Anda di halaman 1dari 5

Berikan analisis anda mengapa kelompok memberikan pengaruh terhadap

individu yang berada dalam suatu kelompok...

Komunikasi kelompok merupakan salah satu bentuk atau upaya dalam menjalin
komunikasi dengan orang lain. Kelompok dapat dijadikan sebagai wahana atau
media untuk mendapatkan informasi, mendapatkan ilmu pengetahuan, juga
menjadi tempat berbagi dalam menghadapi berbagai hal yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Disamping itu kelompok memiliki pengaruh yang besar
terhadap anggota kelompok tersebut. Ada 3 macam pengaruh, yaitu:

1. Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma)
kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau dibayangkan.
Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan
sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan
melakukan hal yang sama. Individu dalam kelompok merasa dirinya lemah
jika “berdiri sendiri”, namun jika banyak yang mendukung dan mereka
menjadi satu, individu yang semula lemah menjadi merasa kuat, yang
semula ragu menjadi tidak ragu-ragu.
2. Fasilitas Sosial
Kehadiran orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energi
pada perilaku individu. Adanya penglihatan oleh kelompok membuat
individu menunjukan kelancaran dalam peningkatan tugasnya. Energi
yang meningkat dapat mengeluarkan suatu respon dominan yang jika itu
sesuatu yang positif, maka dapat terjadi peningkatan tugas individu
tersebut. Namun bisa juga sebaliknya, justru adanya kehadiran kelompok
dapat menghambat peningkatan tugas.
3. Polarisasi
Keputusan yang dibuat kelompok dapat lebih ekstrem daripada keinginan
sebenarnya dari individu secara pribadi. Arah yang lebih ekstrem dapat
terjadi karena adanya dukungan yang kuat dari individu lainnya dalam
kelompok. Polarisasi ini berpeluang besar menyebabkan kelompok
membuat suatu keputusan yang salah. Polarisasi merupakan gejala dari
adanya groupthink. Kelompok ini biasanya menarik anggota-anggota
yang memiliki pandangan yang sama saja. Sehingga adanya keyakinan
merasa benar sendiri. Implikasi negatifnya adalah kurangnya sikap kritis-
rasional dalam individu dalam kelompok.
Berikan satu contoh teori komunikasi kelompok berikut judul penelitian yg
relevan yang menggunakan teori tadi...

Judul Penelitian : Pola Komunikasi Mifans Depok Dalam Menjaga


Keutuhan Kelompok

Teori yang digunakan : Teori Groupthink


Teori yang anggota-anggota kelompok sering kali terlibat di dalam
sebuah gaya pertimbangan di mana pencarian konsensus (kebutuhan
akan semua orang untuk sepakat) lebih berat dibandingkan akal sehat.
Hubungan sosial yang dibangun oleh seluruh anggota kelompok
menghasilkan hubungan yang menjunjung tinggi nilai kesatuan dan
kepaduan kelompok. Namun kelompok yang sangat padu menghabiskan
terlalu banyak energi di dalam diri anggota kelompok yang
mengatasnamakan persahabatan, gengsi dan harga diri sehingga
mengakibatkan komunikasi yang pasif dan berpotensi membuat konflik
baru.
Salah satu teori kelompok yang menarik adalah Groupthink, yang ditulis Janis.
Jelaskan teori ini dan berikan simptom--simptomnya…

Teori Groupthink

Teori berpikir kelompok, atau yang biasa disebut dengan groupthink, lahir dari
hasil penelitian Irvin L. Janis. Groupthink menunjukkan suatu metode berpikir
sekelompok orang yang kohesif (solid) untuk mencapai kata mufakat. Menurut
teori ini, proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat
kohesif, dilakukan oleh para anggotanya yang selalu berusaha mempertahankan
konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.
Janis menyebutkan bahwa kelompok yang sangat kohesif biasanya terlalu banyak
menyimpan atau menginvestasikan energi untuk memelihara niat baik dalam
kelompok, sehingga sering mengorbankan pembuatan keputusan yang baik dari
proses tersebut. Janis juga berpendapat bahwa anggota-anggota kelompok
sering kali terlibat di dalam sebuah gaya pertimbangan di mana pencarian
konsensus (kebutuhan akan semua orang untuk sepakat) lebih berat
dibandingkan akal sehat. Dalam teori groupthink terdapat asumsi penting yaitu:

1. Terdapat kondisi-kondisi di dalam kelompok yang mempromosikan


kohesivitas tinggi. Terdapat kondisi dalam kelompok yang menyebabkan
tingginya tingkat kohesivitas. Biasanya setiap anggota berusaha menjaga
hubungan dan berusaha untuk mempertahankan keutuhan kelompok.
2. Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang
menyatu. Dalam hal ini proses pemecahan masalah membutuhkan ide dan
pendapat dari setiap anggotanya namun terkadang setiap anggota tidak
sungkan dan malu untuk menyatakan pendapat dan leih memilih untuk
menahan pendapat daripada mendapatkan penolakan.
3. Kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat
kompleks. Anggota kelompok harus terus menyadari banyaknya alternatif
yang tersedia bagi mereka dan mampu untuk membedakan alternatif-
alternatif ini. Lalu anggota kelompok tidak boleh hanya memahami tugas
mereka namun juga orang-orang yang memberikan masukan kedalam
tugas tersebut.

Groupthink yang terjadi pada sebuah kelompok pasti melewati beberapa kondisi
pendahulu yang menjadi faktor munculnya groupthink pada sebuah kelompok.
Janis (1982) percaya bahwa ada tiga kondisi yang mendorong munculnya
groupthink, diantaranya adalah:
1. Kohesivitas Kelompok
Kelompok yang sangat kohesif akan lebih antusias mengenai tugastugas
mereka dan anggotanya merasa dimampukan untuk melaksanakan tugas-
tugas tambahan. Singkatnya, kepuasan yang lebih besar diasosiasikan
dengan meningkatnya kohesivitas. Walaupun terdapat beberapa
keuntungan tetapi kelompok yang sangat kohesif juga dapat
menghasilkan hal yang mengganggu, yaitu memunculkan groupthink.
2. Faktor Struktural
Menurut Janis, karakteristik struktural yang spesifik, atau kesalahan,
mendorong terjadinya groupthink. Faktor-faktor ini juga termasuk isolasi
kelompok, kurangnya kepemimpinan imparsial, kurangnya prosedur yang
jelas dalam mengambil keputusan, dan homogenitas latar belakang
anggota kelompok.
3. Tekanan Kelompok
Kondisi pendahulu dari groupthink berhubungan dengan tekanan dari
kelompok, yaitu tekanan internal dan eksternal (internal and external
stress)
terhadap kelompok dapat memunculkan groupthink. Ketika pembuat
keputusan sedang berada dalam tekanan yang berat, baik disebabkan
oleh
dorongan dari luar maupun dari dalam kelompok, para pembuat
keputusan ini cenderung tidak dapat menguasai emosi mereka, dan
memunculkan groupthink demi menyelesaikan sesuatu hal yang
menyebabkan tekanan
tersebut.

Setelah sebuah kelompok melewati kondisi-kondisi pendahulu dari sebuah


groupthink yang telah dipaparkan diatas, maka selanjutnya adalah sebuah
kelompok tersebut akan memiliki gejala-gejala dari sebuah groupthink, adapun
gejala-gejala tersebut adalah:

1. Kepercayaan Berlebihan Terhadap Kelompok


Kepercayaan berlebihan terhadap kelompok (overestimation of the group)
mencakup perilaku yang mempercayai kelompok melebihi apa yang
seharusnya. Dalam hal ini, terdapat dua gejala, yaitu:
a. Ilusi tanpa kelemahan, merupakan gejala awal yang menghasilkan
atau menciptakan rasa optimis sebelum saatnya (prematur), mereka
percaya bahwa mereka cukup istimewa untuk mampu mengatasi
setiap hambatan.
b. Percaya pada moralitas kelompok
Kelompok mempertahankan kepercayaan mutlak atas moralitas yang
tertanam dalam diri mereka, mereka memandang diri mereka sebagai
orang-orang dengan motivasi bagus dan bekerja untuk mendapatkan
hasil terbaik. Karena kelompok memandang diri mereka baik mak
mereka juga percaya bahwa keputusan yang akan mereka buat juga
akan baik.
2. Pikiran Sempit
Menurut Janis suatu kelompok memiliki pikiran sempit (close-
mindedness) jika mereka mengabaikan faktor luar (external) agar tidak
mempengaruhi kelompok. Dengan demikian, pikiran sempit adalah
keinginan kelompok untuk menolak berbagai perbedaan diantara
manusia dan mereka tidak ingin dipengaruhi orang lain. Dalam kaitan
dengan pikiran sempit kelompok ini, Janis mengemukakan dua kategori
pikiran sempit yang disebutnya stereotip orang luar (out-groups
stereotypes) dan rasionalitas kolektif (collective rationalization).
3. Tekanan Untuk Menjadi Sama
Anggota kelompok sering kali mengalami tekanan untuk menjadi sama
(pressures toward uniformity) yang kerap menjadi beban berat bagi
kelompok. Janis percaya bahwa anggota kelompok yang bekerja
bersama-sama dan menjadi dekat dan akrab kemungkinan akan
mengarahkan diri mereka untuk membentuk pikiran kelompok.
Menurutnya, tekanan untuk mejadi sama terjadi ketika “group members
go to get along” (anggota kelompok bekerja bersama untuk menjadi
akrab).

Anda mungkin juga menyukai