Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Membumikan Kembali Nilai-Nilai Pancasila Terhadap


Generasi Muda di Era Milenial
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu : Zindan Baynal Hubi,S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Putri Chesa Qitsbiyah (2103020091)

KELAS 1A

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF (UNIS) TANGERANG 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Illahi Rabbi yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya serta berbagai
upaya, tugas makalah mata kuliah Pendidikan Pancasila yang berjudul
“MEMBUMIKAN KEMBALI NILAI-NILAI PANCASILA TERHADAP
GENERASI MUDA DI ERA MILENIAL” dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu. Makalah ini ditulis berdasarkan buku panduan yang berkaitan dengan
Pancasila, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Pancasila.
Disadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu diharapkan
berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya. Semoga
makalah ini bermanfaat.

Jakarta, 17 november 2021

penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………….. 1
KATA PENGANTAR ………………………………………………….........2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………...…3


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………...............……….……….. 4
1.2 Rumusan masalah....................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI
2. 1 Tinjauan tentang pancasila…………….……………..............………..6
2.2 Tinjauan tentang nilai-nilai pancasila .........................................…… 7
2.3 Makna sila pancasila.................................................................................7
2.4 Implementasi nilai-nilai pancasila ..........................................…......… .9
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Membumikan nilai-nilai pancasila kepada generasi muda…........….. 12
3.2 Penerapan nilai-nilai pancasila ………………………….……........…. 13
3.3 Aktualisasi nilai pancasila .......................................................................14
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................16
4.2 Saran..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….… 18

3
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Dalam perkembangan zaman yang mengalami kemajuan dan keemasan ini


terlihat potensi masyarakat akan budaya sendiri mulai menghilang. Tergesernya oleh
budaya asing yang tak terbendung dalam menangganinya. Bahkan masyarakat kini
cenderung mengikuti budaya barat yang ngetrend. Indonesia merupakan laboratorium
sosial yang sangat kaya karena pluralitasnya, baik dari aspek ras dan etnis, bahasa,
agama dan lainnya. Itu pun ditambah status geografis sebagai negara maritim yang
terdiri dari setidaknya 13.000 pulau. Bahwa pluralitas di satu pihak adalah aset
bangsa jika dikelola secara tepat, di pihak lain pluralitas juga membawa bibit
ancaman disintegrasi. Karakter pluralistik itu hanya suatu pressing faktor dalam
realitas ikatan negara. Di tengah situasi bangsa Indonesia yang seperti itu,
nasionalisme sangat di butuhkan untuk menjaga Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pancasila sebagai dasar bagi negara indonesia yang merdeka, bersatu dan
berdaulat. Dengan ditempatkannya Pancasila sebagai dasar negara dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 maka Pancasila mempunyai kedudukan sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental bagi negara Indonesia. Disamping faktor utama
Pancasila di dalam sistem ketatanegaraan Indonesia terdapat faktor Undang-Undang
1945. Faktor Pancasila dan UUD 1945 tidak dapat dipisahkan satu sama lain baik
dalam teori maupun praktek ketatanegaraan. Di satu pihak Pancasila sebagai sistem
dasar dan merupakan landasan ideal maka di pihak lain UUD 1945 adalah sub sistem
dari Pancasila yang merupakan landasan struktural dalam kehidupan ketatanegaraan
Indonesia. Sehingga Pancasila merupakan sumber dari dari segala sumber hukum,
merupakan pedoman tertinggi dan kaidah dasar Hukum Nasional. Pancasila juga
mempunyai kedudukan sebagai ideologi negara dan falsafah bangsa.
Di era ini diikuti dengan adanya trend yang semakin dinamis dan selalu
diwarnai oleh ketidakteraturan dan ketidakpastian. Kondisi ini menimbulkan
kecenderungan permasalahan baru yang semakin beragam dan multi dimensional
Agung, I. (2010). Teknologi informasi yang begitu cepat, telah membawa dampak
bagi kehidupan manusia, yang dapat berdampak menguntungkan dan merugikan,
berdampak menguntungkan apabila mampu memanfaatkannya untuk meningkatkan
taraf hidup. Namun juga dapat berdampak merugikan, apabila terperdaya dengan
pemanfaatan untuk kepentingan yang negatif. Hal ini dapat diartikan dampak ilmu
pengetahuan dan teknologi berimplikasi langsung pada perubahan berbagai aspek
kehidupan, termasuk terhadap karakter generasi bangsa. Kemajuan teknologi
memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir di semua aspek kehidupan Ngafifi, M.
(2014). Pendekatan baru dan teknologi yang menggabungkan antara dunia fisik,
digital dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup dan interaksi
manusia (Tjandrawinata, 2016). Oleh sebab itu, di era 4.0 ini memudahkan manusia

4
dalam menjalankan kehidupannya. Namun berbagai dekadensi moral seperti
kriminalitas, semakin banyaknya korupsi, kolusi dan nepotisme, radikalisme,
kejahatan seksual, kehidupan yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak
produktif, dan lain-lain yang seringkali menjadi wacana hangat dan tiada hentinya
untuk dibicarakan hingga saat ini fenomena tersebut seakan-akan merupakan hal yang
biasa dan akrab di dengar oleh masyarakat kita. Jika melihat secara kuantitas orang-
orang Indonesia sudah banyak mengenyam dunia pendidikan, baik itu yang sudah
tamat pendidikan dasar, menengah, ataupun tinggi. Namun anehnya segala
problematika moral yang terjadi diindonesia tidak bisa lepas dari tingkah laku orang
yang sudah pernah duduk dibangku sekolah dasar, menengah maupun tinggi, dan
lebih meprihatinkan lagi jika di dalam dunia pendidikan terciderai oleh para
akademisi itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian nilai?
2. Apa makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila bagi generasi muda ?
3. Bagaimana penerapan nilai-nilai pancasila di era milenial?
4. Bagaimana Penerapan Pancasila terhadap generasi muda di era milenial ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian nilai.
2. Mengetahui makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
3. Mengetahui pentingnya penerapan nilai-nilai pancasila di era milenial

5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Pancasila
1. Pengertian Pancasila
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta. Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta Pancasila memiliki 2 macam arti secara
leksikal yaitu: panca artinya “lima”, syila vokal i pendek artinya “batu sendi”, syiila
vokal I panjang artinya“peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh”.
Kata-kata tersebut kemudian diserap ke bahasa Indonesia yaitu “Susila” yang
berkaitan dengan moralitas. Oleh karena hal tersebut secara etimologis diartikan
sebagai “Panca Syila” yang memiliki makna berbatu sendi lima atau secara harafiah
berarti “dasar yang memiliki lima unsur”. Berdasarkan Penjelasan di atas maka secara
etimolgis Pancasila dapat diartikan sebagai dasar/landasan hidup yang berjumlah lima
unsur atau memiliki lima unsur.
2. Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna bahwa nilai-nilai
Pancasila dijadikan sebagai landasan dasar dalam penyelenggaraan negara. Nilai
dasar Pancasila bersifat abstrak dan normatif. Pancasila sebagai dasar negara berarti
seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan harus mencerminkan nilai-
nilai Pancasila dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Makna atau peran pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. Dasar berdiri tegaknya negara
b. Dasar kegiatan penyelenggara negara
c. Dasar partisipasi warga negara
d. Dasar pergaulan antar warga negara
e. Dasar dan sumber hukum nasional

3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa


Ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita, dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiah ideologi dapat diartikan sebagai
ilmu tentang pengertian dasar atau ide. Ideologi dalam kehidupan sehari-hari dapat

6
diartikan dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap
dan harus dicapai dan cita-cita tersebut juga dijadikan sebagai dasar/pandangan
hidup.
Makna Pancasila sebagai Ideologi bangsa adalah bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila menjadi cita-cita normatif penyelenggaraan bernegara.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakikatnya merupakan gambaran
bagaimana kehidupan bernegara harus dijalankan. Pancasila sebagai suatu Ideologi
tidak bersifat kaku dan tertutup, namun Pancasila bersifat dinamis, reformatif, dan
terbuka.

B. Tinjauan tentang Nilai-nilai Pancasila


1. Pengertian Nilai
Kehidupan setiap manusia dan masyarakat pasti berkitan dengan nilai. Istilah
nilai dipakai untuk menunjukkan kata benda abstrak yang artinya “keberhargaan”
atau kebaikan. Disamping itu nilai juga menunjuk kata kerja yang artinya suatu
tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.
Dalam nilai terkandung cita-cita, harapan, serta keharusan, maka jika
berbicara tentang nilai maka yang dibicarakan tentang hal yang ideal. Nilai dipakai
manusia sebagai landasan, motivasi dan pedoman dalam segala perbuatan dalam
hidupnya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sifat
yang melekat pada suatu objek yang didalamnya terdapat cita-cita, harapan dan
keharusan juga sesuatu yang dianggap ideal.
2. Sistem nilai dalam Pancasila
Sistem nilai adalah konsep atau gagasan yang menyeluruh mengenai apa yang
dipandang baik, berharga dan penting dalam hidup yang ada dalam pikiran seseorang
atau sebagian masyarakat.
Pancasila sebagai suatu sistem nilai mengandung serangkaian nilai yang
saling berkaitan satu sama lain dan tidak terpisahkan. Serangkaian nilai yang terdapat
dalam Pancasila yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan dan nilai keadilan. Pancasila sebagai sistem nilai juga mengakui nilai
lainnya secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai kebenaran, estetis, etis maupun
religius.

7
C. Makna Sila Pancasila
Sebagai dasar filasafat negara, maka Pancasila merupakan suatu sistem nilai.
Nilai-nilai Pancasila mengandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan satu sama
lainnya, tetapi nilai tersebut merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Nilai-nilai
sila Pancasila tidak dapat dipisahkan atau tidak dapat dilepaskan keterkaitannya
dengan nilai-nilai pada sila Pancasila yang lain. Menurut Imron, nilai-nilai yang
terkandung dalam kelima sila Pancasila dijabarkan menjadi 45 nilai-nilai Pancaila.
Maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


“Sila Ketuhanan Yang Maha Esa” mengandung nilai-nilai yang menjiwai
keempat sila lainnya. Negara didirikan untuk tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan
Yang Maha Esa. Segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara harus
dijiwai dengan nilai-nilai “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa makna nilai
Pancasila, sila pertama yaitu manusia berhak memilih agama yang dipercayai dan
menjalankannya. Masyarakat Indonesia tidak diperbolehkan libraris atau tidak
menganut agama dan menjadi moderator jika terjadi perselisihan antara agama
lainnya.
2) Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
“Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” mengandung arti universal
bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia dan
menginginkan kesejahtraan bagi seluruh umat. Menurut Fauzi, sila “Kemanusiaan
Yang Adil Dan Beradab” menunjukan pengakuan, yaitu menetapkan manusia pada
harkat dan martabat manusia.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpukan bahwa makna Pancasila sila
kedua yaitu masyarakat Indonesia memiliki kedudukan yang sama dan menghargai
sesama serta, mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, saling
meghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
3) Sila Persatuan Indonesia
Makna persatuan artinya menjadi satu dan tidak terpecah atau terpisah-pisah.
Makna Persatuan Indonesia sering dikaitkan degan rasa Nasionalisme. Menurut
Imron, nasionalisme merupakan rasa cinta tanah air dan adanya perasaan bersatu
sebagai suatu bangsa atau negara.

8
Berdasrkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa makna sila ketiga yaitu
cinta tanah air, memiliki rasa nasionalisme dan memelihara ketertiban yang
berdasarkan perdamaian.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan atau Perwakilan
Nilai yang terkandung dalam sila “Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan” melainkan perwujudan dari sifat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta memiliki nilai
demokrasi. Menurut Imron (2017:23) sila “Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan” juga mengandung pokok pikiran
tentang permusyawaratan yang artinya mengusahakan keputusan bersama secara
bulat yang dilakukan dengan pengambilan keputusan secara bersama.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa makna yang terkadung
dalam sila keempat yaitu masyarakat Indonesia harus memiliki rasa demokrasi,
menghargai pendapat orang lain, dan setiap mengambil keputusan harus didasari
dengan musyawarah atau mufakat.

5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Keadilan artinya dalah memberikan sesuatu hal kepada seseorang sesuai
dengan haknya. Sila kelima nilai keadilan harus terwujud dalam kehidupan bersama
(kehidupan sosial). Keadilan tersebut harus dijiwai oleh hakikat keadilan yaitu adil
terhadap diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kepada Tuhan yang Maha
Esa. Konsekuensi nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam hidup bersama
adalah keadilan sesuai dengan jasa-jasa, keadilan sesuuai dengan undang-undang, dan
keadilan memberikan perlindungan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai keadilan harus
diwujudkan dalam kehidupan sosial atau kehidupan berwarga negara. Negara juga
harus memberikan keadilan kepada setiap warga negara sesuai dengan hak dan
kewajibannya. Nilai-nilai keadilan dapat dijadikan sebagai dasar negara untuk
tercapainya tujuan negara yaitu, mensejahterakan masyarakat, mencerdaskan
masyarakat dan melingdungi warga indonesia. Pancasila merupakan dasar negara
yang harus diimplementasikan dalam bermasyarakat.

9
D. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila
Implementasi nilai-nilai pancasila adalah pelaksanaan atau pengamaln nilai-
nilai yang dilaksanakan dalam suatu kegiatan atau aktivitas. Pancasila sangat penting
untuk diamalakan dalam kehiduan sehari-hari. Menurut Mughai, Implementasi nilai-
nilai Pancasila dalam hidup bermasyaraat, berbangsa, dan bernegara sebagai
konsokuensi logis dari kesadaran kehendak, yang berawal dari dalam diri, sehingga
menimbulkan rasa keimanan, rasa kemanusiaan, rasa berbangsa/kebangsaan, rasa
demokrasi, dan rasa keadilan. Bila disimak lebih lanjut akan terlihat dalam uraian-
uraian sebagai berikut:
1) Rasa keimanan
Kesadaran kehendak tentang rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bahwa ada sesuatu diluar manusia, yang menciptaan manusia dan segala isi alam
semesta dan sekaligus memelihara dan mengatur ciptaannya.
Berdasarkan uraian diatas makna dapat disimpulkan bahwa makna nilai
Pancasila, sila pertama yaitu manusia berhak memilih agama yang dipercayai dan
menjalankannya. Masyarakat Indonesia tidak diperbolehkan libraris atau tidak
menganut agama dan menjadi moderator jika terjadi perselisihan antara agama
lainnya.
2) Rasa Kemanusian
Kesadaran akan kehendak tentang kemanusiaan adalah jiwa yang dirasakan
bahwa manusia itu ingin selalu berhubungan. Menurut Susanti, “manusia saling
membutuhkan, maka manusia harus bermasyarakat”. Manusia adalah mahluk yang
tertinggi dari ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, maka manusia memiliki indentitas
tersendiri yang disebut kemanusian (cita, rasa, dan karsa) dan kelebihan ini tidak
dimiliki oleh ciptaan Tuhan yang lainnya. Sesuai dengan hakikat dan martabat
manusia, maka diperlukan ketentuan dan peraturan agar tidak sewenang-wenang.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpukan bahwa implementasi nilai
Pancasila sila kedua yaitu masyarakat Indonesia memiliki kedudukan yang sama dan
menghargai sesama serta, mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai masyarakat yang berbangsa
Indonesia, maka harus mengembangkan sikap saling menghormati sesama.
3) Rasa berbangsa/kebangsaan
Bangsa Indonesia adalah bagian dari bangsa-bangsa lain yang terdapat di
dunia. Tetapi secara sadar bangsa Indonesia mempunyai keunikan tersendiri yang
membedakan dengan yang lainnya.

10
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi
pengamalan nilai Pancasila sila ketiga yaitu cinta tanah air, memiliki rasa
nasionalisme dan memelihara ketertiban yang berdasarkan perdamaian. Masyarakat
Indonesia harus hidup berdampingan secara dampai dan tidak hanya pada masyarakat
Indonesia tetapi pada masyarakat negara lainnya.
4) Rasa demokrasi
Manusia secara sadar ingin diperhatikan dan ingin berperan dalam kelompok
dan lingkungan perasaan ingin memiliki dan berperan serta tercermin dalam rasa
demokrasi. Rasa demorasi diwujudkan dalam kelembagaan, kelembagaan tersebut
dimana manusia dan masyarakat bersama-sama berkemauan untuk mewujudkan
secara bersama-sama untuk tujuan kelompok.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi
pengamalan nilai pancasila sila kempat yaitu masyarakat indonesia harus memiliki
rasa demokrasi, menghargai pendapat orang lain, dan setiap mengambil pendapat
harus didasari dengan musyawarah atau mufakat. Hal tersebut dilakukan untuk
menukar pendapat, agar tidak terjadinya perselisihan antar sesama.
5) Rasa keadilan
Rasa keadilan adalah sesuatu yang menjadi milik orang lain diberikan kepada
yang memang memilikinya sesuatu yang menjadi milik kita maka diberikan kepada
disi sendiri. “Keadilan dikaitkan dengan segala aspek kehidupan manusia dan
masyarakat yang berkeadilan sosial, pribadi dan masyarakat mengenyam cukup
sandang, cukup pangan, dan hasil budaya, pendidikan, dan pengetahuan dapat
dinikmati oleh seluruh masyarakat” (Widjaja, 2010:33).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi
pengamalan nilai pancasila sila kelima yaitu diwujudkan dalam kehidupan sosial atau
kehidupan berwarga negara. Negara juga harus memberikan keadilan kepada setiap
warga negara sesuai dengan hak dan kewajibannya. nilai-nilai keadilan dapat
dijadikan sebagai dasar negara untuk tercapainya tujuan negara yaitu, mensejahtrakan
masayarakat, mencerdaskan masyarakat dan melingdungi warga indonesia.
Secara umum, pengamalan sila Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengamalan secara objektif dan
pengamalan secara subjektif. Pengamalan objektif dilakukan dengan mentaati
peraturan perundang-undangan sebagai norma hukum negara yang berdasarkan
Pancasila. Pengamalan secara objektif membutuhkan dukungan kekuasaan negara
dalam menerapkannya. Pengamalan secara objektif bersifat memaksa artinya jika ada
yang melanggar aturan hukum maka akan dikenakan sanksi. Pengamalan secara
objektif ini merupakan konsekuensi dari mewujudkan nilai Pancasila sebagai norma
hukum negara.

11
Sedangkan pengamalan secara subjektif adalah dengan menjalankan nilai-nilai
Pancasila secara pribadi atau kelompok dalam berperilaku atau bersikap pada
kehidupan sehari-hari. Pengamalan secara subjektif dilakukan oleh siapa saja baik itu
warga negara biasa, aparatur negara, kalangan elit politik maupun yang lainnya.
Melanggar norma etik tidak mendapat sanksi hukum namun akan mendapat sanksi
dari diri sendiri. Adanya pengamalan secara subjektif ini merupakan konsukuensi dari
mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai norma etik bangsa dan negara.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implemenrasi
pengamalan nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan dengan menggunakan dua cara
yaitu secara objektif dan subjektif. Pengamalan nilai-nilai Pancasila dapat
diimplementasikan salah satunya menggunakan cara subjektif yaitu dapat diterapkan
di budaya sekolah. Budaya sekolah merupakan organisasi atau kelompok yang
didasari dengan keyakinan bersama.

12
BAB III
PEMBAHASAN

1. Membumikan nilai-nilai pancasila kepada pemuda


Dalam perjalanan sejarah, Pancasila sebagai landasan normatif telah
mengakar begitu kuat. Pancasila belum banyak diimplementasikan ke dalam level
operasional kebijakan dan tindakan.
Perkembangan arus globalisasi yang begitu pesat dan dibarengi dengan
perubahan gelombang demokrasi telah banyak berpengaruh pada eksistensi Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kondisi ini perlu dicermati bila dihadapkan
pada kondisi bangsa dan negara Indonesia yang lahir dari perjalanan sejarah yang
panjang dan merupakan hasil perjuangan para Pahlawan yang pantang menyerah
secara ikhlas rela mengorbankan jiwa dan raga bagi tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Berbagai kemajemukan bangsa Indonesia yang ditandai
dengan keanekaragaman agama dan budaya, tentu saja mempunyai kecenderungan
yang kuat terhadap identitas diri masing-masing sehingga berpotensi munculnya
berbagai konflik. Oleh karena itu untuk mewujudkan kerukunan dan kebersamaan
yang sejati, maka harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang mengikat semua
anggota kelompok sosial.
Pancasila merupakan sistem nilai yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia. Nilai-nilai tersebut telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Bahkan
pada masa kerajaan telah berkembang nilai-nilai dasar yang merupakan karakter
masyarakat. Bukti bahwa nilai-nilai tersebut berkembang adalah adanya tulisan dalam
kitab Sutasoma karangan Mpu Prapanca pada jaman kerajaan Majapahit. Bukti lain
adalah adanya prasasti dan candi-candi yang dipercaya sebagai bukti tumbuh
berkembangnya kepercayaan terhadap Tuhan, budaya musyawarah dan gotong
royong juga terlihat dalam setiap relief candi. Nilai-nilai itu kemudian digali dan
dirumuskan menjadi suatu tatanan norma dan nilai yang kita sebut dengan Pancasila.
Perumusan Pancasila sendiri mempunyai sejarah yang cukup panjang sampai pada
akhirnya dijadikan sebagai akta pendirian Negara Indonesia dengan sebutan staat
fundamental norm.
2. Penerapan nilai-nilai pancasila
Dengan mencermati dan memahami begitu pentingnya nilai-nilai luhur
Pancasila yang pertama harus dilakukan adalah revitalisasi the moral power yang
merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan sikap moral setiap warga
negara akan kecintaan terhadap tanah air. Pendidikan kewiraan harus ditata dan
dilembagakan dalam setiap jenjang pendidikan, sehingga berwawasan kebangsaan

13
dapat tercermin dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga
setiap anak bangsa dapat memperoleh ilmu pendidikan yang setinggi-tingginya
namun tetap memiliki sesantri yang terpatri dalam dirinya ”DWI WARNA PURWA
CENDEKIA WUSANA”. Salah satu faktor internal yang ikut mendukung tetap
tegaknya suatu negara, apabila seluruh warga masyarakat memiliki jiwa patriotik
yang tinggi. Oleh sebab itu secara periodik perlu ditayangkan kembali film-film
dokumenter perjuangan dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
Pengalaman perjuangan kemerdekaan Indonesia yang di Proklamasikan pada tanggal
17 Agustus 1945 menunjukkan akumulasi dari semangat patriotik tinggi dari
pendahulu kita melawan penjajah di bumi pertiwi ini dengan satu-satunya jati diri
bangsa yaitu Pancasila.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mempunyai arti bahwa Pancasila
menjadi pedoman bagi setiap perilaku bangsa Indonesia. Perilaku setiap warga
Negara harus dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, sehingga bangsa Indonesia
mempunyai kepribadian dan jati diri sendiri yang membedakan dengan bangsabangsa
lain di dunia. Karakter bangsa Indonesia akan ditentukan oleh implementasi fungsi
Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa.
Dan jika dilihat lagi dari berbagai aspek masalah yang sedang dihadapi
bangsa Indonesia, kita seharusnya kembali menerapkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila tersebut, karena Pancasila yang merupakan pondasi bangsa
Indonesia untuk menghadapi bebagai masalah khususnya di era global seperti saat ini,
yang membuat rentan sekali nilai-nilai Pancasila tersebut memudar dikarenakan
perubahan jaman oleh adanya globalisasi. Seharusnya Pancasila sanggup menjawab
berbagai tantangan di era globalisasi, karena dari implikasi dijadikannya Pancasila
sebagai pandangan hidup maka bangsa yang besar ini haruslah mempunyai sense of
belonging dan sense of pride atas Pancasila.
3. Aktualisasi nilai pancasila
Aktualisasi nilai pancasila perlu disosialisasikan, diinternalisasikan dan
diperkuat implementasinya, dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara
dengan memperkuat karakter generasi bangsa dalam berperan serta membangun
pemahaman masyarakat akan kesadaran nasional.

14
Aktualisasi nilai dalam praktek kehidupan berbangsa dan bernegara
mengarahkan adanya 3 nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila. Tiga nilai itu
adalah:
1. Nilai dasar
Yaitu suatu nilai yang bersifat sangat abstrak dan permanen, yang terlepas dari
pengaruh perubahan waktu. Nilai dasar merupakan prinsip, yang bersifat sangat
abstrak, bersifat sangat umum, tidak terikat oleh waktu dan tempat, dengan
kandungan kebenaran yang bagaikan aksioma.Dari aspek kandungan nilainya, maka
nilai dasar berkenaan dengan eksistensi sesuatu, yang mencakup cita-cita, tujuan,
tatanan dasar dan ciri khasnya. Nilai dasar Pancasila ditetapkan oleh para the
founding fathers. Nilai dasar Pancasila tumbuh baik dari sejarah perjuangan bangsa
Indonesia melawan penjajahan yang telah menyengsarakan rakyat, maupun dari cita-
cita yang ditanamkan dalam agama dan tradisi tentang suatu masyarakat yang adil
dan makmur berdasarkan kebersamaan, persatuan dan kesatuan seluruh warga
masyarakat.
2. Nilai instrumental
Yaitu suatu nilai yang bersifat kontekstual. Nilai instrumental merupakan
penjabaran dari nilai dasar tersebut, yang merupakan arahan kinerjanyauntuk kurun
waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Nilai instrumental ini dapat dan bahkan
harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Namun nilai instrumental haruslah
mengacu pada nilai dasar yang dijabarkannya. Penjabaran itu bisa dilakukan secara
kreatif dan dinamik dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang
sama, dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Dari aspek
kandungan nilainya, maka nilai instrumental merupakan kebijaksanaan, strategi,
organisasi, sistem, rencana, program, bahkan juga proyek-proyek yang
menindaklanjuti nilai dasar tersebut. Lembaga negara yang berwenang menyusun
nilai instrumental ini adalah DPR, MPR, dan Presiden.
3. Nilai praksis
Yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan sehari-hari, berupa cara bagaimana
rakyat mengaktualisasikan nilai Pancasila. Nilai praksis terdapat pada demikian
banyak wujud penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun tidak
tertulis, baik oleh cabang eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, oleh ekonomi, oleh
pimpinan kemasyarakatan, bahkan oleh warganegara secara perseorangan. Dari aspek
kandungan nilainya, nilai praksis merupakan arena pergulatan antara idealisme dan
realitas. Jika ditinjau dari segi pelaksanaan nilai yang dianut, maka sesungguhnya
pada nilai praksislah ditentukan tegak atau tidaknya nilai dasar dan nilai instrumental
itu. singkatnya bukan pada rumusan abstrak, dan bukan juga pada kebijaksanaan,
strategi, rencana, program atau proyek itu sendiri terletak batu ujian terakhir dari nilai

15
yang dianut, tetapi pada kualitas pelaksanaannya di lapangan. Bagi suatu ideologi,
yang paling penting adalah bukti pengamalannya atau aktualisasinya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Suatu ideologi dapat
mempunyai rumusan yang amat ideal dengan ulasan yang amat logis serta konsisten
pada tahap nilai dasar dan nilai instrumentalnya. Akan tetapi, jika pada nilai
praksisnya rumusan tersebut tidak dapat diaktualisasikan, maka ideologi tersebut
akan kehilangan kredibilitasnya.
Ancaman terbesar bagi suatu ideologi adalah menjaga konsistensi antara nilai
dasar, nilai instrumental, dan nilai praksisnya. Sudah barang tentu jika konsistensi
ketiga nilai itu dapat ditegakkan, maka terhadap ideologi itu tidak akan ada masalah.
Jika terdapat inkonsisitensi dalam tiga tataran nilai tersebut maka akan menjadi suatu
masalah baru.

Aktualisasi nilai pancasila harus mulai disosialisasikan dari berbagai lingkungan


pendidikan. Baik itu di keluarga sebagai pendidikan informal, sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal, maupun dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan
non formal. Di semua lingkungan pendidikan tersebut harus dibumikan dengan nilai-
nilai Pancasila, seperti halnya dibawah ini:
1. Dalam lingkungan lembaga pendidikan Informal seperti Keluarga. Tahap
pendidikan yang pertama dan utama bagi anak ada di keluarga, Artinya bagaimana
karakter anak berkembang kedepan bergantung dari pola asuh yang diterapkan di
rumah. Apakah pola asuh permisif yang memberi kebebasan pada anak, pola asuh
otoriter yang mewajibkan anak untuk selalu patuh, atau pola asuh autoritatif yang
artinya antara orangtua dan anak saling mengerti tanggungjawab, hak dan kewajiban
masing-masing. Selanjutnya untuk menanamkan moral yang baik pada anak, orang
tua juga harus memiliki karakter yang tentu saja lebih baik terlebih dahulu, dengan
begitu orangtua seakan menjadi tel;adan atau row model bagi anak dalam bertindak
sehingga anak senantiasa berhati-hati dalam bertingkah laku.

2. Dalam lingkungan lembaga pendidikan Formal/Sekolah. Dalam membentuk


karakter peserta didik peran tenaga pendidik sangat penting, Para tenaga pendidik
yang merupakan orangtua kedua peserta didik di sekolah, perlu senantiasa
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang sebenarnya. Mulai dari kebiasaan
untuk berdoa setiap kegiatan belajar mengajar, saling toleransi antar teman,
menumbuhkan sikap peduli sesama, dan tidak membeda- bedakan antara peserta
didik satu dengan peserta didik yang lain.
3. Dalam lingkungan lembaga pendidikan Informal/ Masyarakat.
Mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di masyarakat tentu dimulai dari sekitar

16
lingkungan rumah. Keberagaman etnis yang ada di masyarakat hendaknya menjadi
suatu warna tersendiri bagi mereka, sebagaimana semboyan yang dimiliki bangsa
Indonesia yaitu “ Bhinneka Tunggal Ika, walaupun negara Indonesia terdiri dari
beragam suku, namun kerukunan antar seluruh umat di Indonesia tetap perlu
dijunjung tinggi.
Dengan cara kembali melakukan aktualisasi nilai - nilai pancasila di berbagai
aspek moral bangsa Indonesia sehingga dapat kembali menuju jati dirinya, nilai
pancasila tersebut akan terimplementasi dalam ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik bangsa.

17
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membumikan nilai-nilai
pancasila merupakan aspek yang penting untuk menangkal radikalisme dan
membangunkarakter generasi bangsa, dinamika dalam mengaktualisasikan nilai
Pancasila ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan benegara adalah suatu
keniscayaan, agar Pancasila tetap selalu relevan pada fungsinya memberikan acuan
dasar bagi pengambilan kebijaksanaan dan pemecahan masalah dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara supaya loyalitas warga masyarakat dan warganegara
terhadap Pancasila tetap tinggi sehingga apatisme, resistensi terhadap pancasila bisa
diminimalisir dan persatuan indonesia tetap terjaga. untuk mensukseskan itu perlu
upaya sosialisasi dari berbagai lingkungan pendidikan, baik itu di keluarga sebagai
pendidikan informal, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, maupun dalam
masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal. Di semua lingkungan
pendidikan tersebut harus dibumikan dengan nilai-nilai Pancasila serta perlunya
upaya perubahan dan pembaharuan dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila
sehingga akseptabilitas dan kredibilitas pancasila dapat terjaga dalam meningkatkan
kesadaran dan tanggung jawab terhadap masa depan generasi bangsa yang
berkualitas, cerdas dan berkarakter.
Pancasila memiliki nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan pedoman hidup
dalam berbangsa dan bernegara. Penanaman dan penerapan nilai-nilai Pancasila
sangat penting dan diperlukan dalam membentuk kepribadian generasi bangsa yang
berkarakter agar generasi dapat menghargai dan hidup dalam damai dan bermoral
serta mampu bersaing dalam segala bidang.
Pemuda Pancasila merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan yang
mana menyerap aspirasi pemuda untuk memperjuangkan serta melakukan kegiatan-
kegiatan berdasarkan program nyata, sesuai denga keahlian ataupun keterampilan,
dan fungsinya di masyarakat. Meningkatkan sikap Nasionalisme yang mengandung
prinsip-prinsip kebersamaan, persatuan dan kesatuan serta demokrasi atau
demokratis.

18
SARAN
Diharapkan para pemuda Indonesia untuk terus meningkatkan kecintaannya
terhadap bangsa Indonesia dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dalam
bernegara dan bermasyarakat dengan mencerminkan pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.
Diharapkan agar semua pemuda dapat menerapkan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila tidak hanya sebatas mengetaui saja namun
melaksanakannya dalam kehidupan. Dan penerapan pendidikan karakter harus
ditanamkan sejak dini agar kelak nilai pancasila akan melekat dalam karakter dan
kepribadian tiap individu dalam bermasyarakat agar senantiasa tercipta bangsa
Indonesia yang damai.

19
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, R. (1979). Pengembangan Pancasila Di Indonesia. Jakarta:
Yayasan Idayu
Agung, I. (2010). Perspektif Multidimensional Pendidikan Pembangunan
Berkelanjutan: Pemikiran Awal Konsep dan Penerapan. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol 16, No 4, 453-468
Alawiyah, F. (2012). Kebijakan dan Pengembangan Pembangunan Karakter
melalui Pendidikan di Indonesia. Jurnal Aspirasi, Vol 3, No 1, 87-101
Ali, A. (2009). Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa. Jakarta:
Pustaka LP3ES
Yudistira, Y. (2016). Aktualisasi & Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam
Menumbuh Kembangkan Karakter Bangsa. In Seminar Nasional Hukum Universitas
Negeri Semarang, Vol. 2, No. 1, pp. 421-436.
Kaelan. (2013). Negara kebangsaaan Pancasila, kultural, historis, Filosofis,
Yuridis dan aktualisasinya. Yogyakarta: Paradigma
Supadjar, D. (1990). Konsep Kefilsafatan tentang Tuhan Menurut Alfred Nort
Whitehead. (Doctoral dissertation, Universitas Gajah Mada )
Kansil, C.S.T. (1986). Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta:
Pradnya Paramita.
Koesoema. (2010). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: Grasindo.
Kaelan. (2010). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Cahyo, E. D. (2017). Pendidikan Karakter Guna Menanggulangi Dekadensi
Moral Yang Terjadi Pada Siswa Sekolah Dasar. EDUHUMANIORA: Jurnal
Pendidikan Dasar, Vol 9, No 1, 16-26.

20

Anda mungkin juga menyukai