MAKALAH "ASUHAN PADA PASIEN PRE DAN PASCA Salinan
MAKALAH "ASUHAN PADA PASIEN PRE DAN PASCA Salinan
Dosen Pembimbing:
Saddiyah Rangkuti.,SST.,M.Kes
Kelompok 5
Sartika (2215302022)
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas limpahan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu tanpa ada halangan
dan sesuai dengan dengan harapan.Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu
Saddiyah Rangkuti.,SST.,M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah ‘Konsep Dasar Praktik
Kebidanan” yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah ini.
Saya mengucapkan syukur kenapda Allah SWT. Atas limpahan rahmadnya dan
nikmatnya baik itu nikmat sehat dan kesempatan yang telah Allah berikan, sehingga saya
bisa menyelesaikan pembuatan Makalah dengan judul “ Asuhan Pada Pasien Pre dan
Pasca Bedah Pada Kasus Kebidanan”
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami.Maka dari itu penyusunan makalah ini sagat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihan yang membutuhkan.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan
adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan
hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka
sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif.
Tindakan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh
terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud perioperasi ?
2. Apakah maksud dan tujuan mengenai asuhan pre bedah ?
3. Apakah maksud dan tujuan mengenai asuhan pasca bedah ?
4. Bagaimana cara melakukan asuhan terhadap pasien pre bedah ?
5. Bagaimana cara melakukan asuhan terhadap pasien pasca bedah ?
1.3 Tujuan
• Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan apa yang dimaksud dengan
asuhan pre bedah dan pasca bedah.
• Mahasiswa mampu menerapkan peran tenaga kesehatan dengan melakukan cara
perawatan asuhan serta persiapan pasien pre dan pasa bedah pada kasus
kebidanan.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perioprasi
Perioprasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prebedah
(preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi).Prabedah merupakan
masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan
dan berakhir sampai pasien di meja bedah.Intrabedah merupakan masa pembedahan yang
dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang
pemulihan.Pascabedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai
sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Jenis-Jenis Pembedahan
Jenis-jenis anestesia
1. Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan
menghilangkan kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa. Pada
umumnya, metode pemberiannya adalah dengan inhalasi dan intravena.
2. Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk
meniadakan proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf sensoris di bagian
tubuh tertentu, sehingga dapat menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah
tubuh tersebut. Metode umum yang digunakan adalah melakukan blok saraf,
memblok regional intravena dengan torniquet, blok daerah spinal, dan melalui
epidural.
3. Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada daerah
yang akan dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar. Metode yang
digunakan adalah infiltrasi atau topikal.
4. Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif secara
artifisial sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta
untuk mengurangi kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas. Metode yang
digunakan adalah hipnotis.
5. Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri dengan
merangsang keluarnya endofrin tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang
banyak digunakan adalah jarum atau penggunaan elektrode pada permukaan kulit
2. Persiapan diet
Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam
sebelum bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan. Sedangkan cairan
tidak diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan cairan dalam lambung
dapat menyebabkan aspirasi.
3. Persiapan kulit
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikroorganisme
dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksakloforin atau sejenisnya yang sesuai
dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus di cukur.
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis. Latihan kaki yang
dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan
mengencangkan glutea. Latihan memompa otot dapat dilakukan dengan mengontraksi otot
betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga sepuluh kaki. Latihan
quadrisep dapat dilakukan dengan membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur,
kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata pada
tempat tidur, dan ulangi hingga lima kali. Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan
dengan menekan otot pantat, kemudian coba gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu
istirahat, dan ulangi hingga lima kali.
6. Latihan mobilitas
7. Pencegahan cedera
Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan bedah adalah:
Rencana tindakan:
Penggunaan baju seragam bedah didesain khusus dengan harapan dapat mencegah
kontaminasi dari luar. Hal itu dilakukan dengan berprinsip bahwa semua baju dari luar
harus diganti dengan baju bedah yang steril, atau baju harus dimasukkan ke dalam celana
atau harus menutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri, serta gunakan
tutup kepala, masker, sarung tangan, dan celemek steril.
Pelaksanaan tindakan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan dibedah bebas
dari kotoran dan lemak kulit, serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan
dalam membersihkan kulit ini harus memiliki spektrum khasiat, kecepatan khasiat, potensi
yang baik dan tidak menurun apabila terdapat kadar alkhohol, sabun deterjen, atau bahan
organik lainnya.
6. Penutupan daerah steril.
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril agar tetap sterilnya
di daerah seputar bedah dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah steril
dan tidak.
7. Pelaksanaan anestesia.
Pelaksanaan anestesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain anestesia
umum, inhalasi atau intravena, anestesia regional, dan anestesia lokal.
8. Pelaksanaan pembedahan.
Setelah dilakukan anestesia, tim bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai dengan
ketentuan embedahan.
2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui
ventilaot mekanik atau nasal kanul.
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti
kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh
anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting
untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.
5. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan harus balance
untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru
kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan
fungsi eleminasi pasien.
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar
untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya.
Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat
juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya.
Tindakan:
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan
manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak
mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan.
Kemudian memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein dan
vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen dan mempertahankan integritas dinding
kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik napas yang dalam
dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau, dapat pula
dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan menggunakan diafragma, kemudian
napas dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko tromboflebitis
atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat
duduk guna untuk memperlancar vena.
6. Mobilisasi dini, dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting
untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum ambulatori.
1) Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada klien
(sebagai dokumentasi)
2) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail
Manajemen luka
A. Pengertian luka
Luka merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang dapat
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga megganggu aktivitas sehari-hari.
B. Jenis luka
Berdasarkan sifat kejadiannya, luka dibagi dua jenis, yaitu luka disengaja dan luka
tidak disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah, sedangkan luka
tidak disengaja misalnya luka terkena trauma. Luka yang tidak disengaja juga dibagi
menjadi luka tertutup dan luka terbuka. Luka tertutup yaitu tidak terjadi robekan,
sedangkan luka terbuka yaitu jika terjadi robekan dan terlihat. Luka terbuka seperti luka
abrasi (akibat gesekan), luka puncture (akibat tusukan), dan luka hautration (akibat alat-
alat yang digunakan dalam perawatan luka). Di bidang kebidanan, luka yang sering terjadi
adalah luka episiotomi, luka bedah seksio caesarea, atau luka saat proses persalinan.
a. Vulnus scissum, luka sayat akibat benda tajam. Pinggir lukanya terlihat rapi.
b. vulnus contusum, luka memar karena cedera pada jaringan bawah kulit akibat
benturan benda tumpul.
c. vulnus lateratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya yang
menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam.
d. vulnus puncture, luka tusuk yang kecil di bagian luar, tetapi besar di bagian dalam.
e. vulnus sclopetorum, luka tembak akibat tembakan peluru.
f. vulnus morsum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka.
g. vulnus abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak sampai ke
pembuluh darah.
2. Luka nonmekanik, terdiri atas luka akibat zat kimia, termik, radiasi, atau sengatan listrik.
Proses penyembuhan luka
Poses penyembuhan luka melalui empat tahap, yaitu:
1. Tahap respons inflamasi akut terhadap cedera. Tahap ini dimulai saat terjadinya
luka. Pada tahap ini, terjadi proses hemostasis yang ditandai dengan pelepasan
histamin dan mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan
dan migrasi sel darah putih ke daerah yang rusak.
2. Tahap destruktif. Pada tahap ini, terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh
leukosit dan makrofag.
3. Tahap poliferatif. Pada tahap ini, pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat
dan menginfiltrasi luka.
4. Tahap maturasi. Pada tahap ini, terjadi reepitelisasi, kontraksi luka, dan organisasi
jaringan ikat.
1. Pinset anatomi.
2. Pinset cirurghi.
3. Gunting steril.
4. Naald voerder.
5. Jarum.
6. Benang.
7. Larutan betadine.
8. Alkohol 70%.
9. Obat anestesia.
10. Spuit.
11. Duk steril.
12. Pisau steril.
13. Gunting perban.
14. Plester/pembalut.
15. Bengkok.
16. Kasa steril.
17. Mangkok kecil.
18. Handscoon steril.
Prosedur kerja:
1. Menyapa dan memperkenalkan diri kepada klien dengan ramah dan sopan.
2. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3. Cuci tangan
4. Menutup sampiran
5. Persiapan alat
6. Gunakan handscoon steril.
7. Larutkan desinfeksi pada daerah yang akan dijahit dengan betadin dan alkohol 70%,
kemudian lakukan anestesia pada daerah yang akan dijahit.
8. Lakukan jahitan pada daerah yang dikehendaki dengan menggunakan teknik
mejahit yang telah disesuaikan dengan kondisi luka.
9. Berikan obat betadine.
1. 10.Tutup luka dengan menggunakan kasa steril.
10. Lakukan pembalutan.
11. Catat perubahan keadaan luka.
12. Cuci tangan.
Perawatan luka
Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat proses
penyembuhan luka.
1. Pinset anatomi.
2. Pinsen cirughi.
3. Gunting steril.
5.Larutan H2O2.
6.Larutan boorwater.
7. NaCl 0,9 %.
8. Gunting perban.
9. Pester/pembalut.
10.Bengkok.
11.Kasa steril.
12.Mangkok steril.
13.Handscoon steril.
14.Obat luka/betadin.
Prosedur kerja:
1. Menyapa dan memperkenalkan diri kepada klien dengan ramah dan sopan.
2. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3. Cuci tangan
4. Menutup sampiran
5. Persiapan alat
6. Menggunakan sarung tangan steril.
7. Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset.
8. Bersihkan luka dengan menggunakan kapas/savlon, H2O2, Boorwater, atau NaCl 0.9
%. Penggunaannya dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.
9. Berikan obat luka.
a. 10.Tutup luka dengan kasa steril.
b. 11.Balut luka.
13. Catat perubahan keadaan luka.
14. Cuci tangan.
Prosedur kerja:
1. Menyapa dan memperkenalkan diri kepada klien dengan ramah dan sopan.
2. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3. Cuci tangan
4. Menutup sampiran
5. Persiapan alat
6. Menggunakan sarung tangan steril.
7. Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset.
8. Bersihkan luka dengan menggunakan kapas/savlon, H2O2, Boorwater, atau NaCl 0.9
%. Penggunaannya dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.
9. Angkat jahitan dengan menarik simpul jahitan sedikit ke atas, kemudian gunting
benang dan tarik dengan hati-hati. Lalu benang dibuang pada kasa yang disediakan.
10. Tekan daerah sekitar luka hingga nanah tidak ada.
11. Berikan obat luka.
12. Tutup luka dengan kasa steril.
13. Catat perubahan keadaan luka.
14. Cuci tangan.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Perioprasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prebedah
(preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi).Prabedah merupakan
masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan
dan berakhir sampai pasien di meja bedah.Intrabedah merupakan masa pembedahan yang
dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang
pemulihan.Pascabedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai
sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya.Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang
dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter
anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses
perioperatif.Tindakan prebedah, bedah, dan pasca bedah yang dilakukan secara tepat dan
berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien.
SARAN
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan
peran tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan
penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA
Nurachmah, Elly. 2000. Buku Sakau Prosedur Keperwatan medikal-bedah. Jakarta : EGC.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Yogyakarta : Sahabat Setia.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah Edisi revisi. Jakarta : EGC.
http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/perawatan-bedah-kebidanan.html
http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/01/konsep-dasarkeperawatan-
perioperatif.html, di akses 16 Mei 2011
Hidayat, Musrifatul. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika.