Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Yang Diampuh Oleh Ibu Dr. Sunarty Suly Eraku,
S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH
NAMA : NURSANTI BABUTA
NIM : 451419018
KELAS : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur allhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkotribusi


dengan memberikan ide-ide sehingga makalah ini bisa di susun dengan baik dan rapih.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu,memahami kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik.

Gorontalo,Februari 2022

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian tindakan merupakan alternative pengembangan dan perbaikan praktek
pendidikan yang tidak hanya berbasis akademis, yaitu guru menerapkan temuan para
pakar, sehingga kerja guru seperti dinilai berdasarkan criteria teori-teori yang diambil
dari filsafat, psikologi dan sosiologi. Pada penelitian tindakan kinerja guru diukur
melalui criteria kegitan praktek sehari-hari dalam pendidikan. Pengembangan pendidika
dengan basis penelitian akademik hanay menetapkan guru sebagai objek pengembangan
pendidikan, sehingga kurang memberi peran pada guru untuk memperbaiki praktek
pendidikannya sendiri. Pengembangan model ini sering mengakibatkan guru hanya
sebagai pelaksana tanpa mengetahui secara prsis apa yang mendasari kegiatan
perbaikan itu, apa yang ingin dicapai dari kegiatan itu. Penelitian akademis
menempatkan pakar sebagai satu-satunya orang yang mengetahui bagaimana perbaikan
pendidikan itu dilakukan sedang guru sebagai pelaksana saja. Hal ini berbeda dengan
pengmbangan dan perbaikan praktek pendidikan melalui penelitian tindakan yang
menempatkan guru sebagai pembaharu untuk tugas dan tanggung jawabnya sendiri
dengan menggunakan criteria prakteknya yang dilakukan sehari-hari.
Penelitian tindakan (action research) termasuk dalam ruang lingkup penelitian
terapan (applied research) yang menggabungkan antara pengetahuan, penelitian dan
tindakan. Action research mempunyai kesamaan dengan penelitian: participatory
research, collaborative inquiry, emancipatory research, action learning, dan contextual
action research. Secara sederhana, action research merupakan “learning by doing” yang
di terapkan dalam konteks pekerjaan seseorang. Pada saat seseorang bekerja, dia selalu
menghasilkan ide-ide baru yang diwujudkan dalam tindakan untuk memperbaiki proses
maupun hasil pekerjaannya Penyelenggaraan pendidikan di lembaga pendidikan formal
dilaksanakan oleh tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (kepala sekolah dan
pengawas). Dalam konteks pekerjaan tersebut, guru menerapkan action research pada
kegiatan belajar mengajar di kelas sedangkan kepala sekolah menerapkan action
research untuk memperbaiki manajemen sekolah. Action research yang dilakukan oleh
guru dinamakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) sedangkan action
research yang dilakukan kepala sekolah dinamakan penelitian tindakan sekolah (school
action research).
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian dari, oleh, dan untuk guru dengan tujuan
untuk meningkatkan keprofesionalan guru. PTK dapat pula diartikan sebagai
“penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar
dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara
lebih professional”. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelas atau di sekolah tempat guru mengajar dengan tujuan perbaikan dan/atau
peningkatan kualitas proses dan praktik pembelajaran. Untuk meningkatkan keahlian
dalam pembelajaran bidang studi, guru diseyogyakan selalu melakukan PTK. Masalah
yang diteliti adalah masalah yang memang penting, menarik perhatian, dalam
jangkauan peneliti dari segi kemampuan, waktu, biaya, dan tenaga. Lingkup penelitian
dapat berkisar pada kurikulum, peserta didik, guru, sarana/ prasarana, dan penilaian.
Masalah pendidikan bidang studi biasanya bersegi banyak, dapat berupa salah satu atau
kombinasi masalah di atas, dan untuk memecahkannya melalui penelitian masalah
tersebut harus dipilah-pilah menjadi sub masalah dan diteliti satu-persatu. Masalah-
masalah yang timbul dalam proses pembelajaran dapat diatasi oleh guru dengan
melakukan PTK.
1.2 Rumusan Masalah
1. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas
2. Jenis Dan Model PTK
3. Metode PTK
4. Analisis Data
5. Penyusunan Proposal PTK
6. Penyusunan Laporan Penlitian PTK
7. Penyusunan Publikasi Penelitan PTK
1.3 Tujuan Masalah
1. Sebagai referensi tambahan bagi pembaca tentan model pembelajaran berbasis
masalah.
2. Sebagai bahan bacaan bagi pemabaca tentang model pembelajaran berbasis masalah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Penelitian Tindakan Kelas


a. Pengertian Dan Karakteristik PTK
PTK adalah terjemahan  dari bahasa Inggris “classroom action research”,
yang saat ini sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti
Inggris, Amerika, Australia, Canada. Para ahli penelitian pendidikan  akhir-akhir ini
memberi perhatian yang  cukup  besar terhadap PTK, karena jenis penelitian ini
mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan
profesionalisme  guru dalam proses belajar-mengajar di kelas  dengan  melihat
berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang  terjadi pada
siswa. McNiff (1999: 1) dalam bukunya yang berjudul Action Research  Principles
and Practice memandang PTK sebagai  bentuk penelitian reflektif yang dilakukan
oleh guru sendiri yang hasilnya  dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk
pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian
mengajar, dan sebagai  salah  satu bentuk  evaluasi  diri  guru.
Dalam PTK guru dapat meneliti sendiri praktek pembelajaran yang  ia
lakukan di kelas. Dengan penelitian tindakan kelas, guru  dapat melakukan
penelitian terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran
Dalam PTK guru dan pihak lain/ahli kependidikan secara kolaboratif juga dapat
melakukan penelitian terhadap proses dan atau produk pembelajaran secara reflektif
di kelas. Yang  paling  penting, dengan melakukan  penelitian tindakan guru dapat
memperbaiki praktek-praktek pembelajaran menjadi lebih efektif.
Penelitian  tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan  antara teori
dan praktek pendidikan. Hal ini dapat terjadi karena  setelah meneliti kegiatannya
sendiri, di kelas sendiri dengan melibatkan siswa sendiri, melalui sebuah tindakan-
tindakan yang direncanakan,  dilaksanakan,  dan dievaluasi, guru akan memperoleh
umpan balik  yang  sistematik mengenai  apa yang selama ini selalu dilakukan
dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan demikian guru dapat membuktikan
apakah suatu teori belajar-mengajar  dapat  diterapkan dengan baik di kelas yang  ia
miliki. Jika sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi kelasnya, melalui
PTK guru dapat mengadaptasi teori yang ada untuk kepentingan  proses dan atau
produk pembelajaran yang lebih efektif, optimal, dan  fungsional.
b. Karakteristik PTK
Karakteristik berikutnya dapat dilihat dari bentuk nyata  kegiatan penelitian
itu sendiri. Penelitian tindakan Relas memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya
tindakan-tindakan (aksi)  tertentu  untuk memperbaiki proses belajar-mengajar di
kelas. Tanpa  tindakan  tertentu suatu penelitian juga dapat dilakukan di dalam
kelas, yang kemudian sering  disebut dengan “penelitian kelas”. Misalnya, guru
dapat melakukan  penelitian mengenai tingkat keseringan siswa dalam membolos.
Jika penelitian itu dilakukan tanpa disertai tindakan-tindakan tertentu, maka jenis
penelitian yang dicontohkan itu bukan termasuk dalam penelitian tindakan  kelas.
Penelitian yang dicontohkan itu hanya sekedar ingin  tahu, tidak ingin memperbaiki
keadaan tingginya tingkat pembolosan siswa melalui tindakan-tindakan tertentu. 
Sebaliknya,  jika  dengan penelitian itu guru  mencoba  berbagai tindakan untuk
mencegah terjadinya pembolosan, sehingga proses  belajar-mengajar dapat berjalan
dengan lebih baik dan efektif, baru  penelitian itu  termasuk dalam kategori
penelitian tindakan kelas.  Tindakan  untuk mencegah tingginya pembolosan siswa
mungkin dapat berbentuk  diciptakannya sistem presensi yang dilakukan oleh siswa
sendiri, mungkin dapat berbentuk  pengalihan pengawasan secara kelompok oleh,
dari dan untuk siswa sendiri, mungkin dapat diciptakan sistem ulangan harian pada
hari-hari  di mana siswa biasa melakukan tindakan membolos,  dan  sebagainya.
Penelitian-penelitian  kelas yang dilakukan dengan  mencobakan  berbagai tindakan
seperti inilah yang menjadi karakteristik penting bagi PTK.
c. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan melakukan penelitian tindakan kelas  yang paling lugas adalah untuk
peningkatan dan atau perbaikan praktek  pembelajaran  yang seharusnya dilakukan
oleh guru. Saat ini  masyarakat  kita berkembang begitu cepat. Akibatnya tuntutan
terhadap layanan  pendidikan yang harus dilakukan oleh guru juga meningkat.
Penelitian tindakan merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk
meningkatkan  dan atau memperbaiki layanan pendidikan bagi guru dalam konteks
pembelajaran di kelas. Bahkan McNiff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi
dilaksanakannya  Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk perbaikan. Kata
perbaikan di sini terkait dan memiliki konteks dengan proses pembelajaran.
d. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Akan diperoleh banyak manfaat dengan  dilakukannya penelitian tindakan kelas.
Hal itu antara  lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen pendidikan
dan atau pembelajaran di kelas. Kemanfaatan yang terkait dengan komponen
pembelajaran antara lain mencakup :
1. Inovasi pembelajaran
2. Pengembangan kurikulum  di  tingkat  sekolah dan di tingkat kelas,
3. Peningkatan profesionalisme guru.
e. Penerapan Penelitian Tindakan Kelas
Bila guru akan  menerapkan penelitian tindakan kelas, bagaimana
memulainya.  Perlukah penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas tempat guru
yang bersangkutan mengajar? Faktor utama yang harus dimiliki guru ialah perasaan
ketidakpuasan terhadap praktek pembelajaran yang selama ini dilakukan. Manakala
guru selalu merasa puas dengan apa yang  ia lakukan dalam proses pembelajaran di
kelasnya, meskipun sebenarnya  terdapat beberapa atau bahkan banyak hambatan
diaIami dalam proses itu, sulit kiranya bagi guru untuk memunculkan pertanyaan
seperti di atas, yang kemudian dapat menggiring dimulainya sebuah PTK. leh sebab
itu agar guru dapat menerapkan penelitian tindakan kelas dalam upayanya untuk
memperbaiki dan atau meningkatkan layanan  pembelajaran secara lebih
profesional, ia dituntut keberaniannya untuk mengatakan  secara jujur kepada
dirinya sendiri mengenai sisi-sisi  lemah yang dimiliki dalam proses pembelajaran
di kelas. Dengan kata lain guru harus mampu merefleksi, merenung, berpikir balik,
terhadap apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka
mengidentifikasi sisi-sisi  lemah yang mungkin  ada. Dalam proses perenungan itu
mungkin  guru  akan  menemukan kelemahan-kelemahan praktek pembelajaran
yang selama ini selalu dilakukannya tanpa disadari.
2.2 Jenis Dan Model PTK
a. Jenis PTK
Ada empat jenis PTK, yaitu:
1. PTK diasnogtik,
2. PTK partisipan,
3. PTK empiris, dan
4. PTK eksperimental (Chein, 1990).
Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK
tersebut.
1.  PTK Diagnostik; Jenis Diagnostik maksudnya penelitian dilakukan untuk
menuntun peneliti ke arah suatu tindakan karena suatu masalah yang terjadi,
misalnya adanya konflik antar siswa di kelas, adanya pertengkaran di antara siswa
dan sejenisnya.
2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila
orang yang akan melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses
penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan
demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya
peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta
berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga
dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini
peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal
sampai berakhir penelitian.
3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya
melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan
apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya
berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam
pekerjaan sehari-hari.
4. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila
PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi
secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam
kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu
strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional.
b. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia
pendidikan, di antaranya:
1. Model Kurt Lewin; di depan sudah disebutnya bahwa PTK pertama kali
diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti PTK yang
diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat
langkah.
a. Perencanaan ( planning)
b. Aksi atau tindakan (acting)
c. Observasi (observing)
d.  Refleksi (reflecting) (Lewin, 1990).
2. Model Kemmis dan Mc. Taggart, Model yang dikembangkan oleh Stephen
Kemmis dan Robin Mc. Taggart tidak terlalu berbeda dengan model Kurt
Lewin. Dikatakan demikian karena di dalam satu siklus atau piutaran terdiri atas
empat komponen seperti yang dilaksanakan Lewin. Keempat komponen tersebut
adalah :
a. Perencanaan ( planning)
b. tindakan ( acting )
c. Observasi ( observation )
d.  refleksi ( reflection )
Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi,
diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk
siklus tersendiri. Demikian seterusnya atau dengan beberapa kali siklus. Model
Kemmis dan Taggart dapat dilihat Kemmis dan Taggart telah melakukan
penelitian tindakan kelas, mengenai proses inkuari pada pelajaran sains. Ia
memfokuskan pada strategi bertanya kepada siswa.
3. Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di
atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot
ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam
setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi
(tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa
langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud
disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat
kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau
proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya
setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu
pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di
dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan
dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa
rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda
secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan
berikut ini.
2.3 Metode PTK
a. Penelitian Tindakan Kelas
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau biasa disebut dengan istilah (classroom action research).
Hal ini karena penelitian tindakan kelas mampu menawarkan pendekatan dan
prosedur yang mempunyai dampak langsung bentuk perbaikan dan peningkatan
profesionalisme guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang memaparkan terjadinya
sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja ketika perlakuan
diberikan, dan memaparakan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai
dengan dampak dari perlakuan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
penelitian tindakan kelas atau PTK adalah jenis penelitian yang memaparkan baik
proses maupun hasil, yang melakukan PTK di kelasnya untuk meningkatkan
kualitas pembelajarannya.
Menurut Sugiyono (2016, hlm. 6) mengemukakan bahwa metode penelitian dapat
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan
dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Berdasarkan pendapat di atas,
maka peneliti menyimpulkan bahwa metode peneliti adalah sekumpulan peraturan,
kegiatan dan prosedur yang digunakan peneliti untuk mendapatkan pengetahuan
ilmiah dan ilmu.
b. Jenis Metode Penelitian
Banyaknya jenis metode penelitian yang dilandasi oleh adanya perbedaan
pandangan dalam menetapkan masing-masing metode, menggambarkan rancangan
penelitian yang meliputi waktu penelitian, sumber data serta dengan cara apa data
tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis. Pendapat tersebut sejalan dengan teori
menurut Sugiyono (2016, hlm. 9) yaitu sebagai berikut :
a. Penelitian Dasar
Jujun S. Suriasumantri dalam Sugiyono (2016, hlm. 9) penelitian dasar adalah
penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya
belum pernah diketahui.
b. Penelitian Terapan
Jujun S. Suriasumantri dalam Sugiyono (2016, hlm. 9) penelitian terapan
adalah penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah
kehidupan praktis.
c. Penelitian Pengembangan
Borg and Gall dalam Sugiyono (2016, hlm. 9) menyatakan bahwa penelitian
pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
pendidikan dan pembelajaran.
d. Penelitian Eksperimen
Penelitian Eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh traetment (perlakuan) tertentu.
e. Metode Survey
Metode Survey digunakan untuk mendapatkan data dari temapt tertentu yang
alamiah.
f. Metode Penelitian
naturalistik/Kualitatif Metode Penelitian naturalistik/Kualitatif digunakan untuk
meneliti pada tempat yang alamiah dan peneliti tidak membuat perlakuan karena
peneliti dalam mengumpulkan data bersifat emic, yaitu berdasarkan pandangan
dari sumber data bukan pandangan peneliti.
g. Metode Kuantitatif
Metode Kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampai
tertentu.
h. Metode Penelitian
Kulitatif Metode Penelitian Kulitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan padafilsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah.
Pelaksanaan penelitian diperlukan suatu cara atau metode ilmiah tertentu
untuk memperoleh data dan informasi, metode ilmiah tersebut diperlukan
dengan tujuan agar data atau informasi yang dikumpulkan dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah yaitu metode penelitian. Penelitian ini menggunakan
metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau biasa disebut dengan istilah
(classroom action research). Hal ini karena penelitian tindakan kelas mampu
menawarkan pendekatan dan prosedur yang mempunyai dampak langsung
bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola
proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan beberapa pengertian menurut para ahli di atas, maka peneliti
dapat menyimpulkan PTK merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
guru yang difokuskan pada situasi pembelajaran di dalam kelas dan memiliki
tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran.
2.4 Analisis Data
Analisis data bertujuan mendapatkan informasi yang terkandung di dalam data dan
menggunakan hasilnya untuk memecahkan suatu permasalahan. Salah satu metode yang
sering digunakan yaitu analisis regresi. Analisis regresi merupakan suatu kajian
terhadap hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas. Ada tiga macam tipe
dari analisis regresi, yaitu regresi linear sederhana, regresi linear berganda, dan regresi
non linear. Secara umum, model regresi dapat dituliskan sebagai Dimana menyatakan
variabel tak bebas, menyatakan variabel bebas, dan merupakan parameter dan
merupakan faktor galat. Dari model regresi ini dapat diestimasi besarnya pengaruh
secara kuantitatif dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebas.
Ada beberapa metode penyusunan model regresi, tetapi sejauh yang menyangkut
analisis regresi, metode yang paling luas digunakan adalah metode kuadrat terkecil atau
Ordinary Least Square. Estimasi parameter model regresi yang di peroleh dengan OLS
merupakan estimator yang baik bila model regresi memenuhi asumsi-asumsi tertentu
yang sering disebut dengan asumsi model regresi linear klasik. Satu asumsi kritis dari
model regresi linear klasik adalah bahwa galat adalah galat yang di asumsikan
semuanya mempunyai varians yang sama. Jika asumsi ini tidak dipenuhi, salah satunya
kita mempunyai kasus Heteroskedastisitas.
Sebelum menarik sampel dari suatu populasi terkadang diperoleh informasi
mengenai parameter yang akan di estimasi. Jika informasi tersebut ingin dimasukan
data dalam analisis data, maka estimasi pamaeter regresi dengan metode kuadrat
terkecil tidak memungkinkan untuk memasukan informasi tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan metode Bayes untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Bayes
memperkenalkan suatu metode yang diperlukan untuk mengetahui bentuk distribusi
awal (prior) dari populasi yang dikenal dengan metode bayesian. Informasi ini
kemudian digabungkan dengan informasi dari sampel untuk digunakan dalam
mengestimasi parameter populasi [9]. Pada metode Bayes, seorang peneliti harus
menentukan distribusi prior dari parameter yang ditaksir. Distribusi prior ini dapat
berasal dari data penelitian sebelumnya atau berdasarkan intuisi seorang peneliti.
Dugaan penentuan distribusi parameter sangatlah subyektif .Semakin berpengalaman
seseorang, maka semakin mudah dalam menentukan distribusi priornya. Sudah tentu
penentuan distribusi prior ini harus berdasarkan alur berpikir yang logis. Setelah
informasi dari data yang didapat dari pengambilan sampel digabungkan dengan
informasi prior dari parameter, akan didapat distribusi posterior dari parameter.
A. Jenis-jenis data penelitian
a. Jenis Data Penelitian Berdasarkan Sifatnya
1. Data Kualitatif
Jenis data penelitian kualitatif ini merupakan data yang dibuat dengan
kalimat ataupun kata-kata, bukan dengan angka. Berbagai macam cara pun
bisa kamu lakukan untuk memperoleh jenis data penelitian kualitatif ini.
Kamu bisa mengumpulkan data dengan wawancara, analisis dokumen,
diskusi terfokus ataupun dengan observasi transkip. Selain itu, kamu pun
bisa memperoleh sebuah data kualitatif ini memalui rekaman video dan
juga melalui sebuah foto.
Jenis data penelitian kualitatif ini pun bisa disebut pula dengan data
kategorik ataupun pengelompokan. Karena penyusunan data jenis kualitatif
ini bisa dilakukan dengan mengelompokan berdasarkan nama ataupun
ketegori yang ada.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif ini merupakan jenis data penelitan yang berupa angka
ataupun bilangan. Jenis data penelitian ini pun bisa kamu olah dan juga
kamu analisis dengan perhitungan matematika ataupun statistika.
Hal ini karena data yang yang kamu peroleh hanya berupa angka saja,
sehingga perlu ada pengolahan untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan.
b. Jenis Data Penelitian Berdasarkan Sumbernya
1. Data Primer
Berdasarkan sumbernya, jenis data penelitian primer ini bisa didapatkan
oleh peneliti langsung dari sumber datanya. Jenis data penelitian primer ini
bisa disebut juga sebagai data asli.
Selain itu, untuk jenis data penelitian primer ini bisa dilakukan
pembaharuan ataupun update, sehingga data yang kamu peroleh pun selalu
baru.
Untuk memperoleh data primer ini, beberapa cara pun bisa kamu lakukan.
Cara mendapatkan data primer ini bisa kamu lakukan dengan wawancara,
observasi secara langsung, diskusi terfokus dalam grup serta dengan
melakukan penyebaran kuisioner.
2. Data Sekunder
Berbeda dengan data primer yang bisa didapatkan secara langsung dari
sumbernya, data sekunder ini diperoleh dari berbagai sumber yang telah
ada. Namun tentu saja data yang kamu dapatkan ini harus berasal dari
tangan pertama.
Untuk memperoleh data sekunder, kamu bisa mendapatkannya dari Badan
Pusat Statistik atau BPS, buku ataupun jurnal dan juga laporan yang terkait
dengan penelitian yang kamu buat.
c. Jenis Data Penelitian Berdasarkan Skala Pengukuran
1. Data Nominal
Jenis data penelitian nominal ini termasuk pula dalam data kualitatif. Sifat
dari data ini pun setara dan tudak bisa menunjukkan pada tingkatan
tertentu. Selain itu, menggunakan data nominal ini hanya bisa
menghasilkan satu jenis kategori saja.
Meskipun data nominal ini menunjukan angka, akan tetapi angka pada data
nominal inib tidak memiliki makna matematis sehingga tidak bisa diolah
ataupun di analisis.
2. Data Ordinal
Sedangkan pada data ordinal memiliki sebuah tingkatan tertentu. Tingkatan
yang ada pada data ordinal ini bisanya berurutan baik itu dari yang terendah
hingga urutan tertinggi ataupun sebaliknya. 
Akan tetapi, meskipun memiliki jenjang urutan pada data ordinal, data ini
pun masih tidak bisa dilakukan pengolahan dengan operasi matematika.
3. Data Interval
Data interval ini pun termasuk dalam jenis data penelitian
kuantitatif. Selain itu, data ini pun memiliki sifat dari data ordinal, yaitu
berupa jenjang urutan dengan kriteria tertentu. Karena termasuk dalam data
kuantitatif, maka data interval ini bisa dioleh dengan operasi matematika
yang ada.
4. Data Rasio
Data rasio ini merupakan jenis data penelitian yang memiliki sifat dari data
nominal, ordinal dan juga data interval. Sehingga jenis data penelitian rasio
ini merupakan data yang berbentuk angka dan juga dilengkapi dengan titik
nol absolute atau mutlak dan juga bisa diterapkan dengan cara diolah dan
dianalisis dengan sistem operasi matematika.
B. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Kuantitatif
1. Survey kusioner
Pengumpulan data dalam penelitian tentunya harus dilakukan secara ilmiah
dan sistematis. Peneliti melakukan survey dengan cara menyebar kuesioner
atau angket sebagai instrumen penelitian, kuesioner menjadi wadah yang
efektif dan efesien untuk mengumpulkan data yang akan diukur secara
numeric.
2. Dataset Statistik
Menggunakan dataset statistik merupakan tipikal penelitian kuantitatif,
penggunaan dataset statistik ini merupakan pengunaan data yang sudah
tersedia. Dataset yang digunakan biasanya sudah dikumpulkan oleh pihak
ke-3 yang memiliki otoritas. Cara ini biasanya lebih cepat karena yang
dibutuhkan peneliti hanyalah mengakses dataset, tidak perlu menyebar
kuesioner ke lapangan. Misalnya, peneliti menggunakan dataset hasil survel
lembaga lain.
3. Wawancara
Metode ini biasanya digunakan dalam riset kuantitatif maupun kualitatif.
Wawancara merupakan proses pengumpulan data, menggunakan informan
yang menjawab pertanyaan yang diajukan untuk kepentingan penelitian.
Dalam riset kuantitatif tipe wawancara yang digunakan dalam bentuk yang
terstuktur.
4. Observasi
Observasi yang dilakukan untuk bahan penelitian, harus dilakukan dengan
ketelitian dan kecermatan dalam rangka memperoleh data penelitian. Praktik
observasi melibatkan pengerahan beberapa indera peneliti, terutama
penglihatan dan pendengaran untuk menangkap fenomena di sekitar yang
bisa dijadikan data.
b. Metode Kualitatif
1. Teknik Wawancara
Wawancara merupakan pembuktian terhadap informasi yang telah diperoleh.
Teknik yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara
mendalam, yang merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian. Wawancara dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka
dengan mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan, dan memberikan
pertanyaan lagi, ketika informan memberikan jawaban. Tanya semua kepada
informan, untuk memenuhi kebutuhan data yang diperlukan.
2. Observasi
Observasi merupakan proses peneliti dalam melihat situasi dalam melihat
situasi penelitian. Informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah
tempat, pelaku, kegiatan atau peristiwa, dan waktu.
3. Teknik Dokumen
Dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi
penelitian, berupa sumber tertulis, film, dan gambar. Dokumen tersebut akan
memberikan informasi bagi proses penelitian.
4. Teknik Treangulasi
Triangulasi merupakan cara pemeriksaan kebenaran data yang paling umum
digunakan. Cara ini dilakukan dengan pengumpulan data dari beragam
sumber yang berbeda, dengan menggunakan suatu metode yang sama.
Peneliti menggunakan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi
untuk sumber data yang sama secara serempak.
C. Pengembangan Instrumen Pengumpulan data
1. Pengembangan Instrumen Pengumpulan data
Menurut pendapat Colton dan Covert (2007:5) instrumen adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena, merekam informasi yang ditujukan untuk
penilaian dan pengambilan keputusan. An instrument is a tool for measuring,
observing, or documenting quantitative data. Instrumen adalah alat untuk
mengukur, mengamati, atau mendokumentasikan data (Creswell, 2012:151).
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) instrumen pengumpulan
data adalah  alat  bantu  yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa instrumen penelitian adalah alat–alat yang digunakan untuk memperoleh
atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau
mencapai tujuan penelitian ataupun pengambilan sebuah keputusan.
2. Langkah Penyusunan Instrumen
Untuk memahami konsep penyusunan dan pengembangan instrumen, maka di
bawah ini akan disajikan proses atau langkah-langkah yang ditempuh dalam
penyusunan instrumen. Menurut Johnson & Clark dalam Creswell (2012:158)
tahap-tahap umum dalam pengembangan atau penyusunan sebuah isntrumen
yaitu planning, construction, quantitative evaluation, dan validation. Dalam
setiap tahap tersebut masih ada langkah-langkah yang harus dilakukan agar
terciptanya sebuah instrumen yang baik. Pada tabel dibawah ini akan dipaparkan
tahap-tahap umum serta hal-hal yang harus dilakukan pada setiap tahapnya.
pengembangan instrumen pertama-tama yang dilakukan adalah menetap kaji
konstruk variabel penelitian yang merupakan sistesis dari teori-teori yang telah
dibahas dan dianalisis yang penyajiannya diuraikan dalarn pengkajian teoritik
atau tinjauan pustaka. Konstruk tersebut dijelaskan dalam definisi konseptual
variabel, yang di dalamnya tercakup demensi dan indikator dari variabel yang
hendak diukur, berdasarkan konstruk tersebut ditetapkan indikator-idikator yang
akan diukur dari variabel tersebut. Selanjutnya item-item instrumen dibuat untuk
mengukur indikator- indikator yang telah ditetapkan dengan cara, seperti telah
dikemukakan pada proses penyusunan dan pengembangan instrumen point d an
e. Karena bentuk item-item instrumen yang akan dibuat harus sesuai dengan
instrumen yang dipilih, maka. sebelum menulis item-item instrumen terlebih
dahulu peneliti harus memilih jenis instrumen apa yang sesuai untuk mengukur
indikator dari variabel yang akan diteliti.
Berkaitan dengan instrumen penelitian, peneliti perlu memahami bagaimana
mengembangkan instrumen penelitian yang diperlukan untuk mengumpulkan
data sesuai dengan yang dibutuhkannya. Secara umum ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam menulis butir instrumen. Hal-hal yang perlu
diperhatikan di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Butir harus langsung mengukur indikator, yaitu penanda konsep yang berupa
sesuatu kenyataan atau fakta (das solen) seperti keadaan, perasaan, pikiran,
kualitas, kesediaan, dan sebagainya.
2. Jawaban terhadap butir instrumen dapat mengindikasikan ukuran indikator
apakah keadaan responden berada atau dekat ke kutub positif atau ke kutub
negatif. Misalnya jika berada atau dekat ke kutub positif menandakan sikap
positif, motivasi tinggi, produktivitas tinggi, dan seterusnya. Sedang jika
berada atau dekat ke kutub negatif berarti menandakan sikap negatif,
motivasi rendah, produktivitas rendah, dan seterusnya.
3. Butir dapat berbentuk pertanyaan atau pernyataan dengan menggunakan
bahasa yang sederhana, jelas, tidak mengandung tafsiran ganda, singkat dan
komunikatif.
4. Opsi dari setiap pertanyaan atau pernyataan itu harus relevan menjawab
pertanyaan atau pernyataan tersebut.

Dari uraian tentang prosedur atau langkah-langkah dalam penyusunan


sebuah instrumen yang baik dapat disimpulkan bahwa prosedur yang harus
ditempuh dalam penyusunan sebuah instrumen yang baik yaitu:
1.      Perencanaan
2.      Penulisan butir soal
3.      Penyuntingan
4.      Ujicoba
5.      Penganalisaan hasil
6.      Revisi
D. Mengolah Dan Menganalisis Data
1. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data
Tujuan pokok dilaksanakannya penelitian adalah untuk menjawab
pertanyaanpertanyaan penelitian. Untuk mencapai tujuan pokok tersebut
antara lain harus melalui proses pengolahan dan analisis data.
2. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Sebelum melakukan pengolahan data, ada bebarapa tahap yang harus
dilakukan. Sedangkan setelah analisis data yaitu suatu proses
penyederhanaan data, maka dapat dilakukan interpretasi data dengan mudah.
Kuesioner merupakan alat pengumpul data yang digunakan untuk survai,
guna memudahkan proses selanjutnya, sebaiknya dalam kuesioner telah
tersedia kolom untuk koding.
2.5 Penyusunan Proposal PTK
Dalam penyusunan usulan penelitian/proposal penelitian perlu dilakukan beberapa
kegiatan pokok, yaitu ; (1) mendeskripsikan dan menemukan masalah dengan berbagai
metode atau cara, (2) menentukan cara pemecahan masalah dengan pendekatan,
strategi, media, atau kiat tertentu, (3) memilih dan merumuskan masalah baik berupa
pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya, (4)
menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan masalah yang ditetapkan, (5)
memilih dan menyusun persfektif, konsep, dan perbandingan yang akan mendukung
dan melandasi pelaksanaan PTK, (6) menyusun siklus yang berisi rencana-rencana
tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, (7)
menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan
untuk menjaring data, (8) menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data.
Hasil kegiatan di atas dituangkan dalam kerangka proposal yang terdiri dari 3
bagian yang ditulis tidak lebih dari 15 halaman (khusus untuk bagian pokok). Tiga
bagian itu adalah (1) bagian awal (halaman sampul, halaman persetujuan, Kata
Pengantar dan daftar isi), (2) bagian pokok (Pendahuluan: latar belakang, rumusan
masalah dan pemecahannya, tujuan dan manfaat penelitian; Kajian pustaka: kajian teori,
kajian hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis, Rencana Penelitian:
seting dan subyek penelitian, prosedur PTK, pengumpulan dan analisis data) dan (3)
bagian akhir.
Bagian pokok propsal terdiri dari 3 yaitu: (1) pendahuluan: latar belakang, rumusan
masalah dan pemecahannya, tujuan dan manfaat penelitian; (2) kajian pustaka: kajian
teori, kajian hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis, dan (3) rencana
penelitian: setting dan subyek penelitian, prosedur PTK, pengumpulan dan analisis data.
1. Pendahuluan
Pendahuluan proposal penelitianberisi: latar belakang permasalahan, permasalahan
penelitian, cara pemecahan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian.
Latar Belakang Masalah
Dalam latar belakang permasalahan diuraikan urgensi penanganan
permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkan fakta –
fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun
dari kajian pustaka. Dukungan beberapa hasil penelitian–penelitian terdahulu
(apabila ada) juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta
signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan.
Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin
dalam uraian di bagian ini. Untuk itu beberapa hal berikut ini perlu dimasukkan
dalam latar belakang masalah. Menuliskan kenyataan yang ada (kondisi awal);
Kondisi awal sesuai dengan permasalahan yang diteliti; Contoh: ”Permasalahan
pokok, misalnya hasil belajar matematika bagi peserta didik kelas V rendah”
diuraikan berdasarkan fakta rendahnya itu dibuktikan dari mana, berapa rata-rata
nilai ulangan harian, berapa banyak peserta didik yang belum tuntas, ’siapa” saja
yang belum tuntas, dan sebagainya (sesuai data riel dari SD tersebut). Kemudian
menetapkan masalah pokok yaitu yang mengandung kondisi awal dari subyek yang
diteliti. Selain itu menuliskan masalah lain yaitu masalah yang mengandung kondisi
awal permasalahan yang menyelimuti guru sebagai peneliti: misalnya selama ini
belum memanfaatkan alat peraga tertentu dalam pembelajaran matematika;
berdasarkan fakta bila belum menggunakan alat peraga, menggunakan cara apa.
Menuliskan harapan yang dituju (kondisi akhir), yaitu kondisi setelah
dilakukan penelitian. Harapan yang dituju (kondisi akhir) dapat berupa kondisi
akhir yang diteliti atau bagi subyek penelitian (peserta didik/guru/kepsek), maupun
kondisi akhir peneliti. Kondisi akhir yang diteliti (peserta didik), misalnya
meningkatnya hasil belajar matematika pada operasi hitung bilangan pecahan.
Berapa nilai rata-rata ulangan harian yang diharapkan setelah penelitian, mengapa
perlu ditingkatkan. Kondisi akhir peneliti (guru), misalnya memperbaiki proses
pembelajaran dengan memanfaatkan penggunaan alat peraga tertentu.
Permasalahan Penelitian
Menulis masalah yaitu kesenjangan antara kenyataan dan harapan;
Kesenjangan yang dimaksud adalah 1: kesenjangan antara kondisi awal dan kondisi
akhir masalah pokok dari subyek penelitian, 2: kesenjangan antara kondisi awal dan
kondisi akhir masalah lain dari peneliti. Menulis masalah yang dihadapi yaitu
adanya kesenjangan antara harapan (kondisi akhir) dengan kenyataan (kondisi
awal): Masalah yang diteliti, nilai ulangan kenyataan (kondisi awal)-nya masih
rendah, harapan (kondisi akhir)-nya meningkat; Masalah peneliti, kondisi awal
pembelajarannya belum memanfaatkan alat peraga, harapan (kondisi akhir)-nya
menggunakan alat peraga Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui
PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar-
benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu
diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya
bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian
permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang
dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga
gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan
masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut.
Cara Pemecahan
Masalah Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan
hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil
analisis masalah. Di samping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan
kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau
peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program
sekolah lainnya.Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari
kemanfaatan penelitian formal. Menulis cara pemecahan masalah, perlu adanya:
identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perlu adanya solusi. Pada saat
melakukan identifikasi masalah, guru sudah harus mengkaji berbagai literatur yang
relevan. Identifikasi Masalah pada umumnya berupa pertanyaan, banyaknya
pertanyaan selalu lebih dari satu sehingga banyaknya pertanyaan lebih banyak dari
banyaknya rumusan masalah. Penggunaan kalimat tanya dimulai dari yang komplek
(holistik) sampai yang spesifik (atomistik). Kalimat tanya tersebut tidak harus
dijawab, karena hanya sebagai identifikasi masalah; Kalimat tanya tersebut harus
mengacu/ mengandung variabel pada masalah pokok (Y).
Pembatasan Masalah diperlukan adanya pembatasan masalah agar penelitian
lebih terfokus; Langkah awal, membatasi banyaknya variabel yang diteliti, variabel
apa saja. Membatasi atau menjelaskan variabel terikat, misalnya untuk peserta didik
mana, kelas berapa, semester kapan, tahun kapan, materi apa dan sebagainya.
Membatasi atau menjelaskan variabel bebas (X), misalnya, alat peraganya apa, apa
yang dilakukan, siapa yang melakukan, kapan tindakan itu akan dilakukan.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dikembangkan dari identifikasi dan pembatasan masalah;
Umumnya berbentuk kalimat tanya. Kalimat tanya pada rumusan masalah lebih
terinci karena telah melalui identifikasi dan pembatasan masalah. kalimat tanya
yang diajukan mengacu ke variabel pada masalah pokok (Y) dan variabel pada
masalah lain yang diteliti (X). Kalimat tanya pada rumusan masalah kelak harus
terjawab setelah pelaksanaan tindakan. Kualitas penelitian sangat dipengaruhi oleh
kualitas jawaban bukan hanya banyaknya rumusan masalah. Rumusan masalah akan
dipakai sebagai dasar untuk penentuan teori yang akan digunakan; Selain itu juga
sebagai arah dalam menentukan judul penelitian, sebagai arah dalam menentukan
metode penelitian dan sebagai arah dalam menentukan jenis penelitian.
Tujuan dan Manfaat
Penelitian Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran
antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan
hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian–bagian sebelumnya.
Dengan sendirinya, artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai
contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan
prestasi peserta didik dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM
yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan
sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan
merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat
diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan. Di samping
tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam
hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan– keuntungan yang
dijanjikan, khususnya bagi peserta didik sebagai pewaris langsung (direct
beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekanrekan
guru lainnya serta mungkin bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda
dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi
dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan
kehadirannya tidak ditolak.
2. Kajian Pustaka
Pada bagian ini berisi kajian teori, penelitian yang relevan (bila ada), kerangka
berpikir dan hipotesis tindakan. Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang
menumbuhkan gagasan yang mendasari rancangan penelitian tindakan. Kemukakan
juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan
untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk
menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian.
Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan
indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.
Kajian Teori
Pada kajian teori dipaparkan landasan substantive dalam arti teoritik
dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif yang
akan diimplementasikan. Tinjauan pustaka berisi falsafah dasar, teori, dan konsep
yang sangat erat kaitannya dengan scope penelitian yang akan didilakukan. Teori-
teori yang diambil harus relevan dengan: (1) permasalahan dilihat dari isinya, dan
(2) variabel yang diteliti dilihat dari judul/sub judul yang ditulis pada kajian teori
terutama variabel tindakan (X) harus dijelaskan bukan hanya teori tentang apa dan
mengapa penting, tetapi bagaimana secara teoritis implementasi variabel X dalam
pembelajaran. Tinjauan pustaka diambil dari teori-teori yang terbaru dan dari
berbagai aliran. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik
pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri yang relevan maupun pelaku–pelaku PTK
lain disamping terhadap teori–teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan.
Setelah itu dilanjutkan dengan ulasan teoritik.
Kajian Hasil-Hasil
Penelitian yang Relevan Penelitian yang telah ada/dilakukan sebelumnya,
relevan dengan permasalahan dan variabel yang diteliti perlu dikaji untuk
menghindari duplikasi. Penelitian yang relevan yang perlu dikaji baik yang
dilakukan oleh peneliti sendiri maupun oleh orang lain. Kajian ini menjadi dasar
ulasan penelitian-penelitian embpiris yang berkaitan dengan teori yang digunakan
sebagai landasan. Argumentasi logis dan teoretik diperlukan bukan hanya untuk
membuat ulasan, tetapi juga untuk menyusun kerangka teori/konseptual. Dari sini
akan nampak celah atau kesempatan yang membedakan penelitian kita dan
penelitian sebelumnya/lainnya.
Kerangka Pikir
Dalam kerangka teori/pikir, peubah dicantumkan sebatas yang diteliti dan
dapat dikutip dari dua atau lebih karya tulis/bacaan. Kerangka teori sebaiknya
menggunakan acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan
acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu. Semakin banyak sumber
bacaan, semakin baik, dengan jumlah minimal 10 (sepuluh) sumber, baik dari teks
book atau sumber lain misalnya jurnal, artikel dari majalah, Koran, internet dan
lain-lain. Kerangka pemikiran yang berisi penjelasan teoritik digunakan untuk
mendiagnosis masalah. Dari diagnosis ini, kemudian dilanjutkan dengan
memodelkan penelitian yang kita buat. Di sini terkandung teori dasar dan referensi
penelitian terdahulu. Kerangka pemikiran bisa juga dibantu dengan menampilkan
bagan yang akan membantu mempermudah pembaca mengetahui arah penelitian
dan bagi peneliti bisa sebagai petunjuk penguraian variabel dan indikator instrument
penelitian. Pada akhir kerangka teori penulis menyusun model teori dengan
memberi keterangan. Model teori dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis
dalam penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka itu dapat berupa kerangka dari
ahli yang sudah ada, maupun kerangka yang berdasarkan teori-teori pendukung
yang ada. Dari kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah skema, harus
dijabarkan jika dianggap perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi
harus dicantumkan.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis diturunkan dari kerangka pemikiran. Berdasarkan rumusan
masalah penelitian, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran, maka dapat
diturunkan hipotesis atau dugaan. Hipotesis berisi hipotesis tindakan, bukan
hipotesis statistik maupun hipotesis penelitian; Dengan demikian merupakan
jawaban sementara berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir; Selain itu
hipotesis menjawab rumusan masalah yang diajukan, dan merupakan hipotesis
tindakan bukannya hipotesis penelitian.
3. Rencana Penelitian
Pada rencana penelitian ini dipaparkan: setting penelitian dan karakteristik subjek
penelitian, variabel yang akan diselidiki, rencana tindakan, data dan cara
pengumpulannya, indikator kinerja dan analisis data yang akan dilakukan.
Setting dan Karakteristik Subjek
Penelitian Pada bagian setting penelitian dan karakteristik subjek ini
disebutkan di mana penelitian tersebut akan dilakukan, di kelas berapa dan
bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi peserta didik pria dan
wanita, latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,
tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan, juga
dikemukakan pada bagian ini.
Variabel yang Akan Diteliti
Pada bagian variabel yang akan diselidiki ditentukan variabel-variabel
penelitian yang dijadikan titik-titik incar untuk menjawab permasalahan yang
dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan
peserta didik, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan
belajar, dan lain sebagainya; Namun dalam PTK, lazimnya variabel X yaitu
tindakan guru merupakan variabel (2) proses penyelenggaraan KBM seperti
interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara
belajar peserta didik, implementasi berbagai metode mengajar di kelas yang
inovatif, dan sebagainya, dan (3) varaibel output (Y) seperti rasa keingintahuan
peserta didik, kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan, motivasi
peserta didik, hasil belajar peserta didik, sikap terhadap pengalaman belajar yang
telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
Rencana Tindakan
Pada bagian rencana tindakan ini digambarkan rencana tindakan yang akan
dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti:
(1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang
diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelacakan tes diagnostik untuk
menspesifikasi masalah. Pembuatan skenario pembelajaran dengan minimal 4 kali
pertemuan tatap muka (penyajian materi, penilaian hasil belajar peserta didik,
analisis hasil penilaian, dan tindak lanjut yang dapat berupa pengajaran remedial
dan atau pengayaan), pengadaan alat–alat dalam rangka implementasi PTK, dan
lain–lain yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang perlu
ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternatif–alternatif solusi
yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.
(2) Implementasi Tindakan yaitu skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur
tindakan yang akan diterapkan.
(3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman/observasi
dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan
perbaikan yang dirancang.
(4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan
yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi
tindakan daur berikutnya.
Data dan Cara Pengumpulannya
Pada bagian data dan cara pengumpulannya ini ditunjukkan dengan jelas
jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik variabel X yaitu
proses tindakan guru dan respon siswa maupun dampak tindakan perbaikan
(variabel Y) yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai
keberhasilan atau kekurang-berhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang
dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi
keduanya. Di samping itu teknik pengumpulan data setiap variabel yang diperlukan
juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif,
pembuatan jurnal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai
kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan) penggambaran
interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan
berbagai prosedur asesmen dan sebagainya. Selanjutnya dalam prosedur
pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, para
guru juga harus aktif sebagai pengumpul data, bukan semata-mata sebagai sumber
data. Akhirnya semua teknik pengumpulan data yang digunakan harus mendapat
penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun
mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik,
penggunaan teknik perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada
tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data. Validasi diperlukan
agar diperoleh data yang valid. Validitas yang akan digunakan perlu disesuaikan
dengan data yang akan dikumpulkan. Untuk data kuantitatif (berbentuk angka)
umumnya yang divalidasi instrumennya. Validitas yang digunakan, validitas
teoretik maupun validitas empirik. Untuk itu diperlukan kisi-kisi agar terpenuhinya
validitas teoretik. Data kualitatif (misalnya observasi, wawancara), dapat divalidasi
melalui triangulasi: triangulasi sumber, data berasal dari beberapa sumber. Atau
triangulasi metode, data berasal dari beberapa metode.
Indikator Kinerja
Pada bagaian Indikator kinerja ini tolak ukur keberhasilan tindakan
perbaikan yang akan dipakai, ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan
verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK; jika bertujuan mengurangi
kesalahan konsep peserta didik, misalnya, perlu ditetapkan kriteria keberhasilan
dalam bentuk pengurangan (jumlah jenis dan atau tingkat kegawatan) miskonsepsi
yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan
perbaikan yang dimaksud.
Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan sesuai dengan metode dan jenis data
yang dikumpulkan. Pada PTK, data yang dikumpulkan dapat berbentuk kuantitatif
maupun kualitatif. Pada PTK tidak harus menggunakan uji statistik, tetapi bisa saja
cukup dengan deskriptif. Data kuantitatif menggunakan analisis diskriptif
komparatif yaitu membandingkan misalnya nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah
siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2. Data kualitatif hasil pengamatan maupun
wawancara menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi
dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
Bagian Akhir
Pada bagian akhir proposal berisi daftar pustaka dan lampiran. Daftar
pustaka yang akan dipakai dalam penelitiandisusun menurut urutan abjad
pengarang; hendaknya pustaka benar–benar relevan dan sungguh–sungguh akan
dipergunakan dalam penelitian. Bagaimana menyusun dan memanfaatkannya akan
dibahas lebih lanjut pada bab IV. Pada proposal telah digunakan minimal 5 sumber
untuk setiap variabel dan untuk kaitan antar variabel minimal 3 sumber. Semua
sumber diharapkan yang terbit kurang dari 10 tahun. Bagian lampiran dapat berisi
rancangan pembelajaran (RP), lembar observasi, panduan diskusi/refleksi,
instrumen penelitian yang akan digunakan, dan lain-lain. Hal–hal lain yang dapat
memperjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam
usulan penelitian ini.
2.6 Penyusunan Laporan Penelitian PTK
Laporan PTK merupakan pernyataan formal tentang hasil penelitian, atau hal apa
saja yang memerlukan informasi yang pasti, yang dibuat oleh seseorang atau badan
yang diperintahkan atau diharuskan untuk melakukan hal itu. Ada beberapa jenis
laporan misalnya Rapor Sekolah, Laporan Hasil Praktikum, dan Hasil Tes
Laboratorium. Sedangkan laporan PTK termasuk jenis laporan lebih tinggi
penyajiannya. Laporan hasil PTK adalah laporan yang ditulis secara sistematis
berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri.
Tujuan menulis laporan secara sederhana adalah untuk mencatat, memberitahukan, dan
merekomendasikan hasil penelitian. Maka dari itu laporan PTK ditulis karena
merupakan dokumen yang dapat dijadikan acuan, serta dapat diketahui oleh umum,
terutama oleh para guru yang barangkali mengalami masalah yang sama dengan yang
dilaporkan.
Sistematika laporan hasil PTK pada umumnya tidak jauh berbeda dari laporan
penelitian formal. Laporan hasil PTK terdiri dari 3 bagian yaitu: awal, pokok, dan akhir.
Selanjutnya tulisan ini memaparkan 3 bagian tersebut.
BAGIAN AWAL
Bagian awal Laporan Penelitian Hasil PTK terdiri dari: halaman judul, kata
pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. Uraian
berikut ini menjelaskan teknik penulisannya. Namun sebelum masuk ke masingmasing
item bagian awal laporan, disajikan terlebih dahulu tentang sampul/cover laporan hasil
PTK (Budi Herijanto, 2011).
Sampul
Pada bagian tengah atas terdapat logo lembaga pendidikan dimana penulis bekerja
bergaris tengah tidak lebih dari 6 cm; Di bawahnya dituliskan judul dengan huruf
capital tebal berukuran 15-16. Di bawahnya tertulis kata Laporan Penelitian Tindakan
Kelas yang dicetak dengan huruf capital tebal berukuran lebih kecil (14). Di bawahnya
dituliskan dengan huruf berukuran 12 kata Oleh (tanpa tanda titik dua), dibawahnya lagi
dituliskan nama, dan di bawahnya lagi NIP/NIS (diisi angkanya). Pada kaki halaman
dituliskan dengan huruf kapital tebal berukuran lebih kecil daripada judul (14-15) nama
lembaga pendidikan dimana penulis bekerja, dan di bawahnya lagi ditulis tahun berapa
laporan tersebut disusun. Semuanya itu dicetak dengan huruf misalnya time new
romantegak, diatur secara simetris dengan komposisi yang serasi. Sampul dibuat dari
bahan tebal. Di punggung sampul dibubuhkan logo (berdiri), nama (memanjang,
dengan huruf biasa berukuran 12), judul (memanjang, dengan huruf kapital berukuran
14), Laporan Hasil PTK dan tahun (Budi Herijanto, 2011).
Halaman Judul
Lembar judul bunyinya sama dengan yang terdapat pada sampul, hanya saja dicetak
pada kertas HVS putih dengan bobot terendah 70 gram. Halaman Moto dan
Persembahan Motto dan Persembahan boleh ada, boleh tidak. Motto disini adalah
ungkapan bijak untuk kehidupan, yang dipilih berkaitan dengan judul penelitian.
Persembahan adalah pernyataan, karya ilmiah itu dipersembahkan kepada siapa, yaitu
lembaga atau organisasi profesi yang perlu menindak-lanjuti PTK.
Abstrak
Abstrak ditulis pada lembar baru, berjudul ABSTRAK, ditulis di tengah atas,
dicetak dengan huruf kapital. Di bawahnya, dengan jarak dua spasi dicantumkan nama
akhir penulis, diikuti tanda koma, lalu nama depan dan tengah (kalau ada), diikuti tanda
titik, lalu tahun ..., diikuti tanda titik; diikuti judul penelitian. Selanjutnya dicantumkan
kata ”Program dan lembaga penulis bekerja diakhiri tanda titik, disusul dengan
pencantuman nama pembimbing (jika ada).
Prakata
Lembar Kata Pengantar berjudul Prakata yang diletakkan di tengah atas. Dalam
Prakata boleh dikemukakan ungkapan puji syukur dan terima kasih, namun yang pokok
adalah pengantar yang di ikuti ucapan terima kasih dan penghargaan kepada orang-
orang, lembaga, atau lainnya yang langsung membantu pelaksanaan penelitian dan
penulisan laporan. Dalam Prakata tidak boleh ada pernyataan bahwa penulis yakin akan
adanya banyak kesalahan atau kekurangan dalam penelitiannya dan atas dasar itu
penulis minta maaf, serta mengharapkan kritik dari pembaca. Kalau penulis yakin
bahwa dalam penelitian dan laporannya itu masih banyak kesalahan atau kekurangan,
penelitian dan atau laporannya itu harus diperbaiki terlebih dahulu, baru dilaporkan atau
dipublikasikannya karena kesalahan ilmiah tidak dapat diselesaikan dengan permintaan
maaf.
Daftar isi
Dalam daftar isi dimuat judul-judul yang terdapat pada bagian awal laporan
penelitian, mulai dari abstrak, judul bab beserta sub-bab dan anak sub-babnya masing-
masing, dan judul-judul pada bagian akhir. Kecuali judul sub-bab dan anak sub-bab,
semuanya diketik dengan huruf kapital. Judul-judul itu diikuti titik-titik sepanjang baris,
diikuti nomor halaman tempat judul itu terdapat pada halaman lembar laporan
penelitian.
Daftar Tabel
Gambar dan Lampiran Jika dalam bagian pokok terdapat tabel dan atau gambar
lebih dari 4, perlu ada daftar tabel dan daftar gambar; demikian juga jika dalam
lampiran lebih dari 4, perlu dibuat daftar lampiran. Tetapi jika kurang dari 5 tabel atau
kurang dari 5 gambar, atau kurang dari 5 lampiran, maka tidak perlu dibuat daftarnya.
Daftar tabel memuat nomor dan judul tabel, diikuti titik-titik seperti pada daftar isi, lalu
disusul nomor halaman tempat tabel terdapat dalam teks.
BAGIAN POKOK
Bagian Pokok Laporan Penelitian terdiri dari 5 bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab
II Kajian Pustaka, Bab III Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bab IV Pelaksanaan dan
Hasil Penelitian Tindakan Kelas serta Pembahasan, Bab V Penutup. Revisilah proposal
menjadi Bab I, Bab II dan Bab III laporan penelitian. Kemudian lakukan tindakan
sekaligus pengumpulan data untuk menyusun Bab IV dan Bab V.
BAB I: PENDAHULUAN
Bagian ini adalah bab pertama laporan penelitian yang mengantarkan pembaca
untuk mengetahui ikhwal topik penelitian, alasan dan pentingnya penelitian. Oleh
karena itu, bab pendahuluan memuat uraian tentang (1) latar belakang masalah
penelitian, (2) identifikasi masalah (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, dan (5)
kegunaan/manfaat penelitian. Berdasarkan hasil review proposal beserta masukan dari
berbagai fihak, lakukan revisi proposal menjadi bab 1 Pendahuluan (Budi Herijanto,
2011).
Latar Belakang Masalah
Dalam latar belakang permasalahan uraikan lebih rinci lagi urgensi penanganan
permasalahan yang diajukan melalui PTK. Untuk itu, harus lengkapi lagi dengan data
atau fakta-fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan saudara yang juga
guru selama ini maupun dari kajian pustaka terkini yang lebih banyak lagi. Usahakan
adanya dukungan hasil-hasil penelitian terdahulu yang lebih banyak sehingga lebih
mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang
ditangani melalui PTK (Budi Herijanto, 2011).
Identifikasi masalah
Berdasarkan kelengkapan data yang dipaparkan pada latar belakang hendaknya
kesenjangan antara kenyataan (kondisi awal) dan harapan (kondisi akhir) menjadi lebih
tajam; sehingga masalah penelitian benar-benar di angkat dari masalah keseharian di
sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK (Budi Herijanto,
2011). Uraian permasalahan hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang
dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga
gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi lebih spesifik
(pembatasan masalah tersebut). Dalam bagian inipun, sosok PTK secara konsisten
tertampilkan (Muhammad Daffa, 2008).
Rumusan masalah
Rumusan masalah dikembangkan dari identifikasi dan pembatasan masalah;
Umumnya berbentuk kalimat tanya. Kalimat tanya pada rumusan masalah lebih terinci
karena telah melalui identifikasi dan pembatasan masalah. Kalimat tanya yang diajukan
mengacu ke variabel pada masalah pokok (Y) dan variabel pada masalah lain yang
diteliti (X). Rumusan masalah disusun sesuai substansi bentuk rumusan PTK;
disamping adanya permasalahan yang akan diatasi, ada alternatif tindakan yang akan
diambil dan hasil positif yang diantisipasi. Rumusan masalah sebaiknya 2 atau lebih
(Budi Herijanto, 2011).
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan apa yang hendak dicapai dengan penelitian.
Rumusannya sejajar dengan rumusan masalah. Dirumuskan secara singkat dan jelas
tentang apa yang ingin diatasi atau dicapai berdasarkan permasalahan dan cara
pemecahan masalah yang dikemukakan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini materi dari proposal diperluas dan dipertajam lagi sehingga kajian
penelitian yang relevan, teori, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan menjadi lebih
sempurna. Uraikan dengan lebih jelas lagi kajian pustaka dan teori yang benar-benar
mendasari rancangan penelitian tindakan.
Kajian Teori
Dalam kerangka teoriris dinyatakan teori apa yang digunakan untuk landasan kerja
penelitian. Teori itu bisa disusun sendiri secara elektik, bisa juga berupa teori yang
digunakan oleh seorang ahli. Namun, teori apapun yang digunakan harus
dipertanggung-jawabkan melalui kajian sejumlah pustaka yang juga memuat hasil
penelitian dalam lingkup topik penelitian yang menggunakan teori terpilih ataupun yang
menggunakan teori yang berbeda.
Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Lengkapilah referensi hasil penelitian yang berasal dari jurnal dan atau laporan
penelitian yang relevan dengan permasalahan dan variabel yang saudara teliti. Kajian
ini menjadi dasar ulasan hasil penelitian saudara kelak. Tonjolkan peran saudara dalam
mengembangkan teori sesuai manfaat teoritis yang akan saudara cari datanya.

Kerangka Pikir
Buat kerangka pemikiran yang menjelaskan keandalan tindakan untuk mengatasi
masalah. Pertajamlah naskah dalam proposal saudara sehingga peubah/ variabel
dicantumkan sebatas yang diteliti dan dapat dikutip lebih dari tiga karya tulis/bacaan
sebelumnya.
Hipotesis Tindakan/Penelitian
Tinjau kembali hipotesis yang saudara turunkan dari kerangka pemikiran.
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran,
maka rumuskan ulang hipotesis saudara. Dengan demikian jawaban sementara yang
saudara rumuskan berdasarkan kajian teori dan pustaka serta kerangka berpikir semakin
kokoh menjawab rumusan masalah yang diajukan.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam metode penelitian ini dipaparkan: setting penelitian dan karakteristik subjek
penelitian, variabel yang diselidiki, rencana tindakan, data dan cara pengumpulannya,
indikator kinerja dan analisis data.
Variabel yang Diselidiki
Sebut dan rumuskan variabel yang diselidiki secara operasional berdasarkan definisi
teoritis yang saudara rumuskan pada Bab II baik (1) variabel X atau tindakan yaitu
proses penyelenggaraan KBM yang inovatif seperti interaksi belajarmengajar,
keterampilan bertanya, gaya mengajar guru, cara belajar peserta didik, implementasi
berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya (2), varaibel Y atau output seperti
rasa keingintahuan peserta didik, kemampuan peserta didik mengaplikasikan
pengetahuan, motivasi peserta didik, hasil belajar peserta didik, sikap terhadap
pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan. Selain itu tetapkan
indikator dari masing-masing variabel yang saudara teliti (Budi Herijanto, 2011).
Prosedur Penelitian Prosedur
Penelitian mencakup: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi
serta analisis dan refleksi serta evaluasi. Revisi dan pertajam rancangan penelitian pada
proposal dengan mendeskripsikan persiapan tindakan saudara; kegiatannya mencakup:
penyusunan rencana tindakan (skenario pembelajaran/RP), penyusunan media,
penyusunan materi, penyusunan instrumen, simulasi rencana tindakan (skenario
pembelajaran/RP). Deskripsikan secara rinci rencana pelaksanaan tindakan dalam
bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) serta jumlah pertemuaannya.
Data dan Cara Pengumpulannya
Pada bagian data dan cara pengumpulannya ini ditunjukkan dengan jelas jenis data
yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan
perbaikan yang di gelar, yang digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau
kekurang-berhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan (Muhammad
Daffa, 2008).
Indikator Kinerja
Pada bagaian Indikator kinerja ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan
ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan
melalui PTK.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ini sesuai judulnya, memaparkan uraian
pelaksanaan masing-masing siklus dengan data lengkap, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan
dan kelemahan yang terjadi. Kemudian perlu ditonjolkan hal yang mendasar yaitu hasil
penelitian yang sesuai dengan tujuan yang tercermin dari perubahan (kemajuan) pada
diri peserta didik, lingkungan, guru sendiri, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas,
hasil belajar dan lain sebagainya. Kemukakan grafik dan/ tabel secara optimal, hasil
analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara
sistematik dan jelas.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Menyimpulkan adalah mengikhtisarkan atau memberi pendapat berdasarkan apa-
apa yang diuraikan sebelumnya. Sejalan dengan itu, kesimpulan atau simpulan adalah
kesudahan pendapat atau pendapat terakhir yang dibuat berdasarkan uraian sebelumnya
(Budi Herijanto, 2011). Dalam kaitan dengan PTK, simpulan harus disusun secara
singkat, padat, dan jelas; sesuai dengan uraian, dan mengacu kepada pertanyaan
penelitian/ tujuan perbaikan. Di samping itu, simpulan harus disusun secara sistematis
sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan (Parjan, 2008).
2.7 Penyusunan Publikasi Penelitia Tindakan Kelas
Pengetahuan tentang publikasi ilmiah dan penulisan laporan penelitian tindakan
kelas sangat diperlukan bagi guru. Pengetahuan ini diperlukan seluruh guru yang akan
memperbaiki proses pembelajaran. Salah satu metode yang digunakan untuk
memperbaiki proses pembelajaran. Salah satu metode yang digunakan untuk
memperbaiki mutu pembelajaran tanpa mengganggu proses belajar mengajar adalah
melalui penelitian tindakan kelas. Untuk dapat menyusun laporan hasil penelitian
tindakan kelas dengan baik, diperlukan pemahaman dan banyak melakukan penelitian
tindakan kelas serta menuliskan laporannya. Selain itu guru perlu membaca hasil
penelitian orang lain atau buku-buku tentang penelitian tindakan kelas untuk
memperkaya wawasan dan keterampilan dalam menyusun laporan hasil penelitian
tindakan kelas. Buku Publikasi Ilmiah dan Penulisan Laporan Penelitian Tindakan
Kelas ini disusun untuk dapat digunakan sebagai salah satu sumber bacaan bagi guru
yang akan melakukan dan menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas. Buku ini
mencakup jenis-jenis publikasi ilmiah, hakikat, metode, prosedur, dan teknik
pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian tindakan kelas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam PTK guru dapat meneliti sendiri praktek pembelajaran yang  ia lakukan di
kelas. Dengan penelitian tindakan kelas, guru  dapat melakukan penelitian terhadap
siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran Dalam PTK guru dan
pihak lain/ahli kependidikan secara kolaboratif juga dapat melakukan penelitian
terhadap proses dan atau produk pembelajaran secara reflektif di kelas. Yang  paling 
penting, dengan melakukan  penelitian tindakan guru dapat memperbaiki praktek-
praktek pembelajaran menjadi lebih efektif. Penelitian  tindakan kelas juga dapat
menjembatani kesenjangan  antara teori dan praktek pendidikan. Hal ini dapat terjadi
karena  setelah meneliti kegiatannya sendiri, di kelas sendiri dengan melibatkan siswa
sendiri, melalui sebuah tindakan-tindakan yang direncanakan,  dilaksanakan,  dan
dievaluasi, guru akan memperoleh umpan balik  yang  sistematik mengenai  apa yang
selama ini selalu dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan demikian guru
dapat membuktikan apakah suatu teori belajar-mengajar  dapat  diterapkan dengan baik
di kelas yang  ia  miliki.
3.2 Saran
Masalah yang diteliti adalah masalah yang memang penting, menarik perhatian,
dalam jangkauan peneliti dari segi kemampuan, waktu, biaya, dan tenaga. Lingkup
penelitian dapat berkisar pada kurikulum, peserta didik, guru, sarana/ prasarana, dan
penilaian. Masalah pendidikan bidang studi biasanya bersegi banyak, dapat berupa
salah satu atau kombinasi masalah di atas, dan untuk memecahkannya melalui
penelitian masalah tersebut harus dipilah-pilah menjadi sub masalah dan diteliti satu-
persatu. Masalah-masalah yang timbul dalam proses pembelajaran dapat diatasi oleh
guru dengan melakukan PTK.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta. Bungin, Burhan. 2008.
Chein (1990). Metodologi Pengajaran Bahasa.Jakarta: Gramedia Pustaka. Utama.
Dariyanto. 2010. Media Pembelajaran . Yogyakarta: Gava Media.
Creswell, J. W. 2012. RESEARCH DESIGN Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Haryadi, A. R. (2015)

Lewin AS, et al. (1990) Citrate synthase encoded by the CIT2 gene of Saccharomyces
cerevisiae is peroxisomal. Mol Cell Biol 10(4):1399-405.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet. Danandjadja, James. (1984)

Anda mungkin juga menyukai