Anda di halaman 1dari 4

Publikasi Hasil pengukuran Desa Lubuk Besar

1. Perkembangan Sebaran Prevalensi Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat
dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi
sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting
baru Nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama
kehidupan seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan
fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor
gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita . Intervensi yang paling menentukan
untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Intervensi anak kerdil (Stunting) memerlukan
konvergensi program/intervensi dan upaya sinergis pemerintah serta dunia usaha/masyarakat.
Pada tahun 2020, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan Rembuk
Stunting dengan menetapkan 15 lokus desa untuk intervensi spesifik dan sensitive pada lokus
tersebut. Kecamtan suruh sebagai salah satu kecamatan lokus memiliki tanggung jawab dalam
pencegahan dan penurunan Stunting di tingkat Kecamatan.

Grafik Penurunan Presentase Stunting Desa Lubuk Besar Tahun 2020 dan 2021

Cakupan Balita Stunting Desa Lubuk Besar


30.00% 28.57%

25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00% 3.70%

0.00%
Lubuk Besar

2020 2021
2. Hasil Analisis Data Pengukuran Stunting

A.Faktor Determinan yang Memerlukan Perhatian

Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi
(stunting) balita khususnya baduta, adalah faktor lingkungan, pola asuh, kesehatan
reproduksi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Beberapa wilayah mengalami
kesulitan dalam akses air bersih dan jamban yang mana hal tersebut selain dari segi
ketersediaan jamban ataupun air bersih ada beberapa daerah yang mana hal tersebut
merupakan perilaku yang sulit untuk diubah.

Beberapa Persen balita yang mengalami masalah gizi berhubungan dengan tingkat
kemampuan ekonomi atau keluarga miskin disamping itu factor pengetahuan yang masih
minim dimana banyak dari keluarga dan anggota keluarga dengan gangguan atau mengalami
maslah gizi sangat berkaitan dengan tingkat pengetahuan tentang penting hubungan kasus
gizi dengan konsumsi dan jenis makanan bergizi yang harusnya dikonsumsi oleh bayi dan
balita.

B. Perilaku Kunci Rumah Tangga 1.000 HPK yang Masih Bermasalah


Tim pencegahan dan penangulangan stunting terintegrasi kabupaten Indargri Hilir
bersama dengan Puskesmas juga telah melakukan monitoring sekaligus analisa masalah
yang terjadi di desa menunjukkan pola asuh balita, pelayanan ibu hamil dan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) masih membutuhkan Intervensi dan pembinaan.

C. Kelompok Sasaran Beresiko


Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain Remaja putri,
Calon Pengantin Ibu Hamil, Bayi, dan Usia Bawah dua tahun (Baduta). Remaja putrid perlu
disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga saat hamil dapat
menjadi ibu hamil yang sehat dan berperilaku sehat, sehingga bayi yang dikandungpun dapat
lahir dengan selamat, sehat dan cerdas. Bayi yang telah dilahirkan tersebut berhak untuk
mendapatkan ASI ekslusif dan Pemberian Makan Bayi dan Anak yang sesuai sehingga
pertumbuhan otaknya dapat optimal dan meningkatkan IPM Desa/Keluarahan dimasa depan.

3. UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN

Berbagai upaya yang telah dilakukan di Desa/Keluarahan Bersama Puskesmas dan


lintas sector terkait seperti PKK Desa,Kecamatan pemerintahan Kecamatan guna
menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 Hari pertama Kehidupan
(HPK), antara lain;
1. Puskesmas melalui program inovatif Pesona ( Pengaduan Stunting Online) dengan
Kegiatan antara lain :
 Pelaporan Balita Stunting Melalui Whatsapp Resmi
 Pengukuran bayi Balita
 Pemeriksaan Kesehatan Anak
 Edukasi
 Pemberian PMT Pemulihan

https://youtu.be/Pb4yPo83ADE

2. Kegiatan Penyuluhan pada remaja putri dan ibu hamil pentingnya mengkonsumsi tablet
tambah darah,
3. Pemberian Vitamin A pada bayi dan balita,pemberian Obat cacing pada balita,
Penyuluhan Asi ekslusif..
4. Terkait kesehatan reproduksi masih ditemukan adanya pernikahan dini, sudah dilakukan
dengan memberi penyuluhan, melakukan bimbingan kepada calon pengantin Remaja
Putri telah mendapatkan intervensi berupa pemberian Tablet Tambah Darah, namun ada
sebagian remaja putri yang masih belum mau mengkonsumsi TTD secara teratur
meskipun telah mendapatkanya karena kurangnya motivasi diri ataupun minat remaja
putri tersebut untuk mengkonsumsi TTD tersebut.
5. Bayi dan balita gizi buruk sudah dilakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Ibu
hamil Anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK) telah mendapatkan Pemberian
Makanan Tambahan (PMT). Dengan adanya penanganan bayi balita gizi kurang dan
gizi buruk, ibu hamil KEK tersebut menunjukkan pendampingan dapat menekan
terjadinya stunting, gizi kurang, gizi buruk, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dari
ibu hamil Kurang Energi Kronis dan Anemia yang ada.
6. Melakukan kegiatan Kolaborasi Tim Kabupaten di Desa Lubuk Besar yaitu upaya
pencegahan stunting,edukasi gizi bagi anak dan remaja serta ibu hamil,

Pemerintah di Desa/Kelurahan sangat mengharapkan dukungan dari berbagai sector


untuk menangani dan mencegah bertambahnya balita stunting di kecamatan kemuning
melalui konvergensi Pencegahan Stunting yang akan dilaksanakan sebelum
musrenbangdes. Pemerintah desa diharap dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi
aktif dalam hal ini.

Anda mungkin juga menyukai