Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“PROFESIONALISME DALAM PENGELOLAAN


MADRASAH”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Kapita Selekta PAI”

Dosen Pengampu:
Drs. Naf’an Abu Mansyur, M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Eka Febriyani Jauharoh (2022580102235)
2. Wafi Zaro (2020580102146)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


MASKUMAMBANG
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji kami haturkan kepada Allah, tuhan semesta alam yang
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta taufik-Nya sehingga kami
dalam keadaan sehat wal afiyat. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
limpahkan terhadap Nabi Muhamad SAW.
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas suksesnya penyusunan makalah
ini. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Kapita Selekta PAI”,
karena itu kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang terkait, terutama
dosen pembimbing, orang tua kami dan sahabat yang telah berpartisipasi demi
terselesaikannya makalah ini sehingga penyusunan makalah ini berjalan dengan
lancar selasai tepat waktu.
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurang baik dalam segi tulisan maupun kata-kata, oleh karena itu kami mohon
saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah ini untuk kesempurnaan
terutama ilmu kami.

Gresik, 11 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Pandangan islam tentang profesionalisme ....................................... 3
B. Cara menerapkan Profesionalisme Pendidikan
Dalam Pengelolaan Madrasah ......................................................... 4
C. Cara untuk meningkatkan mutu madrasah ...................................... 7
D. Fungsi dan komponen dari manajemen sekolah ............................. 10
E. Tujuan Pengelolaan Madrasah ....................................................... 16
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 18
A. Simpulan .......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha
yang dapat dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian
kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Definisi pengelolaan oleh para ahli
terdapat perbedaan-perbedaan. Hal ini disebabkan karena para ahli meninjau
pengertian dari sudut pandang yang berbeda-beda. Ada yang meninjau
pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang meninjau
pengelolaan dari segi suatu kesatuan, namun jika dipelajari pada prinsipnya
definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan.
Pengelolaan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata “kelola” yang berarti mengendalikan, menyelenggarakan. Kemudian
mendapat imbuhan pe-an yang dapat diartikan dengan proses yang
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.1 Mengutip buku karya Suharsimi
Arikunto, pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”.
Terbawa oleh derasnya arus penambahan kata pungut ke dalam Bahasa
Indonesia, istilah Inggris tersebut lalu diindonesiakan menjadi manajemen.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, pengaturan
dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi
manajemen. Jadi manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan melalui aspek-aspeknya antara lain planning,
organizing, actuating dan controlling.2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pandangan islam tentang profesionalisme?
2. Bagaimana Cara menerapkan Profesionalisme Pendidikan Dalam
Pengelolaan Madrasah?
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai
Pustaka, 1994), 1043.
2
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Sebuah Pendekatan Evaluatif (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 1996), 7.

1
3. Apa Cara untuk meningkatkan mutu madrasah?
4. Apa Fungsi dan ruang lingkup dari manajemen sekolah?
5. Bagaimana Tujuan Pengelolaan Madrasah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pandangan islam tentang profesionalisme
2. Untuk mengetahui Cara menerapkan Profesionalisme Pendidikan Dalam
Pengelolaan Madrasah
3. Untuk mengetahui Cara untuk meningkatkan mutu madrasah
4. Untuk mengetahui Fungsi dan ruang lingkup dari manajemen sekolah
5. Untuk mengetahui Tujuan Pengelolaan Madrasah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Islam tentang Profesionalisme


Pekerjaan (profesi adalah pekerjaan) menurut islam harus dilakukan
karena Allah. “Karena Allah” maksudnya adalah karena diperintahkan Allah.
Jadi, profesi dalam islam harus dijalani karena merasa bahwa itu adalah
perintah Allah. Dalam kenyataannya pekerjaan itu dilakukan untuk orang lain,
tetapi niat yang mendasarinya adalah perintah Allah. Dari sini kita mengetahui
bahwa pekerjaaan profesi di dalam islam dilakukan untuk atau sebagai
pengabdian kepada dua objek, yaitu: pengabdian kepada Allah dan sebagai
pengabdian atau dedikasi kepada manusia atau kepada yang lain sebagai objek
pekerjaaan itu. Jelas pula bahwa kriteria “pengabdian” dalam islam lebih kuat
dan lebih mendalam dibandingkan dengan pengabdian dalam kriteria yang
diajarkan diatas tadi. Pengabdian dalam islam, selain demi kemanusiaan, juga
dikerjakan demi Tuhan, jadi unsur transenden ini dapat menjadikan
pengalaman profesi dalam islam lebih tinggi nilai pengabdiannya
dibandingkan dengan pengalaman profesi yang tidak didasari oleh keyakian
iman kepada Tuhan.
Dalam islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional,
dalam arti harus dilakukan secara benar. Itu hanya mungkin dilakukan oleh
orang yang ahli. Rasulullah SAW, mengatakan bahwa: “ bila suatu urusan
dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka tunggulah kehancuran”.
“Kehancuran” dalam hadits ini dapat diartikan secara terbatas dan dapat
diartikan secara luas. Bila seorang guru mengajar tidak dengan keahlian, maka
yang “hancur” adalah muridnya. Ini dalam pengertian yang terbatas. Murid-
murid itu kelak mempunyai murid lagi dan murid-murid itu kelak berkarya,
kedua-duanya dilakukan dengan tidak benar (karena telah dididik tidak benar),
maka akan timbullah “kehancuran”. Kehancuran apa? Ya, kehancuran orang-
orang yaitu murid-murid itu, dan kehancuran sistem ini kebenaran karena
mereka mengajarkan pengetahuan yang dapat saja tidak benar. Ini kehancuran
dalam arti luas. Maka benarlah apa yang diajarkan Nabi: Setiap pekerjaan

3
(urusan) harus dilakukan oleh orang yang ahli. “Karena Allah” saja tidaklah
cukup untuk melakukan suatu pekerjaan. Yang mencukupi ialah “karena
Allah” dan “keahlian”. Dengan uraian yang singkat itu jelaslah pandangan
islam tentang profesi, bahkan juga pandangan islam tentang profesionalisme.
Islam mementingkan profesionalisme. Akan tetapi, bagaimana penerapan
profesionalisme ini dalam masyarakat islam sekarang, khususnya dalam
bidang pengelolaan sekolah.

B. Cara menerapkan Profesionalisme Pendidikan Dalam Pengelolaan


Madrasah
1) Peningkatan Mutu Madrasah melalui profesionalisme
Profesionalisme berarti suatu pandangan bahwa suatu keahlian
tertentu diperlukandalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya
diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus.
Terdapat persyaratan yang harus dipenuhi dalam tugas professional
sebagaimana dikemukakan oleh Houton sebagai berikut :
a. Profesi harus dapat memenuhi kebutuhan social berdasarkan atas
prinsip-prinsip ilmiah yang dapat diterima oleh masyarakat
b. Harus diperoleh melalui latihan cultural dan professional yang cukup
memadai.
c. Menguasai perangkat ilmu pengetahuan yang sistematis dan
kekhususan (spesialisasi).
d. Harus dapat membuktikan skill yang diperlukan masyarakat dimana
kebanyakan orangtidak memiliki skill tersebut, yaitu skill sebagian
merupakan pembawaan dan sebagian merupakan hasil belajar.
e. Memenuhi syarat-syarat penilaian terhadap penampilan dalam
pelaksanaan tugas dilihat dari segi waktu dan cara kerja.
f. Harus dapat mengembangkan teknik-teknik ilmiah dari hasil
pengalaman yang teruji.
g. Merupakan tipe pekerjaan yang memberikan keuntungan yang hasil-
hasilnya tidak dibakukan berdasarkan penampilan dan elemen waktu.
h. Merupakan kesadaran kelompok yang dipolakan untuk memperluas

4
pengetahuan yang ilmiah menurut bahasa teknisnya.
Jadi, profesionalisme dalam pendidikan tidak lain adalah
seperangkat fugnsi dan tugas lapangan pendidikan. Berdasarkan keahlian
yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus dibidang pekerjaan
yang mampu mengembangkan kekayaannya itu secara ilmiah di samping
mampu menekuni bidang profesinya selama hidupnya. Mereka itu adalah
para guru yang professional yang memiliki kompetensi keguruan berkat
pendidikanatau latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka waktu
tertentu.
Disamping tugas keguruan, merekapun mampu bertugas dalam
manajemen kelas dalam rangka proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien.
Perangkat tenaga professional lainnya ialah kepala sekolah/madrasah
yang dibantu dengan staf yangharus professional juga dibidang
administrasi atau manajemen sekolah. Sebagaimana kepala sekolah, selain
professional memiliki kompetensi keguruan, iapun harus juga memiliki
leadership yang sesuai dengan tuntutan sekolah dan masyarakat sekitar.
Madrasah merupakan lembaga kependidikan Islam yang menjadi
cermin sebagai umat Islam. Fungsi dan tugasnya adalah merealisasikan
cita-cita umat Islam. Fungsi dan tugasnya adalah merealisasikan cita-cita
umat Islam yang menginginkan agar anak-anaknya dididik menjadi
manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan. Dalam rangka upaya
meraih hidup sejahtera duniawi dan kebahagiaan hidup di akhirat. Untuk
mencapai tujuan itu diperlukan profesionalisme.
2) Kondisi Madrasah sebagai Lembaga Pendidikan Formal
Lembaga pendidikan dalam bentuk madrasah sudahada sejak agama
Islam berkembang di Indonesia. Madrasah itutumbuhdan berkembang dari
bawah dalam arti masyarakat (umat) yang didasari oleh rasa tanggung
jawab untuk menyampaikan ajaran Islam kepada generasi penerus. Karena
itu madrasah pada waktu itu lebih menekankan pada pendalaman ilmu-
ilmu Islam.

5
Madrasah dalam bentuk tersebut tercatat dalam sejarah bahwa
keberadaannya telah berperan serta dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah mengambil
langkah-langkah untukmengadakan penyempurnaandan peningkatan mutu
masyarakat. Penyempurnaan dan peningkatan mutu pendidikan madrasah
sejalan dengan laju perkembangan dan aspirasi madrasah itu meliputi;
penataan kelembagaan, peningaktan sarana dan prasarana, kurikulum dan
tenaga guru.
Lembaga pendidikan dalam bentuk madrasah jumlahnya cukup
banyak tetapi yang terbesar adalah berstatus swasta yaitu lebih kurang
96,4%, sedangkan yang berstatus negeri hanya ± 3,6%.
3) Posisi dan Strategi Pengelolaan Madrasah SKB 3 Menteri
Di Indonesia, madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam dalam
proses perkembangannya telah mengalami strategi pengelolaan dengan
tujuannya yang berubah disesuaikan dengan tuntutan zaman. Pada zaman
sebelum proklamasi Kemerdekaan, madrasah dikelola untuk tujuan
idealisme ukhrawi semata yang mengabaikan tujuan hidup duniawi,
sehingga posisi jauh berbeda dengan system sekolah yang didirikan oleh
pemerintah colonial Belanda yang hanya mengarahkan program-
programnya kepada intelektualisasi anak didiknya guna memenuhi
tuntutan hidup sekuler.
Strategi pengelolaan madrasah demikian itu mendorong kea rah
posisi yang kurang menguntungkan bagi masa depan perkembangannya.
Karena itu seiring dengan tuntutan kemajuan masyarakat setelah
proklamasi Kemerdekaan 1945, madrasah yang eksistensinya tetap
dipertahankan dalam masyarakat, bangsa, diusahakan agar strategi
pengelolaannya semakin mendekati system pengelolaan sekolah umum.
Sebaliknya, sekolah umum harus semakin dekat kepada pendidikan
agama.
Sampai saat ini madrasah terjamin eksistensinya dibawah
pengelolaan tiga buah Departemen (Agama, Pendidikan dan Kebudayaan
dan dalam Negeri). Dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang system

6
pendidikan Nasional (UU No. 2/1989) madrasah tetap diberi napas untuk
hidup berkembang, justru secara histories lembaga ini beserta pondok
pesantrennya telah berjasa ikut mencerdaskan kehidupan bangsa
Indonesia.
4) Pengelolaan Berdasarkan Profesionalisme dan Kompetensi
Profesionalisme pada hakikatnya adalah orientasi kerja yang
bertumpu pada kompetensi. Dalam kongres guru se-Dunia ke-27 tanggal
26 Juli s.d. 2 Agustus 1978 yang lalu, masalah profesi guru diseluruh
Negara non-komunis menjadi topic utama yang dibahas secara luas dan
mendalam demi kepentingan profesi guru untuk menyongsong hari esok.
Seluruh Negara peserta dari 57 negara itu sepakat bahwa pendidikan harus
dikelola oleh guru yang professional. Karena masyarakat makin modern
yang menuntut professional dalam bidang-bidang tugas kekayaan
pendidikan pada khususnya.
Dalam pengembangan profesionalisme pendidikan tersebut
diperlukan pemantapan kompetensi keguruan. Kompetensi itu tergambar
di dalam pelaksanaan tugas guru sehari-hari yang bercirikan pada tiga
kemampuan professional seperti ditujuan pada diagram di bawah ini, yang
disebut the teaching triangle.
Lingkungan tugas pendidikan madrasah diperlukan juga
profesionalisme kependidikan yang lebih berkualitas tinggi daripada yang
berada di sekolah-sekolah umum. Mengingat guru di madrasah
mengandungkonotasi moralitas dan nilai-nilai Islami di tengah
masyarakat luas. Walaupun guru yang bersangkutan hanya mengajarkan
ilmu pengetahuan duniawi. Guru madrasah tidak hanya menjadi pengajar
ilmu pengetahuan agama dan umum di kelas, tetapi ia juga sebagai norma-
drager (pembawa norma) agamanya di tengah masyarakat.

C. Peningkatan Mutu Madrasah


Istilah profesionalisme berasal dari profession. Profession
mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus.

7
Dengan kata lain, profesi dapat diartikan sebagai suatu bidang keahlian yang
khusus untuk menangani lapangan kerja tertentu yang membutuhkannya.
Profesionalisme berarti suatu pandangan bahwa suatu keahlian
tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya
diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus.
Terdapat persyaratan yang harus dipenuhi dalam tugas professional
sebagai mana dikemukakan oleh Houton sebagai berikut:
1. Profesi harus dapat memenuhi kebutuhan sosial berdasarkan atas prinsip-
prinsip ilmiah yang dapat diterima oleh masyarakat dan prinsip-prinsip itu
telah benar-benar well-establised.
2. Harus diperoleh melalui latihan kultural dan professional yang cukup
memadai.
3. Menguasai perangkat ilmu pengetahuan yang sistematis dan kekhususan
(spesialisasi).
4. Harus dapat membuktikan skill yang diperlukan masyarakat dimana
kebanyakan orang tidak memiliki skill tersebut yaitu skill sebagian
merupakan pembawaan dan sebagian merupakan hasil belajar.
5. Memenuhi syarat-syarat penilaian terhadap penampilan dalam pelaksanaan
tugas dilihat dari segi waktu dan cara kerja.
6. Harus dapat mengembangkan teknik-teknik ilmiah dari hasil pengalaman
yang teruji.
7. Merupakan tipe pekerjaan yang memberikan keuntungan yang hasil-
hasilnya tidak dibakukan berdasarkan penampilan dan elemen waktu.
8. Merupakan kesadaran kelompok yang dipolakan untuk memperluas
pengetahuan yang ilmiah menurut bahasa teknisnya.
9. Harus mempunyai kemampuan sendiri untuk tetap berada dalam
profesinya selama hidupnya, dan tidak menjadikan profesinya sebagai batu
loncatan ke profesi lainnya.
10. Harus menunjukkan kepada masyarakat bahwa anggota-anggota
profesionalnya menjunjung tinggi dan menerima kode etik profesionalnya.

8
Jadi prefesionalisme dalam pendidikan tidak lain adalah seperangkat
fungsi dan tugas dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang
mampu mengembangkan kekaryaannya itu secara ilmiah disamping mampu
menekuni bidang profesinya selama hidupnya. Mereka itu adalah para guru
yang professional yang memiliki kompetensi keguruan berkat pendidikan atau
latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka waktu tertentu.
Disamping tugas professional keguruan, merekapun mampu bertugas
dalam menejemen kelas dalam rangka proses belajar mengajar yang efektif
dan efisien.
Perangkat tenaga kerja lainnya ialah kepala sekolah/madrasah yang
dibantu tenaga staf yang harus professional juga dibidang administrasi atau
menejemen sekolah. Sebagaimana Kepala Sekolah, selain professional
memiliki kompetensi keguruan, iapun juga harus memiliki leadership
(kepemimpinan) yang sesuai dengan tuntutan sekolah dan masyarakat sekitar.
Jadi Kepala Sekolah/madrasah seharusnya menyandang dua macam
profesi yaitu profesi keguruan dan profesi administratif (sebagai
administrator). Kedua macam profesi tersebut diperoleh melalui pendidikan
atau latihan (berijazah sekolah guru atau diploma guru) plus latihan dibidang
administrasi pendidikan dalam jangka waktu tertentu sesuai program DIKLAT
yang telah ditetapkan.
Akan janggal jika seorang kepala sekolah yang harus bertugas
memimpin sekolah tidak mempunyai pengalaman menjadi guru atau tidak
mempunyai ijazah keguruan serta sekaligus keterampilan pengelolaan
administrative sekolahnya.
Pekerjaan staf administrasi juga memerlukan profesionalisme
dibidangnya masing-masing, seperti ahli perencanaan program pendidikan,
ahli dalam bidang menejemen keuangan, ahli dalam bidang kepustakaan, ahli
dalam bidang peralatan kependidikan dan sebagainya.
Oleh karena madrasah merupakan lembaga kependidikan Islam yang
menjadi cermin sebagian umat Islam, maka fugsi dan tugasnya adalah
merealisasikan cita-cita umat Islam yang menginginkan agar anak-anaknya di

9
didik menjadi manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan dalam rangka
upaya meraih hidup sejahtera duniawi dan kebehagiaan hidup di akhirat.
Untuk mencapai tujuan itu diperlukan profesionalisme.
Oleh karena itu dilingkungan tugas kependidikan madrasah diperlukan
juga profesionalisme kependidikan yang lebih berkualitas tinggi daripada yang
berada di sekolah-sekolah umum, mengingat guru di madrasah mengandung
konotasi moralitas dan nilai-nilai Islami di tengah masyarakat luas, walaupun
guru yang bersangkutan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan duniawi. Guru
madrasah tidak hanya menjadi pengajar ilmu pengetahuan agama dan umum
di kelas, akan tetapi ia juga sebagai norma-drager (pembawa norma)
agamanya di tengah masyarakat.
Itulah sebabnya guru madrasah sebagai pemegang jabatan
professional membawa misi ganda dalam waktu bersamaan yaitu misi agama
dan misi ilmu pengetahuan, sehingga firman Allah dalam surat Mujadalah 11,
dapat direalisasikan secara harmonis

D. Fungsi Dan Komponen Dari Manajemen Sekolah


1. Fungsi dari manajemen sekolah
Pengelolaan madrasah memberikan kebebasan dan kekuasaan yang
besar pada madrasah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan
adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber
daya dan pengembangan strategi pengelolaan madrasah sesuai dengan
kondisi setempat, madrasah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru
sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugas. Keleluasaan dalam
mengelola sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat untuk
berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala madrasah dalam
peranannya sebagai manajer maupun pemimpin madrasah. Dengan
diberikannya kesempatan kepada madrasah untuk menyusun kurikulum,
guru didorong untuk berinovasi dengan melakukan eksperimentasi-
eksperimentasi di lingkungan madrasahnya.
Pengelolaan madrasah mendorong profesionalisme guru dan kepala
madrasah sebagai pemimpin pendidikan di madrasah. Melalui penyusunan

10
kurikulum elektif dan rasa tanggap madrasah. Pengelolaan madrasah
mendorong profesionalisme guru dan kepala madrasah sebagai pemimpin
pendidikan di sekolah. Melalui penyusunan kurikulum elektif, rasa
tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin
layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat
madrasah.
Pengelolaan madrasah menekankan keterlibatan maksimal berbagai
pihak, seperti pada madrasah-madrasah swasta, sehingga menjamin
partisipasi staff, orang tua, peserta didik dan masyarakat yang lebih luas
dalam perumusan-perumusan keputusan tentang pendidikan. Kesempatan
berpartisipasi tersebut dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap
madrasah. Selanjutnya, aspek-aspek tersebut pada akhirnya akan
mendukung efektivitas dalam pencapaian tujuan sekolah. Adanya kontrol
dari masyarakat dan monitoring dari pemerintah, pengelolaan madrasah
menjadi lebih akuntabel, transparan, egaliter dan demokratis, serta
menghapuskan monopoli dalam pendidikan.3
Adapun fungsi dari pengelolaan pendidikan mengikuti pada fungsi-
fungsi pengelolaan atau administrasi pada umumnya, yaitu meliputi
perencanaan, pengorgansasian, pengarahan dan pengawasan. Penjelasan
masing-masing sebagai berikut:4
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah langkah paling awal dari semua proses
rasional. Dengan kata lain sebelum melaksanakan kegiatan, langkah
pertama yang dibuat adalah perencanaan. Perencanaan pada dasarnya
merupakan suatu proses memikirkan dan menetapkan secara matang
arah tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji sebagai sumber daya dan
metode yang tepat, perencanaan mencakup kegiatan menentukan
sasaran dan alat sesuai untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan yang dibuat secara matang akan berfungsi sebagai

3
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), 25.
4
Anggun Goen, Standar Pengelolaan Pendidikan, no 5 (2017), 4.
http://goenable.woedpress.com/ diakses tanggal 02 Juli 2020.

11
kompas untuk mencapai tujuan organisasi.5
Fungsi perencanaan adalah menjelaskan dan merinci tujuan
penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan, memberikan pegangan dan menetapkan kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, organisasi
memperoleh sumber daya terbaik dan memperdayagunakan sesuai
tugas pokok fungsi yang telah ditetapkan, menjadi rujukan anggota
organisasi dalam melaksanakan aktivitas yang konsisten sesuai
prosedur dan tujuan.
Berdasarkan jangkauan waktunya, perencanaan dapat dibagi 2,
yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang.
Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaaan merupakan
penetapan pada tindakan apa yang harus dilakukan, apakah tindakan
itu harus dikerjakan, di manakah tindakan itu harus dikerjakan,
kapankah tindakan itu harus dikerjakan, siapakah yang akan
mengerjakan serta bagaimana caranya mengerjakan tindakan itu.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah proses mengatur mengalokasikan dan
mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya di antara
anggota organisasi untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian yang
tepat akan membuat posisi jelas dalam struktur dan pekerjaannya
melalui pemilihan, pengalokasian dan pendistribuan kerja yang
profesional. Untuk itu seorang manajer memerlukan kemampuan
dalam memahami sifat pekerjaan dan kualifikasi orang yang harus
mengisi jabatan.6
Fungsi pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan
dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi ke dalam fungsi
garis, staf dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan
wewenang. Memperlancar strukturnya dapat horizontal atau vertikal.
Semuanya itu mengimplementasikan rencana.
5
Saiful Sagala, Managemen Strategik Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Bandung Alfabeta,
2010), 56-57.
6
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan,
94.

12
c. Pengarahan (Directing)
Pengarahan merupakan suatu kegiatan untuk mengintegrasikan
usaha-usaha anggota dari suatu kelompok sehingga melalui tugas-
tugas mereka dapat terpenuhi tujuantujuan pribadi dan kelompoknya.
Semua usaha kelompok menghendaki pengarahan apabila ingin secara
sukses mencapai tujuan akhir kelompok tersebut.7
Fungsi pengarahan (directing) adalah kegiatan memberikan
instruksi, perintah, membimbing, mengawasi kinerja kepada orang lain
untuk menjalankan apa yang telah direncanakan.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan kepastian
tentang pelaksanaan program atau kegiatan agar sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.8 Pengawasan merupakan fungsi manajemen
yang mengukur tingkat efektivitas kerja personal dan tingkat efisiensi
pengguna metode dan alat-alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan.
Tolok ukur pengawasan terletak pada program kerja dan norma-
norma yang ditetapkan bersama.
Tanpa suatu program yang baik sulit kiranya tujuan pendidikan
akan tercapai. Oleh karena itu, pengelolaan harus disusun guna
memenuhi tuntutan, kebutuhan, harapan dan penentuan arah kebijakan
madrasah dalam mencapai tujuan pendidikan. Pengelolaan kerja
madrasah merupakan penjabaran tugas dan pelaksanaan kebijakan
kementerian pendidikan nasional yang disesuiakan dengan kondisi
obyektif. Dalam pelaksanaannya setiap kegiatan mengacu pada
pengelolaan yang ada sehingga proses dan pelaksanaan aktivitas di
madrasah lebih terukur, terpantau dan terkendali.
Fungsi pengawasan meliputi penutupan standar, supervisi dan
mengukur penempilan atau pelaksanaan terhadap standar dan
memberikan kaitannya dengan perencanaan, karena dengan
perencanaan, efektivitas pengelolaan dapat terukur.

7
George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen (Jakarta Intermedia, 1993), 187.
8
Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep dan Prinsip Pengelolaan
Pendidikan (Ar Ruz Media Yogyakarta, 2013), 373.

13
2. Komponen Pengelolaan Madrasah
Menurut Rohiat komponen yang meliputi pengelolaan madrasah
adalah sebagai berikut:9
a. Pengelolaan kurikululum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Dalam hal ini mengacu pada standar kompetensi lulusan, standar
isi, standar proses dan standar penilaian.10
Kurikulum berkaitan dengan sesuatu yang menjadi pedoman
dalam seluruh kegiatan pendidikan yang dilakukan, termasuk di
dalamnya adalah kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan hal ini
kurikulum dipandang sebagai suatu program yang didesain,
direncanakan, dikembangkan dan akan dilaksanakan dalam situasi
belajar mengajar yang secara sengaja diciptakan pada lembaga
pendidikan sekolah ataupun madrasah. Pengelolaan kurikulum
merupakan suatu sistem pengelolaan yang kooperatif, komprehensif,
sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan
kurikulum.
b. Pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan
Pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan merupakan
proses pengelolaan sumber daya manusia yang potensial dan berperan
serta dalam mewujudkan tujuan nasional. Melalui proses perencanaan
SDM, seleksi, penempatan, pemberian intensif, penghargaan,
pendidikan dan latihan serta pengembangan dan pemberhentian.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan bimbingan dan
pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada

9
Rohiat, Manajemen Sekolah (Bandung: PT. Refika Aditama. 2010), 2130.
10
Dedy Mulyasa, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012), 148.

14
masyarakat. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi
pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
c. Pengelolaan keuangan
Pendanaan atau pembiayaan pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah daerah dan masyarakat. Pembiayaan
pendidikan pada dasarnya menitikberatkan pada upaya manfaat
pendistribusian pendidikan dan beban yang harus ditanggung
masyarakat. Pembiayaan pendidikan merupakan jumlah uang yang
dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan
pendidikan seperti gaji guru, peningkatan profesional guru dan
pengadaan sarana ruang belajar dan lainlain.
d. Pengelolaan sarana dan prasarana
Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan
menata, mulai dari merencanakan kebutuhan, pengadaan, inventarisasi,
penyimpanan, pemeliharaan, penggunaan dan penghapusan penataan
lahan, bangunan, perlengkapan dan perabot madrasah serta tepat guna
dan tepat sasaran. Sarana dan prasarana pendidikan dapat
dikelompokkan dalam empat kelompok yaitu tanah, bangunan,
perlengkapan dan perabot madrasah.
e. Pengelolaan hubungan madrasah dengan masyarakat
Hubungan madrasah dengan masyarakat adalah hubungan timbal
balik antara suatu organisasi sekolah dengan masyarakat. Kerjasama
madrasah dengan masyarakat adalah bentuk kegiatan bersama yang
langsung atau tidak langsung bermanfaat bagi kedua belah pihak.
Dengan demikian semua bentuk dukungan masyarakat termasuk
dukungan orang tua siswa merupakan wujud kerjasama, begitu pula
sebaliknya, semua kegiatan madrasah termasuk proses belajar mengajar
yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat adalah wujud kerjasama
yang perlu ditingkatkan.

15
E. Tujuan Pengelolaan Madrasah
Menurut Supriono Subakir tujuan utama penerapan pengelolaan
madrasah adalah untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan dan meningkatkan
relevansi pendidikan di madrasah, dengan adanya wewenang yang lebih besar
dan lebih luas bagi sekolah untuk mengelola urusannya sendiri. 11
Adapun menurut E. Mulyasa, tujuan pengelolaan madrasah adalah:
a. Peningkatan efisiensi, antara lain diperoleh melalui keleluasaan
mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan
birokrasi.
b. Peningkatan mutu, antara lain melalui partisipasi orang tua terhadap
madrasah, fleksibilitas pengelolaan madrasah dan kelas, peningkatan
profesionalisme guru dan kepala madrasah.
c. Peningkatan pemerataan, antara lain diperoleh melalui peningkatan
partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih
berkonsentrasi pada kelompok tertentu.12
Pengelolaan madrasah bertujuan untuk memberdayakan madrasah
melalui pemberian otonomi kepada madrasah dan mendorong madrasah
untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Secara rinci,
tujuan pengelolaan madrasah menurut Departemen Pendidikan Nasional
adalah :
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
madrasah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
b. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
madrasah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
c. Meningkatkan kepedulian warga madrasah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
d. Meningkatkan tanggung jawab madrasah kepada orang tua, masyarakat
dan pemerintah tentang mutu sekolah.

11
Supriono Subakir dan Achmad Sapari, Manajemen Berbasis Sekolah (Surabaya : SIC, 2001), 5.
12
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), 25.

16
e. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar madrasah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai.13
Pakar ilmu pendidikan menyatakan tentang pengelolaan madrasah bertujuan
untuk memberdayakan madrasah, terutama sumber daya manusianya,
seperti kepala madrasah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa dan
masyarakat sekitarnya. Pemberdayaan sumber daya manusia ini melalui
pemberian kewenangan, fleksibilitas dan pemberian tanggung jawab untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah yang
bersangkutan.14
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa pada intinya pengelolaan pendidikan
ditujukan untuk lebih mengefektifkan segala aktivitas yang dilaksanakan
oleh semua aspek yang terkait di dalam proses pengelolaan pendidikan,
dibutuhkan lebih sekedar kesadaran, tetapi lebih ditekankan pada
pelaksanaan dan pengaplikasian konsep-konsep yang dimiliki oleh pendidik
ke dalam tindakan di madrasah untuk mencapai mutu pendidikan yang
menjadi target utama dalam pencapaian tujuan pendidikan.

13
Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis sekolah: Buku I Konsep dan Pelaksanaan
MPMBS (Jakarta: Depdiknas, 2001), 5.
14
Supriono Subakir dan Achmad Sapari, Manajemen Berbasis Sekolah (Surabaya: SIC, 2001), 5.

17
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Manajemen sekolah adalah suatu kegiatan yang memiliki nilai filosofi
tinggi. Harus mencapai tujuan sekolah secara efektif untuk meningkatkan
performansi (kinerja) dibidang nasional maupun local institusional. Dalam
hal ini kepala sekolah dituntut untuk mampu secara maksimal
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam mengelola berbagai aspek
komponen sekolah.
2. Salah satu strategi memasarkan produk sekolah agar menjadi menarik bagi
orang lain, maka produk yang kita tawarkan harus jelas, transparan dan
mempunyai nilai lebih.
3. Tujuan marketing sekolah
a. Melakukan pekerjaan pemasaran dengan rencana matang.
b. Menjadikan calon pembeli menjadi pembeli.
c. Mampu memprediksi budget, cash flow, dan francangan anggaran
lainnya.
d. Dapat mengukur keberhasilan mulai awal.
e. Mengenalkan produk denga cara lebih efektif
f. Memasarkan produk dengan tepat.
4. Marketing plan (perencanaan yang matang)
a. Studi lapangan
b. Menetapkan pemasaran
c. Menyusun strategi pemasaran
d. Mengelola tim pemasaran
e. Evaluasi dan control program dan pelaksanaanya.
5. Kompetitif marketing
a. Menyiapkan SDM (sumber daya manusia) yang handal.
b. Mampu menguasai pasar dengan baik.
c. Meningkatkan customer awareness / pengenalan sekolah secara
maksimal di masyarakat.

18
d. Awarenest, interest, desire, action
6. Marketing berbasis kekerabatan
7. Marketing modal obral-diskon
8. Garansi dalam sekolah

19
DAFTAR PUSTAKA

Anggun Goen, Standar Pengelolaan Pendidikan, no 5 (2017), 4.


Cara mencerdaskan me-marketing sekolah hal 302
Dedy Mulyasa, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012), 148.
Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis sekolah: Buku I Konsep dan
Pelaksanaan MPMBS (Jakarta: Depdiknas, 2001), 5.
Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep dan Prinsip
Pengelolaan Pendidikan (Ar Ruz Media Yogyakarta, 2013), 373.
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), 25
George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen (Jakarta Intermedia, 1993), 187.
Reformation markering sekolah, Mulyana.
Rohiat, Manajemen Sekolah (Bandung: PT. Refika Aditama. 2010), 2130.
Saiful Sagala, Managemen Strategik Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
(Bandung Alfabeta, 2010), 56-57.
Supriono Subakir dan Achmad Sapari, Manajemen Berbasis Sekolah (Surabaya:
SIC, 2001), 5.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,
Manajemen Pendidikan, 94.

20

Anda mungkin juga menyukai