Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat
dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi
sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting
baru Nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama
kehidupan seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan
fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor
gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita . Intervensi yang paling menentukan
untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Intervensi anak kerdil (Stunting) memerlukan
konvergensi program/intervensi dan upaya sinergis pemerintah serta dunia usaha/masyarakat.
Pada tahun 2020, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan Rembuk
Stunting dengan menetapkan 15 lokus desa untuk intervensi spesifik dan sensitive pada lokus
tersebut. Kecamtan suruh sebagai salah satu kecamatan lokus memiliki tanggung jawab dalam
pencegahan dan penurunan Stunting di tingkat Kecamatan.
Grafik Penurunan Presentase Stunting Desa Lubuk Besar Tahun 2020 dan 2021
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00% 3.70%
0.00%
Lubuk Besar
2020 2021
2. Hasil Analisis Data Pengukuran Stunting
Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi
(stunting) balita khususnya baduta, adalah faktor lingkungan, pola asuh, kesehatan
reproduksi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Beberapa wilayah mengalami
kesulitan dalam akses air bersih dan jamban yang mana hal tersebut selain dari segi
ketersediaan jamban ataupun air bersih ada beberapa daerah yang mana hal tersebut
merupakan perilaku yang sulit untuk diubah.
Beberapa Persen balita yang mengalami masalah gizi berhubungan dengan tingkat
kemampuan ekonomi atau keluarga miskin disamping itu factor pengetahuan yang masih
minim dimana banyak dari keluarga dan anggota keluarga dengan gangguan atau mengalami
maslah gizi sangat berkaitan dengan tingkat pengetahuan tentang penting hubungan kasus
gizi dengan konsumsi dan jenis makanan bergizi yang harusnya dikonsumsi oleh bayi dan
balita.
https://youtu.be/Pb4yPo83ADE
2. Kegiatan Penyuluhan pada remaja putri dan ibu hamil pentingnya mengkonsumsi tablet
tambah darah,
3. Pemberian Vitamin A pada bayi dan balita,pemberian Obat cacing pada balita,
Penyuluhan Asi ekslusif..
4. Terkait kesehatan reproduksi masih ditemukan adanya pernikahan dini, sudah dilakukan
dengan memberi penyuluhan, melakukan bimbingan kepada calon pengantin Remaja
Putri telah mendapatkan intervensi berupa pemberian Tablet Tambah Darah, namun ada
sebagian remaja putri yang masih belum mau mengkonsumsi TTD secara teratur
meskipun telah mendapatkanya karena kurangnya motivasi diri ataupun minat remaja
putri tersebut untuk mengkonsumsi TTD tersebut.
5. Bayi dan balita gizi buruk sudah dilakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Ibu
hamil Anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK) telah mendapatkan Pemberian
Makanan Tambahan (PMT). Dengan adanya penanganan bayi balita gizi kurang dan
gizi buruk, ibu hamil KEK tersebut menunjukkan pendampingan dapat menekan
terjadinya stunting, gizi kurang, gizi buruk, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dari
ibu hamil Kurang Energi Kronis dan Anemia yang ada.
6. Melakukan kegiatan Kolaborasi Tim Kabupaten di Desa Lubuk Besar yaitu upaya
pencegahan stunting,edukasi gizi bagi anak dan remaja serta ibu hamil,