Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perubahan paradigma Kependudukan dan Pembangunan

dari pengendalian populasi dan penurunan fertilitas kependekatan kesehatan

reproduksi ( ICPD, 1994), Program KB di Indonesia juga mengalami perubahan

orientasi dari nuansa demografis kenuansa kesehatan reproduksi yang di

dalamnya terkandung pengertian bahwa KB adalah suatu program yang

dimaksudkan untuk membantu pasangan atau perorangan dalam mencapai tujuan

reproduksinya. ( BKKBN, 2001)

Gerakan KB tahap kedua sekarang ini sedang berusaha meningkatkan

mutu para pelaksana, pengelola dan peserta KB di semua lini lapangan.

Termasuk dalam sasaran tersebut terutama adalah jajaran lini lapangan di

pedesaan dan pedukuhan, baik di kota maupun di desa. Untuk itu petugas klinik,

terutama dokter, bidan dan para penyuluh dari segala organisasi masyarakat yang

terjun sebagai ujung tombak gerakan KB tahap kedua yang kita kembangkan

sekarang ini dengan pemahaman yang mendalam dan tinggi. ( Keluarga

Berencana dan Kontrasepsi, 2004)

Dalam tiga dasawarsa terakhir, angka kelahiran di Indonesia sudah

mengalami penurunan secara nyata. Pada awal tahun delapan puluhan angka

fertilitas total berkisar 5,6 anak per wanita,sampai saat ini diperkirakan telah

turun sehingga lebih rendah dari 2,6 anak per wanita usia subur. Menurunnya

angka fertilitas ini sebagian besar karena keberhasilan program Keluarga

1
Berencana (KB) di Indonesia. Salah satu kunci keberhasilan selama ini adalah

program KB telah diterima dan membudaya di sebagian besar keluarga

masyarakat Indonesia (Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, 2005)

Keberhasilan program KB ini sejalan dengan peningkatan pemakaian

kontrasepsi dikalangan pasangan usia subur (PUS). Jumlah pasangan usia subur

(PUS) menurut hasil pengumpulan data pada tahun 2007 sebanyak 740.686 PUS,

peserta KB baru 108.296 PUS (14.62 %) sedangkan yang menjadi peserta KB

aktif sebanyak 512.103 (69,14 %) dilihat dari tahun 2006 (67.50 %) adanya

peningkatan, dengan target SPM pada tahun 2010 sebesar 70,00%. (Profil

Kesehatan Sumbar Tahun 2007).

Dalam Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2007, tercatat jumlah PUS

yaitu sebanyak 118.130 dengan jumlah peserta KB baru sebanyak 14.130

(11,96%) dan pesrta KB aktif sebanyak 80.721 (68,33%) dari 11 kecamatan yang

ada di Kota Padang. (Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2007).

Dari 11 kecamatan yang ada di Kota Padang tersebut, dilihat dari jenis

kontrasepsi yang digunakan, jumlah peserta KB aktif yang menggunakan IUD

berjumlah 14.780 (191,90%), MOP/MOW 3.839 (55,97%), implant ,4.899

(73,39%), suntik 39.672 (553,08%), pil 16.283 (208,88%) dan kondom 1.265

(16,79%). (Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2007)

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa pemakaian alat kontrasepsi

hormonal yang lebih banyak digemari oleh PUS. Untuk kecamatan Koto Tangah

sendiri, kelurahan Lubuk Buaya menduduki peringkat tertinggi dalam jumlah

peserta KB aktif yaitu 15.568 (67,47%).

2
Setelah dilakukan survey awal pada tanggal 06 Maret 2009 di Puskesmas

Lubuk Buaya Padang, maka didapatkan data awal sebagai berikut yaitu akseptor

KB aktif yang terdaftar di Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2008

berjumlah 992 orang, dengan pemakaian kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 331

akseptor, diikuti pemakaian implant 21 akseptor, pil 606 akseptor, IUD 9

akseptor, dan kondom 25 akseptor. ( Laporan Puskesmas Lubuk Buaya Padang,

2008).

Jika ditinjau dari pemakaian alat kontrasepsi hormonal, masih banyak

akseptor yang mengeluhkan berat badannya bertambah. Hipotesa para ahli

mengatakan bahwa kontrasepsi suntikan dapat merangsang pusat pengendali

nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak

dari biasanya. Pada pemakaian alat kontrasepsi hormonal kenaikan berat badan

umumnya 1 sampai 5 kilogram. (KB dan Kontrasepsi, 2004).

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi dengan Kenaikan Berat

Badan Akseptor di Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2009”.

B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi dengan Kenaikan Berat Badan Akseptor

di Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2009”.

3
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

pemakaian alat kontrasepsi dengan kenaikan berat badan akseptor di

Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2009.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui jumlah akseptor KB yang menggunakan alat kontrasepsi di

Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2009.

b. Diketahui jumlah kenaikan berat badan akseptor setelah pemakaian alat

kontrasepsi di Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2009.

c. Diketahui hubungan pemakaian alat kontrasepsi dengan kenaikan berat

badan akseptor di Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2009.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah dan

memperoleh pengalaman berharga dalam menerapkan pengetahuan yang

didapat selama perkuliahan dan sebagai bahan dasar bagi peneliti selanjutnya.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bagi peserta

didik.

3. Bagi Institusi Pelayanan

Sebagai masukan bagi pelayanan kebidanan dalam rangka

meningkatkan pelayanan kebidanan di Puskesmas.

4
4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan dan

informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya, sehingga dapat

dikembangkan untuk penelitian yang berhubungan dengan pemakaian alat

kontrasepsi.

5. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 – 28 Maret 2009 di

Puskesmas Lubuk Buaya Padang untuk mengetahui perbedaan kenaikan berat

badan akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal dengan non

hormonal di Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2009. Penelitian ini

menggunakan metode analitik dengan desain cross sectional.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Kontrasepsi

a. Pengertian

Kontrasepsi berasal dari kata : kontra berarti mencegah atau

melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel

wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan

kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang

matang dengan sel sperma tersebut. (Informasi Pelayanan Kontrasepsi

BKKBN, 1999 : 155).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanent.

Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang

mempengaruhi fertilitas. ( Ilmu Kebidanan, 2007 : 905).

b. Cara Kerja Kontrasepsi

Bermacam-macam tetapi pada umumnya mempunyai fungsi

sebagai berikut:

1) Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi

2) Melumpuhkan sperma

3) Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma

(Informasi Pelayanan Kontrasepsi BKKBN, 1999 : 155)

6
c. Macam-Macam Metode Kontrasepsi

1) Metode sederhana

a) Tanpa alat

(1) KB alamiah

(2) Coitus interruptus

b) Dengan alat

(1) Mekanis (barrier)

(2) Kimiawi

2) Metode Modern

a) Kontrasepsi hormonal

(1) Per-oral/Pil

(2) Injeksi/suntikan

(3) Implant

b) IUD/AKDR

c) Kontrasepsi mantap

(KB dan Kontrasepsi, 2004 : 42)

2. Kontrasepsi Hormonal

a. Pil KB

1) Pengertian

Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang

berbentuk pil/tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon

estrogen dan hormon progesteron atau yang hanya terdiri dari hormon

progesteron saja. (Informasi Pelayanan Kontrasepsi BKKBN, 1999 :

173)

7
2) Macam-Macam Pil KB

Berbagai pabrik farmasi mengeluarkan pil KB sebagai berikut:

a) Pil kombinasi : sejak semula telah terdapat kombinasi

komponen progesteron/estrogen.

b) Pil sekuensial : mengandung komponen yang disesuaikan

dengan sistem hormonal tubuh. Dua belas pil pertama hanya

mengandung estrogen, pil ketiga belas dan seterusnya

merupakan kombinasi

c) Progesteron : hanya mengandung progesteron dipergunakan

ibu postpartum.

d) KB darurat hormonal : digunakan segera setelah hubungan

seks.

( Manuaba, 1998 :443)

3) Keuntungan Memakai Pil KB :

a) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin berhasil 100%.

b) Dapat dipakai pengobatan beberapa masalah seperti ketegangan

menjelang menstruasi, perdarahan menstruasi yang tidak teratur,

nyeri saat menstruasi dan pengobatan pasangan mandul.

c) Pengobatan penyakit endometriosis.

d) Dapat meningkatkan libido.

4) Kerugian Memakai Pil KB :

a) Harus minum pil secara teratur.

b) Dalam waktu panjang menekan fungsi ovarium.

8
c) Penyulit ringan seperti : berat badan bertambah, rambut rontok,

tumbuh akne dan mual sampai muntah.

d) Mempengaruhi fungsi hati dan ginjal.

( Manuaba, 1998 : 442)

b. Suntikan KB

1) Pengertian

Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga

berencana nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya

minat pemakai suntikan oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak

menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan.

(Manuaba, 1998 : 444)

2) Macam-Macam Suntikan KB

Terdapat dua jenis kontrasepsi hormon suntikan KB. Jenis

yang beredar di Indonesia adalah :

a) Yang hanya mengandung hormon progesteron yaitu: Depo

Provera 150 mg, Depo progestin 150 mg, Depo Geston 150 mg,

Noristerat 200 mg.

b) Yang mengandung 25 mg Medroxy progesteron acetat dan 5 mg

estradiol cypionate yaitu Cyclofem. (Informasi Pelayanan

Kontrasepsi BKKBN, 1999 : 180).

3) Keuntungan Suntikan KB

a) Pemberiannya sederhana setiap 8 sampai 12 minggu.

b) Tingkat efektivitasnya tinggi.

c) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas.

9
d) Pengawasan medis yang ringan.

e) Dapat dipakai-diberikan pasca persalinan, pasca keguguran atau

pasca menstruasi.

f) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang

bayi.

g) Suntikan KB Cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB

akan mendapatkan menstruasi. ( Manuaba, 1998 : 445)

4) Kerugian Suntikan KB

a) Perdarahan yang tidak menentu

b) Terjadi amenorea (tidak datang bulan) berkepanjangan.

c) Masih terjadi kemungkinan hamil. ( Manuaba, 1998 : 445)

d) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini

akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.

e) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.

f) Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-

obatan epilepsi atau obat tuberkulosis.

g) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung,

stroke, bekuan darah pada paru atau otak, dan kemungkinan

timbulnya tumor hati.

h) Penambahan berat badan.

i) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular

seksual, hapatitis B, atau infeksi virus HIV.

10
j) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah

penghentian pemakaian. (Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kontrasepsi, 2003 :MK-33).

c. Implant

1) Pengertian

Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau implant adalah

kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit. ( Informasi Pelayanan

Kontrasepsi BKKBN, 1999 : 187).

2) Macam-Macam Implant

a) Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan

panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36

mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

b) Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang

kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-

keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

c) Jadena dan Indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75

mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. ( Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2003 : MK-52).

3) Keuntungan Implant

a) Tidak menekan produksi ASI.

b) Praktis, efektif.

c) Tidak ada faktor lupa.

d) Masa pakai jangka panjang (3-5 tahun).

e) Membantu mencegah anemia.

11
f) Khasiat kontrasepsi susuk berakhir segera setelah pengangkatan.

g) Dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormon

estrogen. ( Informasi Pelayanan Kontrasepsi BKKBN, 1999 :188).

4) Kerugian Implant

a) Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang

terlatih.

b) Implant lebih mahal daripada cara KB jangka pendek lainnya.

c) Implant sering merubah pola haid.

d) Wanita tidak dapat menghentikan pemakaiannya sendiri.

e) Susuk mungkindapat terlihat di bawah kulit. (Informasi Pelayanan

Kontrasepsi BKKBN, 1999 : 188).

f) Berat badan bertambah.

g) Menimbulkan akne, ketegangan payudara.

h) Liang senggama terasa kering. (Manuaba, 1998 : 446).

3. Kontrasepsi Non Hormonal

a. IUD/AKDR

1) Pengertian

IUD/AKDR adalah suatu alat kotrasepsi yang dimasukkan ke

dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik

( polieteline). Ada yang dililit tembaga (Cu), ada pula yang tidak,

tetapi adapula yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag).

Selain itu adapula yang dibatangnya berisi hormon progesteron.

(Informasi Pelayanan Kontrasepsi BKKBN, 1999 : 200).

12
2) Macam-Macam IUD/AKDR

a) IUD generasi pertama berbentuk spiral atau huruf S ganda terbuat

dari plastik (polyethyline).

b) IUD generasi kedua :

(1) Cu T 200 B berbentuk huruf T yang batangnya dililit tembaga

(Cu) dengan kandungan tembaga.

(2) Cu 7 berbentuk angka 7 yang batangnya dililit tembaga.

(3) MI Cu 250 berbentuk 2/3 lingkaran ellips yang bergerigi yang

batangnya dililit tembaga.

c) IUD generasi ketiga :

(1) Cu T 380 A berbentuk huruf T dengan lilitan tembaga yang

lebih banyak dan perak.

(2) MI Cu 375 batangnya dililit tembaga berlapis perak.

(3) Nova T Cu 200 A batang dan lengannya dililit tembaga.

(4) Medussa Pessar batangnya dililit tembaga. (Informasi

Pelayanan Kontrasepsi BKKBN, 1999 : 200).

3) Keuntungan IUD/AKDR :

a) Dapat diterima masyarakat dengan baik.

b) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit.

c) Kontrol medis yang ringan.

d) Penyulit tidak terlalu berat.

e) Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik.

( Manuaba, 1998 : 455).

13
4) Kerugian IUD/AKDR :

a) Masih terjadinya kehamilan dengan AKDR in situ.

b) Terdapat perdarahan : spotting dan menometroragia.

c) Leokorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama

terasa lebih basah.

d) Dapat terjadi infeksi.

e) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau

sekunder dam kehamilan ektopik.

f) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan

mengganggu hubungan seksual. ( Manuaba, 1998 : 455).

b. Kondom

1) Pengertian

Kondom adalah suatu karet yang tipis, berwarna atau tak

berwarna dipakai untuk menutupi zakar yang tegang sebelum

dimasukkan ke dalam vagina sehingga mani tertampung di dalamnya

dan tidak masuk vagina, dengan demikian mencegah terjadinya

pembuahan. (Informasi Pelayanan Kontrasepsi BKKBN, 1999 : 162).

2) Keuntungan kondom

a) Mencegah kehamilan.

b) Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat

hubungan seks (PHS).

c) Dapat diandalkan.

d) Relatif murah.

e) Sederhana, ringan, disposable.

14
f) Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau follow-up.

g) Reversibel.

h) Pria ikut secara aktif dalam program KB.

3) Kerugian

a) Angka kegagalan relatif tinggi.

b) Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan

seks guna memasang kondom.

c) Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada

setiap senggama. ( KB dan Kontrasepsi, 2004 :60).

4. Kenaikan Berat Badan

a. Pengertian

Kenaikan berat badan yaitu jumlah energi (dalam bentuk makanan)

yang masuk dalam tubuh lebih banyak daripada yang diharapkan. (Buku

Teks Fisiologi Kedokteran, 1991).

Kenaikan berat badan disebabkan oleh pemasukan jumlah makanan

yang lebih besar daripada yang dapat dipakai oleh tubuh untuk energi.

Makanan berlebihan, baik lemak, karbohidrat atau protein kemudian

disimpan sebagai lemak dalam jaringan adipose untuk dipakai sebagai

energi ( Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 1996).

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kenaikan Berat Badan

Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan seseorang menderita

kelebihan berat badan atau bahkan kegemukan. Beberapa faktor tersebut

yaitu faktor genetik, faktor psikologis, pola hidup yang kurang tepat,

15
kurang melakukan aktifitas fisik dan beberapa faktor lain. ( Perencanaan

Menu Untuk Penderita Kegemukan, 2005 : 16).

1) Faktor genetik

Faktor genetik yang dimaksud adalah faktor keturunan yang

berasal dari orang tuanya. Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum

terlalu jelas sebagai penyebab kegemukan. Meski demikian, ada

beberapa bukti yang menunjukkan bahwa faktor keturunan merupakan

faktor penguat terjadinya kegemukan.

2) Faktor psikologis

Emosi seseorang dapat menyebabkan perubahan perilaku,

bahkan mungkin perilaku yang salah. Seseorang yang sedang

mengalami keadaan yang tidak menyenangkan akan nampak lebih

emosional baik sikap maupun perilakunya. Jika keadaan tersebut

berlangsung dalam waktu relatif lama maka dapat menyebabkan suatu

keadaan yang disebut stres, bahkan depresi. Menurut para ahli, faktor

tersebut berhubungan erat dengan rasa lapar dan nafsu makan. Hal ini

disebabkan karena sejumlah hormon akan disekresi sebagai tanggapan

dari keadaan psikologis sehingga terjadi peningkatan metabolisme

energi yang dipecah dan digunakan untuk melakukan aktifitas fisik.

Namun, jika seseorang yang sedang mengalami stress tidak

melakukan aktifitas fisik yang mampu membakar energi maka

kelebihan tersebut akan disimpan sebagai lemak. Proses ini akan

menyebabkan glukosa darah menurun sehingga menyebabkan rasa

lapar pada orang yang sedang mengalami tekanan psikologis. Jika

16
keadaan ini berlangsung lama dan tidak terkontrol maka akan

menyebabkan dampak negatife pada tubuh, yaitu kenaikan berat

badan bahkan kegemukan.

3) Pola hidup yang kurang tepat

Kebiasaan yang dilakukan terus menerus dalam jangka waktu

relative lama akan menjadi suatu pola hidup. Demikian juga jika ada

kebiasaan yang kurang baik dan dilakukan terus menerus maka akan

menjadi pola hidup yang kurang tepat. Adapun kebiasaan hidup yang

kurang baik yang dapat menimbulkan kenaikan berat badan bahkan

kegemukan diantaranya : makan berlebihan, makan terburu-buru,

menghindari makan pagi, waktu makan tidak teratur, salah memilih

makanan, salah mengolah makanan dan kebiasaan mengemil makanan

ringan.

4) Kurang melakukan aktifitas fisik

Jenis pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat

mempengaruhi gaya hidup seseorang. Bentuk tubuh orang yang jenis

pekerjaannya tidak banyak mengeluarkan energi berbeda dengan

orang yang pekerjaannya selalu menggunakan otot atau banyak

melakukan aktifitas fisik. Seperti diketahui, aktifitas fisik akan

membakar energi dari dalam tubuh. Dengan demikian, jika asupan

kalori ke dalam tubuh berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktifitas

fisik yang seimbang tentu akan menyebabkan tubuh mengalami

kegemukan.

17
5) Beberapa Faktor Lain Pemicu Kegemukan

a) Metabolisme basal

Metabolisme basal adalah metabolisme yang dilakukan

oleh organ-organ tubuh di dalam keadaan istirahat total (tidur).

Kecepatan metabolisme setiap orang berbeda, ada yang tinggi dan

ada juga yang rendah. Seseorang yang mempunyai kecepatan

metabolisme rendah cenderung lebih mudah gemuk jika

dibandingkan dengan orang yang mempunyai kecepatan

metabolisme tinggi.

b) Enzim tubuh

Enzim adipose tissue lipoprotein lipase memiliki peranan

penting dalam proses mempercepat penambahan berat badan.

Enzim ini mengontrol kecepatan trigliserida dalam darah yang

dipecah-pecah menjadi asam-asam lemak dan disalurkan ke sel-sel

tubuh untuk disimpan, yang nantinya akan digunakan sebagai

bahan bakar tubuh. Menurut penelitian, penggunaan glikogen akan

menurunkan glukosa darah sehingga membuat orang merasa

sering lapar.

c) Hormon

Pada wanita yang telah mengalami masa menopause,

fungsi hormon tiroid di dalam tubuhnya akan menurun.

Akibatnya, kemampuan untuk menggunakan energi akan

berkurang. Apalagi pada usia ini, juga terjadi penurunan

metabolisme basal tubuh sehingga mempunyai kecenderungan

18
untuk meningkat berat badannya. Selain hormon tiroid, hormon

insulin juga dapat menyebabkan kegemukan.

Hormon yang terkandung di dalam alat kontrasepsi seperti

hormon estrogen dan progestin dapat menyebabkan efek yang

kurang menguntungkan yaitu pertambahan berat badan siklis yang

disebabkan retensi cairan dan nafsu makan yang bertambah. (KB

dan Kontrasepsi, 2004 : 109).

d) Efek samping penggunaan obat-obatan

Sebagaimana diketahui, terdapat beberapa obat yang dapat

merangsang pusat lapar di dalam tubuh. Dengan demikian,

seseorang yang mengkonsumsi obat tersebut akan meningkat

nafsu makannya.Apalagi jika dikonsumsi dalam waktu relatif

lama maka akan menyebabkan kegemukan.

Obat yang dapat merangsang nafsu makan diantaranya

obat oral antidiabetes (OAD), pil kontrasepsi. Nafsu makan yang

meningkat dengan aktifitas yang sama tentu dapat juga

menyebabkan kenaikan berat badan secara perlahan-lahan.

B. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemakaian alat Kenaikan Berat Badan


kontrasepsi

19
C. Hipotesis

Ha : Ada perbedaan kenaikan berat badan akseptor yang menggunakan

kontrasepsi hormonal dengan non hormonal.

Ho : Tidak ada perbedaan kenaikan berat badan akseptor yang menggunakan

kontrasepsi hormonal dengan non hormonal.

D. Definisi Operasional

No Variable Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
1. Alat Suatu Wawancara Format Hormonal = Nominal
kontrasepsi cara/alat yang langsung wawancara  Pil
digunakan  Suntik
oleh PUS  Implant
sebagai
upaya untuk
mencegah Non hormonal =
terjadinya  IUD
kehamilan  Kondom
dalam rangka  KB alamiah
mewujudkan
program KB
di Puskesmas
Lubuk Buaya
Padang

2. Kenaikan Penambahan Melakukan Timbangan Naik = Bila BB Nominal


Berat BB yang penimbangan sekarang saat
Badan terjadi setelah BB dan ditimbang >
akseptor membanding dari BB
menggunakan kan BB sebelum
alat sebelum dan memakai alat
kontrasepsi di sesudah kontrasepsi
Puskesmas pemakaian
Lubuk Buaya alat Tidak naik =
Padang kontrasepsi Bila BB
sekarang saat
ditimbang ≤ BB
sebelum
memakai alat
kontrasepsi

20
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik

dengan menggunakan desain cross sectional yaitu penelitian yang melihat

perbedaan kenaikan berat badan akseptor yang menggunakan kontrasepsi

hormonal dengan non hormonal.

B. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Lubuk Buaya Padang pada

tanggal 16 – 28 Maret 2009.

C. Sasaran

Sasaran dalam penelitian ini adalah akseptor KB yang berada di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang. Jumlah responden yang didapat yaitu

sebanyak 50 orang. Dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. PUS yang menjadi akseptor KB

2. PUS yang datang berkunjung ke Puskesmas Lubuk Buaya Padang selama

waktu penelitian.

3. PUS yang bersedia menjadi responden.

21
D. Cara Pengumpulan Data dan Jenis Sumber Data

1. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format wawancara yang

langsung ditanyakan kepada responden dan dilakukan pendataan pengukuran

berat badan (BB) dengan menggunakan timbangan.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data yang langsung dari responden melalui format hasil

pengukuran BB yang diperoleh dari hasil penimbangan pada saat

penelitian.

b. Data Sekunder

Data BB awal sebelum menjadi akseptor KB yang diambil dari

pencatatan Puskesmas Lubuk Buaya Padang dan kartu akseptor KB.

E. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

a. Pemeriksaan Data (Editing)

Memeriksa ulang kelengkapan dan melihat konsistensi dari setiap

jawaban.

b. Mengkode Data (Coding)

Memberi kode pada setiap informasi yang telah terkumpul pada

setiap pertanyaan untuk memudahkan pengolahan data.

c. Memasukkan Data (Entry)

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memindahkan data dari format

pengisian kedalam master tabel yang telah disiapkan.

d. Membersihkan Data (Cleaning)

Melakukan pembersihan data dari kesalahan.

22
e. Tabulasi Data ( Tabulation )

Setelah kuesioner diberi kode kemudian ditabulasi dan disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk melihat gambaran masing-masing

varibel, yang diajukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Rumus yang

digunakan :

Keterangan :

P : Persentase

f : Frekuensi

N : Jumlah sampel

3. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk melihat huubungan yang disajikan dalam bentuk

tabel silang, yaitu melihat hubungan antara variabel independent dan

dependent dengan menggunakan uji statistik Chi Square, denga rumus:

df = (k-1)(b-1)

Keterangan :

X2 = Distribusi chi square

O = Nilai Observer

E = Nilai yang diharapkan

df = Degree of freedom

23
K = Jumlah kolom

b = Jumlah baris

(Hartono, Sutanto Priyo, 2001 : 242)

Hasil analisa dilakukan secara hubungan bermakna : apabila X2 hitung

kecil dari X2 tabel maka Ho diterima dan tidak terdapat perbedaan kenaikan

berat badan akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal dengan non

hormonal. Sebaliknya, bila X2 hitung besar atau sama dengan dari X2 tabel

maka Ho ditolak dan terdapat perbedaan kenaikan berat badan akseptor yang

menggunakan kontrasepsi hormonal dengan non hormonal.

Apabila dalam tabel terdapat nilai E<5 maka dilakukan koreksi yaitu

dengan rumus :

Hasil analisa dilakukan secara hubungan bermakna apabila nilai X 2

dihitung ≥ X2 tabel = Ho ditolak, hasil analisa dilakukan secara hubungan

tidak bermakna apabila nilai X2 hitung < X2 tabel = Ho diterima.

24
25

Anda mungkin juga menyukai