Anda di halaman 1dari 4

TEORI KEPERCAYAAN KEPADA TUHAN

Santo Agustinus (354-430)


Santo Agustinus percaya bahwa Tuhan ada dengan melihat sejarah dari drama
penciptaan, yang melibatkan Tuhan dan manusia. Tuhan menciptakan daratan untuk manusia,
menciptakan manusia (Adam) yang berdosa melawan Tuhan. Lalu Adam dan Hawa diusir
dari Taman Eden. Kemudian setelah manusia berkembang, mereka berdosa lebih lagi dan
dihukum dengan air bah dalam sejarah Nuh. Orang-orang Yahudi yang diberikan perjanjian
Tuhan ternyata tidak dapat memeliharanya, sehingga dihukum melalui bangsa-bangsa lain.
Lalu Tuhan yang maha kasih menebus manusia melalui Yesus Kristus. Dari sejarah ini Tuhan
dapat selalu ada di tengah-tengah manusia. Memang Agustinus adalah Bapa gereja, Uskup
dari Hippo yang membela eksistensi Tuhan dari pandangan-pandangan lain yang ingin
meruntuhkan paham teisme. Tuhan didefinisikan dari sifat-sifatnya; maha tahu, maha hadir,
pencipta segala sesuatu. Namun lebih lagi Tuhan bukan ada begitu saja, namun selalu
terhubung dalam peristiwa-peristiwa besar manusia.

Thomas Aquinas (1225-1274)


Thomas Aquinas menggabungkan pemikiran Aristoteles dengan Wahyu Kristen.
Kebenaran iman dan rasa pengalaman bukan hanya cocok, namun juga saling melengkapi
beberapa kebenaran, seperti misteri dan inkarnasi dapat diketahui melalui wahyu,
sebagaimana pengetahuan dari susunan benda-benda di dunia, dapat diketahui melalui rasa
pengalaman, seperti kesadaran manusia akan eksistensi Tuhan, baik wahyu maupun rasa
pengalaman dipakai untuk membentuk persepsi tentang adanya Tuhan.

Thomas Aquinas terkenal dengan lima jalan (dalam bahasa Latin: quinque viae ad
deum) untuk mengetahui bahwa Tuhan benar-benar ada.

 Jalan 1 adalah gerak, bahwa segala sesuatu yang bergerak setiap gerakan pasti ada
yang menggerakkan, namun pasti ada sesuatu yang menggerakkan sesuatu yang
lain, namun tidak digerakkan oleh sesuatu yang lain, Dialah Tuhan.
 Jalan 2 adalah sebab akibat, bahwa setiap akibat mempunyai sebabnya, namun ada
penyebab yang tidak diakibatkan, Dialah sebab pertamanya, Tuhan.
 Jalan 3 adalah keniscayaan, bahwa di dunia ini ada hal-hal yang bisa ada dan ada
yang bisa tidak ada (contohnya adalah benda-benda yang dahulu ada ternyata ada
yang musnah, namun ada juga yang dulu tidak ada namun sekarang ada) namun
ada yang selalu ada (niscaya) Dialah Tuhan.
 Jalan 4 adalah pembuktian berdasarkan derajat atau gradus melalui perbandingan,
bahwa dari sifat-sifat yang ada di dunia (yang baik-baik) ternyata ada yang paling
baik yang tidak ada tandingannya (sifat Tuhan yang serba maha) Dialah Tuhan.
 Jalan 5 adalah penyelenggaraan, bahwa segala ciptaan berakal budi mempunyai
tujuan yang terarah menuju yang terbaik, semua itu pastilah ada yang
mengaturnya, Dialah Tuhan.

Descartes (1596-1650)
Rene Descartes memikirkan Tuhan bermula dari prinsip utamanya yang
merupakan gabungan antara pietisme Katolik dan sains. Descartes adalah seorang
filsuf rasionalis yang terkenal dengan pemikiran ide Tuhan. Tantangan yang
mendorong Descartes adalah keragu-raguan radikalnya, The Methode of Doubt,
bahkan menurutnya indera bisa saja menipu Yang Maha Kuasa dalam bayangan kita
juga bisa saja menipu sebab kita yang membayangkan.dalam menjawab skeptisisme
orang-orang pada masanya, maka dalam tinggalnya di Neubau dekat kota Ulm-
Jerman, disebut sebagai perjalanan menara, kata lain dari meditasi yang dilakukan, dia
menemukan Cogito, ergo sum tahun 1618. Karena orang pada zamannya meragukan
apa yang mereka lihat, maka hal ini dipatahkan oleh Descartes, bahwa apa yang
dipikirkan saja sebenarnya sudah ada minimal di pikiran. Orang bisa menyangkal
segala sesuatu, namun dia tidak bisa menyangkal dirinya sendiri. Jadi Tuhan di sini
juga demikian, Tuhan sudah ada dengan sendirinya bahkan lebih jauh Descartes
mencari bukti-bukti empiris yang dia warisi dari para pendahulunya. Keterbukaan
untuk mengemukakan ide dalam pikiran, maka segala sesuatu yang dapat dipikirkan
pasti bisa ada. Alkitab salah satu bukti eksistensi Tuhan, kemudian juga relasi bahwa
manusia, binatang, malaikat, obyek-obyek lain ada karena natural light yang adalah
Tuhan sendiri.

Filsafat Ketuhanan menurut Descartes adalah berawal dari fungsi iman, yang
pada akhirnya berguna untuk menemukan Tuhan. Tanpa iman manusia cenderung
menolak Tuhan. Ada dua hal yang bisa ditempuh agar Aku bisa sampai pada Tuhan:

 Jalan yang pertama adalah sebab akibat, bahwa dirinya sendiri (manusia)
pasti diakibatkan oleh penyebab pertama, yaitu Tuhan.
 Jalan kedua adalah secara ontologisme, yang diwarisinya dari Anselmus.
Tuhan yang ada itu tidak mungkin berdiri sendiri, tanpa ada kaitan dengan
suatu entitas lain, maka Tuhan pasti ada dan bereksistensi. Maka Tuhan
yang ada dalam ide Descartes sempurna sudah, bahwa Dia ada dan dapat
diandalkan dalam relasi dengan entitas lainnya itu.
Immanuel Kant (1724-1804)
Ajaran Kant tentang Tuhan ditemui dalam hukum moralnya melalui beberapa
tahap: 1. Tuhan adalah suara hati, 2. Tuhan adalah tujuan moralitas, 3. Tuhan adalah
pribadi yang menjamin bahwa orang yang bertindak baik demi kewajiban moral akan
mengalami kebahagiaan sempurna. Menurut Kant ada tiga jalan yang membuktikan
adanya Tuhan diluar spekulasi belaka, dan hal ini dimungkinkan:

 Dimulai dari menganalisa pengalaman kemudian menemui kualitas dari


sense dunia kita, lalu meningkat menjadi hukum kausalitas mencapai
penyebab diluar dunia.
 Berdasar hal pertama kita masih pada tarafan pengalaman yang tidak bisa
dijelaskan.
 Di luar konsep-konsep itu, manusia memiliki a priori dalam rasionya dan
itu menjadi penyebab yang memang ada.

Lalu dari usaha dari pengalaman dianalisa dengan a priori (pemikiran awal
sebelum membuktikan sesuatu) dalam otak kita, kita membagi tiga bentuk definisi
atas pengalaman; psikologi-teologi, kosmologi dan ontologi. Dari hal yang dialami
(empiris) menuju transendensi bahwa manusia hanya akan berspekulasi saja. Kritik
Kant terhada Thomas Aquinas juga mengenai hal-hal spekulatif, padahal Tuhan nyata
adanya. Di sini kemudian Kant mengakui bahwa Tuhan sebagai pemberi a priori dan
pengalaman itu sendiri tidak terdapat dalam baik pengalaman maupun a priori, namun
melampaui hal itu. Maka Kant sangat terkenal dengan kata-katanya “Langit
berbintang di atasku dan hukum moral di dalam batinku.” Disinilah iman diperlukan
sebab Tuhan pada kenyataannya tidak bisa dibuktikan hanya dengan pengalaman
inderawi semata. Tuhan melampaui hal-hal rasio murni.

Hegel (1770-1831)
Hegel juga disebut filsuf idealisme Jerman. Ajaran yang terkenal dari Hegel
adalah dialektika, di mana ada dua hal berbeda (bahkan kontras) yang bertemu dan
membentuk hal baru. Pertama-tama Hegel membedakan antara rasio murni (dalam
Kant) sebagai kesadaran manusia, namun ada yang lebih dari itu yaitu intelek. Intelek
itu senantiasa mengerjakan kinerja rasio dan intelektualitas sehingga dialektika terus
terjadi. Roh absolut yang adalah intelek itu bekerja dan menyatakan dirinya dalam
proses sejarah manusia. Pekerjaan roh itu dapat mencapai tujuannya dalam alam
semesta ketika terjadi dialektika antara subyek dan obyek, antara yang terbatas dan
tidak terbatas, dan yang paling bisa dimengerti adalah antara yang imanen dan
transenden. Hegel berpendapat Tuhan di dalam agama Kristen juga bekerja seperti
peristiwa reformasi yang sebenarnya merupakan peristiwa pemulih atau pengembali
keadaan manusia menjadi baik kembali. Dari peristiwa-peristiwa itu maka Tuhan
menurut Hegel dapat diartikan dalam tiga tahap:
1. Segala sesuatu yang terjadi dalam sejarah adalah proses perjalanan roh
(Tuhan) yang menemukan dirinya sendiri.
2. Melalui manusia dengan kesadrannya, roh itu menemukan dirinya (peristiwa
revolusi oleh Napoleon misalnya)
3. Sehingga terjadi keselarasan arah gerak manusia dan arah gerak roh dalam
emansipasi dan kebebasan manusia,untuk itu roh akan memakai nama akal
budi.

Namun Tuhan yang dinyatakan Hegel sebenarnya terikat pada manusia yang
berproses dalam sejarah.

Schleiermacher (1768-1834)
Schleiermacher adalah penganut Kant, namun baginya Tuhan lebih baik tidak
ditelusuri dengan metafisika belaka, namun perlu dihayati kehadirannya yaitu dengan
kontemplasi. Baginya Tuhan yang tidak bisa ditangkap inderawi tidak bisa juga
dilacak dengan rasoi murni. Istilah yang dipakai oleh Schleiermacher untuk Tuhan
adalah “Sang Universum”. Jika Kant mengenal Tuhan sebagai pemberi hukum moral
yang melampaui rasionya, Schleiermacher menganggap Tuhan yang dimaksud Kant
tidak memadai dalam kehidupan manusia, sebab Tuhan hanya pemberi ganjaran
kepada orang yang baik dan penghukum orang yang kurang baik. Sebab Tuhan bagi
Schleiermacher tidak mungkin memberi hukuman kekal kepada manusia lantaran ia
tidak sempurna, hal ini dikarenakan bahwa manusia diciptakan Tuhan bukan agar ia
sempurna, melainkan ia berikhtiar mencapai kesempurnaan itu.

Schleiermacher mendekati Tuhan bukan dari teori spekulatif, bukan dengan


pendekatan moral-praktis, melainkan pendekatan intuitif-batin, dalam bahasanya
melalui kontemplasi dan perasaan. Di sinilah agama merenungkan Sang Universum
di dalam caranya mengekspresikan diri dan tindakannya, agama ingin mendengarkan
bisikan suara Sang Universum itu dengan khidmat. Dalam kepasifan anak-anak
agama ingin ditangkap dan dipenuhi oleh daya pengaruhnya. Agama adalah Sang
Universum sendiri. Sang Universum ditangkap alam dunia yang
memanifestasikannya. Namun alam dunia bukanlah Sang Universum yang berdiri
sendiri. Maka tugas agama adalah mencari menemukan Tuhan yang ada di luar
dirinya. Agama harus tinggal dengan pengalaman-pengalaman langsung untuk
mencari Tuhan dan mencari keterhubungannya secara menyeluruh, bukan berfilosofi.

Anda mungkin juga menyukai