Proposal Skripsi Simson Fix
Proposal Skripsi Simson Fix
Proposal Skripsi
Oleh
Simson Panjaitan
200100237
PERNYATAAN PERSETUJUAN
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN...................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................
DAFTAR SINGKATAN................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................................3
1.3.1. Tujuan Umum.............................................................................................3
1.3.2. Tujuan Khusus............................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Tanaman Kelor (Sumber: Moringa oleifera Lam. in GBIF Secretariat, 2022)
...........................................................................................................................................5
Gambar 2. 2 Daun Kelor (Sumber: Moringa oleifera Lam. in GBIF Secretariat, 2022)....6
Gambar 2. 3 Peran flavonoid dalam berbagai bioaktivitas (Sumber: Panche, 2016).........8
Gambar 2. 4 Struktur umum flavonoid (Sumber: Sudirman, 2014)..................................9
Gambar 2. 5 Kerangka Teori...........................................................................................16
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep.......................................................................................17
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Kandungan pada tumbuhan kelor (Sumber: Melo, 2013)..................................7
Tabel 4. 1 Jadwal Penelitian............................................................................................24
Tabel 4. 2 Biaya Penelitian..............................................................................................25
vii
DAFTAR SINGKATAN
FAO Food and Agriculture Organization
FDA Food and Drug Administration
ITIS Integrated Taxonimic Information System
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Moringa oleifera atau yang biasa disebut tanaman kelor adalah tanaman
herbal yang tumbuh di Indonesia, yaitu sumber daya alam yang biasa digunakan
Herbal digunakan mengobati dan menyembuhkan penyakit kesehatan fisik
Ekstrak Herbal Moringa(Moringa oleifera), yang mengandung berbagai fitokimia
seperti alkaloid, flavonoid,Steroid, glikosida dan lain-lain dapat digunakan
sebagai agen antimikroba, antioksidan dan antikanker,Obat diabetes dan manfaat
lainnya.
Tanaman Moringa oleifera merupakan tumbuhan tropis yang sudah ada
tumbuh dan berkembang di daerah tropis seperti Indonesia. Moringa oleifera
adalah Keluarga itu termasuk tanaman silangan Moringaceae Moringa populer
disebut oleifera pohon berkat atau tongkat drum Penduduk setempat dan ada
makanan pokok yang populer di banyak bagian dunia.Moringa oleifera tidak
hanya dikonsumsi karena alasan ini Nilai gizi tetapi juga manfaat obatnya
bagi kulit manusia. Bahaya alkohol dapat menyebabkan gangguan kesehatan kulit
seperti iritasi, keriput, pucat dan kering. Oleh karena itu, kandungan alkohol pada
hand sanitizer harus diganti dengan bahan aktif lain yang memiliki efek yang
sama atau bahkan lebih baik. Bahan aktif pengganti alkohol berasal dari ekstrak
daun kelor yang mengandung flavonoid sebagai agen antibakteri dan lebih dari 40
antioksidan yang melindungi kulit dari kerusakan serta menjaganya tetap segar
dan halus.
Tangan adalah alat yang sangat sederhana untuk menyebarkan penyakit dan
infeksi pada manusia (Wijoyo, 2016). Menjaga kebersihan tangan adalah salah
satu hal terpenting dalam mencegah penyebaran mikroorganisme menular dan
penyakit menular lainnya. Ada banyak cara untuk menghindari kontak dengan
patogen ini. Salah satunya menjaga kebersihan tangan (Octavia, 2016). Namun
nyatanya masih banyak orang yang malas melakukan hal tersebut karena berbagai
alasan, misalnya kekurangan waktu, jauhnya tempat wastafel, dimana harus
mencuci tangan dengan sabun dan lain-lain. dan lagi dijemur sehingga melelahkan
sehingga sulit mendapatkan air (Departemen Kesehatan RI, 2014). Saat ini,
masyarakat lebih memilih untuk mencuci tangan dengan hand sanitizer daripada
cuci tangan tradisional karena lebih nyaman, mudah dan tanpa air. Berdasarkan
survei di Kisaran Barat,Sumatera Utara, dari 60 responden, 35 orang ingin
menggunakan hand sanitizer, 16 orang ingin menggunakan tisu basah dan 9 orang
mencuci dengan sabun dan air. Alasan mereka memilih hand sanitizer adalah
kenyamanannya, aromanya yang segar, dan kemasannya yang menarik. Menurut
Food and Drug Administration (FDA), pembersih tangan dapat membunuh kuman
dalam waktu kurang dari 30 detik.
Kelor di wilayah Blora Jawa Tengah yang mampu menghasilkan 100.000 ton daun
kelor per bulan (Infoblora, 2017).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kelor
2.1.1. Definisi
Tanaman kelor atau Moringa oleifera adalah tumbuhan herbal yang banyak
tumbuh di negara tropis dan sub tropis. Tanaman kelor banyak digunakan sebagai
sayuran, teh herbal, dan makanan olahan sebagai sumber nutrisi seperti protein
dan asam amino (Stadtlander, 2017). Tanaman kelor merupakan tanaman herbal
yang digunakan sebagai makanan manusia, dan alternatif untuk pengobatan di
seluruh dunia. Telah diidentifikasi oleh para peneliti sebagai tanaman dengan
banyak manfaat kesehatan termasuk nutrisi dan pengobatan (Abdull, 2014).
Kandungan daun kelor kaya akan flavonoid karotenoid, dan asam askorbat
sehingga sering digunakan dalam pengobatan tradisional. Dalam studi in-vitro dan
in-vivo, daun kelor sering dikaitkan sebagai pengaplikasian terapeutik seperti
antibakteri, antijamur, antivirus, sitotoksik, antihioerglikemik, antioksidan, anti
inflamasi, dan antiparasit (Dhakad, 2019).
2.1.2. Klasifikasi
Klasifikasi tumbuhan kelor menurut Integrated Taxonimic Information System
(ITIS) 2022 adalah:
Kingdom : Plante
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera
2.2. Daun Kelor
Daun kelor mengandung berbagai mineral, seperti potasium, zink, magnesium,
zat besi, sodium, kalsium, dan zat tembaga. Meskipun kandungannya rendah
karbohidrat dan lemak, daun kelor merupakan sumber protein dan asam amino
yang sangat baik dan di anggap sebagai suplemen makanan total (Patil, 2020).
Daun kelor juga mengandung protein yang sangat tinggi (19-29%) dan serat (19-
37%) sekitar 205-350 kal per gram. Selain mikronutrien, daun kelor juga memiliki
kandungan vitamin B kompleks, vitamin B6, vitamin A, vitamin C, dan vitamin E
(Gopalakrishnan 2016). Ekstrak dari daun kelor dapat menjadi sumber
antimikroba alami yang efektif, yang dapat dimanfaatkan sebagai sanitizer.
Daun kelor mempunyai 8-10 pasang anak daun dengan arah yang berlawanan
terhadap sumbu utama. Anak daun memiliki warna hijau dan berbentuk Tumpul
pada apex dan runcing pada pangkal. Bunga kelor merupakan bunga biseksual
yang memiliki benang sari dan putik, berwarna putih dan terletak pada ketiak
daun dengan Panjang 10-25 cm dan lebar 20-60 cm setiap buah berisi 12-35 biji
(Rahman, 2015).
2.2.1. Flavonoid
Flavonoid atau flavon merupakan salah satu golongan fenol alam yang
terbesar, yang dijumpai pada daun, buah, dan bunga pada tumbuhan dalam bentuk
lukosida. Senyawa flavon seperti: apigenin, luteolin, cynarosida, akatekin, dan
naicalin. Selain daun kelor, beberapa tanaman yang mengandung flavonoid adalah
8
seledri, kamomil, daun mint, dan ginkgo biiloba (Panche et al., 2016). Flavonoid
utama yang ditemukan pada daun kelor adalah myrecytin, kuersetin, dan
kaemferol. Kuersetin merupakan flavonoid yang diklasifikasikan ke dalam
golongan flavonol yang paling berlimpah terkandung dalam buah-buahan dan
sayuran. Untuk dapat mengembangkan potensi kuersetin dari senyawa alam salah
satunya tanaman kelor, maka perlu dilakukan ekstraksi.
2.3. Ekstrak
2.3.1. Defenisi
Ekstrak merupakan suatu metode pemisah suatu zat yang didasarkan pada
perbedaan kelarutan terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, seperti
air dan yang lainnya berupa pelarut organik. Cara yang paling umum digunakan
untuk mendapatkan sari atau kandungan senyawa aktif pada suatu tanaman
biasanya dilakukan dengan teknik ekstraksi. Teknik ekstraksi senyawa aktif bahan
alam yang dapat digunakan antara lain maserasi, perkolaso, infudasi, dan
sokhletasi. Selanjutnya ekstraksi yang dihasilkan dapat dipisahkan lagi menjadi
fraksi-fraksinya dengan menggunakan metode kromatografi (Tri, 2019).
2. Ekstrak kental adalah sediaan yang dilihat dalam keadaan dingin tidak
dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Tingginya
kandungan air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat karena cemaran
jamur.
3. Ekstraksi kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi kering dan
mudah dihitung, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5
%.
4. Ekstraksi cair adalah ekstrak yang dibuat dengan sedemikiannya sehingga
1 bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair (Voight, 1995).
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam ekstraksi, salah satunya
adalah metode maserasi. Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan cara
memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam suatu wadah inert
yang ditutup rapat pada suhu kamar. Akan tetapi, ada kerugian utama dari metode
ini yaitu dapat memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak,
dan besar kemungkinan beberapa senyawa dapat menghilang. Selain itu, beberapa
senyawa juga sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode
maserasi dapat menghindari resiko rusaknya senyawa-senyawa dalam tanaman
yang bersifat termolabil (Tetti, 2014).
1. Maserasi
2. Perkolasi
untuk ekstraksi cara dingin dikhususkan untuk senyawa yang tidak tahan terhadap
pemanasan. Kelemahan ekstraksi cara panas terkadang akan terbentuk suatu
senyawa baru akibat peningkatan suhu menjadi senyawa yang berbeda. Maka
daripada itu untuk senyawa yang diperkirakan tidak stabil maka digunakanlah
ekstraksi cara dingin.
1. Reflux
2. Sokletasi
Sokletasi adalah metode pemisahan komponen yang terdapat pada zat padat
dengan cara penyaringan yang berulang-ulang dengan menggunakan pelarut
tertentu, sehingga semua komponen yang dibutuhkan akan terisolasi. Prosesnya
dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara
berkelanjutan akan membasahi sampel, pelarut kemudian dimasukkan secara
teratur ke dalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi.
Pelarut yang telah membawa senyawa kimia diuapkan dengan rotary evaporator
sehingga pelarut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair
atau padat ditemui pada zat padat, maka dapat dieksekusi dengan menggunakan
pelarut yang diinginkan.
13
3. Infusa
4. Digesti
5. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (suhu lebih dari 30°C) dan
temperatur sampai titik didih air (Tri, 2019).
Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk bahan dalam air sebagai larutan penyari. Ekstrak adalah sediaan
kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati
atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian pelarut
diuapkan dan serbuk yang diperoleh diperlakukan sedemikian hingga memenuhi
baku yang telah ditetapkan. Ekstrak kering adalah sediaan yang berasal dari
tanaman atau hewan, diperoleh dengan cara pemekatan dan pengeringan ekstrak
cair sampai mencapai konsentrasi yang diinginkan menurut cara-cara yang
memenuhi syarat (Chairunnisa, 2019).
2.5. Sanitizer
Terdapat 2 kategori bahan dasar dalam pembuatan sanitizer, yaitu: sanitizer
berbahan dasar non-alkohol dan sanitizer berbahan dasar alkohol. Bahan aktif
utama pada sanitizer non-alkohol paling umum yang dapat digunakan,
benzalkonium klorida, amonium kuaterner. Penggunaan benzalkonium klorida
dalam pembuatan sanitizer umumnya kurang mengiritasi dibandingkan dengan
alkohol. Sediaan sanitizer yang mengandung alkohol dapat berupa etanol,
isopopil, propanol, atau kombinasinya. Humektan adalah bahan yang digunakan
15
Menghambat aktivitas
Bakteri
Daya hambat
Keterangan:
BAB III
KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI
OPERASIONAL
suatu larutan
6. Daya sebar Kemampuan dari Observasi 1. Baik Nominal
sediaan untuk 2. Tidak Baik
dapat menyebar
pada kulit
19
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian eksperimental
laboratorium dan dilakukan secara in vitro menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) dengan konsentrasi perlakuan yaitu 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%,
70%, 80% dengan kontrol positif menggunakan tetrasiklin dan kontrol negatif
menggunakan ethanol 96%
Keterangan:
r = Jumlah pengulangan
t = Jumlah treatment/perlakuan
(r - 1) (t – 1) ≥ 15
(r – 1) (10 – 1) ≥ 15
(r - 1) 9 ≥ 15
9r – 9≥ 15
9r ≥ 24
Desain penelitian dan penomoran percobaan ekstrak tanaman kelor terhadap bakteri
Staphylococcus aureus
A1 D1 H1 E1 G1 F1 C1 B1 KP1 KN1
B2 F2 D2 A2 KP2 E2 C2 H2 KN2 G2
D3 E3 H2 C3 A3 F3 B3 G3 KN3 KP3
Keterangan:
Analisis Data
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengajuan Judul
1 Penelitian kepada MEU
dan Dosen Pembimbing
Penyelesaian Proposal
2
Penelitian
8 Pembuatan Manuskrip
Pengiriman Manuskrip ke
9
Jurnal
Penyerahan Skripsi yang
telah ditandatangani
10 dosen pembimbing serta
dosen penguji dan
Pendaftaran Wisuda
Total 700.000
26
DAFTAR PUSTAKA
Abdull Razis, A. F., Ibrahim, M. D., & Kntayya, S. B. (2014). Health benefits of
Moringa oleifera. Asian Pacific journal of cancer prevention : APJCP, 15(20), 8571–
8576. https://doi.org/10.7314/apjcp.2014.15.20.8571
Chandra, A., Novalia, N. 2014. Studi Awal Ekstraksi Batch Daun Stevia
Rebaudiana Bertoni dengan Variabel Jenis Pelarut dan Temperatur . Universitas
Katolik Parahyangan. Bandung.
Dhakad, A. K., Ikram, M., Sharma, S., Khan, S., Pandey, V. V., & Singh, A.
(2019). Biological, nutritional, and therapeutic significance of Moringa oleifera
Lam. Phytotherapy Research, 33(11), 2870-2903.
Golin, A. P., Choi, D., & Ghahary, A. (2020). Hand sanitizers: A review
of ingredients, mechanisms of action, modes of delivery, and efficacy against
coronaviruses. American journal of infection control, 48(9), 1062–1067.
https://doi.org/10.1016/j.ajic.2020.06.182
Meng, J. R., Liu, J., Fu, L., Shu, T., Yang, L., Zhang, X., Jiang, Z. H., & Bai, L.
P. (2023). Anti-Entry Activity of Natural Flavonoids against SARS-CoV-2 by Targeting
Spike RBD. Viruses, 15(1), 160. https://doi.org/10.3390/v15010160
Panche, A. N., Diwan, A. D., & Chandra, S. R. (2016). Flavonoids: an
overview. Journal of nutritional science, 5, e47. https://doi.org/10.1017/jns.2016.41
Pareek, A., Pant, M., Gupta, M. M., Kashania, P., Ratan, Y., Jain, V.,
Pareek, A., & Chuturgoon, A. A. (2023). Moringa oleifera: An Updated
Comprehensive Review of Its Pharmacological Activities, Ethnomedicinal,
Phytopharmaceutical Formulation, Clinical, Phytochemical, and Toxicological
Aspects. International journal of molecular sciences, 24(3), 2098.
https://doi.org/10.3390/ijms24032098Moringa oleifera Lam. in GBIF Secretariat
(2022). GBIF Backbone Taxonomy. Accessed 15 Mei 2023. Available at :
https://www.gbif.org/species/3054181
Patil, S. V., Mohite, B. V., Marathe, K. R., Salunkhe, N. S., Marathe, V.,
& Patil, V. S. (2022). Moringa Tree, Gift of Nature: a Review on Nutritional and
Industrial Potential. Current pharmacology reports, 8(4), 262–280.
https://doi.org/10.1007/s40495-022-00288-7
Stadtlander, T., & Becker, K. (2017). Proximate composition, amino and fatty
acid profiles and element compositions of four different Moringa species. Journal of
Agricultural Science, 9(7), 46-57.
Tri P. L. S., Hanny F. F., (2019). Aplikasi Pemanfaatan Daun papaya (Carica
papaya) Sebagai Biolarvasida terhadap Larva Aedes aegyptti. Gresik. Graniti.
28