Seminar Nasional Industrial Services 2009
Jurusan Teknik Industri Untirta, Cilegon 29 April 2009
METODOLOGI PENGEMBANGAN SISTEM PEMANTAUAN AKTIVITAS
MANUFAKTUR DENGAN METODE ENTERPRISE CONTENT MANAGEMENT
Rispianda
Jurusan Teknik Industri, Itenas Bandung
E-mail: Rispianda@itenas.ac.id
Abstrak
Attivitas manyfakwur dapat dibagi menjadi lima aktivitas tama ait
Perancangan produk, perencanaan proses pembuatan produk, perancangan sistem
produksi, pengerjaan produk, dan pengaturan aliran berja. Saat ini, terdapat sistem
Perencanaan dan pemantauan aktivitas mamufaktur yang telah dikembangkan dengan
‘menggunakan teknologi intranet. Perkembangan teknologi internet yang pesat
‘menimbulkan peluang untuk mengembangkan sistem tersebul dengan menggunakan
teknologi internet.
Enterprise Content Management adalah metode serta teknologi dalam penangan
informasi secars efisien, sehingga informasi tersebut dapat bermanfaat bagi peresahaan
Serta dapat digunakan sewaktu dibutubkan Penerapan yang dilakukan adalah dengan
memanfaatkan software yang dapot memudahkan pengguna memiliki kemampuan
‘mengatur informasi yang dibutuhkan seria relevan bagi pengeunaannya
Pada penelitian ini akan ditakukan perumusan metodologi pengembangan sistem
pemantaun altivitas marufaktur yang dirancang dengan pendekatan Enterprise Content
‘Management. Urutan proses perancangan yang terdiri dari: studi pustaka berkaitan
dengan Enterprise Content Management, perancangan arsitekitur sistem pemantauan
aktivitas mangakiw, Jangkah-langkah perancangan data base, serta langkah-langkah
peratcangan perangkat junak. Metodologi ini diharapkan dapat memberikan gambaran
prases perancangan sistem yang dimaksud.
Kata Kunci: Aktivitas Manufakter, Sistem Pemantauan, Enterprise Content Management(ECM)
1, Pendahuluan
Aktivitas sistem manufaktur meliputi semua aldivitas yang dikeriakan dari sejak
diterimanya suatu pesanan (order) oleh sistem hingga produk pesanant selesai dikerjakan dan siap
dikirim kepada konsumen. Aktivitas manufaktur tersebut dapat dibagi menjadi lima aktivitas utama
yaitu: perancangan produk, perencanaan proses pembuatan produk, perancangan sistem produksi,
pengerjaan produk, dan pengaturan aliran kerja (Barkmeyer et.al.,/995). Aktivitas manufaktur
tersebut melibatkan informasi-informasi berkaitan dengan ptoses pengambilan keputusan di lantai
produksi dan selain itu melibatkan informasi dalam format yang bervariasi, Bedworth et.al. (1987)
menjelaskan bahwa informasi yang tidak tepat berakibat pada terjadinya kesalahan pada
pengambilan keputusan di lantai produksi sehingga dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas
manufaktur tersebut. Lebih lanjut, Scheer (1991) menckanken sistem informasi yang
terkomputerisasi dapat mengurangi terjadinya kesalahan informasi di lantai produksi,
Perkembangan teknotogi informasi dalam meningkatnya kemampuan kapasitas komputer
dalam menangani berbagai jenis tipe dokumen dalam berbagai format berperan banyak di berbagai
bidang usaha seperti perbankan, keschatan, asuransi, dan pemerintaban (Reimer, 2002). Fisher dan
Sheth (2007) menekankan bahwa manajem informasi telah berdampok bagi perkembangan industri.
‘Smith dan McKeen (2003) menyarankan behwa Enterprise Content Management (ECM) adalah
sebuah alternatif alat bantu dalam mengatur informasi dari organisasi yang terdiri dari dokumen
dalam bentuk kertas, data, Iaporan, halaman web serta informasi dalam bentuk digital. Oleh karena
itu, pendekatan ECM dapat dimanfaatkan dalam perancangan sistem informasi aktivitas
manufaktur. Penelitian ini difokukan pada perumusan metodologi pengembangan sistem
pemantaun aktivitas manufaktur yang dirancang dengan pendekatan Enterprise Content
Management.
ISBN 978-979-19280-0-7 111-296Semumar Nasional industrial Services LUUY
Jurusan Teknik Industri Untirta, Cilegon 29 April 2009
2. Enterprise Content Management (ECM)
Enterprise Content Management (ECM) didefiniskan sebagai sebuah pendckatan
terintegrasi dalam menangani informasi organisasi yang bervariasi dalam bentuk dokumen,
data, laporan, halaman web, dan informasi digital. Selain ita ECM menyertakan strategi,
peralatan, proses, dan keahlisn organisasi dalam menangani asct informasi dalam
aktivitasnya (Smith dan McKeen, 2003). Lebih lanjut dijelaskan bahwa ECM melakukan
intergasi manajemen dari informasi yang terstruktur, semi-terstruktur, dan tidak terstruktur
yang diidentifikasikan dalam sebuah kode software untuk dimanfaatkan dalam melakukan
aktivites usaha (Munkvold et. al., 2003). Tantangan yang harus dihadapi dalam Enterprise
Content Management adalah sebagai berikut (Fisher dan Sheth, 2007), yaitu; sumber data
dalam format yang bervariasi, distribusi sumber data yang tersebar, ukuran data yang besar
serta penentuan relevansi data bagi penggunanya. Hal-hal tersebut harus ditangani dengan
baik agar proses pengaturannya seria pemanfaatan informasi tersebut dapat berlangsung
dengan baik.
Siklus Enterprise Content Management dapat dilihat pada Gambar 1. Siklus
tersebut adalah sebagai berikut; Create (menciptakan informasi), Capiure (mencari
informasi), Store (menyimpan informasi), Version (membuat versi informasi), Index
(membuat indeks informasi), Manage (pengaturan informasi), Cleanse (menghapus
informasi yang tidak relevan), Distribute (mendistribusikan informasi), Publish
(menampilkan informasi), Search (mencari informasi yang telah disimpan dan relevan
dengan penggunanya), dan Retain or Destroy (melakukan pemutakhiran ataa menghapus
informasi).
Store version
Capture
; Index
Create
Manage
4
a} Cleanse
= Bs
ae
Wa
Publish
Reain Search
61 Destioy
‘Gambar 1. Siklus Enterprise Content Management (Oracle, 2007)
ISBN 978-979-19280-0-7 IMl-297Seminar Nasional Industrial Services 2009
Jurusan Teknik Industri Untirta, Cilegon 29 April 2009
Human ereated RRecogniton
+ cmbetimemmm | o.00k ‘aaa
tom wer
+ yh Mean eR
+ wero + oun tno Deshne
+ saved
‘Appitaton cretted | Fors Proessing Rance
sol E-FormayWeb-Forms
aa
«Financial Appteatone | Ropwenion
“iting con
Input
Gambar 2. Manajemen Input dalam Enterprise Comtent Management (Uirich 1006)
Ilustrasi manajemen input dalam Enterprise Content Management dapat dilihat
pada Gambar 2. Informasi dapat dihasilkan dan diperoleh secara manual, seperti contoh
sebagai berikut: dokumen kantor, form, multi media informasi, dan mikro film, Selain itu
informasi dapat diperoleh juga secara otomatis seperti contohnya data dari enterprise
resource planning (ERP). Informasi juga dapat diperoleh dengan teknologi terotomasi,
seperti halnya optical charcter regocnition (OCR), handprint character recognition
GHCR), intellegent character recognition (ICR), optical mark recognition (OMR), dan
Barcode.
3. Metodologi Perancangan Sistem Pemantauan Aktivitas Manufaktur dengan
Metode ECM
Aktivitas manufaktur yang digunakan adalah model generik yang dihasilkan oleh
oleh Barkmeyer et.al, (1995) sebagai bagian dari program System Integration for
Manufacturing Applications (SIMA). Aribowo (2002) telah memanfaatkan model tersebut
dalam pengembangkan sistem pemantantauan lantai produksi. Aribowo (2002) juga telah
mebuat ringkasan definisi aktivitas-aktivitas seperti yang diuraikan pada Tabel 1. Model
tersebut digunakan dalam penelitian ini.
‘Tabel1. Aktivitas Manufaktur (Aribowo, 2002)
No. Aktivitas Definisi ut
1. [Perancangan | Mengidentifikasi dan mengkonseptualkan suatu produk yang
produk marketable, dan membuat deskripsi lengkapnya.
2. | Perencanaan Mendefinisikan proses pembuatan suatu produk, termasuk material dan
proses Komponen yang akan digunakan, equipment, ‘ooling, dan keahlian
pembuatan yang dibutuhkan dan penjelasan detail dari penggunaannya. Detail
produk mencakup urut-urutan dati setup dan operasi yang dilakukan dan
instruksi lengkap untuk setiap operasi, Proses pembuatan produk
mencakup pula aktivitas-aktivitas pengukuran (measurement) dan
pemeriksaan (inspection) yang dilakukan sclama proses produksi.
3, | Perancangan | Membuat desain baru atau modifikasi dari fasilitas produksi yang
sistem sudah ada. ‘Fasilitas’ bisa berarti pabrik, shop, lintas produksi, sel
produksi manufaktur, atau kumpulan dari sel manufaktur. Aktivitas-
aktivitasnya meliputi identifikasi dari part, produk, dan proses,
identifikasi_dari_peralatan (equipment) yang hendak diinstalasi
ISBN 978-979-19280-0-7 IH-298Seminar Nasional Industrial Services 2009
Jurusan Teknik Industri Untirta, Cilegon 29 April 2009
| i atau diganti, membuat desain layout pabrik, dan pengembangan
rencana implementasi dari desain sistem produksi yang baru.
4. | Pengerjaan Menyediakan dan mengatur fasilitas produksi, serta membuat
produk part/produk sesuai dengan spesifikasi yang terdapat pada rencana
proses. Hal ini meliputi pembuatan jadwal produksi dan
pengendalian aliran material dari dan ke fasilitas produksi,
penjadwalan (scheduling), proses pengendalian dan eksekusi
pembuatan produk, menyediakan dan mengatur perlengkapan
produksi dan sumber daya manusia yang terlibat, mengatur
footing dan material, dan sebagainya.
3. | Pengaturan Menentukan tugas-tugas (aktivitas) perancangan, pengendalian,
aliran kerja pemeriksaan, dan pengesahan, Menentukan urut-urutan dari
aktivitas-aktivitas perancangan tersebut dan keluaran yang
dibutuhkan, dan tenggat waktunya (due dates). Memberikan
penugasan pada engineer dan mengontrol pengerjaan tugas-tugas
tersebut.
Rancangan sistem pemantauan aktivitas manufaktur dengan metode ECM dibagi
menjadi tiga bagaian. Adapun bagian tersebut yaitu: metodologi perancangan arsitektur
sistem, metodologi perancangan data base, metodologi perancangan perangkat lunak,
Penjelasan lebih detail akan diuraikan selanjutnya.
3.1 Metodologi Perancangan Arsitektur Sistem
Arsitektur umum yang dikembangkan bersumber dari model yang digunakan oleh
Risca & Samopa (2006). Arisitektur tersebut mengakomodasi tiga jenis relasi yaitu: relasi
BTB (Business to Business), BYE (Business to Employees), dan BTC (Business to
Customers). Relasi tersebut digambarkan pada Gambar 3. Ketiga relasi tersebut sebagai
kerangka representasi dari informasi yang diperoleh dari aktivitas manufaktur yang
dipantau,
ore
KonsumenBrowsert ‘Presentasi nformasi
sre Te
Pomasok dam atau Rekan aryawwan muacar
INFORMATION SYSTEM
‘BERBASIS ENTERPRISE GONTENT MANAGEMENT.
Pereacanaan Permne
proses Pengerjaan Pengaturan Informaci Aktvitas
ea ones in produk aliran kerja een
produke
Gambar 3. Arsitek umam dari presentasi informasi
Arsitektur perangkat keras yang digunakan adalah arsitektur dalam bentuk web
service yang direkomendasikan oleh Alfersco (2007). Pada model tersebut terdapat
hubungan-hubungan perangkat keras yang akan dijelaskan berikut ini. Intranet
ISBN 978-979-19280-0-7 1-299Seminar Nasional Industrial Services 2009
Jurusan Teknik Industri Untirta, Cilegon 29 April 2009
menghubungkan komputer yang memantau aktivitas manufaktur di lantai produksi.
Kumpulan komputer tersebut terhubungkan dengan sebuah server dan server juga
terhubung dengan ektranet. Arsitektur perangkat keras tersebut dapat dilihat pada Gambar
4.
extranet
intranet
7
Server
Gambar 4. Arsitektur perangkat keras (Alfersco, 2007).
3.2 Metodologi Perancangan Data Base
Perancangan data base dari aktivitas-aktivitas sistem manufaktur dirancang dengan
menggunakan model dasar yang dikembangkan oleh Barkmeyer et.al. (1995), Aktivitas
tersebut disusun dalam bentuk IDEF 0, Gambar 5 menunjukkan penggambaran aktivitas
manufaktur pada level 0. Selanjutnya alktivitas tersebut dibagi menjadi aktivitas-aktivitas
yang lebih rinci. Dengan memanfaatkan rincian aktivitas rincian tersebut, input- output
dari aktivitas dapat teridentifikasi juga data-data yang terlibat dalam aktivitas rincian
tersebut juga dapat teridentifikasi.
ISBN 978-979-19280-0-7 111-300Seminar Nasionat :nausirias oervices cous
Jurusan Teknik Industri Untirta, Cilegon 29 April 2009
Engineer
. “a> yurberure
of Fraduat
ffestvpimsce tale
[squicerent bir
Pash evseess
soeomete
Case
Wasa
es Eitcaa Toaing
cmierdign votes ety
Fea Ren
Bas br Peatary Sarhs
Gambar 5. Aktivitas manufaktur pada level 0 (Barkmeyer et.al, 1995)
Data-data yang teridentifikasikan dari aktivitas rinci, selanjutnya disusun dalam format
sebagai berikut: identitas, format data, format nilai, deskripsi. Selanjutnya data —data
tersebut dikelompokkan dalam sebuah kumpulan informasi yang relevan dalam
representasi informasi yang akan ditampilkan, baik itu BTB, BTE, atau BTC.
3.3 Metodologi Perancangan Perangkat Lunak
Perancangan perangkat lunak yang dilakukan memiliki tahapan yang dijelaskan
secara singkat berikut ini:
Tahap 1: Pemilihan perangkat lunak yang digunakan. Pemilihan ini didasarkan pada
pertimbangan faktor ekonomis dan praktis.
Tahap 2: Pengaturan indeks dari data yang telah ada. Indeks diberi identitas unik sehingga
tidak terjadi duplikasi identitas. Selain itu informasi yang sejenis juga dapat
teridentifikasi dari indeks yang digunakan.
Tahap 3: Perancangan sistem penginputan ke dalam perangkat lunak. Variasi dari
informasi dan format data harus diatur schingga tidak tercampur aduknya
kumpulan data sehingga tampilan informasi terlihat tidak teratur
Tahap 4: Pengaturan kategorisasi data disesuaikan dengan representasi informasi yang
disajikan. Representasi untuk BTB, BTE, dan BTC disusun sesuai dengan
kebutuhan informasi yang digunakannya.
ASBN 978-979-19280-0-7 1-301Seminar Nasional Industrial Services 2009
Jurusan Teknik Industri Untirta, Cilegon 29 April 2009
4. Kesimpulan
Enterprises Content Management (ECM) merupakan pendekatan dalam
penanganan informasi yang dalam format yang bervariasi. Pendekatan ini merupakan salah
satu alternatif solusi dalam mengatesi keterbatasaan sistem informasi yang hanya mampu
menangani informasi dalam bentuk format yang seragam. Sistem informasi pemantauan
aktivitas manufaktur memiliki jenis format data yang dapat bervariasi schingga penerapan
ECM memungkinkan untuk dilakukan serta dapat memudahkan penanganan informasi
tersebut. Metodologi perancangan sistem pemantauan aktivitas manufaktur terbagi menjadi
3 langkah, yaitu: perancangan arsitekstur sistem, perancangan data base, dan perancangan
perangkat lunak. Penelitian ini hendaknya bisa dilanjutkan dengan memilih studi kasus
sehingga penerapan dari metodologi perancangan ini bisa terlihat.
5. Daftar Pustaka
Alfresco (2007). The Open Source Alternative for Enterprise Content Management.
‘itp://yrww.cediti,be/fileadmin/content/presentation_alfresco_par_cediti.pdf
Aribowo, Wisnu (2002), Perancangan Model dan Prototipe Perangkat Lunak Flexible Web-
based Shop Floor Control, Tugas Akhir Sarjana Departemen Teknik Industri, Institut
Teknologi Bandung.
Barkmeyer, E. J., T.H. Hoop, M. J. Pratt (1995), SIMA Background Study Requisite
Element, Rational, and Techology Overview for the System Integration for
Manufacturing Applications (SIMA) Program, NISTIR. 5662, National Institute of
Standard and Technology, Springfield, VA, Amerika Serikat.
Bedworth, David D. dan Bayley, James E. (1987), Integrated Production Control Systems,
Edisi Kedua, John Wiley & Sons, Singapura,
Fisher dan Sheth (2007), Semantic Enterprise Content Management,
http://knoesis, wright.edu/library/download/SemanticEnterpriseContent Managment
pdt
Munkvold, B.E., Paivarinta, T., Hodne, A.K., dan Stangeland, E. (2003), Contemporary
Issues of Enterprise Content Management: The Case of Statoil. Proceedings of the
11th European Conference of Information Systems (ECIS 2003). 2003. Naples, Italy.
Oracle (2007), Oracle Enterprise Content Management Suite,
www. oracle.com/products/middleware/content-management/docs/enterprise-content-
management-suite.pdf
Risca, Muhammad dan Samopa Febriliyan (2006), Management Internet Content di
Bidang Perbankan dan Integrasi Aplikasi Email untuk Mendukung Enterprise
Information Portal Eksekutif. Proceeding Seminar Tugas Akhir Institut Teknologi
Surabaya, Surabaya.
Reimer, J. A., 2002, Enterprise Content Management. www.datenbank-
Spektrum. de/pdfidbs-04-17. pdf
Scheer, August W. (1992), Computer Integrated Manufacturing, Toward the Factory of
the Future, Springer-Verlag, Jerman,
Smith, Heather A. dan McKeen, James D. (2003), Development in Practice VII:
Enterprise Content Management, Communications of the Association for Information
Systems, Vol 11, halaman 647-659.
Ulrich K., (2006). Enterprise Content Management www.scribd.com/group/70384-
enterprise-content-management
ISBN 978-979-19280-0-7 T1-302