Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH METODE STUDI ISLAM

“ISLAM SEBAGAI AGAMA DAN PERADABAN”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Metode Studi Islam
Dosen Pengampu : Dra. Muhamad Ridwan Effendi S.PD.I.M.UD

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

RAHMAT 2281130628
HAMDAN 2281130618
SRI FIFI RAHAYU 2281130631
BAROKATUL HIKMAH 2281130641

PEMBELAJARAN JARAK JAUH ( PJJ )


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI ( IAIN )
SYEKH NURJATI CIREBON

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Metode Studi Islam dengan judul “Islam
Sebagai Agama Dan Peradaban”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dr.
Muhammad Ridwan Effendi. S.PD. I. M. UD selaku dosen pengampu mata kuliah Metode
Studi Islam yang telah memberikan pengantar kepada kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan Masalah..........................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Islam Sebagai Agama.................................................................................................................6
1. Pengertian Islam Sebagai Agama...........................................................................................6
2. Fungsi Islam Sebagai Agama..................................................................................................6
B. Islam Sebagai Peradaban...........................................................................................................7
1. Pengertian Islam Sebagai Peradaban.........................................................................................7
2. Fungsi Islam Sebagai Peradaban............................................................................................7
C. Islam Sebagai Peradaban...........................................................................................................9
1. Konsepsi Islam Sebagai Peradaban....................................................................................9
2. Tradisi Intelektual Islam.......................................................................................................12
BAB III...............................................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................................14
A. Kesimpulan............................................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................................................14
Daftar Pustaka...................................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban dalam bahasa Arab disebut dengan “al-hadārah” atau “al-madaniyyah”. Akar kata
al-hadārah adalah al-hadar, al-hadrah, al-hādirah yang berarti kota. Sedangkan al-madaniyyah
itu berakar dari kata “al-madīnah” yang juga berarti kota.

Sedangkan peradaban menurut definisi Dr. Ahmad Syalabi, “ Peradaban adalah hasil karya
dalam bidang ilmu secara ilmiah dan percobaan, seperti kedokteran, arsitektur, kimia,
pertanian, dan produksi serta penemuan yang bernilai. Selain itu Raghib As-Sirjani
berpedapat bahwa peradaban adalah hasil interaksi antara manusia dan Tuhannya dari satu
sudut, juga interaksi antara manusia dengan lingkungan sekitar seperti hewan , burung ikan,
pohon, dan bumi tambang.

Nabi Muhammad SAW yang merupakan seorang revolusioner akhlak bangsa Arab yang
penuh dengan kekacauan menuju kepada keteraturan melalui ajaran yang dibawa yaitu agama
Islam, sesuai dengan ungkapannya bahwa nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan
akhlak manusia, secara kontekstual tidak hanya pada masa hidupnya, melainkan ajaran yang
dibawanya merupakan sebuah sarana untuk menyempurnakan nilai akhlak hingga saat ini
yaitu dengan ajaran agama Islam.

Melihat urgensi peranan agama Islam tersebut dalam korelasinya dengan aneka permasalahan
yang telah diuraikan, maka terkait dengan nilai Islam di dalam kehidupan serta berkaitan
dengan materi mata kuliah Studi Islam dalam pembahasan Islam sebagai agama dan
peradaban.

\
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah fungsi Islam sebagai agama?
2. Apa sajakah fungsi Islam sebagai peradaban?
3. Adakah hubungan antara Islam dan peradaban?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui fungsi Islam sebagai agama.
2. Untuk mengetahui fungsi Islam sebagai peradaban.
3. Untuk mengetahui adanya hubungan antara Islam dan peradaban
BAB II

PEMBAHASAN
A. Islam Sebagai Agama
1. Pengertian Islam Sebagai Agama
Islam merupakan agama yang dibawa oleh nabi muhammad saw, yang membawa rahmat dan
kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi
sesama manusia seperti yang dijelaskan pada q,s al-anbiya: 107. Islam juga melarang
manusia berlaku semena-mena terhadap makhluk Allah. lihat saja sabda Rasulullah
sebagaimana yang terdapat dalam Hadis riwayat al-Imam al-Hakim, :

“Siapa yang dengan sewenang-wenang membunuh burung, atau hewan lain yang lebih kecil
darinya, maka Allah akan meminta pertanggungj awaban kepadanya”

Begitu indahnya Islam itu. Dengan haiwan saja tidak boleh sewenang-wenang, apalagi
dengan manusia. Jika manusia memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran islam, maka akan
sungguh indah dan damainya dunia ini. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam
diutus dengan membawa ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah
rahmat bagi seluruh manusia. Rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba.
Dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang.

2. Fungsi Islam Sebagai Agama


 Islam berfungsi sebagai tuntunan bagi manusia agar memiliki al-akhlāq al-karīmah
(perangai yang mulia dan terpuji).
 Islam itu berfungsi sebagai jalan untuk mengapai kemaslahatan, ketenangan dan
kedamaian serta keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.
 Islam mengandung ajaran-ajaran yang moderat, seimbang dan lurus, atau al-dīn al-
qayyim. Islam menyeimbangkan anatara urusan dunia dan akhirat
 Islam berfungsi sebagai pemersatu umat yang berbeda-beda, baik dari segi
keagamaan, suku dan adat istiadat, karena islam mengajarkan bagaimana berprilaku
dan bersikap secara baik terhadap orang-orang yang berbeda-beda itu.
B. Islam Sebagai Peradaban
1. Pengertian Islam Sebagai Peradaban
Islam dan peradaban merupakan satu kesatuan yang tak mungkin dipisahkan.
Sejak kehadirannya, Islam telah membawa konsep dan misi peradaban yang inheren
dalam dirinya. Peradaban Islam bersumber pada din (agama) yang berasal dari wahyu
Allah. Itu sebabnya peradabannya biasa dikenal dengan istilah tamaddun atau
madaniyyah, karena bersumber dari din tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan sebagai dua arti peradaban :
 kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin; bangsa-bangsa di dunia ini
tidak sama tingkat peradabannya dan
 hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu
bangsa. Peradaban dalam bahasa Arab disebut dengan al hadharah atau al
tamaddun atau al umran. Menurut Ibnu Khaldun, al hadharah adalah sebuah
periode dari kehidupan sebuah masyarakat yang menyempurnakan periode
primitif (al badawah) dari masyarakat itu, karena al hadharah adalah puncak
dari al badawah.
Konsepsi Islam sebagai sebuah peradaban yaitu bahwa peradaban Islam
bersumber dari din (agama) yang berasal dari wahyu Allah. Substansi peradaban
Islam adalah pokok-pokok ajaran Islam yang tidak terbatas pada sistem kepercayaan,
tata pikir, dan tata nilai, tetapi merupakan super sistem yang meliputi keseluruhan
pandangan tentang wujud, terutamanya pandangan tentang Tuhan. Oleh sebab itu
teologi (aqidah) dalam Islam merupakan fondasi bagi tata pikir, tata nilai dan seluruh
kegiatan kehidupan muslim.
Islam Sebagai Peradaban Rahmatan Lil ‘Alamin, kalimat Rahmatan Lil ‟Alamin,
berasal dari gabungan dari tiga kata, yaitu Rahmatan, Li, dan al-‟Alamin. Islam
adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa
rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan,
tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Istilah Islam rahmatan lil ‘alamin sudah
mengalami penyempitan makna, yakni menjadi Islam yang lembut dan
damai.Sedangkan Islam sebagai peradaban Rahmatan Lil’alamin dikenal dengan ciri
toleran ajaran dan dan risalahnya yang universal tentang kesatuan bentuk atau jenis
manusia.
2. Fungsi Islam Sebagai Peradaban
a) Pertama, adanya transmisi pandangan hidup dan keyakinan (al-naqlah al-
tas}awwuriyyah al-i’tiqâdiyyah). Ini adalah transmisi paling penting yang mendasari
perubahan apapun dalam satu masyarakat. Di mana keyakinan dalam bentuk
politeisme berubah menjadi tauhid; dari penyembahan kepada manusia menjadi
penyembahan hanya kepada Allah; dari mengabdi kepada batu, patung, dan berhala,
menjadi menyembah Allah yang tak dapat disentuh tangan dan tak dapat diindra oleh
mata. Dalam bahasa alQur’an adalah min al-z}ulumât ilâ al-nûr (dari gelap menuju
cahaya). Satu bentuk perubahan sempurna: dari hitam ke putih. Karena Islam datang
untuk membebaskan seluruh anak keturunan Adam.
b) Kedua, transmisi keilmuan (al-naqlah al-ma’rifiyyah). Ini yang disebut dengan
tah}awwul ma’rifî (perubahan ilmiah): masuk ke dalam nalar untuk “mencelupnya”
dengan “celupan” yang memungkinkannya dapat berinteraksi dengan alam (al-kaun),
dunia (al-‘alam), dan wujud/being (al-wujûd).Dan transmisi ini telah dimulai sejak
wahyu pertama turun, Iqra’! Dari sana kemudian seruan al-Qur’an terus berjalan,
memancar dari aktivitas membaca dan berpikir, menggunakan nalar (alta’aqqul),
kontemplasi (al-tadabbur), dan seterusnya, memancar dalam “tenunan” Kitabullah.
Pancarannya tidak padam, baik di Periode Makkah maupun Periode Madinah. Maka,
bukan suatu kebetulan jika kata iqra’ menjadi kata pertama dalam al-Qur’an. Dan
bukan tanpa makna jika ia berulang sebanyak 2 kali dalam 3 ayat. Dan bukan tanpa
tujuan penting pula jika kata ‘ilm diulang sebanyak 3 kali, kemudian disusul dengan
kata qalam (pena): alat yang dengannya manusia belajar.

c) Ketiga, transmisi metodologis. Satu transmisi penting yang tak mungkin diceraikan
dengan dua transmisi sebelumnya. Diyakini secara jamak bahwa ‘metode’ (manhaj)
berperan penting dalam gerak pemikiran manusia, peradaban secara umum. Karena
tanpa metode, tujuan apapun sukar untuk digapai, meskipun usaha sudah besar
dikeluarkan. Dan transmisi metodologis dalam Islam harus masuk ke dalam nalar
Islam yang mencakup tiga hal penting ini: hukum kasualitas (al-sababiyyah), hukum
sejarah (al-qânûn al-târîkhî), dan metode eksperimental (al-tajrîbî).
d) Islam berfungsi sebagai pemersatu umat yang berbeda-beda, baik dari segi
keagamaan, suku dan adat istiadat, karena islam mengajarkan bagaimana berprilaku
dan bersikap secara baik terhadap orang-orang yang berbeda-beda itu.
C. Islam Sebagai Peradaban
Islam dan peradaban tidak dapat dipisahkan. Sejak kehadiran nya, Islam telah membawa
konsep dan misi yang berada melekat di dalamnya. Peradaban Islam bersumber dari Din
(agama) yang berasal dari Wahyu Allah SWT. Di Indonesia, Islam masuk tanpa peperangan.
Islam masuk dan diterima oleh masyarakat yang telah memiliki kepercayaan Hindu yang
kuat.Namun karena kekuatan konsepnya Islam mudah merasuk kedalam pandangan hidup
masyarakat nusantara waktu itu, maka dalam kehidupan secara menyeluruh. Ini bukti bahwa
Islam tersebar bukan melulu karena pedang. Islam tersebar, menguasai dan menyelamatkan
(mengislamkan) masyarakat di kawasan-kawasan yang didudukinya. Tidak ada eksploitasi
sumber alam untuk dibawa ke daerah darimana Islam berasal. Tidak ada pertambahan
kekayaan bagi jazirah Arab. Tidak ada kemiskinan akibat masuknya Muslim ke kawasan
yang didudukinya. Daerah-daerah yang dikuasai atau diselamatkan ummat Islam justru
menjadi kaya dan makmur. Itulah watak peradaban Islam yang sangat berbeda dari peradaban
Barat yang eksploitatif

1. Konsepsi Islam Sebagai Peradaban


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan dua arti peradaban; Kemajuan
(Kecerdasan, Kebudayaan), Hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan
kebudayaan suatu bangsa.Tanda wujudnya peradaban, menurut Ibnu Khaldun adalah
berkembangnya ilmu pengetahuan seperti fisika, kimia, geometri, aritmetik,
astronomi, optic, kedokteran dsb. Bahkan maju mundurnya suatu peradaban
tergantung atau berkaitan dengan maju mundurnya ilmu pengetahuan.Jadi substansi
peradaban yang terpenting dalam teori Ibnu Khaldun adalah ilmu pengetahuan.
Namun ilmu pengetahuan tidak mungkin hidup tanpa adanya komunitas yang aktif
mengembangkannya. Karena itu suatu peradaban atau suatu umran harus dimulai dari
suatu “komunitas kecil” dan ketika komunitas itu membesar maka akan lahir umran
besar. Komunitas itu biasanya muncul di perkotaan atau bahkan membentuk suatu
kota. Dari kota itulah akan terbentuk masyarakat yang memiliki berbagai kegiatan
kehidupan yang timbul dari suatu sistem kemasyarakatan dan akhirnya lahirlah suatu
Negara. Kota Madinah, kota Cordova, kota Baghdad, kota Samara, kota Cairo dan
lain-lain adalah sedikit contoh dari kota yang berasal dari komunitas yang kemudian
melahirkan Negara. Tanda-tanda lahir dan hidupnya suatu umran bagi Ibnu Khaldun
di antaranya adalah berkembanganya teknologi, (tekstil, pangan, dan papan /
arsitektur), kegiatan eknomi, tumbuhnya praktek kedokteran, kesenian (kaligrafi,
musik, sastra dsb). Di balik tanda-tanda lahirnya suatu peradaban itu terdapat
komunitas yang aktif dan kreatif menghasilkan ilmu pengetahuan.
Namun di balik faktor aktivitas dan kreativitas masyarakat masih terdapat faktor
lain yaitu agama, spiritualitas atau kepercayaan. Para sarjana Muslim kontemporer
umumnya menerima pendapat bahwa agama adalah asas peradaban, menolak agama
adalah kebiadaban. Sayyid Qutb menyatakan bahwa keimanan adalah sumber
peradaban. Meskipun dalam peradaban Islam struktur organisasi dan bentuknya
secara material berbeda-beda, namun prinsip-prinsip dan nilai-nilai asasinya adalah
satu dan permanent. Prinsip-prinsip itu adalah ketaqwaan kepada Tuhan (taqwa),
keyakinan kepada keesaan Tuhan (tauhid), supremasi kemanusiaan di atas segala
sesuatu yang bersifat material, pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan penjagaan
dari keinginan hewani, penghormatan terhadap keluarga, menyadari fungsinya
sebagai khalifah Allah di Bumi berdasarkan petunjuk dan perintah-Nya (syariat).
Sejalan dengan Sayyid Qutb, Syeikh Muhammad Abduh menekankan bahwa
agama atau keyakinan adalah asas segala peradaban. Bangsa-bangsa purbakala seperti
Yunani, Mesir, India, dll, membangun peradaban mereka dari sebuah agama,
keyakinan atau kepercayaan.
Arnold Toynbee juga mengakui bahwa kekuatan spiritual (batiniyah) adalah
kekuatan yang memungkinkan seseorang melahirkan manifestasi lahiriyah (outward
manifestation) yang kemudian disebut sebagai peradaban itu.
Jika agama atau kepercayaan merupakan asas peradaban, dan jika agama serta
kepercayaan itu membentuk cara pandang seseorang terhadap sesuatu yang pada
gilirannya dapat mempengaruhi tindakan nyatanya atau manifestasi lahiriyahnya,
maka sejalan dengan teori modern bahwa pandangan hidup (worldview) merupakan
asas bagi setiap peradaban dunia.
Jika makna worldview adalah konsep nilai, motor bagi perubahan sosial, asas
bagi pemahaman realitas dan asas bagi aktivitas ilmiah, maka Islam mengandung itu
semua. Islam bahkan memiliki pandangan terhadap realitas fisik dan non fisik secara
integral. Ayat-ayat al-Qur’an jelas-jelas adalah konsep seminal yang memproyeksikan
pandangan Islam tentang alam semesta dan kehidupan yang disebut pandangan hidup
atau pandangan alam Islam (worldview, al-taÎawwur al-Islami, al-mabda al-Islami)
itu. Bukan hanya itu, konsep-konsep itu diberi medium pelaksanaannya yang berupa
institusi yang disebut din, yang di dalamnya terkandung konsep peradaban
(Tamaddun).
Oleh sebab itu dalam Islam worldview memiliki istilahnya sendiri. Bagi al-
Mawdudi worldview Islam adalah Islami Nahzariyat (Islamic Vision) yang berarti
“pandangan hidup yang dimulai dari konsep keesaan Tuhan (syahadah) yang
berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di dunia….secara
menyeluruh”. Menurut Sayyid Qutb worldview Islam adalah al-tashawwur al-Islami,
yang berarti “akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati
setiap Muslim, yang memberi gambaran khusus tentang wujud dan apa-apa yang
terdapat dibalik itu.” Worldview dalam istilah Shaykh Atif al-Zayn adalah al-Mabda’
al-Islami yang lebih cenderung merupakan kesatuan iman dan akal dan karena itu ia
mengartikan mabda’ sebagai aqidah fikriyyah yaitu kepercayaan yang berdasarkan
pada akal. Sebab baginya iman didahului dengan akal. Namun Shaykh Atif juga
menggunakan kata-kata mabda untuk ideologi non-Muslim. Ini berarti bahwa tidak
selamanya berarti aqidah fikriyyah. S.M.Naquib al-Attas mengartikan worldview
Islam sebagai pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh
mata hati kita dan yang menjelaskan hakekat wujud; oleh karena apa yang
dipancarkan Islam adalah wujud yang total, maka worldview Islam berarti pandangan
Islam tentang wujud (ru’yat al-Islam li al-wujud).
Jadi sebagaimana peradaban lainnya, substansi peradaban Islam adalah pokok-
pokok ajaran Islam yang tidak terbatas pada sistem kepercayaan, tata pikir, dan tata
nilai, tapi merupakan super-sistem yang meliputi keseluruhan pandangan tentang
wujud, terutamanya pandangan tentang Tuhan. Oleh sebab itu teologi (aqidah) dalam
Islam merupakan fondasi bagi tata pikir, tata nilai dan seluruh kegiatan kehidupan
Muslim. Itulah pandangan hidup Islam. Jika pandangan hidup itu berakumulasi dalam
tata pikiran seseorang ia akan memancar dalam keseluruhan kegiatan kehidupannya
dan akan menghasilkan etos kerja dan termanifestasikan dalam bentuk karya nyata.
Dan jika ia memancar dari pikiran masyarakat atau bangsa maka ia akan
menghasilkan falsafah hidup bangsa dan sistem kehidupan bangsa tersebut. Jadi
substansi peradaban Islam adalah pandangan hidup Islam. Namun elemen pandangan
hidup yang terpenting adalah pemikiran dan kepercayaan.
Menurut Ibnu Khaldun, wujud suatu peradaban merupakan produk dari
akumulasi tiga elemen penting yaitu :
 Kemampuan manusia untuk berfikir yang menghasilkan sains dan teknologi
 Kemampuan berorganisasi dalam bentuk kekuatan politik dan militer
 Kesanggupan berjuang untuk hidup. Jadi kemampuan berfikir merupakan elemen
asas suatu peradaban.
 Suatu bangsa akan beradab (berbudaya) hanya jika bangsa itu telah mencapai
tingkat kemapuan intelektual tertentu. Sebab kesempurnaan manusia ditentukan
oleh ketinggian pemikirannya. Suatu peradaban hanya akan wujud jika manusia di
dalamnya memiliki pemikiran yang tinggi sehingga mampu meningkatkan taraf
kehidupannya. Suatu pemikiran tidak dapat tumbuh begitu saja tanpa sarana dan
prasarana ataupun supra-struktur dan infra-struktur yang tersedia. Dalam hal ini
pendidikan merupakan sarana penting bagi tumbuhnya pemikiran, namun yang
lebih mendasar lagi dari pemikiran adalah struktur ilmu pengetahuan yang berasal
dari pandangan hidup. Untuk menjelaskan bagaimana pemikiran dalam peradaban
Islam merupakan faktor terpenting bagi tumbuh berkembangnya peradaban Islam,
kita rujuk tradisi intelektual Islam.

2. Tradisi Intelektual Islam


Bagaimanakah pandangan alam Islam itu tumbuh dan berkembang dalam
pikiran seseorang dan kemudian menjadi motor bagi perubahan sosial umat Islam
merupakan proses yang panjang. Secara historis tradisi intelektual dalam Islam
dimulai dari pemahaman (tafaqquh) terhadap al-Qur’an yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad SAW, secara berturut-turut dari periode Makkah awal, Makkah
akhir dan periode Madinah. Kesemuanya itu menandai lahirnya pandangan alam
Islam. Di dalam al-Qur’an ini terkandung konsep-konsep seminal yang kemudian
dipahami, ditafsirkan dan dikembangkan oleh para sahabat, tabiin, tabi’ tabiin dan
para ulama yang datang kemudian. Konsep ‘ilm yang dalam al-Qur’an bersifat
umum, misalnya dipahami dan ditafsirkan para ulama sehingga memiliki berbagai
definisi. Cikal bakal konsep Ilmu pengetahuan dalam Islam adalah konsep-konsep
kunci dalam wahyu yang ditafsirkan kedalam berbagai bidang kehidupan dan
akhirnya berakumulasi dalam bentuk peradaban yang kokoh. Jadi Islam adalah suatu
peradaban yang lahir dan tumbuh berdasarkan teks wahyu yang didukung oleh tradisi
intelektual.

Namun, seperti yang diteorikan oleh Ibnu Khaldun di atas, pemikiran yang
berkembangan menjadi tradisi intelektual bukanlah satu-satunya faktor tumbuh
berkembangnya suatu peradaban. Kemampuan berorganisasi dalam bentuk kekuatan
politik dan militer serta kesanggupan berjuang untuk meningkatkan kehidupan
merupakan faktor lain yang mendukung tumbuhnya pemikiran dan peradaban. Selain
itu Ibnu Khaldun juga mensinyalir adan hubungan kausalitas antara peradaban dan
sains. Artinya semakin besar volume urbanisasi (’umran) semakin tumbuh pula
peradaban dan sains, demikian pula sebaliknya. Ilmu akan berkembang hanya dalam
peradaban (hadharah) menjadi besar yang penduduk perkotaannya meningk
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam dan peradaban tidak dapat dipisahkan. Sejak kehadirannya, Islam telah membawa
konsep dan misi peradaban yang melekat di dalamnya. Peradaban Islam bersumber dari din
(agama) yang berasal dari Wahyu Allah. Di Indonesia, Islam masuk tanpa peperangan. Islam
masuk dan diterima oleh masyarakat yang telah memiliki kepercayaan Hindu yang kuat.
Namun, karena kekuatan konsepnya Islam mudah merasuk kedalam pandangan hidup
masyarakat nusantara waktu itu, maka dalam kehidupan secara menyeluruh. Ini bukti bahwa
Islam tersebar, bukan melulu karena pedang. Islam tersebar, menguasai dan
menyelematkan(mengIslamkan) masyarakat di kawasan yang didudukinya. Tidak ada
eksploitasi sumber alam untuk dibawa ke daerah darimana Islam berasal. Tidak ada
pertambahan kekayaan bagi jazirah arab. Tidak ada kemiskinan akibat masuknya Muslim ke
kawasan yang didudukinya. Daerah daerah yang dikuasai atau diselamatkan umat Islam
justru menjadi kaya dan makmur. Itulah watak peradaban Islam yang sangat berbeda dari
peradaban Barat yang eksploitatif. Selain itu,Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang
artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua
seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Bukti-
bukti Islam sebagai peradaban di berbagai dunia pun sangat banyak diberbagai bidang baik
dalam bidang politik, kesehatan, astronomi dsb. Islam juga menyuruh umatnya untuk masuk
kedalamnya secara kaffah. Meyakini dan mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupan.
Itulah yang membuktikan bahwa Islam selain menjadi sebuah agama, juga merupakan sebuah
peradaban.

B. Saran

Kami berharap makalah yang telah kami susun akan memiliki manfaat dan dapat
menambah khasanah pengetahuan yang selalu berkembang dinamis.
Daftar Pustaka

Charis, Irfan. 2015. Pendidikan Islam dalam Masyarakat Madani Indonesia.

Jurnal Kajian Pendidikan Islam, 07(2), 1-30.

https://dhiystory.blogspot.com/2016/05/makalah-islam-sebagai-agama-
dan.htmlDhiyah’s.2016. Makalah Islam Sebagai Agama dan Peradaban. . (Diakses tanggal
14 Maret 2021)

Dzulhadi, Nursheha Qosim. 2015. Islam Sebagai Agama dan Peradaban. Tsaqafah,
11(1),151-168.

http://muhammadfadol.blogspot.com/2009/06/islam-sebagai-peradaban.html?
m=1Fadlurrohman, Fadol, M. 2009. Islam Sebagai Peradaban. . (Diakses tanggal 14 Maret
2021).

Anda mungkin juga menyukai