Contoh Soal Sosbud
Contoh Soal Sosbud
Jawaban
1. - Memberikan kemampuan pemahaman hukum dalam konteks sosial
1. Memberikan kemampuan untuk menganalisis efektifitas hukum dalam
masyarakat baik sebagai sarana pengendalian sosial, sarana pengubah
masyarakat dan sarana untuk mengatur interaksi sosial tertentu atau yang
diharapkan
2. Memberikan kemampuan mengadakan evaluasi (penilaian) terhadap hukum
dalam masyarakat
2. - Empiris artinya ilmu yang diperoleh berdasarkan observasi,
1. Teoritis artinya Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang selalu berusaha
menyusun kesimpulan (abstraksi) dari hasil observasi.
2. Kumulatif disusun atas teori-teori yang sudah ada, atau memperbaiki,
memperluas, serta memperkuat teori-teori terdahulu
3. Non Etis artinya tidak mempermasalahkan baik buruknya sesuatu, tetapi
menganalisis sebab akibat dan menjelaskannya secara mendalam
Keterangan :
1. Kartu ini silahkan dic etak Semarang, 03 April 2023
oleh mahasiswa dan Wakil Dekan I
dibawa serta ditunjukka n
kepada pengawas saat
ujian serta mahasiswa ttd
wajib menandatangani
DPUNA. Dr. Tri Laksmi Indreswari S.H., M.H.
NIP. 197208232000032001
2. Tidak diperkenankan
mengikuti ujian pada
mata kuliah yang tidak
tercantum.
3. Mahasiswa wajib
menggunakan pakaian
sopan dan rapi denga n
baju berkerah.
4. Mahasiswa tidak
diperkenankan membawa
alat komunikasi atau
smartphone/tablet saat
masuk ruang.
Printed out 3 April 2023
pukul 02:50:18
1 of 1 03/04/2023, 02:50
Nama : fitri ayu dewi fortuna
NIM : 11000122140730
Mata Kuliah : Asas – Asas Hukum Pidana
Kelas :F
Soal!
1. Meresume Buku Prof. Soedarto mengenai ruang berlakunya hukum pidana menurut waktu,
dan ruang berlakunya hukum pidana menurut tempat!
2. Bandingkan ketentuan mengenai ruang berlakunya hukum pidana menurut waktu, dan ruang
berlakunya hukum pidana menurut tempat, antara KUHP lama dan KUHP baru!
Jawab
(1) Berlakunya tindak hukum pidana menurut waktu
Azaz nullum delictum, Peraturan peraturan berlaku untuk masa yang akan datang atau hal hal
yang terjadi sesudah peraturan di tetapkan. Asas legalitas pasal 1 ayat (1) KUHP diperinci :
- tindak pidana harus dirumuskan dalam peraturan undang – undang
- peraturannya sudah ada sebelum terjadi tindak pidana.
Artinya peraturan hukum pidana tidak berlaku surut.
Dasar pikirnya :
1. menjamin individu dari kesewenang wenangan penguasa
2. pidana sebagai paksaan, tugasnya untuk mencegah orang untuk melakukan tindak pidana
Teori paksaan : sebuah pidana dibuat untuk membuat calon pembuat tidak jadi bertindak
kejahatan akibat adanya pengaruh jiwa karna bentuk paksaan pidana tersebut.
3. Lex posterior derogate legi priori ( dalam hal tingkat peraturan itu sama ) peraturan yang
ditetapkan kemudian mendesak peraturan yang terdahulu.
4. pengecualiannya dengan pasal 1 ayat 2 kuhp, jika sesudah perbuatan dilakukan ada
perubahan dalam undang – undang, dipakai aturan yang meringankan terdakwa.
Extraditii (penyerahan)
Bantuan hukum yang bersifat internasional. Dengan bantuan ini maka negara asing yang
merasa berhak untuk mennuntut seseorang di Indonesia, dapat melakukan haknya, demikian
pula sebaliknya.
Extradisi harrus ada persetujuan dari negara negara yang bersangkutan, dan terdapat undang
undang yang mengatur. Kuncinya terdapat hubungan bai kantar negara yang bersangkutan.
KUHP Baru :
Pasal 1
(1) Tidak ada satu perbuatan pun yang dapat dikenai sanksi pidana dan/atau tindakan, kecuali
atas kekuatan peraturan pidana dalam peraturan perundang-undangan yang telah ada sebelum
perbuatan dilakukan.
Pasal 3
(1) Dalam hal terdapat perubahan peraturan perundang- undangan sesudah perbuatan terjadi,
diberlakukan peraturan perundang-undangan yang baru, kecuali ketentuan peraturan
perundang-undangan yang lama menguntungkan bagi pelaku dan pembantu Tindak Pidana.
(2) Dalam hal perbuatan yang terjadi tidak lagi merupakan Tindak Pidana menurut peraturan
perundang- undangan yang baru, proses hukum terhadap tersangka atau terdakwa harus
dihentikan demi hukum.
(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterapkan bagi tersangka atau
terdakwa yang berada dalam tahanan, tersangka atau terdakwa dibebaskan oleh Pejabat yang
berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan.
(4) Dalam hal setelah putusan pemidanaan berkekuatan hukum tetap dan perbuatan yang terjadi
tidak lagi merupakan Tindak Pidana menurut peraturan perundang-undangan yang baru,
pelaksanaan putusan pemidanaan dihapuskan.
(7) Dalam hal setelah putusan pemidanaan berkekuatan hukum tetap dan perbuatan yang terjadi
diancam dengan pidana yang lebih ringan menurut peraturan perundang-undangan yang baru,
pelaksanaan putusan pemidanaan disesuaikan dengan batas pidana menurut peraturan
perundang-undangan yang baru.
Pasal 2
Ketentuan pidana dalam perundang-undangan dangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang
yang melakukan sesuatu tindak pidana di Indonesia.
Pasal 3
Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang di luar
wilayah Indonesia melakukan tindak pidana di dalam kendaraan air atau pesawat udara
Indonesia.
Pasal 4
Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap
orang yang melakukan di luar Indonesia :
1.salah satu kejahatan berdasarkan pasal-pasal 104, 106, 107,108,dan 131
2.suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara atau
bank, ataupun mengenai meterai yang dikeluarkan dan merek yang digunakan oleh Pemerintah
Indonesia.
3. pemalsuan surat hutang atau sertifikat hutang atas tanggungan Indonesia, atas tanggungan
suatu daerah atau bagian daerah Indonesia, termasuk pula pemalsuan talon, tanda dividen atau
tanda bunga, yang mengikuti surat atau sertifikat itu, dan tanda yang dikeluarkan sebagai
pengganti surat tersebut, atau menggunakan surat-surat tersebut di atas, yang palsu atau
dipalsukan, seolah-olah asli dan tidak dipalsu
4. salah satu kejahatan yang tersebut dalam pasal-pasal 438, 444 sampai dengan 446 tentang
pembajakan laut dan pasal 447 tentang penyerahan kendaraan air kepada kekuasaan bajak laut
dan pasal 479 huruf j tentang penguasaan pesawat udara secara melawan hukum, pasal 479
huruf I, m, n, dan o tentang kejahatan yang mengancam keselamatan penerbangan sipil.
Pasal 5
(1) Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapksn bagi warga negara yang
di luar Indonesia melakukan:
1. salah satu kejahatan tersebut dalam Bab I dan II Buku Kedua dan pasal-pasal 160, 161, 240,
279, 450, dan 451.
2. salah satu perbuatan yang oleh suatu ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia
dipandang sebagai kejahatan, sedangkan menurut perundang-undangan negara
dimana perbuatan dilakukan diancam dengan pidana.
(2) Penuntutan perkara sebagaimana dimaksud dalam butir 2 dapat dilakukan juga jika tertuduh
menjadi warga negara sesudah melakukan perbuatan.
Pasal 6
Berlakunya pasal 5 ayat 1 butir 2 dibatasi sedemikian rupa sehingga tidak dijatuhkan pidana
mati, jika menurut perundang-undangan negara dimana perbuatan dilakukan, terhadapnya
tidak diancamkan pidana mati.
Pasal 7
Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap pejabat yang di
luar Indonesia melakukan salah satu tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam bab XXVIII
Buku Kedua
Pasal 8
Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi nahkoda dan penumpang
perahu Indonesia, yang diluar Indonesia, sekalipun di luar perahu, melakukan salah satu tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab XXIX Buku Kedua, dan BAb IX Buku ketiga; begitu
pula yang tersebut dalam peraturan mengenai surat laut dan pas kapal di Indonesia, maupun
dalam Ordonansi Perkapalan.
Pasal 9
Diterapkannya pasal-pasal 2-5, 7, dan 8 dibatasi oleh pengecualian-pengecualian yang diakui
dalam hukum internasiona
KUHP Baru :
Paragraf 1 Asas Wilayah atau Teritorial
Pasal 4
Ketentuan pidana dalam Undang-Undang berlaku bagi Setiap Orang yang melakukan:
a. Tindak Pidana di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Tindak Pidana di Kapal Indonesia atau di Pesawat Udara Indonesia; atau
c. Tindak Pidana di bidang teknologi informasi atau Tindak Pidana lainnya yang akibatnya
dialami atau terjadi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau di Kapal Indonesia
dan di Pesawat Udara Indonesia.
Paragraf 5 Pengecualian
Pasal 9
Penerapan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 8 dibatasi
oleh hal yang dikecualikan menurut peranjian internasional yang berlaku.
Contoh soal aspid
1. Apakah yang akan terjadi bilamana penegakan hukum, khususnya hukum pidana, di
Indonesia dilaksanakan tanpa dilandasi ilmu hukum (pidana)?
Jawaban: Jika tidak dilandasi ilmu hukum Pidana, maka petugas-petugas hukum tidak
dapat menerapkan aturan hukum pidana tersebut secara tepat dan adil. (terdapat
kesewenang-wenangan pada penguasa)
2. Jelaskan cabang-cabang ilmu hukum pidana normatif dalam arti luas! Jawaban: Hukum
Pidana Normatif dalam arti luas meliputi
- Hukum Pidana Positif (Ius Constitutum) merupakan Hukum Pidana yang sedang
berlaku, meliputi Hukum Pidana Formil dan Materiil
- Hukum Pidana yang dicita-citakan (Ius Constituendum) merupakan Hukum
Pidana yang dirancangkan untuk kejadian yang akan datang
- Perbandingan Hukum Pidana (Ius Comperandum) yaitu perbandingan normatif
hukum pidana
- Hukum Pidana tidak tertulis/ Hukum Pidana Adat (Ius Loci/Ius Nonskriptum)
merupakan Hukum Pidana yang tidak tertulis namun hidup di masyarakat.
3. Ilmu Hukum Pidana dapat dimaknai sebagai ilmu mengenai norma dan nilai. Jelaskan
apakah yang dimaksud dengan norma, nilai, dan hukum pidana! Jelaskan pula hubungan
ketiganya! Jawaban:
Norma: Anggapan bagaimana seseorang harus berbuat atau tidak harus berbuat
Nilai: Dasar bagi norma diartikan sebagai ukuran yang disadari atau tidak disadari oleh
suatu masyarakat atau golongan untuk menetapkan apa yang benar, yang baik dan
sebagainya Hukum hukum Pidana: Aturan hukum, yang mengikatkan kepada suatu
perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana.
- Hubungan ketiganya saling berkaitan sebab nilai dibutuhkan untuk membentuk
suatu norma dan norma dibutuhkan dalam pembentukan suatu hukum.
4. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan general prevention dan special prevention
dalam hukum pidana!
- a. Pencegahan Umum (general preventie) teori ini bersifat menakut-nakuti,
pidana yang dijatuhkan pada penjahat ditujukan agar orang-orang menjadi takut
untuk berbuat kejahatan. Penjahat yang dijatuhi ini dijadikan contoh oleh
masyarakat, agar masyarakat umum tidak meniru dan melakukan perbuatan
yang serupa dengan penjahat itu. Menurut teori pencegahan umum ini untuk
mencapai dan mempertahankan tata tertib masyarakat melalui pemidanaan,
maka pelaksanaan pidana harus dilakuka secara kejam dan dimuka umum.
- B.Pencegahan Khusus (special preventie) Teori pencegahan khusus ini
menyatakan bahwa tujuan pidana adalah mencegah pelaku kejahatan yang telah
dipidana agar ia tidak mengulangi lagi melakukan kejahatan, dan mencegah agar
orang yang telah berniat buruk untuk tidak mewujudkan niatnya menjadi nyata.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan jalan menjatuhkan pidana, yang bersifat
menakut-nakuti, memperbaiki dan membuatnya menjadi tidak berdaya.
5. Jelaskan muatan dari Pasal 103 KUHP! Beri contohnya!
- Muatan dari pasal 103 KUHP adalah ketentuan ketentuan hukum pidana yang
bersifat umum yang berlaku untuk seluruh lapangan hukum pidana, baik yang
terdapat dalam KUHP, maupun yang terdapat di luar KUHP (kecuali apabila
ditentukan lain), Contoh : Pembunuhan diatur dalam pasal 340 KUHP, namun
terkait percobaan pembunuhan itu sendiri tidak diatur dalam pasal tersebut,
maka dari itu, ketika terjadi percobaan pembunuhan dapat digunakan aturan
dalam pasal 54 KUHP yang mengatakan bahwa mencoba melakukan pelanggaran
tidak dipidana
- beda Pasal 103 KUHP dan Pasal 187 KUHP Baru ialah, dalam pasal 187 kuhp baru
pengertian istilah termasuk ke dalam bagian umum sedangkan pasal 103 KUHP
lama meninggalkan istilah dari bagian umum
6. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan Lex Temporis Delicti? Penjelasan meliputi :
dasar hukum, pengertian/hakekatnya, dan dalam hal apa dapat disimpangi.
- Dasar hukumnya pasal 1 ayat (1) kuhp tiada suatu perbuatan dapat dipidana
kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada,
sebelum perbuatan dilakukan
- Pengertian/hakekatnya suatu tindak pidana harus diperiksa berdasarkan
peraturan hukum yang ada pada saat tindak pidana yang dilakukan.
- Dalam hal apa disimpangi pasal 1 ayat (2), “Jika sesudah perbuatan dilakukan ada
perubahan dalam perundang-undangan, dipakai aturan yang paling ringan bagi
terdakwa.”
7. Amir, seorang warga Negara Belanda pada akhir tahun 2018 melakukan suatu
pembunuhan berencana terhadap seorang penjaga toko di negeri Belanda (belum diadili
di negara Belanda). Di akhir tahun 2019, Amir mengikuti istrinya berpindah
kewarganegaraan ke Indonesia dan menjadi warga negara Indonesia. Apakah terhadap
perbuatan pembunuhan berencana yang Amir lakukan di akhir tahun 2018 tersebut
dapat diadili oleh hukum pidana Indonesia? Berapa ancaman pidana maksimum yang
dapat dijatuhkan untuk Amir? Jelaskan dengan menyebut asas
Berdasarkan kasus ini, Amir dapat dapat diadili oleh hukum pidana Indonesia. Alasannya
karena Amir sudah menjadi warga negara Indonesia kemudian Asas yang digunakan adalah
Asas Nasional Aktif yang mengatakan bahwa peraturan hukum pidana Indonesia berlaku
bagi setiap warga negara Indonesia yang melakukan tindak pidana baik dalam negeri
maupun dalam negeri. Dengan ancaman pidana MAKSIMUM dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20
tahun”(berdasarkan pasal 340 KUHP).