Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya, kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) dengan sebaik- baiknya.Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Pancasila.Di dalam makalah ini, kami telah berusaha menguraikan sebaik mungkin semua hal
yang berkaitan dengan NKRI. Besar harapan kami agar pembaca mampu memahami lebih jauh
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan hal tersebut.Akan tetapi, kami menyadari bahwa di
dalam makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan yang tentunya mengakibatkan makalah ini
masih dikatakan jauh dari sempurna.

Dalam penyusunan makalah ini kami mengcapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah mendukung hingga terselesaikannya makalah “Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Kami juga berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah
selanjutnya.

Demikian yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini. Kami mohon maaf apabila
pembaca masih menemui kesalahan disana-sini. Dan semoga makalah yang telah kami susun ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

Pekanbaru, 3 Oktober 2017

1
DAFTAR ISI

BAB I

Pendahuluan

A.Latar belakang………………………………………………………………………4

B.Rumusan masalah…………………………………………………………………..4

C.Tujuan penulisan makalah………………………………………………………….5

BAB II

Pembahasan

A.Hakikat Negara………………………………………………………………………6

B.Negara Kesatuan Republik Indonesia ………………………………………………6

1. Hakikat bentuk Negara……………………………………………………..8


2. NKRI adalah Negara kebangsaan…………………………………………. 9

C.Negara kebangsaan pancasila ……………………………………………………….9

D.Hakikat Negara Integralistik ………………………………………………………..10

1. Hubungan antara Individu dan Negara ……………………………………11


2. Hubungan antara masyarakat dan Negara…………………………………12

E.NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berketuhanan Yang Maha Esa …………..14

F.NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berkemanusiaan yang Adil dan Beradab…17

G.NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berpersatuan………………………………19

H.NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berkerakyatan ……………………………19

I.NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan Sosisal………………………..21

BAB III

2
PENUTUP

A.Kesimpulan …………………………………………………………………………24

B.Saran………………………………………………………………………………..24

Daftar Pustaka………………………………………………………………………...24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) merupakan negara yang dilewati oleh garis
katulistiwa yang memiliki kekayaan alam sangat melimpah, beragam kebudayaan, adat
istiadat,suku, ras,bahasa dan lain-lain.

Indonesia merdeka pada tahun 1945 setelah melalui begitu banyak halangan dan
rintangan. Setelah merdeka, ada beberapa daerah yang ingin memisahkan diri dari negara
indonesia. Namun indonesia tidak begitu saja melepaskan daerah-daerah itu dengan mudah untuk
mendirikan negara baru.

Keutuhan bangsa dan negara indonesia harus tetap dijaga secara utuh. Dengan adanya
Pancasila, seluruh rakyat indonesia yang berasal dari beragam latar belakang kebudayaan, adat
istiadat, suku, ras, dan bahasa dapat dipersatukan.

Dalam makalah ini kami membahas tentang NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) secara luas untuk menambah wawasan dalam proses pembelajaran mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, walaupun masih terdapat
banyak kekurangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis menarik sebuah rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian NKRI dan Hakikat Negara ?

2. Bagaimana Negara Kesatuan Republik Indonesia ?

3. Bagaimana Negara Kebangsaan Pancasila ?

4. Bagaimana Hakikat Negara Integralistik ?

5. Apa Butiran-Butiran NKRI ?

4
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini ialah :

1. Untuk mengetahui pengertian NKRI dan Hakikat Negara.

2. Untuk mengetahui Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Untuk mengetahui Negara Kebangsaan Pancasila.

4. Untuk mengetahui Negara Integralistik.

5. Untuk mengetahui Butiran-Butiran NKRI.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Negara

Pengertian Negara. Manusia dalam merealiasisikan dan meningkatkan harkat dan


martabatnya tidaklah mungkin untuk dipenuhinya sendiri, oleh karena itu manusia sebagai
makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Dalam pengertian inilah
manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara. Menurut Harold J. Laski,
bahwa negara adalah suatu masyarakat yang intregasikan karena memiliki wewenang yang
bersifat Mamasa yang secara sah lebih tinggi dari pada individu atau kelompok-kelompok yang
ada dalam negara, jikalau cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh
kelompok ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat mengikat dan memaksa. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka unsur-unsur negara adalah: wilayah, rakyat (penduduk), pemerintahan,
dan kedaulatan .

B. Negara Kesatuan Republik Indonesia

Bangsa Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya di dunia memiliki suatu cara khas yaitu
dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum membentuk suatu negara modern.
Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan, serta nilai religius yang
beraneka ragam sebagai suatu unsur. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku,
kelompok, adat-istiadat, kebudayaan serta agama. Selain itu agama Indonesia juga tersusun atas
unsur-unsur wilayah negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau, sehingga dalam membentuk
negara Bangsa Indonesia menentukan untuk mempersatukan berbagai unsur yang beraneka
ragam tersebut dalam suatu negara.

Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara, maka bangsa Indonesia
mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu yang karena ditentukan
oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya, maka bangsa ini mendirikan suatu negara
berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan, suatu Negara Kebangsaan serta
Negara yang Bersifat Integralistik. Hal itu sebagaimana dirumuskan dalam bukaan Undang-
Undang Dasar 1945 alinea IV. Dasar nilai filosofis negara dalam hubungannya dengan bentuk

6
negara, sebagaimana terkandung dalam Pasal (1) Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi: “
Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”. Sebagai suatu kajian
hermeneutis, pandangan tentang paham berbentuk negara yang dikemukakan tatkala bangsa
Indonesia mendirikan negara, yaitu dalam Sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945. Sebagaimana
dijelaskan di atas Soepomo mengemukakan pandangannya dengan membahas tiga teori bentuk
negara besar di dunia, yaitu (1) aliran negara yang menyatakan bahwa negara terdiri atas teori
perseorangan (individualisme), sebagaimana diajarkan oleh Thomas Hobbes, John Locke, J.J.
Rousscau, Herbert Spencer, dan Harold J. Laski (2) Aliran lain adalah teori ‘golongan’ dari
negara (class theory) sebagaimana diajarkan oleh Marx, Engles, dan Lenin. (3) Aliran negara
integralistik yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller, dan Hegel.

Pendapat Soepomo tersebut nampaknya senada dengan pandangan Soekarno, M. Hatta dan
Yamin, yang menekankan pentingnya integrasi baik individu maupun masyarakat. Para pendiri
Republik ini menyakini dan menyadari bahwa filsafat individualisme-liberalisme tidak sesuai
dengan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Esensi negara kesatuan adalah terletak pada pandangan ontologis tentang hakikat manusia
sebagai subjek pendukung negara. Hakikat negara persatuan adalah masyarakat itu sendiri.
Dalam hubungan ini negara tidak memandang masyarakat sebagai suatu objek yang berada di
luar negara, melainkan sebagai sumber genetik dirinya, masyarakat sebagai suatu unsur dalam
negara yang tumbuh bersama dari berbagai golongan yang ada dalam masyarakat untuk
terselenggaranya kesatuan hidup dalam suatu interaksi saling memberi dan menerima antar
warganya. Negara kesatuan bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan dari negara bagian
(federasi), melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur-unsur negara yang bersifat
fundamental. Oleh karena itu sifat kodrat manusia individu-makhluk sosial sebagai basis
ontologi negara kesatuan itu adalah merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan YME. Negara
mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat, negara tidak memihak pada salah satu
golongan, negara bekerja bagi kepentingan seluruh rakyat. Masyarakat adalah produk dari
interaksi antara segenap golongan yang ada didalamnya. Dengan demikian negara adalah produk
dari interaksi antara golongan yang ada dalam masyarakat. Sebagai produk yang demikian maka
‘logic in it self’ bahwa negara mengatasi setiap golongan yang ada dalam setiap golongan yang
ada dalam masyarakat.

7
1. Hakikat Bentuk Negara

Bangsa dan negara Indonesia adalah terdiri atas berbagai macam usut yang membentuknya
yaitu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan serta agama secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan. Oleh karena itu negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila
sebagi suatu negara kesatuan sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD 1945, Negara
Republik Indonesia yang Berkedaulatan Rakyat. Ditegaskan kembali Pokok Pikiran Pertama
“....bahwa negara Indonesia adalah negara persatuan yang melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia.” Hakikat negara kesatuan dalam pengertian ini adalah negara
yang merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur yang membentuknya, yaitu rakyat yang terdiri
atas berbagai macam etnis, suku bangsa, golongan, kebudayaan, serta agama.

Pengertian ‘Persatuan Indonesia’ lebih lanjut dijelaskan secara resmi dalam Pembukaan
UUD 1945 yang termuat dalam berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 , bahwa bangsa
Indonesai mendirikan negara Indonesia dipergunakan aliran ‘Negara Persatuan’ yaitu negara
yang mengatasi segala paham golongan dan paham perorangan.

Jadi ‘Negara Persatuan’ bukanlah negara berdasarkan indivualisme, sebagaimana diterapkan di


negara liberal di mana negara hanya sebagai suatu iakatan individu saja.

Bhinneka Tunggal Ika: sebagaimana diketahui bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri atas
berbagai macam suku bangsa yang memiliki karakter, kebudayaan serta adat-istiadat yang
beraneka ragam, namun keseluruhannya merupakan suatu kesatuan dan persatuan negara dan
bangsa Indonesia. Hakikat makna Bhinneka Tunggal Ika yang memberikan sesuatu pengertian
bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang
memiliki adat-istiadat, kebudayaan serta karakter berbeda-beda, memiliki agama yang berbeda-
beda dan terdiri atas beribu-ribu kepulauan wilayah nusantara Indonesia, namun keseluruhannya
adalah merupakan suatu persatuan, yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia. Perbedaan itu
adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan YME, namun
perbedaan itu untuk dipersatukan disintesiskan dalam suatu sintesis yang positif dalam suatu
negara kebersamaan, negara persatuan Indonesia .

8
2. NKRI adalah Negara Kebangsaan

Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia adalah sebagai makhluk Tuhan
YME yang memiliki sifat kodrat sebagai makhluk individu yang memiliki kebebasan dan juga
sebagai makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain. Sebagaimana dijelaskan di
depan, menurut Yamin, bangsa Indonesia dalam merintis terbentuknya suatu bangsa dalam
panggung politik internasional yaitu suatu bangsa yang modern yang memiliki kemerdekaan dan
kebebasan, berlangsung melalui tiga fase, yaitu zaman kebangsaan Sriwijaya, negara kebangsaan
zaman Majapahit. Kedua zaman negara kebangsaan tersebut adalah merupakan kebangsaan
lama, dan kemudian pada gilirannya masyarakat Indonesia membentuk suatu Nationals Staat,
atau suatu Etat Nationale, yaitu suatu negara kebangsaan Indonesia Modern menurut susunan
kekeluargaan berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa serta kemanusiaan .

C. Negara Kebangsaan Pancasila

Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang, sejak zaman
kerajaan-kerajaan Sriwijaya, Majapahit serta dijajah oleh bangsa asing selama tiga setengah
abad. Unsur masyarakat yang membentuk bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku
bangsa, berbagai macam adat-istiadat kebudayaan dan agama, serta berdiam dalam suatu wilayah
yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Oleh karena itu, keadaan yang beraneka ragam tersebut
bukanlah merupakan suatu perbedaan untuk dipertentangkan, melainkan perbedaan itu justru
merupakan suatu daya penarik ke arah suatu kerjasama persatuan dan kesatuan dalam suatu
sintesis dan sinergi yang positif, sehingga keanekaragaman itu justru terwujud dalam suatu
kerjasama yang luhur.

Adapun unsur-unsur yang membentuk nasionalisme (bangsa) Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Kesatuan Sejarah: bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu proses sejarah,
yaitu sejak zaman prasejarah, zaman Sriwijaya, Majapahit, kemudian datang penjajah, tercetus
Sumpah Pemuda 1928 dan akhirnya memproklamasikan sebagai bangsa yang merdeka pada
tanggal 17 Agustus 1945, dalam suatu wilayah negara Republik Indonesia.

b. Kesatuan Nasib: yaitu bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki kesamaan nasib yaitu
penderitaan penjajahan selama tiga setengah abad dan memperjuangkan demi kemerdekaan

9
secara bersama dan akhirnya mendapatkan kegembiraan bersama atas karunia Tuhan Yang Maha
Esa tentang kemerdekaan.

c. Kesatuan Kebudayaan: Walaupun bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman


kebudayaan, namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yaitu kebudayaan nasional
Indonesia. Jadi, kebudayaan nasional Indonesia tumbuh dan bekembang di atas akar-akar
kebudayaan daerah yang menyusunnya.

d. Kesatuan Wilayah: bangsa ini hidup dari mencapai penghidupan dalam wilayah Ibu
Pertiwi, yaitu satu tumpah darah Indonesia.

e. Kesatuan Asas Kerokhanian: bangsa ini sebagai satu bangsa memiliki kesamaan cita-cita,
kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup yang berakar dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri yaitu pandangan hidup Pancasila .

D. Hakikat Negara Integralistik

Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan negara pada hakikatnya merupakan suatu
asas kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian inilah maka bangsa
Indonesia dengan keanekaragamannya tersebut membentuk suatu kesatuan integral sebagai suatu
bangsa yang merdeka. Bangsa Indonesia yang membentuk suatu persekutuan hidup dengan
mempersatukan keanekaragaman yang dimilikinya dalam suatu kesatuan integral yang disebut
negara Indonesia, Soepomo pada sidang pertama BPUPKI tanggal 31 Maret 1945, mengusulkan
tentang paham integralistik yang dalam kenyataan objektivnya berakar pada budaya bangsa.
Pemikiran Soepomo tentang negara integralistiktersebut adalah sebagai berikut:

“Maka semangat kebatinan, struktur kerokhanian dari bangsa Indonesia bersifat dan cita-cita
persoalan hidup, yaitu persatuan antara dunia luar dan dunia bathin, antara makrokosmos dan
mikrokosmos, antara rakyat dan pemimpin-pemimpinnya. Segala manusia sebagai golongan
manusia itu tiap-tiap masyarakat dalam pergaulan hidup di dunia dianggap mempunyai tempat
dan kewajiban hidup (dharma) sendiri-sendiri menurut kodratnya dan segala-segalanya ditujukan
kepada keseimbangan lahir dan bathin. Manusia sebagai seseorang tidak terpisah dari seseorang
yang lain atau dunia luar, dari golongan manusia, maka segala sesuatu bercampur baur
bersangkut paut, segala sesuatu berpengaruh dan kehidupan mereka bersangkut paut.

10
Kesatuan integral bangsa bangsa dan negara Indonesia dipertegas dalam pokok pikiran
pertama, “....Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Dalam pengertian yang demikian ini maka manusia pada
hakikatnya merupakan makhluk yang saling tergantung, sehingga hakikat manusia itu bukanlah
total individu dan juga bukan total makhluk sosial. Relasi yang saling tergantung tersebut
menunjukkan bahwa manusia adalah merupakan suatu suatu totalitas makhluk individu dan
makhluk sosial. Adapun penjelmaan dalam wujud persekutuan hidup bersama adalah terwujud
dalam suatu bangsa yang memiliki kesatuan integralistik . Dalam pengertian ini paham
integralistik memberikan suatu prinsip bahwa negara adalah suatu kesatuan integral dari unsur-
unsur yang menyusunnya, negara mengatasi semua golongan bagian-bagian yang membentuk
negara, negara tidak memihak pada suatu golongan betapapun golongan tersebut sebagai
golongan terbesar. Negara dan bangsa adalah untuk semua unsur yang membentuk kesatuan
tersebut.

Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan azas kebersamaan hidup,
mendambakan keselarasan dalam hhubungan antar individu maupun masyarakat. Dalam
pengertian ini paham negara integralistik tidak memihak pada yang kuat, tidak mengenal
dominasi mayoritas dan juga tidak mengenal tirani minoritas. Maka di dalamnya terkandung
nilai kebersamaan, kekeluargaan, ke-“Bhinneka Tunggal Ikaan”, nilai religius, serta keserasian .

Pemikiran negara integralistik yang telah berakar pada budaya bangsa Indonesia sejak zaman
dahulu kala pada hakikatnya terdiri atas bagian-bagian yang secara mutlak membentuk suatu
kesatuan. Bangsa Indonesia terdiri atas manusia-manusia sebagai individu, keluarga-keluarga,
kelompok-kelompok, golongan-golongan, suku bangsa-suku bangsa, adapun wilayah terdiri atas
pulau-pulau keseluruhannya itu merupakan suatu kesatuan baik lahir maupun bathin.

1. Hubungan antara Individu dan Negara

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk jasmani rokhani, makhluk pribadi dan sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, serta manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial.
Keseluruhan unsur hakikat manusia tersebut adalah merupakan suatu totalitas yang bersifat
‘majemuk tunggal’ atau ‘monopluralis’. Sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan

11
makhluk sosial yang merupakan sifat dasar dari totalitas manusia dalam negara. Dalam negara
sebagai suatu totalitas senantiasa terdapat sejumlah subjek yang senantiasa berelasi antara satu
dengan lainnya. Relasi yang memacu ke arah terbentuknya kebersamaan yang bersifat totalitas
hanyalah relasi yang ekuivalensi, yaitu di satu sisi mengandung kemiripan atau kesamaan.
Kemiripan membuat subjek saling membutuhkan dengan lain perkataan ‘saling tergantung’.
Perpaduan antara ‘saling relevan’ dengan ‘saling tergantung’ inilah yang menggerakkan
terjadinya interaksi antar subjek serta tanggapan yang memadai terhadap kondisi saling
tergantung adalah ‘saling memberi’ antar subjek, bilamana mereka menghendaki terpeliharanya
eksistensinya dalam negara. Hanya dengan perantara interaksi antar subjek dengan saling
memberi serta saling tergantung, maka dapat memelihara eksistensinya dalam kebersamaan. Hal
ini telah terekspresi dalam akar budaya Indonesia dalam ungkapan-ungkapan, “bersatu kita teguh
bercerai kita runtuh”, “Persatuan Indonesia”, “Wawasan Nusantara”, serta “Bhinneka Tunggal
Ika”.

Totalitas dalam kehidupan negara itu, secara alami memberikan karakteristik pada manusia
(1) manusia adalah makhluk yang saling tergantung antara satu dan lainnya maupun dengan
lingkungannya, (2) tugas hidup manusia secara kodrat adalah memberi kepada lingkungannya.

Jati diri integralistik Indonesia memang sebagai suatu paham tersendiri di samping paham-
paham besar dunia yaitu individualisme, liberalisme, dan sosialisme-komunisme.

2. Hubungan antara Masyarakat dan Negara

Negara adalah produk dari masyarakat, karena negara merupakan lembaga kemasyarakatan.
Dalam pengertian negara sebagai suatu totalitas, masyarakat itu dalam dirinya bersemayam
hasrat mengorganisasikan diri, sehingga ‘organisasi’ dan ‘ketaatan’ adalah dua hal yang tidak
dapat dipisahkan dalam masyarakat negara. Organisasi terjadi secara alami berkat dorongan
batin, sedang ketaatan sebagai konsekuensi logis dari organisasi negara. Hal ini dikarenakan
dalam negara antara individu senantiasa terdapat hubungan saling ketergantungan dan saling
memberi. Negara pada hakikatnya merupakan lembaga keterorganisasian diri masyarakat. Oleh
karena itu, betapapun masyarakat terdiri dari golongan-golongan, kelompok-kelompok, suku
bangsa-suku bangsa, namun secara keseluruhan mengungkapkan suatu totalitas yang di

12
dalamnya terkandung roh persatuan, yaitu perbedaan antara golongan tidak dilarutkan namun
dikorelasikan oleh interaksi saling memberi, serta oleh sintesis yang positif.

Negara pada hakikatnya adalah suatu lembaga kemasyarakatan sehingga negara adalah
masyarakat itu sendiri. Masyarakat mewakili diri dalam Negara, dengan kewibawaannya dan ia
angkat untuk menata dan mengatur dirinya dalam mencapai kesejahteraan bersama dalam
hidupnya. Dalam pengertian inilah maka negara memandang masyarakat bukan sebagai objek
yang berada di luar negara, melainkan sebagai sumber genetik dari dirinya. Masyarakat
dipandang sebagai pertumbuhan bersama dari berbagai golongan yang mencapai persatuannya.
Maka kesatuan dalam masyarakat bukanlah hanya masalah lahiriah saja melainkan juga batiniah.

Negara mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat. Negara tidak memihak pada
salah satu golongan, negara bekerja demi kepentingan seluruh rakyat. Hal ini sebagai
konsekuensi bahwa negara pada hakikatnya adalah masyarakat itu sendiri, oleh karena itu negara
untuk semua golongan, semua bagian, dan semua rakyat.

Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangan tersebut adalah
sebagai berikut:

1) Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.

2) Semua golongan, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya.

3) Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang


organis.

4) Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.

5) Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan atau perseorangan.

6) Negara tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat.

7) Negara tidak hanya untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan saja.

8) Negara menjamin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.

13
9) Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang
tak dapat dipisahkan (Yamin, 1959).

E.NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa

Negara Pancasila pada hakikatnya adalah negara kebangsaan yang Ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa. Landasan pokok sebagai pangkal tolak paham tersebut adalah Tuhan adalah sebagai
Sang Pencipta segala sesuatu.

Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan, maka bangsa
dan negara sebagai totalitas yang integral adalah Berketuhanan, demikian pula setiap warganya
juga ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara kebangsaan Indonesia adalah negara yang
mengakui Tuhan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu
negara kebangsaan yang memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memgang teguh
cita-cita kemanusiaan sebagai makhluk Tuhan dengan segala hak dan kewajibannya.

Negara tidak memaksakan agama. Kebebasan beragama dan kebebasan agama adalah
merupakan hak asasi manusia yang paling mutlak karena langsung bersumber pada martabat
manusia yang berkedudukan kodrat sebagai pribadi dan sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa. Setiap umat beragama memiliki kebebasan untuk menggali dan meningkatkan
kehidupan spiritualnya dalam masing-masing agama. Negara wajib memelihara budi pekerti
yang luhur dari setiap warga negara pada umumnya dan para penyelenggara negara khususnya
berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa

Penyelenggaraan negara harus sesuai dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan baik
material maupun spiritual. Hal ini ditegaskan oleh Moh. Hatta, bahwa sila “Ketuhanan Yang
Maha Esa” merupakan dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan kita untuk menyelenggarakan
yang baik bagi masyarakat dan penyelenggara negara. Dengan dasar sila Ketuhanan Yang Maha
Esa ini maka politik negara mendapat dasar moral yang kuat, sila ini yang menjadi dasar yang
memimpin kerohanian rah jalan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran dan persaudaraan.

14
Hubungan Negara dengan Agama

Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia sebagai
warga hidup bersama berkedudukan sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhlukTuhan Yang
Maha Esa. Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, ia memiliki hak dan kewajiban untuk
memenuhi harkat kemanusiaannya yaitu menyembah kepada Tuhan Ynang Maha Esa.
Manifestasi hubungan manusia dengan Tuhannya adalah terwujud dalam agam. Negara adalah
produk manusia sehingga merupakan hasil budaya manusia, sedangkan agama adalah bersumber
pada wahyu Tuhan yang bersifat mutlak. Dalam hidup keagamaan manusia memiliki hak-hak
dan kwajiban yang didasarkan atas keimanan dan ketaqwaannya terhadap Tuhannya, sedangkan
dalam negara manusia memiliki hak-hak dan kewajiban secara horizontal dalam hubungannya
dengan manusia lain.

1) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Pancasila

Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila adalah bukan negara sekuler yang memisahkan
negara dengan agama, karena hal ini tercantum dalam pasal 29 ayat (1) yang intinya bahwa
negara sebagai persekutuan hidup adalah Berketuhanan Yang Maha Esa. Konsekuensinya segala
aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus sesuai dengan hakikat nilai-nilai
yang berasal dari Tuhan.

Negara Pancasila pada hakikatnya megatasi segala agama dan menjamin kehidupan agama
dan umat beragama, karena beragama adalah hak asasi yang bersifat mutlak. Pasal 29 ayat (2)
memberikan kebebasan kepada seluruh warga negara untuk memeluk agama dan menjalankan
ibadah sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan masing-masing.

2) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Theokrasi

Hubungan negara dengan agama menurut paham Theokrasi bahwa antara negara dengan
agama tidak dapat dipisahkan. Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan
berdasarkan firman-firman Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara
didasarkan atas firman-firman Tuhan.

3) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Sekularisme

15
Paham sekularisme membedakan dan memisahkan antara agama dan negara. Sekularisme
berpandangan bahwa negara adalah masalah-masalah keduniawian hubungan manusia dengan
manusia, adapun agama adalah urusan akhirat yang menyangkut hubungan manusia dengan
Tuhan.

Negara adalah urusan hubungan horizontal antara manusia dalam mencapai tujuannya,
adapun agama adalah menjadi urusan umat masing-masing agama. Walaupun dalam negaa
sekuler membedakan antara negara dengan agama, namun lazinya warga negara diberikan
kebebasan dalam memeluk agama masing-masing.

Paham Liberal

Manusia menurut paham liberalisme memandang bahwa manusia sebagai manusia pribadi
yang utuh dan lengkap dan terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu memiliki
potensi dan senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Dalam pengertian inilah maka dalam
hidup masyarakat bersama akan menyimpan potensi konflik, manusia akan menjadi ancaman
bagi manusia lainnya. Negara menurut liberalisme harus tetap menjamin kebebasan individu, dan
untuk itu maka manusia secara bersama-sama mengatur negara.

Atas dasar fundamental hakikat manusia tersebut maka dalam kehidupan masyarakat
bersama yang disebut negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi, bahkan hal ini
merupakan unsur yang fundamental. Liberalisme tetap pada suatu prinip bahwa rakyat adalah
merupakan ikatan dari individu-individu yang bebas, dan ikatan hukumlah yang mendasari
kehidupan bersama dalam negara.

4) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Liberalisme

Negara liberal hakikatnya mendasarkan pada kebebasan individu. Negara adalah merupakan
alat atau sarana individu, sehingga masalah agama dalam negara sangat ditentukan oleh
kebebasan individu.Paham liberalisme dalam pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh paham
rasiorialisme yang mendasarkan atas kebenaran rasio. Materialisme yang mendasarkan atas
hakikat materi, empirisme yang mendasarkan atas kebebasan individu . Negara memberi
kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan

16
agamanya masing-masing. Namun dalam negara liberal juga diberi kebebasan untuk tidak
percaya terhadap Tuhan atau atheis.

Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara, keputusan dan
ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh
kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya. Walaupun ketentuan tersebut
bertentangan dengan norma- norma agama. Misalnya UU Aborsi di Negara Irlandia tetap
diberlakukan walaupun ditentang oleh Gereja dan Agama lainnya, karena UU tersebut
merupakan hasil referendum. Dalam sistem negara liberal membedakan dan memisahkan antara
negara degan agama atau bersifat sekuler.

Paham Sosialisme Komunis

Berbagai macam konsep dan paham sosialisme sebenarnya hanya paham komunismelah
sebagai paham yang paling jelas dan lengkap. Paham ini adalah sebagai bentuk reaksi atas
perkembangan masyarakat kapitalis sebagai hasil dari ideologi liberal. Berkembangnya paham
individualisme liberalisme yang berakibat munculnya masyarakat kapitalis menurut paham, ini
mengakibatkan penderitaan rakyat, sehingga komunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan
rakyatkecil oleh kalangan kapitalis yang didukung pemerintah.

Komunisme yang dicetuskan melalui pemikiran Karl Marx memandang bahwa hakikat,
kebebasan dan hak individu itu tidak ada. Manusia pada hakikatnya adalah merupakan
sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukannya individualitas. Hak
milik individualitas diganti dengan hak milik kolektif, individualism diganti sosialisme komunis.
Oleh karena tidak adanya hak individu, maka dapat dipastikan bahwa menurut paham
komunisme demokrasi individualis itu tidak ada, yang ada adalah hak komunal.Hak asasi dalam
negara hanya berpusat pada hak kolektif, sehingga hak individual pada hakikatnya adalah tidak
ada. Atas dasar pengertian inilah maka sebenarnya komunisme adalah anti demokrasi dan hak
asasi manusia.

F.NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Negara pada hakikatnya menurut pandangan filsafat Pancasila adalah merupakan suatu
persekutuan hidup manusia, yang merupakan suatu penjelmaan sita kodrat manusia sebagai

17
makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk Tuhan YME. Negara adalah
lembaga kemanusiaan, lembaga kemasyarakatan yang bertujuan demi tercapainya harkat dan
martabat manusia serta kesejahteraan lahir maupun batin.sehingga tidak mengherankan jikalau
manusia adalah merupakan subjek pendukung pokok Negara. Oleh karena itu Negara adalah
suatu Negara Kebangsaan yang Berketuhanan Yang Maha Esa,dan berkemanusiaan yang adil
dan beradab.

Konsekuensinya segala aspek dalam penyelenggaraan negara, asas kerokhanian, struktur dan
keadaan negara harus koheren dengan hakikat manusia yang adi dan beradab. Struktur dan
keadaan negara tersebut adalah meliputi (1) bentuk negara, (2) tujuan negara, (3) organisasi
negara, (4) kekuasaan negara, (5) penguasa negara, (6) warga negara, masyarakat, rakyat dan,
bangsa . Sebagai Negara yang berkemanusiaan, maka Negara melindungi seluruh warganya serta
seluruh tumpah darahnya. Hal ini berarti Negara melindungi seluruh manusia sebagai warganya
tidak terkecuali. Oleh karena itu Negara harus melindungi hak-hak asasi manusia, serta
mewujudkannya. Dalam suatu sistem peraturan perundang-undangan Negara. Negara
berkewajiban mengembangkan harkat dan martabat manusia, bahkan Negara harus
menempatkan moralkemanusiaan sebagai moral Negara dan penyelenggara pemerintahan
Negara.

Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan Beradab,
mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasarkan hakikat kodrat manusia yang adil dan
beradab. Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan, berkeadilan,
berkeadaban, maka bukan suatu kebangsaan yang Chauvinistic.

Kebangsaan Indonesia yang berdasarkan Pancasila mengakui dan mendasarkan kebangsaan


pada berkemanusiaan. Hal ini berarti bagi bangsa Indonesia mengakui jiwa bangsa adalah
sebagai penjelmaan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, oleh karena
itu bangsa Indonesia mengakui bahwa bangsa Indonesia mengembangkan suatu pergaulan
internasional berdasarkan atas kodrat manusia, serta mengakui kemerdekaan bangsa sebagai hak
yang dimiliki oleh hakikat manusia sebagai individu maupun makhluk sosial . oleh karena itu
penjajahan atas bangsa adalah pelanggaran atas hak kodrat manusia sebagai bangsa dan individu,
dan tidak sesuai dengan peri keadilan serta keadaban manusia.

18
G.NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berpersatuan

Negara Indonesia adalah Negara Persatuan, dalam arti bahwa negara adalah merupakan suatu
kesatuan dari unsur-unsur yang membentuk negara baik individu maupun masyarakat sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia. Negara bukanlah totalitas sosial, yaitu masyarakat secara total
dalam arti tidak menempatkan manusia sebagai individu yang memiliki kebebasan. Demikian
pula Negara persatuan bukanlah merupakan suatu kesatuan individu-individu. Hakikat negara
persatuan bahwa negara adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat pada hakikatnya mewakili
diri pada penyelenggaraan negara, menata dan mengatur dirinya dalam mencapai tujuan
hidupnya. Negara kesatuan bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan dari negara bagian
(federasi), melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur-unsur negara yang bersifat
fundamental.

Oleh karena itu sifat kodrat manusia individu-individu sosial sebagai basis ontologis negara
kesatuan itu adalah merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan YME.

Nilai filosofis persatuan, dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan menjadi kunci
kemajuan suatu bangsa.

H.NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan

Negara menurut filsafat pancasilaadalah dari oleh dann untuk rakyat. Hakikat rakyat adalah
sekelompok manusia yang bersatu yang memiliki tujuan tertentu dan hidup dalam satu wilayah
negara. Di berbagai negara, sistem demokrasi diterapkan misalnya Perdana Menteri dipilih oleh
parlemen. Berdasarkan berbagai teori dan konsep pemikiran demokrasi dan praktis demokrasi,
maka demokrasi seyogyanya dipahami dan perspektif yang komprehensif, yaitu meliputi aspek
filosofis, normatif, dan praktis. Aspek filosofis menyangkut dasar filosofis demokrasi yang
menjadi dasar hakikat sesuai dengan landasan ontologis. Aspek normatif menyangkut bagaimana
norma-norma sebagai asa dan aturan dalam demokrasi dikembangkan berlandaskan dasar
filosofis masyarakat, bangsa, dan negara.

1) Bentuk- bentuk demokrasi

Dalam suatu negara misalnya diterapkan demokrasi dengan sistem presidensial dan sistem
parlementer. Sistem presidensial adalah sistem yang menekankan pentingnya pemilihan presiden

19
secara langsung, sehingga presiden mendapatkan mandat secara langsung dari rakyat. Dalam
sistem ini presiden merupakan kepala eksekutif sekaligus kepala negara. Yang menerapkan sitem
ini adalah negara Amerika dan negara Indonesia. Sedangkan sistem parlementer menerapkan
model hubungan yang menyatu antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Kepala eksekutif
berada ditangan perdana menteri, dan kepala negara beradaditangan ratu. Yang menerapkan
sistem ini seperti Inggris, India, dan lain-lain.

2) Demokrasi Perwakilan Liberal

Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaaraan bahwa manusia adalah
sebagai makhluk individu yang bebas artinya kebebasan individu sebagai dasar fundamental
dalam pelaksanaan demokrasi. Menurut Held (1995:10), bahwa demokrasi perwakilan liberal
merupakan suatu pembaharuan kelembagaan pokok untuk mengatasi problema keseimbangan
antara kekuasaan memaksa dan kebebasan. Kebebasan yang dimaksudkan adalah jaminan
kebebasan secara individual, baik dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, keagamaan bahkan
kebebasan anti agama. Konsekuensi dari implementasi sistem dan prinsip demokrasi adalah
berkembang persaingan bebas, terutama dalam kehidupan ekonomi sehingga akibatnya individu
yang tidak mampu menghadapi persaingan tersebut akan tenggelam.

3) Demokrasi Satu Partai dan Komunisme

Demokrasi ini dilaksanakan di negara-negar komunis seperti Rusia, China, Vietnam, dan
lainnya. Kebebasan formal berdasarkan demokrasi liberal akan menghasilkan kesenjangan kelas
yang semakin lebar dalam masyarakat, ddan akhirnay kapitalislah yang menguasai negara.
Menurut pandangan kaum Marxis-Leninis, sistem demokrasi delegatif harus dilengkapi, pada
prinsipnya denagn suatu sistem yang terpisah tetapi sama pada tingkat partai komunis. Transisi
menuju sosialisme dan komunisme memerlikan kepemimpinan yang profesional, dari kader-
kader revolusioner dan disiplin (Lenin, 1947, dalam Held, 1995). Berdasarkan teori tersebut,
praktek demokrasi merupakan kekuasaan berada ditangan rakyat. Yang di maksud dengan
demokrasi deliberatif secara istilah berarti “konsultasi”, “menimibang-nimbang”, atau yang
sangat populer dalam politik disebut dengan istilah musyawarah. Jadi, dalam pelaksanaan
demokrasi tidak hanya didasarkan atas prinsip kuantitas metematis belaka, melainkan dalam

20
berbagai aspek ditentukan dengan musyawarah, dengan berbagai pertimbangan akan tetapi
paradigmanya demi kesejahteraan rakyat.

Negara kebangsaan yang bekerdaulatan rakyat berdasarkan Pancasila, berarti bahwa


kekuasaan tertinggi adalah di tangan rakyat dan dalam sistem kenegaraan dilakukan menurut
UUD. Negar kebangsaan yang berkedaulatan rakyat adalah suatu negara demokrasi monodualis
yang berarti bahwa individu sebagai makhluzk sosial bukanlah demokrasi liberal yang hanya
mendasarkan pada kodrat manusia sebagai individu saja, dan bukan pula demokrasi klass yang
hanya mengakui manusia sebagai makhluk sosial belaka. Demokrasi ini mengembangkan
demokrasi kebersamaan, berdasarkan asas kekeluargaan kebebasan individu dalam rangka
kesejahteraan bersama.

4) Demokrasi Indonesia dan Tujuan Negara Kesejahteraan Rakyat

Tujuan negara dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945. Hal inilah yang merupakan cita-
cita ideal filosofis bagi negara Indonesia (Assiddiqie). Nampaknya pada reformasi ini lebh
menekankan pada aspek negara hukum formal, yaitu hasil reformasi lebih utama pada aspek
politik hukum. Menurut Darwin, dalam reformasi dewasa ini demokrasi dikatakan mengalami
deficit yaitu perolehan atau manfaat yang diterima masyarakat denagn hadirnya demokrasi, lebih
rendah dibandingkan dengan ongkos demokrasi baik dalam arti finansial yang dikeluarkan dan
ditanggung oleh rakyat, maupun negara untuk menggelar pesta demokrasi tersebut. Jadi, sistem
demokrasi Indonesia belum efektif, karena biaya yang dikeluarkan untuk mensejahterakan
rakyat, dipaksa dikeluarkan untuk membiayai demokrasi yang kenyataannya tidak menyentuh
kedaulatan rakyat. Seperti juga adanya korupsi yang dilakukan oleh para wakil rakyat, hal ini
tidak sesuai dengan demokrasi menurut Filsafat Pancasila, yang mendasarkan demokrasi pada
kedaulatan rakyat.

I. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan Sosial

Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial, yang berarti bahwa
negara sebagai penjelmaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sifat kodrat
individu dan makhluk sosial bertujuan untuk mewujudkan suatu keadilan dalam hidu bersama

21
(Keadilan Sosial). Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat, bangsa, dan negara harus
terwujud suatu keadilan (Keadilan Sosial), yang meliputi tiga hal yaitu: (1) keadilan distributif
(keadilan membagi), yaitu negara terhadap warganya, (2) keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu
warga terhadap negaranya untuk mentaati peraturan perundangan, dan (3) keadilan komutatif
(keadilan antar sesama warga negara), yaitu hubungan keadilan antara warga satu dengan lainnya
secara timbal balik .

Sebagai suatu negara berkeadilan sosial maka negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila
sebagai suatu negara kebangsaan, bertujuan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh
tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan warganya (tujuan khusus).
Adapun tujuan dalam pergaulan antar bangsa di masyarakat internasional bertujuan: “ikut
menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial”.

Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu negara kebangsaan,
mengharuskan negara untuk menciptakan suatu peraturan perundang-undangan. Dalam
pengertian inilah maka negara kebangsaan yang berkeadilan sosial harus merupakan suatu
negara yang berdasarkan atas hukum. Sehingga sebagai suatu negara hukum harus terpenuhi
adanya tiga syarat pokok yaitu: (1) pengakuan dan perlindugan atas hak-hak asasi manusia, (2)
peradilan yang bebas, dan (3) legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.

Dalam realisasinya Pembangunan Nasional adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan
negara, sehingga Pembangunan Nasional harus senantiasa meletakkan asas keadilan sebagai
dasar operasional serta dalam penentuan berbagai macam kebijaksanaan dalam pemerintahan
negara. Dalam realisasinya pemerintah mengembangkan Otonomi Daerah No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Pertimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang tersebut
dijelaskan bahwa Pemerintah Pusat memberikan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengatur
dan menjalankan roda pemerintahan daerah masing-masing, dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.Pada ayat 1,pemerintah daerah
menjalankan otonomi seluas- luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Ayat 3, urusan pemerintah yang menjadi

22
urusan urusan pemerintah sebagaimana yang dimaksud ayat 1meliputi : politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiksal nasional, dan agama.

Memahami Undang-Undang otonomi daerah No 32 tahun 2004,meskipun dalam UUD


pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa Negara Indonesia ialah Negara kesatuan, yang berbentuk
republik, namun dalam undang undang otonomi daerah No 32 Tahun 2004 tersebut rohnya
kurang relevan dengan Negara kesatuan. Dalam undang-undang otonomi daerah tersebut, sama
sekali tidak terdapat suatu ketentuan bagaimana daerah-daerah Negara Kesatuan Republik
Indonesia tersebut merupakan suatu ke- Bhineka Tunggal ika-an, bagaiman daerah-daerah yang
berbeda-beda yang memiliki ciri khas masing-masingitu merupakan suatu kesatuan dalam suatu
Negara,dan bagaimana Negara kesatuan republic Indonesia itu satu Negara untuk semua daerah .

Berdasarkan asas keadilan sebagaimana terkandung dalam sila kelima Pancasila, seharusnya
tidak meninggalkan hakikat negara persatuan ‘Bhinneka Tunggal Ika’, karena praktek otonomi
daerah yang tidak mendasarkan pada prinsip negara persatuan dewasa ini menimbukan disparitas
di bidang ekonomi, sosial, politik bahkan kebudayaan. Prinsipnya berdasarkan sila kelima
Pancasila, prinsip demokrasi melalui otonomi daerah harus tetap diarahkan pada tujuan pokok
negara yaitu kesejahteraan seluruh rakyat dan tetap meletakkan pada prinsip persatuan.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lahir bersamaan dengan peristiwa proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan bersamaan dengan pengesahan UUD 1945 tanggal 18
Agustus 1945. Oleh karena itu, Proklamasi dan UUD 1945 sekaligus sebagai landasan NKRI.

Sebagai negara yang berdiri secara berdaulat NKRI memiliki kedaulatan akan wilayah yang
jelas serta pengaturan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaulat tanpa pengaruh dari
negara lain.

Dinamika NKRI, mengharuskan seluruh potensi bangsa untuk bertekad mempertahankan


keutuhan NKRI, dari berbagai ancaman dan gangguan yang membahayakan eksistensi NKRI
sebagai negara yang berdaulat.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi perbaikan karya-karya berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta, Direktorat Jendral Pembelajaran dan
Kehasiswaan Copyright@2016

24

Anda mungkin juga menyukai