Anda di halaman 1dari 12

Merayu Opini Publik

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Opini Publik 5A

Dosen Pengampu: Siti Amanah, M. Si.

Disusun oleh Kelompok 6:

1. Fira Rizqi Agustin (20103022)


2. M. Ilham Aditya Pratama (20103059)
3. Putri Sahilatur Roziqoh (20103079)
4. M. Arif Wicaksono (20103154)
5. Fadeli Surya A.A (20103148)

KELAS B

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
untuk memenuhi tugas mata kuliah Opini Publik kami dengan menguraikan beberapa
pembahasan mengenai “Merayu Opini Publik”.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada beberapa pihak yang memberikan


pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada kami sehingga malakah ini dapat
terpenuhi. Terutama kepada dosen pengampu mata kuliah kami, Ibu Siti Amanah, M.
Si.

Kami juga menyadari jika hasil akhir dari penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran pembaca
untuk kami sebagai penulis agar dikemudian hari dapat memberikan yang lebih baik.

Kami berharap tulisan ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi proses
pembelajaran di semester ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kediri, 21 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
C. Tujuan.......................................................................................................................... 5
BAB 2 ........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
1. Retorika ........................................................................................................................... 6
2. Propaganda ...................................................................................................................... 8
3. Agitasi Politik................................................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................... 11
PENUTUP................................................................................................................................ 11
KESIMPULAN .................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Opini publik berasal dari bahasa latin, opinari berarti berpikir atau
menduga, publicus artinya milik masyarakat luas. Kata opinion sendiri mengandung
akar kata onis yang berarti harapan. Dalam bahasa Inggris opinion erat hubungannya
dengan option dan hope yang juga berasal dari bahasa latin optio yang artinya pilihan
atau harapan. Opini publik menyangkut dugaan, perkiraan, harapan dan pilihan yang
dilakukan banyak orang.

Memahami opini seseorang apalagi publik bukan pekerjaan yang mudah,


Abelson merumuskan 3 hal yang harus dicapai untuk mendapatkan opini publik;
believe (kepercayaan tentang sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya dirasakan
seseorang), dan perception (persepsi). Kesepakatan opini publik dapat dibujuk melalui
komunikasi politik dengan menyebarluaskan pesan persuasif. Pesan tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk membujuk, mempengaruhi, merubah pemikiran, prilaku, sikap
mental, keyakinan orang melalui kata-kata lisan dan juga tertulis.

Pesan persuasif terjadi secara intensional (disengaja) dan di program, legal


dan sistematis seperti pada kampanye pemilu, tapi juga bisa secara tidak sengaja,
seperti adanya kejadian yang insidental berupa demonstrasi, huru-hara yang sifatnya
spontan. Pesan persuasif merupakan penggabungan atau kombinasi antara fakta, dan
non fakta, penjelasan dan bujukan (harapan) yang disampaikan agar komunikan
terbujuk atau terpengaruh sampai pada tahap terjadinya perubahan sikap dari apatis
(menolak) sampai tergerak dan mendukung, bahkan merasa membutuhkan dan menjadi
bagian dari apa yang diprovokasikan oleh komunikator. Sehingga misi atau tujuan dari
komunikator bisa dikatakan berhasil. Namun, pesan persuasif juga berpotensi
mendapatkan penolakan bila terjadi kegagalan dalam upayanya tersebut. Dalam bentuk
praktek persuasi adalah: retorika, agitasi, propaganda,

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan retorika?


2. Apa yang dimaksud dengan propaganda?
3. Apa yang dimaksud dengan agitasi?
4. Bagaimana bentuk merayu opini publik?

C. Tujuan

1. Untuk memahami definisi dari retorika.


2. Untuk memahami definisi dari propaganda.
3. Untuk memahami definisi dari agitasi.
4. Untuk memahami bentuk dari merayu opini publik.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Retorika
Retorika berasal dari bahasa Latin yaitu “rhetorica” atau “rhetoric” yang
bermakna ilmu atau seni berbicara. Retorika sudah dikenal lima abad sebelum masehi.
Ketika itu, kaum Sofis Yunani sebagian besar berprofesi sebagai pengembara, namun
di dalamnya sekaligus mengajarkan pengetahuan baik mengenai pengetahuan politik
ataupun pemerintahan dengan menggunakan metode pidato.1
Secara mendalam, retorika merupakan keterampilan seseorang dalam berbicara
menyampaikan informasinya secara langsung kepada khalayak yang meliputi pilihan
kata yang efektif, kalimat demi kalimat, intonasi/penekanan suara, ekspresi wajah,
bahasa tubuh, wawasan, ingatan, kesungguhan dan totalitas.
Retorika adalah komunikasi dua arah, face to face, satu atau lebih orang
(seorang berbicara kepada beberapa orang maupun seorang bicara kepada seorang
lain) masing–masing berusaha dengan sadar untuk mempengaruhi pandangan satu
sama lain melalui tindakan timbal balik satu sama lain. Sasaran persuasi timbal balik
itu, tentu saja tidak perlu dibatasi hanya pada orang orang yang turut dalam
perdebatan, yaitu para ahli retorika dapat juga berusaha mempengaruhi pihak ketiga.
Tujuannya adalah untuk membantu yang di persuasi dalam membangun citra tentang
masa depan, masa untuk bertindak, yaitu melalui retorika, persuader dan yang
dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan kepercayaan, nilai, pengharapan
mereka.2
Retorika diartikan sebagai seni membangun argumentasi dan seni berbicara
“the art of constructing arguments and speech making”. Dalam perkembangannya,
retorika juga mencakup proses untuk menyesuaikan ide dengan orang lain dan
menyesuaikan orang dengan ide melalui berbagai macam pesan. Dewasa ini, fokus
perhatian retorika bahkan lebih luas lagi, yang mencakup segala hal bagaimana
manusia menggunakan simbol untuk mempengaruhi siapa saja yang ada di dekatnya
dan membangun dunia di mana mereka tinggal.

1
Yaniah Wardani dan Umi Musyarofah. 2019. Retorika Dakwah Dai Di Indonesia, Ciputat: Adabia Press. Hal.
9.
2
Nimmo, d. 1989. Komunikasi politik: komunikator, pesan, dan media.. Bandung: remaja rosda karya. Hal:141.

6
Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengungkapkan kata
atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia. Dewasa ini,
retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam
proses komunikasi antarmanusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti
berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi. Melainkan suatu
kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat, dan
menegaskan.3
Ada dua aspek yang harus diperhatikan dalam retorika ini yaitu, pertama,
pengetahuan mengenai bahasa dan penggunaan bahasa dengan baik. Kedua,
pengetahuan mengenai objek tertentu yang akan disampaikan dengan menggunakan
bahasa yang baik.
Teori retorika berpusat pada pemikiran mengenai retorika, yang disebut
Aristoteles sebagai alat persuasi yang tersedia. Maksudnya, seorang pembicara yang
tertarik untuk membujuk khalayaknya harus mempertimbangkan tiga bukti retoris:
logika (logos), emosi (pathos), dan etika/kredibilitas (ethos). Khalayak merupakan
kunci dari persuasi yang efektif, dan silogisme retoris, yang mendorong khalayak
untuk menemukan sendiri potongan–potongan yang hilang dari suatu pidato,
digunakan dalam persuasi.4
Dengan demikian, dapat kita pahami bahwa retorika merupakan art of speech
(seni berbicara). Yakni suatu bentuk komunikasi yang diarahkan pada penyampaian
pesan dengan maksud memengaruhi khalayak agar dapat memerhatikan pesan yang
disampaikannya secara baik. Retorika menggabungkan antara argumentasi pesan, cara
penyampaian yang menarik dan kredibilitas diri pembicara, sehingga melahirkan
impresi (kesan) tertentu bagi khalayak.
Sementara itu, retorika politik didefinisikan sebagai seni berbicara kepada
khalayak politik dalam upaya memengaruhi khalayak tersebut agar sesuai dengan apa
yang dinginkan oleh komunikator politik. Dalam politik, seni berbicara sangatlah
diperlukan karena nyaris seluruh proses dan tingkatan politik selalu membutuhkan

3
Hendrikus, d. W. 1991. Retorika: terampil berpidato, berdiskusi, berargumentasi, bernegosiasi. Yogyakarta:
kanisius. hal: 29.
4
Lynn, r. W. 2008. Pengantar teori komunikasi-teori dan aplikasi. Jakarta: salemba humanika. hal:53.

7
kemampuan retorika. Makin memadai kemampuan retorika seseorang, makin
memiliki akses pada penguasaan forum, komunitas, bahkan masyarakat luas.5

2. Propaganda
Propaganda berasal dari bahasa Latin propagare artinya cara tukang kebun
menyemaikan tunas suatu tanaman ke sebuah lahan untuk memproduksi tanaman baru
yang kelak akan tumbuh sendiri. Dengan kata lain juga berarti Mengembangkan atau
memekarkan (untuk tunas). Sementara itu propaganda menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), merupakan penerangan (paham, pendapat, dan sebagainya) yang
benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut
suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu. Jadi, propaganda adalah sebuah cara
atau strategi yang terstruktur, dilakukan untuk menggiring opini publik oleh seseorang
atau kelompok yang memiliki kepentingan tertentu untuk mencapai tujuan yang
diingnkan. Propaganda tidak hanya menyampaikan informasi secara objektif, tetapi
memberikan informasi yang dirancang untuk mempengaruhi pihak yang mendengar
atau melihatnya. Propaganda adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu
direncanakan secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan
tingkah laku dari penerimaan komunikan seseuai dengan pola yang telah ditetapkan
oleh komunikator.
Propaganda dianggap sebagai proses diseminasi informasi untuk
mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok masyarakat dengan
motif indoktrinisasi. Sementara itu menurut Onong Uchyana Effendy propaganda
adalah komunikasi yang dilakukan secara berencana, sistematis dan berulang-ulang
untuk mempengaruhi seseorang, khalayak atau bangsa agar melaksanakan kegiatan
tertentu dengan kesadaran sendiri tanpa paksa atau dipaksa. 6
Propaganda dalam politik memainkan peran yang sangat penting karena
merupakan satu di antara pendekatan persuasi politik selain periklanan dan retorika.
Dalam praktiknya, propaganda mengolaborasi pesan politik dunia mendapat pengaruh
secara persuasif. Hampir seluruh pendekatan persuasif kepada khalayak di era

5
Gun Gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relations Politik, h. 118
6
Ahmad Zakiyudin, “Teknik-Teknik Propaganda Politik Jalaludin Rakhmat Jurnal Academia Praja, Vol.1,
No.1 Februari 2018, h.5

8
Reformasi ini menempatkan media massa sebagai instrumen saluran yang mesti
digunakan.7
Karakteristik utama kegiatan propaganda adalah sebagai komunikasi.
Propaganda di media banyak dilakukan untuk mendapatkan kekuasaan ataupun
memperkuat legitimasi. Propagandis adalah seorang atau sekelompok kecil yang
menjangkau khalayak kolektif yang lebih besar. Dalam kegiatan ini, ada banyak
tujuan yang ingin dicapai dalam praktik propaganda. Propaganda memiliki tiga tujuan
yakni:
1. Mempengaruhi opini publik. Propaganda tidak hanya mengkomunikasikan
fakta-fakta yang dapat mempengaruhi opini publik terhadap suatu isu tertentu.
Jadi, salah satu tujuan propaganda adalah mengubah padangan/persepsi publik
tentang suatu tindakan yang akan diikuti sesuai dengan pendapat tersebut.
Perubahan pendapat itu bisa bersifat positif ataupun negatif.
2. Memanipulasi emosi. Propaganda dapat dilakukan dalam beberapa teknik
seperti memanipulasi kata, suara, simbol pesan non verbal, agar dapat
membangkitkan emosi audiens, bahkan sering dilakukan dengan cara yang
membahayakan bagi para propagandis.
3. Menggalang dukungan atau penolakan. Sasaran utama propaganda adalah
mengubah sikap dan perilaku target untuk mendukung atau menolak suatu isu
tertentu. Tujuan propaganda ini adalah mengubah suatu posisi sikap dan
perilaku seseorang terhadap perilaku lain.8

3. Agitasi
Agitasi adalah sebuah upaya untuk menggerakkan massa dengan lisan atau
tulisan, dengan cara merangsang dan membangkitkan emosi khalayak (Arifin, 2003:
71). Kegiatan agitasi dimulai dengan membuat kontradiksi dalam masyarakat dan
menggerakkan khalayak untuk menentang kenyataan hidup yang dialami selama ini
(penuh ketidakpastian dan penuh penderitaan).

7
Gun Gun Heryanto, Media Komunikasi Politik: Relasi Kuasa Media di Panggung Politik,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2018), h.345
8
M. Alif Mahmudi, “Propaganda dalam Film (Analisis Teknik Propaganda Anti-Iran dalam Film Argo)”, Jurnal
KomunikasiPROFETIK, Vol. 06, No 2, Oktober 2013, h.86

9
Tujuannya adalah menimbulkan kegelisahandi di kalangan massa. Selanjutnya
rakyat digerakkan untuk mendukunggagasan baru atau ideologi baru dengan
menciptakan keadaan yang baru (lumer dalam Arifin 2003: 71).9

Di samping itu, praktisi agitasi dilakukan agar khalayak bersedia memberikan


pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung dan bersedia mengorbankan jiwa
untuk mewujudkan sebuah cita-cita politik. Adapun orang yang melakukan agitasi
disebut agitator, yakni orang yang berusaha menimbulkan ketidakpuasan,
kegelisahan, atau pemberontakan terhadap orang lain.

Contoh merayu opini public

Debat calon presiden dan calon wakil presiden 2014. Calon presiden dan calon wakil
presiden dengan nomor urut satu yaitu Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, dan calon
presiden dan calon wakil presiden dengan nomor urut dua adalah Joko Widodo atau lebih
dikenal dengan Jokowi dan Jusuf Kalla. Terdapat perbedaan dalam beretorika antara Prabowo
Subianto, dan Joko Widodo. Baik dalam segi ethos, pathos maupun logos. a) ethos dari
Prabowo terlihat keras, tegas, berwibawa, sedangkan Jokowi terlihat sederhana, bekerja
keras, dan penyabar. b) pathos dari Prabowo menekankan kepada data yang ia dapat dari
ketua KPK, sedangkan Jokowi menggunakan pengalamannya ‘blusukan’ untuk menarik
emosi atau perhatian dari khalayaknya. c) logos dari Prabowo tetap menggunakan pendapat
dari ketua KPK mengenai kebocoran kekayaan Negara untuk semakin memperkuat buktinya,
pada akhirnya hal tersebut terlalu berlebihan karena telah diklarifikasi oleh KPK sendiri,
sedangkan Jokowi tetap memberikan bukti logis berdasarkan pengalamannya dalam
membangun ekonomi dan kesehatan masyarakat semasa menjabat menjadi Gubernur DKI.
Kanon-kanon retorika antara kedua calon presiden ini pun juga tidak sama, tetapi tujuan
mereka hanya satu, mendapatkan suara atau perhatian dari masyarakat Indonesia.

9
Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik; Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi Komunikasi Politik Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.71

10
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Merayu opini publik merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh
komunikator politik untuk mencapai tujuannya. Seringkali bahasa persuasif
digunakan oleh komunikator politik untuk membujuk opini publik agar sepakat
dengan pesan politik yang disampaikan. Upaya tersebut memerlukan strategi yang
baik dan perencanaan yang matang dengan melibatkan beberapa pihak tertentu.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk merayu opini publik adalah dengan
menggunakan retorika, propaganda, dan agitasi,

Retorika berasal dari bahasa Latin yaitu “rhetorica” atau “rhetoric” yang
bermakna ilmu atau seni berbicara. Retorika sudah dikenal lima abad sebelum masehi.
Ketika itu, kaum Sofis Yunani sebagian besar berprofesi sebagai pengembara, namun di
dalamnya sekaligus mengajarkan pengetahuan baik mengenai pengetahuan politik
ataupun pemerintahan dengan menggunakan metode pidato.

propaganda adalah sebuah cara atau strategi yang terstruktur, dilakukan


untuk menggiring opini publik oleh seseorang atau kelompok yang memiliki
kepentingan tertentu untuk mencapai tujuan yang diingnkan. Propaganda tidak hanya
menyampaikan informasi secara objektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang
untuk mempengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya.

Agitasi adalah sebuah upaya untuk menggerakkan massa dengan lisan atau
tulisan, dengan cara merangsang dan membangkitkan emosi khalayak. Kegiatan
agitasi dimulai dengan membuat kontradiksi dalam masyarakat dan menggerakkan
khalayak untuk menentang kenyataan hidup yang dialami selama ini (penuh
ketidakpastian dan penuh penderitaan). Tujuannya adalah menimbulkan kegelisahandi
di kalangan massa. Selanjutnya rakyat digerakkan untuk mendukunggagasan baru
atau ideologi baru dengan menciptakan keadaan yang baru.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar.2010. Opini Publik. Depok: Gramata Publishing,.


Djonaesih, S. Sunarjo. 1984, Opini Publik, Yogyakarta : Liberty Nikmah Hadiati S.
2012, Opini Publik, Pasuruan: Lunar Jaya
Heryanto, Gun Gun, dan Rumaru, Shulhan. 2013. Komunikasi Politik Sebuah Pengantar
Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mirza shahreza, k. E.-y. 2016. Etika komunikasi politik. Banten: indigo media.

Ahmad Arsani, Harmonis, Sa’diyah El-Adawiyah, Evi Satispi. 2020. Retorika Politik
Pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat Pada Debat Politik
Pilkada DKI Jakarta 2017. Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Vol. 3, No 2.
Nimmo, d. 1989. Komunikasi politik: komunikator, pesan, dan media.. Bandung: remaja
rosda karya.
Yaniah Wardani dan Umi Musyarofah. 2019. Retorika Dakwah Dai Di Indonesia,
Ciputat: Adabia Press.

12

Anda mungkin juga menyukai