Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

GIZI OLAHRAGA

DISUSUN OLEH :

NAUFAL HANIF
NPM : 20190099

DOSEN PENGAMPUH :

FAISAL MANDALA SIREGAR, M.PD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DEHASEN
BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah akhirnya Kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “gizi olahraga. Shalawat dan salam kami mohonkan
kepada Allah untuk nabi Muhammad SAW, yang telah membawa pembaharuan di tengah-tengah
kebodohan manusia menuju zaman yang penuh kemajuan.

Makalah ini di susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah gizi olahraga.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa makalah ini kami berusaha mengupas penjelasan
tentang gizi olahraga. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah
membekali kami dengan berbagai ilmu gizi.

Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, Kami minta maaf yang
sebesar-besarnya. Kami yakin bahwa makalah ini tidak semuanya sempurna, maka Kami
menerima kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Dan Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menerima hasil
yang diharapkan.

Bengkulu, 26 oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang..................................................................................... 1

B.     Rumusan masalah... ..............................................................................2

C.     Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II. PEMBAHASAN

1.      Pengertian gizi...................................................................................... 6

2.      Macam-macam zat gizi........................................................................7

3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi..............................................10

4.      Penilaian status gizi (Antropometri).... ..................................................13

5.      Klasifikasi status gizi. ..........................................................................13

6.      Kebutuhan energi................................................................................15

BAB III. PENUTUP

A.     Kesimpulan........................................................................................ 20

B.     Saran................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Untuk mencapai prestasi olahraga yang tinggi,peningkatan kualitas manusia Indonesia


juga perlu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Banyak cabang olahraga yang selain
menuntut kondisi fisik yang prima juga menuntut atlet-atlet yang cerdas. Bila kita bandingkan
dengan negara-negaralain, kondisi kita masih memerlukan perbaikan yang besar dalam aspek
konsumsi protein hewani yang terdapat dalam telur, susu, dan daging. Karena itu, bila tidak
dimulai langkah-langkah sistematis untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, melalui
perbaikan kesejahteraan ekonominya, tidak sampai satu generasi lagi, masyarakat Singapura dan
Malaysia akan lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih cerdas dari masyarakat kita. Dan akan lebih
berpeluang untuk mencapai prestasi olahraga di tingkat dunia. Memang prestasi peradaban suatu
masyarakat negara sering dikaitkan dengan pencapaian prestasi olahraganya. Masalah gizi yang
tidak seimbang masih merupakan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh
pemerintah, walaupun penyebab masalah itu sendiri pada dasarnya sangat sederhana yaitu tidak
sesuainya intake (konsumsi) makanan terhadap kebutuhan makan seseorang. Masalah gizi yang
tidak berimbang ini menyebabkan berkurangnya ketahanan tubuh, berkurangnya kecerdasan dan
menjadikan pertumbuhan yang abnormal. Jadi masalah sebenarnya adalah masyarakat atau
keluarga belum mengatahui cara menilai status gizi atau juga belum mengetahui pola
pertumbuhan badan, sepertinya masyarakat atau keluarga hanya tahu bahwa ia harus diberikan
makan setiap harinya.
Status gizi dapat diartikan sebagai ukuran keberhasilan seseorang dalam pemenuhan
nutrisi untuk tubuh yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badannya. Selain itu status
gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Pengukuran status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan
pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet. Status gizi juga diartikan sebagai
keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (“intake”) zat gizi dan
jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis:
(pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya).

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana peranan gizi terhadap pencapaian prestasi olahraga?
C.     Tujuan
      Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan
gizi terhadap pencapaian prestasi olahraga
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Gizi

Pengetahuan gizi merupakan pemahaman masyarakat tentang pemilihan bahan makanan


sehat serta fungsinya bagi tubuh yang dinilai berdasarkan jawaban responden terhadap
pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kuesioner (Kartasapoetra, 2008:3).

Pengetahuan tentang pentingnya gizi dipengaruhi oleh 3 kenyataan, yaitu:


1.Setiap gizi yang cukup adalah pentingnya bagi kesehatan dan kesejahteraan.
2.Setiap orang hanya akan cukup jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal, pemeliharaan dan energi.
3.Gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar dengan
menggunakan pangan dengan lebih baik bagi kesejahteraan (Suharjo, 1986).

Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan
baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan
konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status
gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status
gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat
gizi essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi dalam
jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan (Almatsier, 2004).

Semakin tinggi gizi seseorang akan semakin memperhitungkan jenis dan makanan yang
dipilih untuk dikonsumsi. Orang yang pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilih
makanan yang menarik panca indra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai gizi
makanan. Sebaiknya mereka yang semakin tinggi pengetahuannya, lebih banyak
mempergunakan dan mempertimbangkan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan
yang bergizi bagi keluarga (Djumadias, 1990).
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri, biokimia
dan riwayat diet (Kartasapoetra, 2008:15).

Status gizi juga diartikan sebagai keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan
antara jumlah asupan (“intake”) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh
untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliha-raan
kesehatan, dan lainnya).
2.      Macam-Macam Zat Gizi
Macam-macam zat gizi yang harus dikonsumsi seorang adalah yang mengandung
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, air dan serat yang cukup. Maka kebutuhan gizi
atlet bolavoli adalah sebagai berikut:

a.       Karbohidrat  
Karbohidrat adalah suatu atau beberapa senyawa kimia termasuk gula, pati dan serat yang
mengandung atom C, H dan O dengan rumus kimia Cn (HO)n. Karbohidrat merupakan senyawa
sumber energi utuma bagi tubuh. Kira-kira 80% kalori yang didapat tubuh berasal
dari karbohidrat (Irianto 2006:6).

Secara umum fungsi karbohidrat adalah sebagian sumber energi pertama digunakan oleh
tubuh pada saat tubuh mulai bergerak. Pada proses pencernaan karbohidrat mengelami proses
hidrolisis baik dalam mulut, lambung maupun usus. Hasil akhir proses pencernaan karbohidrat
adalah Glukosa, fruktosa, galaktosa, serta monosakarida lainnya. Senyawa-senyawa kemudian
diabsorbsi melalui dinding usus dan dibawa kehati oleh darah.

Orang dewasa dengan aktivitas sedang memerlukan karbohidrat rata-rata 12


gramfKgBB/hari, sedangkan kebutuhan minimal setiap orang 50-100 gr/hari. Para pekerja berat
atau olahragawan yang melakukan latihan berat, kebutuhan karbohidrat bisa mencapai
9-l0gr/KgBB/hari atau kira-kira 70% dari kebutuhan energi keseluruhan setiap hari.

Sumber utama karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-


kacang kering dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie. roti, tepung-tepungan,
selai, sirup, dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak mengandung
karbohidrat. Sayur umbi-umbian, seperti wortel dan bit serta sayur kacang-kacangan relative
lebih banyak mengandung karbohidrat dari pada sayur daun-daunan. Bahan makanan hewani
seperti daging, ayam, ikan, telur dan susu sedikit sekali mengandung karbohidrat. Sumber
karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung,
ubi, singkong, talas, dan sagu (Almatsier, 2004:44).

b.      Lemak
Lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali energi
yang dihasilkan karbohidrat. Namun, lemak merupakan sumber energi yang tidak ekonomis
pemakaiannya. Oleh karena metabolisme lemak menghabiskan oksigen lebih banyak dibanding
karbohidrat. Lemak atau trigliserida di dalam tubuh diubah menjadi asam lemak dan gliserol.
Selain penghasil energi, lemak merupakan alat pengangkut vitamin yang larut dalam lemak dan
sebagai sumber asam lemak yang esensial, misalnya asam lemak linoleat. Olahraga endurance
merupakan olahraga yang dilakukan dengan intensitas rendah sampai sedang (submaksimal) dan
berlangsung dalam waktu lama.

Lemak merupakan sumber energi yang penting untuk kontraksi otot selama olahraga
endurance. Sumbangan lemak sebagai energi untuk kontraksi otot tergantung dari intensitas dan
lamanya latihan olahraga. Olahraga dengan intensitas rendah dan sedang serta dilakukan dalam
jangka waktu lama, energi yang dibebaskan selain karbohidrat, kebanyakan berasal dari lemak.
Lemak yang dapat dioksidasi sebagai sumber energi terdiri atas trigliserida, asam lemak bebas
dan trigliserida intra muskular.

Asam lemak bebas yang terikat dengan albumin di dalam darah hasil metabolisme
dari jaringan lemak merupakan sumbangan yang besar pada metabolisme lemak saat otot
berkontraksi. Sedangkan asam lemak bebas yang terikat dengan albumin di dalam darah hasil
metabolisme dan trigliserida intra muskular dan trigliserida plasma selama kontraksi otot tidak
diketahui secara jelas. Kontraksi otot terjadi karena adanya energi hasil beta oksidasi asam lemak
bebas dan reaksi biokimiawi dalam jalur Kreb’s yang berasal dari lipolisis jaringan lemak. Otot
mendapatkan asam lemak bebas dan menggunakannya dalam bentuk energi biasanya ditentukan
oleh konsentrasi lemak dalam darah dan kemampuan otot untuk oksidasi asam lemak.

Peningkatan kadar asam lemak bebas dalam darah dan penggunaannya oleh otot dapat
mengurangi penggunaan glikogen dan glukosa darah. Kadar asam lemak biasanya memuncak
setelah 2-4 jam aktifitas olahraga. Trigliserida intra muskular dapat juga digunakan oleh otot
untuk berkontraksi. Trigliserida intra muskular dipercaya lebih penting pada awal kontraksi otot
dan selama olahraga dengan intensitas tinggi, dimana lipolisis jaringan lemak untuk
pembentukan energi masih terhambat.

Untuk memelihara keseimbangan fungsinya, tubuh memerlukan lemak 0.5 s/d 1


gr/KgBB/hari. Latihan olahraga meningkatkan kapasitas otot dalam menggunakan lemak sebagai
sumber energi. Peningkatan metabolisme lemak pada waktu melakukan kegiatan olahraga yang
lama mempunyai efek “melindungi” pemakaian glikogen dan memperbaiki kapasitas ketahanan
fisik. Walaupun demikian, konsumsi dan lemak dianjurkan tidak lebih dari 30% total energi/hari.

Sumber lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang
tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak
daging dan ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging dari ayam
gemuk, krim, susu, keju dan kuning telur, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau
minyak. Sayur dan buah (kecuali apokat) sangat sedikit mengandung lemak.

c.       Protein
Protein dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari dapat berasal dari hewani maupun
nabati. Protein yang berasal dari hewani seperti daging, ikan, ayam, telur, susu, dan lain-lain
disebut protein hewani, sedangkan protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang-
kacangan, tempe, dan tahu disebut protein nabati. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, pembentukan otot, pembentukan sel-sel darah merah, pertahanan tubuh terhadap
penyakit, enzim dan hormon, dan sintesa jaringan-jaringan badan lainnya. Protein dicerna
menjadi asam-asam amino, yang kemudian dibentuk protein tubuh di dalam otot dan jaringan
lain.
Protein dapat berfungsi sebagai sumber energi apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak
mencukupi seperti pada waktu latihan fisik intensif. Sebaiknya, kurang lebih 15% dari total
kalori yang dikonsumsi berasal dari protein.
Secara umun kebutuhan protein adalah 0.8 sampai 1.0 gram/KgBB/hari, tetapi bagi
mereka yang bekerja berat kebutuhan protein bertambah. Atlet dari olahraga yang memerlukan
kekuatan dan kecepatan perlu mengkonsumsi 1.2-1.4 gram/KgBB/hari. Jumlah protein tersebut
dapat diperoleh dari diet yang mengandung 12-15% protein.

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun
mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang
kedelai dan hasilnya, seperti tempe, dan tahu, serta kacang-kacangan lain.

d.       Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang diperoleh oleh tubuh dalam jumlah sedikit untuk
mengetur fungsi-fungsi tubuh yang spesifik, seperti pertumbuhan normal, memelihara kesehatan
dan reproduksi. Vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh, dan harus diperoleh dari bahan
makanan.

Fungsi vitamin adalah:


1.      Memelihara jaringan epitel termaksuk kulit dan slaput-selaputnya
2.      Memacu pertumbuhan
3.      Reproduksi
4.      Memelihara kesehatan dan kekuatan tubuh
5.      Stabilitas system syaraf
6.      Penambah selera makan
7.      Membantu proses pencernaan
8.      Sebagai antioksidan yakni untuk menghindarkan terjadinya redikal bebas

e.       Mineral
Mineral adalah zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit untuk
membantu reaksi fungsional tubuh.

Fungsi mineral adalah:


1.      Menyediakan bahan sebagai komponen penyusun tulang dan gigi
2.      Membantu fungsi organ, memelihara irama jantung, kontraksi otot, dan keseimbangan
asam basa
3.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dapat dibagi dua, yaitu faktor dari dalam
(internal), yaitu : 1. usia atau umur, 2. kondisi fisik dan 3. masalah infeksi. Faktor dari luar
(eksternal) terdiri dari : 1. pendapatan, 2. pendidikan, 3. pekerjaan dan 4. budaya.

1.      Faktor Internal
a.       Usia atau Umur

Usia atau umur akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang
tua dalam pemberian nutrisi pada anak (Nursalam, 2001). Umur adalah rentang kehidupan yang
diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa
Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam
tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004).
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun merupakan saat terbaik untuk hamil dan
bersalin. Karena pada usia ini biasanya organ-organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan
belum ada penyakit-penyakit degenerative sepertyi darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta daya
tahan tubuh masih kuat (Dini Kasdu, dkk, 2001). Umur sangat berpengaruh terhadap status gizi
seseorang, khususnya usia 20-25 tahun merupakan usia yang paling baik untuk berprestasi.

b.      Kondisi Fisik
Harsono (1988:153), mengemukakan bahwa kondisi fisik memegang peranan penting
pada atlet pada waktu mengikuti program latihan, maupun pada saat bertanding. Program latihan
kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis, agar terwujud tingkat kesegaran
jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan
atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Menurut Sajoto (1988:57), komponen kondisi fisik
adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen kesegaran jasmani dan komponen
kesegaran motorik dari seorang atlet atau olahragawan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa profil kondisi fisik adalah gambaran tentang keadaan yang terdapat pada diri seorang atlet
yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi atlet.
Seseorang yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya
memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak
yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi
digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).

c.       Masalah Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Santoso, 1999). Infeksi merupakan hasil interaksi
antara mikroorganisme dengan inang rentan yang terjadi melalui suatu transmisi baik melalui
darah, udara atau kontak langsung. lnfeksi adalah kolonisasi yang dilakukan oleh spesies asing
terhadap organisme inang, dan bersifat membahayakan inang. Penyakit yang termasuk golongan
dalam kelompok biotis (biologik), maka penyakit yang ditimbulkannya disebut dengan nama
penyakit infeksi (infectious diseases). Penyebab penyakit yang termasuk golongan biologik dapat
berupa jasad renik (mikro organisme) dan atau yang bukan jasad renik baik yang berasal
dari hewan (fauna) dan ataupun yang berasal dari tumbuhan (flora). Contohnya adalah metazoa
(artropoda dan hekmintes), protozoa, bakteria, riketsia, virus, dan jamur. Penyakit infeksi ini ada
yang bersifat menular (communicable diseases) dan ada pula yang tidak menular (non
communicable disieases).

2.      Faktor Eksternal
a.       Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut.
Krisis yang melanda perekonomian Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah
berpengaruh negatif terhadap kondisi perekonomian secara menyeluruh dan khususnya terhadap
kesejahteraan penduduk. Kondisi ini menyebabkan sebagian masyarakat tidak mampu
mengakses pangan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap keadaan gizi terutama anak balita
serta ibu hamil dan ibu menyusui. Di negara berkembang, kesakitan dan kematian pada anak
balita banyak dipengaruhi oleh keadaan gizi (Supariasa, 2001 : 184).
b.      Pendidikan
Pendidikan tentang gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang
tua atau masyarakat untuk mewujudkan keluarga dengan status gizi yang baik. Sebagian besar
pendidikan ibu dan ayah berada pada tingkat SD/ sederajat. Hasil penelitian ternyata 50.6% ibu
di Indonesia hanya tamat SD, bahkan masih ada ibu dan ayah yang tidak sekolah (6.8% dan
4.5%).
c.       Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu
akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Sementara ibu lebih banyak yang tidak
bekerja (74.8%) dan ayah lebih banyak yang bekerja (97.7%).

4.      Penilaian Status Gizi (Antropometri)


Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung menurut Supariasa (2001) dapat dilakukan dengan: 1.
Antropometri, 2. klinis, 3. bio kimia, 4. bio fisik.
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropornetri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
keseimbangan asupan protein dan energi.
Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, seperti kulit, mata, rambut,
dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan antara
lain darah, urine, tinja dan beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penilaian status gizi
secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemamapuan fungsi dan
melihat perubahan struktur dari jaringan.

5.      Klasifikasi Status Gizi


Klasifikasi di atas berdasarkan parameter antropometri yang dibedakan atas:

1) Berat Badan / Umur


Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya
kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1.
2) Tinggi Badan / Umur
Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya
kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1.
3) Berat Badan / Tinggi Badan
Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap tinggi badan yang hasilnya kemudian
dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1
4) Lingkar Lengan Atas / Umur
Lingkar lengan atas (LILA) hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang dan gizi
baik dengan batasan indeks sebesar 1,5 cm/tahun.
5) Parameter Berat Badan / Tinggi Badan banyak digunakan karena merniliki kelebihan:
1) Tidak memerlukan data umur
2) Dapat membedakan proporsi badan ( gemuk, normal, kurus)
6) Menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan kategori Z-
Score diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
1) Gizi Buruk (Sangat Kurus)    : <-3 sd="" span="">
2) Gizi Kurang (Kurus)                         : -3SDs/d<-2sd span="">
3) Gizi Baik (Normal)               : -2SDs/d+2SD
4) Gizi Lebih (Gemuk)              : >+2S
The World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The National Institute of
Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on Guidelines for Overweight in
Adolescent Preventive Services merekomendasikan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa
Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja di atas usia 2 tahun.
IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Quatelet (berat
badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2)). Interpretasi
IMT tergantung pada umur dan jenis kelamin anak, karena anak lelaki dan perempuan memiliki
lemak tubuh yang berbeda. 18 Berbeda dengan orang dewasa, IMT pada anak berubah sesuai
umur dan sesuai dengan peningkatan panjang dan berat badan. Baru-baru ini The Centers for
Disease Control (CDC) mempublikasikan kurva IMT. TMT dapat diplotkan sesuai jenis kelamin
pada kurva pertumbuhan CDC untuk anak berusia 2-20 tahun.45,5 1.
IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi
dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang
mempunyai risiko mendapat komplikasi medis. IMT mempunyai keunggulan utama yakni
menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam penelitian
populasi berskala besar 47,50 Pengukurannya hanya membutuhkan 2 hal yakni berat badan dan
tinggi badan, yang keduanya dapat dilakukan secara akurat oleh seseorang dengan sedikit
latihan. Keterbatasannya adalah rnembutuhkan penilaian lain bila dipergunakan secara
individual.
Salah satu keterbatasan IMT adalah tidak bisa membedakan berat yang berasal
dari lemak dan berat dari otot atau tulang. IMT juga tidak dapat mengidentifikasi distribusi
dari lemak tubuh. Sehingga beberapa penelitian menyatakan bahwa standar cut off point untuk
mendefinisikan obesitas berdasarkan IMT mungkin tidak menggambarkan risiko yang sama
untuk konsekuensi kesehatan pada semua ras atau kelompok etnis.
Klasifikasi IMT terhadap umur adalah sebagai berikut :

Table 2.1 Norma Perhitungan IMT

Status Gizi Laki-laki Perempuan


Kurus <20 .1="" <18 .7=""
span=""> span="">
Normal 20.1 – 25.0 18.7 – 23.8
Obesitas >30 >28.6
Rata-rata 22.0 20.8
      
     
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Status gizi dapat diartikan sebagai ukuran keberhasilan seseorang dalam pemenuhan
nutrisi untuk tubuh yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badannya. Selain itu status
gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Pengukuran status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan
pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet. Status gizi juga diartikan sebagai
keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (“intake”) zat gizi dan
jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis:
(pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya).

IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dengan
massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang
mempunyai risiko mendapat komplikasi medis. IMT mempunyai keunggulan utama yakni
menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam penelitian
populasi berskala besar.

B.     Saran
Makanan untuk seorang atlet harus mengandung zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan
untuk aktifitas sehari-hari dan olahraga. Makanan harus mengandung zat gizi penghasil energi
yang jumlahnya tertentu. Selain itu makanan juga harus mampu mengganti zat gizi dalam tubuh
yang berkurang akibat digunakan untuk aktifitas olahraga. Besarnya kebutuhan energi tergantung
dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan
beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut yaitu basal metabolic
rate (BMR), specific dynamic action (SDA), aktifitas fisik dan faktor pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Abunain Djumadias, 1990, Aplikasi Antropometri sebagai Alat Ukur Status Gizi, Puslitbang Gizi
Bogor.

Arikunto Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Edisi Revisi V

Depkes RI. 2004. Gizi Atlet untuk Prestasi. Jakarta

Dewi Rosmala (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Medan.

Irianto Djoko P. ( 2006 6) Panduan gizi lengkap Keluarga Dan Olahragawan. Penerbit Andi
Yogyakara, 2007

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai