU PPh Seharusnya dibayar sejak
Awal Tahun Pajak s.d. Masa 21.000.000
Pajak sebelum Masa Pajak
yang dilaporkan
Angsuran yang masih harus
30.000.000
dibayar:
Angsuran untuk 3 Masa Pajak
10.000.000
(April s.d. Juni 2020)
WP WAJIB LK untuk WP BUMN/BUMD selain Bank,
WP masuk bursa dan/atau WP Lainnya
Masa Pajak PPh Pasal 25
Des. 2019 70.000.000 angsuran PPh Pasal 25 sesuai
Jan.2020 penghitungan dengan tarif Pasal
100.000.000
s.d.Mar.2020 17 ayat (2a) UU PPh
April 2020
87.500.000
s.d.Des.2020 Keterangan Jumlah
Penghasilan
5.000.000.000
Neto*
Penghasilan Kena
5.000.000.000
angsuran PPh Pasal 25 sesuai Pajak
PPh Terutang
penghitungan dg. perubahan tarif (Tarif 25%)
1.250.000.000
(-) Kredit Pajak 50.000.000
Keterangan Jumlah
Dasar Angsuran
Penghasilan Neto 5.000.000.000 1.200.000.000
PPh Pasal 25
Penghasilan Kena Angsuran PPh
5.000.000.000 100.000.000
Pajak Pasal 25
PPh Terutang
1.100.000.000
(Tarif 22%)
(-) Kredit Pajak 50.000.000
Dasar Angsuran
1.050.000.000
PPh Pasal 25
Angsuran PPh
87.500.000
Pasal 25
BESARNYA ANGSURAN
PPh PASAL 25
UNTUK TAHUN PAJAK 2022
WP UMUM
Jika SPT disampaikan:
1. Sebelum batas waktu, maka digunakan tarif baru mulai
Masa Pajak SPT Tahunan disampaikan
2. Setelah batas waktu, maka digunakan tarif baru mulai
Masa Pajak batas waktu penyampaian SPT Tahunan

WP WAJIB LK BERKALA
1. Menggunakan tarif baru mulai Masa Pajak:
batas waktu penyampaian laporan keuangan periode
I Tahun Pajak 2022 (April 2022), bagi WP yang
memiliki kewajiban LK Berkala Triwulanan
2. Sejak awal Tahun Pajak 2022 (Januari 2022), bagi WP
yang memiliki kewajiban LK Berkala Bulanan dan
WP BUMN dan/atau BUMD
WP UMUM menyampaikan SPT Tahunan PPh sebelum
batas waktu SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2021
disampaikan tanggal 18 Februari 2022
Masa Pajak PPh Pasal 25
Des. 2021 100.000.000 sama dengan besarnya angsuran PPh Pasal 25
Jan. 2022 100.000.000 Masa Pajak terakhir Tahun Pajak yang lalu
Feb. 2022
77.083.000 angsuran PPh Pasal 25 sesuai penghitungan di
s.d.Des.2022 SPT Tahunan yang dilaporkan

Keterangan Jumlah
Penghasilan Neto 5.000.000.000
(-) Kompensasi Kerugian 0
Penghasilan Kena Pajak 5.000.000.000
PPh Terutang (Tarif 20%) 1.000.000.000
(-) Kredit Pajak 75.000.000
Dasar Angsuran PPh Ps. 25 925.000.000
Angsuran PPh Pasal 25 77.083.000
WP UMUM menyampaikan SPT Tahunan PPh setelah
batas waktu SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2021
disampaikan tanggal 18 Februari 2022

Masa Pajak PPh Pasal 25


Des 2021 50.000.000 sama dengan besarnya angsuran PPh Pasal 25
Jan.2022 s.d.Mei Masa Pajak terakhir Tahun Pajak yang lalu
50.000.000
2022 angsuran PPh Pasal 25 sesuai penghitungan di
April 2022 s.d. Desember77.083.000
2022* SPT Tahunan yang dilaporkan

*) untuk Masa April 2022 & Mei


2022 telah disetorkan PPh Pasal 25
masing-masing sebesar 50.000.000,
berarti masih harus dilunasi
kekurangan pembayaran
Angsurannya masing-masing
27.083.000
WP diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) untuk Tahun
Pajak yang lalu
SPT Tahun Pajak SKP Tahun Pajak
Keterangan SKP Kurang Bayar Tahun Pajak 2021 diterbitkan
2021 2021
bulan Juni 2022
Penghasilan
10.000.000.000 11.000.000.000
Kena Pajak
PPh Terutang
2.200.000.000 2.420.000.000
(Tarif 22%)
(-) Kredit Pajak 300.000.000 200.000.000

Keterangan Jumlah
Penghasilan
angsuran PPh Ps. 25 sesuai penghitungan
11.000.000.000 kembali berdasarkan SKP
Kena Pajak
PPh Terutang
2.200.000.000 Masa Pajak PPh Pasal 25
(Tarif 20%)
(-) Kredit Pajak 200.000.000 Juli 2022
Dasar Angsuran 166.666.000
2.000.000.000 s.d.Des.2022
PPh Pasal 25
Angsuran PPh
166.666.000
Pasal 25
Pertemuan 13

PENGISIAN SPT 1771


CONTOH SOAL
PT.Sejahtera Mutiara Mas beralamat di Jalan Kamper Raya 22 Tanjung, Purwokerto
bergerak di bidang perdagangan Alat Tulis Kantor berdiri 2013.
Berikut data Wajib Pajak Tahun Pajak 2019 :
Identitas Wajib Pajak
Nama Wajib Pajak : P T S E J A HT ER A MUT I AR A MA S
NPWP :02 0 2 5 456 9 521 000
Alamat : Jalan Kamper Raya 22 Tanjung, Purwokerto
Jenis Usaha : P ERD A GA NGA N
Nama Pimpinan : Agus Handoyo
Pembukuan : tidak diaudit
Tahun Pajak : Januari s/d Desember
Sistem akuntansi : Manual
Konsultan Pajak : Tidak menggunakan konsultan pajak
Metode Penilaian Persediaan : FIFO
Metode Penyusutan/Amorstisa: Garis Lurus
Telpon :0281 643266
Susunan Pengurus
1 Presiden Komisaris :
Nama : Satya Nugraha
NPWP : 06.425.232.5-521.000
Alamat : Jl.Veteran No.50 Purwokerto
2 Komisaris :
Nama : Amirudin
NPWP : 06.265.252.5-521.000
Alamat : Jl. Puteran No.150 Purwokerto
3 Direktur :
Nama : Agus Handoyo
NPWP : 06.364.254.5-521.000
Alamat : Jl.Mawar No.50 Purwokerto
Telpon : 0281-643266
2020
Penyusutan
Laporan Rugi/Laba
Perhitungan PPh Badan
PERHITUNGAN PPH BADAN (lanjutan)
PERHITUNGAN PPH BADAN (lanjutan)

3 PPh Pasal 25 :
Laba neto Fiskal 304.000.000
Kompensasi Kerugian -
Penghasilan Kena Pajak : 304.000.000
Total Omzet 5.000.000.000
PKP Fasilitas 4.800.000.000 x 304.000.000 291.840.000
5.000.000.000
PKP Tidak dapat fasilitas 304.000.000 - 291.840.000 12.160.000

PPh terutang :
PPh terutang Fasilitas 291.840.000 x 25 % x 50 % 36.480.000
PPh Tidak dapat fasilitas 12.160.000 x 25 % 3.040.000
total pph terutang 39.520.000

- PPh Terutang 39.520.000


- PPh Pasal 22 750.000
-
Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 38.770.000
PPh Pasal 25 : 38.770.000 : 12 3.230.833

4 LABA KOMERSIAL TAHUN 2016 YANG DILAPORKAN DALAM NERACA :


LABA NETO KOMERSIAL 351.000.000
PPH TERUTANG 39.520.000 -
LABA TAHUN BERJALAN 311.480.000
Neraca
Transkrip
Transkrip (lanjutan)
1771-V
(BAGIAN A)
1771-V
(BAGIAN
B)
1771-IV
(BAGIAN
A)
1771-IV
(BAGIAN
B)
1771-III
1771-II
1771-I
1771-I
(lanjutan)
1771-I (lanjutan)
1771-Induk
1771-Induk
lanjutan
Pertemuan 14

PERATURAN MENTERI KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48
/PMK.03/2020
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 48 /PMK.03/2020

ISI:

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA


PENUNJUKAN PEMUNGUT, PEMUNGUTAN, DAN
PENYETORAN, SERTA PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI ATAS PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK TIDAK
BERWUJUD DAN/ATAU JASA KENA PAJAK DARI LUAR
DAERAH PABEAN DI DALAM DAERAH PABEAN MELALUI
PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 1

Ayat 3.
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik, yang selanjutnya
disingkat PMSE, adalah perdagangan yang transaksinya
dilakukan melalui serangkaian perangkat clan prosedur
elektronik.
Ayat 4.
Barang Kena Pajak, yang selanjutnya disingkat BKP,
adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
Undang PPN.
Ayat 5.
Jasa Kena Pajak, yang selanjutnya disingkat JKP, adalah
jasa yang dikenai pajak berdasarkan UndangUndang PPN.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 1

Ayat 6.
Barang Digital adalah setiap barang tidak berwujud yang berbentuk
informasi elektronik atau digital meliputi barang yang merupakan
hasil konversi atau pengalihwujudan maupun barang yang secara
originalnya berbentuk elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada
piranti lunak, multimedia, dan/ atau data elektronik.

Ayat 7.
Jasa Digital adalah jasa yang dikirim melalui internet atau jaringan
elektronik, bersifat otomatis atau hanya melibatkan sedikit campur
tangan manusia, dan tidak mungkin untuk memastikannya tanpa
adanya teknologi informasi, termasuk tetapi tidak terbatas pada
layanan jasa berbasis piranti lunak.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 1

Ayat 8.
Pembeli Barang adalah orang pribadi atau badan yang
menerima atau seharusnya menerima penyerahan BKP Tidak
Berwujud dan yang membayar atau seharusnya membayar
penggantian BKP Tidak Berwujud karena pemanfaatan BKP
Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean melalui sistem elektronik.

Ayat 9.
Penerima Jasa adalah orang pribadi atau badan yang
menerima atau seharusnya menerima penyerahan JKP dan
yang membayar atau seharusnya membayar penggantian JKP
karena pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean melalui sistem elektronik.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 1
Ayat 10.
Pedagang Luar Negeri adalah orang pribadi atau badan yang
bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di luar Daerah
Pabean yang melakukan transaksi dengan Pembeli Barang di
dalam Daerah Pabean melalui sistem elektronik.
Ayat 11.
Penyedia Jasa Luar Negeri adalah orang pribadi atau badan
yang bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di luar
Daerah Pabean yang melakukan transaksi dengan Penerima
Jasa di dalam Daerah Pabean melalui sistem elektronik.
Ayat 12.
Penyelenggara PMSE, yang selanjutnya disingkat PPMSE,
adalah pelaku usaha penyedia sarana komunikasi elektronik
yang digunakan untuk transaksi perdagangan
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 1
Ayat 13.
PPMSE Luar Negeri adalah PPMSE yang bertempat tinggal
atau bertempat kedudukan di luar Daerah Pabean.
Ayat 14.
PPMSE Dalam Negeri adalah PPMSE yang bertempat tinggal
atau bertempat kedudukan di dalam Daerah Pa bean.
Ayat 15.
Pelaku Usaha PMSE adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan kegiatan usaha di bidang PMSE yang terdiri dari
Pedagang Luar Negeri, Penyedia Jasa Luar Negeri, PPMSE
Luar Negeri, dan/ atau PPMSE Dalam Negeri.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 1
Ayat 16
Pemungut PPN PMSE adalah Pelaku Usaha PMSE yang
ditunjuk oleh Menteri untuk memungut, menyetorkan, dan
melaporkan PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/
atau JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
melalui PMSE.

Ayat 18.
Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi
Pemungut PPN PMSE untuk menghitung, menyetorkan, dan
melaporkan PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP Tidak
Berwujud dan/ atau JKP dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean melalui PMSE dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan kalender.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 2
Ayat (1)
PPN dikenakan atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/ atau
JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean melalui
PMSE.
Ayat (2)
PPN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipungut, disetorkan, dan
dilaporkan oleh Pelaku Usaha PMSE yang ditunjuk oleh Menteri.
Ayat (3)
PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/ atau
JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang berasal
dari transaksi antara Pedagang Luar Negeri atau Penyedia Jasa Luar
Negeri dengan Pembeli Barang dan/ atau Penerima Jasa secara
langsung, dipungut, disetorkan, dan dilaporkan oleh Pedagang Luar
Negeri atau Penyedia Jasa Luar Negeri tersebut yang ditunjuk
sebagai Pemungut PPN PMSE
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 2
Ayat (4)
Dalam hal Pedagang Luar Negeri atau Penyedia Jasa Luar Negeri
melakukan transaksi dengan Pembeli Barang dan/ atau Penerima Jasa
melalui PPMSE Luar Negeri atau PPMSE Dalam Negeri, maka PPN yang
terutang atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/ atau JKP dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean tersebut, dapat dipungut,
disetorkan, dan dilaporkan oleh Pedagang Luar Negeri, Penyedia Jasa
Luar Negeri, PPMSE Luar Negeri, atau PPMSE Dalam Negeri yang ditunjuk
sebagai Pemungut PPN PMSE.
Ayat (5)
Atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/ atau JKP dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean selain yang dipungut PPN sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), tetap terutang PPN dan PPN
tersebut dipungut, disetorkan, dan dilaporkan sendiri oleh Pembeli
Barang dan/ atau Penerima Jasa sebagaimana diatur dalam ketentuan
Pasal 3A Undang-Undang PPN.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 3
Ayat (1)
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat ( 1) meliputi:
a. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang
kesusastraan, kesenian atau ka:rya ilmiah, paten, desain
atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek
dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/ industrial a
tau hak serupa lainnya;
b. penggunaan atau hak menggunakan peralatan / perlengkapan atau
industrial, komersial, atau ilmiah;
c. penggunaan pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah,
teknikal, industrial, atau komersial;
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 3
Ayat (1) (lanjutan)
d. penggunaan bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan
dengan penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada
huruf a, penggunaan a tau hak menggunakan peralatan/perlengkapan
tersebut pada huruf b, atau pemberian pengetahuan atau informasi
tersebut pada huruf c, berupa:
1. penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman
suara atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui
satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;
2. penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau
rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang
disiarkan/ dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau
teknologi yang serupa; dan
3. penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh
spektrum radio komunikasi;
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 3
Ayat (1) (lanjutan)
e. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion
picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau
pita suara untuk siaran radio; dan
f. perolehan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan
penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/
industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 3

Ayat (2)
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) termasuk juga pemanfaatan Barang
Digital.

Ayat (3)
Pemanfaatan JKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) termasukjuga pemanfaatan Jasa Digital.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 6

Ayat (1)
Jumlah PPN yang harus dipungut oleh Pemungut PPN PMSE adalah
10% (sepuluh persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak.

Ayat (2)
Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
sebesar nilai berupa uang yang dibayar oleh Pembeli Barang dan/ atau
Penerima Jasa, tidak termasuk PPN yang dipungut.

Ayat (3)
Pemungutan PPN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada
saat pembayaran oleh Pembeli Barang dan/ atau Penerima Jasa.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 7

Ayat (1)
Pemungut PPN PMSE membuat bukti pungut PPN atas PPN yang
dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) dan ayat (4).
Ayat (2)
Bukti pungut PPN sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dapat berupa
commercial invoice, billing, order receipt, atau dokumen sejenis, yang
menyebutkan pemungutan PPN dan telah dilakukan pembayaran.
Ayat (3)
Bukti pungut PPN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
merupakan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan
dengan Faktur Pajak dibuat berdasarkan pedoman yang diterbitkan
oleh Direktur Jenderal Pajak.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 8

Ayat (1)
Pemungut PPN PMSE wajib menyetorkan PPN yang dipungut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) dan ayat (4) untuk
setiap Masa Pajak paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir.
Ayat (2)
Penyetoran PPN yang dipungut sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)
dilakukan secara elektronik ke rekening kas negara sesuai dengan
ketentuan mengenai penyetoran pajak secara elektronik
Ayat (3)
Pemungut PPN PMSE dapat melakukan penyetoran PPN yang dipungut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menggunakan:
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 8

Ayat (3)
Pemungut PPN PMSE dapat melakukan penyetoran PPN yang dipungut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menggunakan:
a. mata uang Rupiah, dengan menggunakan kurs yang ditetapkan
dalam Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku pada tanggal
penyetoran;
b. mata uang Dollar Amerika Serikat; atau
c. mata uang asing lainnya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 9

Ayat (3)
Pemungut PPN PMSE dapat melakukan penyetoran PPN yang dipungut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menggunakan:
a. mata uang Rupiah, dengan menggunakan kurs yang ditetapkan
dalam Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku pada tanggal
penyetoran;
b. mata uang Dollar Amerika Serikat; atau
c. mata uang asing lainnya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 9

Ayat (1)
Pemungut PPN PMSE wajib melaporkan PPN yang telah dipungut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) dan ayat ( 4) dan yang
telah disetor se bagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1), secara
triwulanan untuk periode 3 (tiga) Masa Pajak, paling lama akhir bulan
berikutnya setelah periode triwulan berakhir.
Ayat (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. jumlah Pembeli Barang dan/ atau Penerima Jasa;
b. jumlah pembayaran;
c. jumlah PPN yang dipungut; dan
d. jumlah PPN yang telah disetor,
untuk setiap Masa Pajak.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 9

Ayat (3)
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berbentuk elektronik dan disampaikan melalui aplikasi
atau sistem yang ditentukan dan/ atau disediakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak. .
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 10

Ayat (1) Direktur Jenderal Pajak dapat meminta Pemungut PPN PMSE
untuk menyampaikan laporan rincian transaksi PPN yang dipungut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) dan ayat (4) untuk
setiap periode 1 (satu) tahun kalender.
Ayat (2) Laporan rincian transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit memuat:
a. nomor dan tanggal bukti pungut PPN sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2);
b. jumlah pembayaran;
c. jumlah PPN yang dipungut; dan
d. nama dan NPWP Pembeli Barang dan/ atau Penerima Jasa dalam
hal bukti pungut PPN mencantumkan NPWP tersebut.
Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 10

Ayat (3)
Laporan rincian transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berbentuk elektronik dan disampaikan melalui aplikasi
atau sistem yang ditentukan dan/ atau disediakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.

Peraturan Mentri Kuangan No. 48 /PMK.03/2020 Pasal 11


Peraturan Menteri mi mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2020.
PERTEMUAN 15
Review Materi Pertemuan 9-14 /
Kuis

Anda mungkin juga menyukai