Anda di halaman 1dari 13

ISU KONTEMPORER STUDI ISLAM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah : Studi Agama Kontemporer
Dosen pengaampu : Arief Ramdani, S.H., M.H

Disusun Oleh:

Nadia Wati
NIM.2214140065

Rafly Wijaya Usman NIM.2214140076

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PALANGKARAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN AKUTANSI SYARIAH
PROGAM STUDI AKUTANSI SYARIAH
TAHUN 2022/1444 H

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dalam mata kuliah Studi Agama Komporer yang berjudul Isu
Kontermporer Studi Islam.

Pada kesempetan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Studi Agama Islam Kontemporer Bapak Arief
Ramdhani, S.H.,M.H yang telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini dan terimakasih
kepada rekan rekan mahasiswa dan khususnya yang secara langsung memberikan dorongan serta
dukungan atas terselesaikannya makalah ini.
Tentu saja makalah ini masih memiliki berbagai keterbatasan dalam berbagai hal oleh karena itu
koreksi saran dan kritik membangun dari pembaca akan menjadi pendorong bagi penulis untuk terus
menerus melakukan perbaikan dan pengembangan pada masa-masa yang akan datang.

Palangkaraya, September 2022

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Masalah.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Isu Kontemporer Studi Islam......................................................3
B. Isu-Isu Kontemporer Dalam Islam................................................................4
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
. Latar Belakang
Islam adalah agama yang menjadi acuan dan pedoman hidup bagi setiap Muslim
diseluruh dunia, dengan berbagai backgroud almiah, tradisi, dan budaya yang berbeda
satu dengan yang lain. Islam diimani dan diamini oleh masyarakat metropolitan, mulai
dri masyarakat yang kurang terdidik sampai masyarakat yang terdidik, kalangan
politikus sampai kalangan profesional,dari kalangan masyarakat kaya hingga kalangan
masyarakat lema secara sosial, dan dari masyarakat sosialistik maupun masyarakat
indiviualistik.

Pada era globalisasi saat ini banyak berbagai permasalahan yang terjadi segala
kejadian yang terus menerus terjadi baik dalam segi permasalahan sosial yang
berkaitan dengan agama, suku dan kebudayaan. Isu kontemporer tersebut sebenarnya
dalam islam tidaklah dikenal, namun seringkali dijadikan sebagai problamatik
permasalahan dalam sosial, dikaitkan dengan islam karena arti sebenarnya dari istilah
yang termasuk dalam isu-isu kontemporer tersebut merupakan hal yang tertolak
belakang dalam islam.

Perkembangan dalam islam di indonesia sangatlah berliku. Sementara islam di


nusantara ini memiliki komplesiyas peroalan dan dari sei islam hadir dengan membawa
wajah tatanan baru dalam masyarakat yang tidak terbentur dalam realistis sosial.
budaya, tatanan poitik dan tradisi keagamaan.

Dalam perkembangan nya upaya reaktualisasi di harapkan menjawab problamatika


kemasyarakatan dan sebagai manifetasi agama yang rahmatan lil alamin. Islam
dinamis yag diharapkan mampu mengatsi masalah-masalah kontemporer yang terjadi
diberbagai wilayah indonesia, semisal terorisme, liberalisme, pluralisme dan gender,
yang akan di bahas di makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain;
1. Apa pengertian isu kontemporer studi ?
2. Apa saja isu-isu kontemporer dalam studi islam ?

1
C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai diantarnya
adalah:

1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Isu Kontemporer Studi Islam.
2. Untuk mengetahui apa saja isu-isu kontemporer studi islam.

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Isu Kontemporer Studi
Islam
Definisi Islam dalam kontemporer ialah. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu
S (sin), L (lam) dan M (mim) yang berarti dasar "selamat". Sedangkan Kontemporer
artinya dari masa atau waktu ke waktu. Jadi menurut bahasa islam kontemporer
berarti agama yang diajarkan pada masa lampau dan berkembang hingga sekarang.

2
Kontemporer artinya dari masa atau waktu ke waktu. Sejarah islam kontemporer, yaitu
suatu ilmu yang mempelajari kebudayaan islam pada masa lampau dari waktu ke
waktu yang di mulai dari masa Rasulullah.

Menurut istilah, Islam kontemporer adalah gagasan untuk mengkaji Islam sebagai
nilai alternatif baik dalam perspektif interpretasi, tekstual maupun kajian kontekstual
mengenai kemampuan Islam memberikan solusi baru kepada temuantemuan disemua
kehidupan dari masa lampau hingga sekarang. Isu global kontemporer adalah isu yang
berkembang secara meluas setelah perang dingin berakhir pada era 1990-an. Isu-isu
global kontemporer merupakan isu yang lahir sebagai bentuk baru ancaman keamanan
yang mengalami transformasi sejak berakhirnya Perang Dingin menjadi suatu “Agenda
Global Baru” ( New Global Agenda).

Ancaman bentuk baru ini bukan berupa “Serangan Militer” yang di lakukan oleh
suatu negara lain akan tetapi tindakan kejahatan yang di lakukan non-state actor dan
ditujukan kepada state actor maupun individuatau warga negara yang mengancam
keamanan umat manusia (Human Society). Ancaman terebut dapat berupa tindakan
terorisme atau kejahatan transional yang terotganisir (Transnational Organized Crime),
Kesejaterhaan (Kemiskinan), degradasi lingkungan, konflik etnis, dan konflik komunal
yang berdemensi internasional, hutang luar negri, dsb.

Sifat-sifat globab kontemporer adalah:


1. Non konvesional
2. Nontradisonal
3. Nonmiliter
4. Multidimensional, dan
5. Transional
Berkembangnya isu-isu global diakibatkan dari perkembangan ancaman dan
berbagai persoalan kontemporer yang bersifat nonkonvesinonal, multidimensional,
maupun transional tsb. Berbeda dengan isu-isu glbal kontemporer yang berkembang
etelah perang dingin berkhir, ancaman keamanan konvensional sebelumnya telah
mendominasi isu-isu politik internasional selama era Perang Dingin dengan hanya
berorientasi terhadap ancaman militer atas perluasan ideologis dari persaingan dua
negara adidaya dalam sister internasional.

B. Isu-Isu Kontemporer Dalam Studi Islam


1. Islam Liberal

3
Arti dari kata liberal adalah pembebasan. Islam adalah agama pembebasan. Islam
memberikan ruang untuk berpikir bebas. Liberalisme sesungguhnya ialah paham yang
berusaha memperbesar wilayah kebebebasa individu dan mendorong kemajuan sosial.
Liberalisme merupakan paham kebebasan, artinya manusia memiliki kebebasan.
Bebas, karena manusia mampu berfikir dan bertindak sesuai dengan apa yang di
inginkan.

Prinsip-prinsip liberalisme adalah kebebasan dan tanggung jawab. Tanpa adanya


sikap tanggung jawab, tatanan masyarakat liberal tidak akan pernah terwujud. Islam
liberal menghadirkan kembali masalalu untuk kepentingan modernitas. Elemen yang
paling mendasar pada islam liberal adalah kritiknya baik terhadap tradisi dan islam
revivalis yang oleh kaum liberal disebut keterbelakangan yang akan menghalangi dunia
islam mengalami modernitas seperti kemajuan ekonomi, demokrasi, hak-hak hukum.

Mengutip Charlez Kurzman bentuk utama dalam islam Liberal ada tiga, yaitu:
a. Menggunakan posisi atau sikap liberal sebagai sesuatu yang secara eksplisit
didukung oleh syariat.
b. Menyatakan bahwa kaum Muslim bebas mengadopsi sikap liberal dalam halhal
yang oleh syariat di birkan terbuka untuk dipahami oleh akal budi dan kecerdasan
manusia.
c. Memberikan kesan bahwa syariat yang bersifat ilahiah ditujukan bagi berbagai
penafsiran manusia yang beragam.
Chrlez Kurzman menyebut ketiga bentuk ini dengan liberal syari’ah, silent
syari’ah dan interpreted syari’ah. Liberal syari’ah ialah bentuk islam liberal yang paling
berpengaruh, dengan alasan pertama, untuk menghindari tuduhan-tuduhan ketidak
autentikan autentitas dengan mendasar posisi-posisi liberal secara kuat dalam sumber-
sumber islam ortodoks. Alasan kedua ialah bahwa liberal syari’ah menyatakan posisi-
posisi liberal bukan sekedar pilihan-pilihan manusia melainkan merupakan perintah
Tuhan. Liberal syari’ah juga memberikan rasa bangga akan penemuan yang dihasilkan,
berpendapat bahwa islam liberal “lebih tua” dari pada liberalisme barat.
Silent syari’ah bersandar kepada tafsir Al-Qur’an untuk membetuk pikiran
utamanya. Akan tetapi, beban pembuktiannya sedikit lebih ringan dibandingkan
dengan liberal syari’ah yang hanya perlu menunjukan perintah-perintah positif bagi
kemampuan pembentukan kepuusan manusia secara abstrak ketimbang praktik-
praktik liberal secara khusus. Maka ia memindahkan seluruh wilayah tindakan manusia

4
dari wilayah keserjanaan Al-Qur’an, dimana pendidikanpendidikan ortodoks memiliki
keuntungan yang berbeda, dan menempatkannya dalam wilayah perdebatan politik.

Argumentasi islam liberal dan yang paling dekat pada perasaan atau pikiranpikiran
liberal barat, berpendapat bahwa syari’ah ditengahi oleh penafsiran manusia. Dalam
padangan ini syariat merupakan hal yang berdemensi ilahiah, sedangkan penafsiran
manusia dapat menimbulkan konflik dan kekeliruan. Bentuk interpredet ini
mengingkari klaim yang menyatakan bahwa pengatuan telah mencapai kata akhir.
Memaksakan penyeragaman penaafsiran secaara absolut adalah tidak mungkin dan
tidak diperlukan.

Adapun gagasan yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur bahwa sebuah pemikiran
islam dapat dapat di sebut liberal yaitu:

a. Melawan teokrasi, yaitu ide-ide yang hendak mendirikan negara Islam.


b. Mendukug gagasan demokratis.
c. Membela hak-hak perempuan.
d. Membela hak-hak non musim
e. Membela gagasan kemajun.
f. Membela kebebasan berfikir.
Dengan demikian, gagasan islam liberal berusaha memadukan islam dengan
situasi modernitas sebagai sesuatu yang tidak dapat dielakan. sehingga Islaam dapat
terus menjawab perubahan sosial yang secara teruss menerus terjadi. Islam harus
tetap menjadi pengawal menuju realitas kesejarahan yang hakiiki ditengah pergolakan
situasi modernitas dan era globalisasi.

2. Islam dan Pluralisme


Pluralisme berasal dari kata plural (inggris) yang berarti mengenai lebih dari satu
atau banyak. Dalam kamus The Contemporary English-Indonesia Dictonary; plural
diartikan lebih dari satu/jamak dan berkenan dengan keanekaragaman. Dalam kajian
filosofi, pluralisme diberi makna sebagi doktrin, bahwa dunia terdiri dari berbagai
kehidupan atau seubtansi hakiki itu tidak satu dan tidak dua, akan tetapi banyak.
Sedangkan dalam bahsa arab ta’addudiyyah berasal dari kata ta’addud yang berarti
katsrah, yaitu hal yang banyak dan berakena ragam.
Ta’addudiyah berbarti yang banyak atau dibilang (lebih dari satu).
Sejarah pluralisme agama (Religious Pluralism) adalah istilah khusus dalam kajian
agama-agama. Sebagai terminologi khusus istilah ini tidak dapat disamakan dengan
makna istilaah toleransi, saling menghormati (Mutual Rescpect), dan sebagainya.
Sebagai sattu paham, yang membahas cara pandang terhadap agama-agama yang ada,
istilah pluralisme agama yang telah menjadi pembahasan panjang dikalangan para
ilmuwan dalam studi agama-agama, (Yunus, 2020).

5
Pluralisme agama dalam catatan sejarah muncul pertama kali pada masa yang di
sebut masa Pencerahan Eropa, tepatnya pada abad ke-18 Masehi, masa yang disebut
sebagai titik awal permulaan kebangkitan Eropa. Ditengah pergolakan pemikiran di
Eropa yang timbul akibat konflik-konflik yang terjadi antara Gereja dan masyarakat,
muncullah paham liberalisme komposisi utamanya adalah freedom, kesetaraan, dan
keberagaman atau pluralisme (Hendro,2018)

Beberapa pengertian yang diberikan oleh Fauzan Saleh mengenai pluralisme yaitu:
pertama, pluralisme agama dapat digunakan untuk mendeskripsikan cara pandang
bahwa agama yang dianut seseorang bukan meruapak kebenaran dan sumber
kebenaran. Oleh karena itu seseorang juga harus mengetahui bahwa kebenaran juga
diajarkan agama-agama lain. Kedua, Pluralisme agama sering di pandang sinonim dari
ekumenisme, atau minimal mendorong upaya-upaya untuk mewujudkan persatuan,
kerja sama di antara pemeluk berbagai agama yang beda. Ketiga, pluralisme dipandang
sebagai sinnim dari toleransi keagaam yang merupakan syarat bagi terciptanya
koeksitensi yang harmonnis dan damai diantara pemeluk agama yang berbeda.

Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa, agama itu berbeda-beda dari segi
aturan hidupnya dan pandangan hidupnya. Tuhan tidak menghendaki kita semua
menganut agama yang tunggal, kebergaman agama itu dimaksud untuk menguji kita
semua. Semua kembali kepada Allah, Islam, Hindu, Buddha, Nasrani, Yahudi
kembalinya kepada Allah. Kita tidak boleh mengambil alih tuhan untuk menyelesaikan
perbedaan agama dengan cara apapun termasuk dengan fatwa.

3. Islam dan Radikalisme


Radikalisme berasal dari bahasa latin radix yaang berarti ‘akar’. Ia merupakan
paham yang menghendaki adanya perubahan dan perombakan besar untuk mencapai
kemajuan. Radikalisme merupakan respons terhadap kondisi yang berlangsung.
Respons tersebut muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan, atau bahkan perlawanan.
Masalah-masalah yang ditolak dapat berupa asumsi, ide, lembaga, atau nilai nilai yang
dapat bertangggung jawab terhadap keberlangsungan yang ditolak.

Secara sederhana radikalisme adalah pemikiran atau sikap yang ditandai oleh
empat hal yang sekaligus menjadi kateristiknya, yaitu: selalu merasa benar sendiri dan
menganggap orang lain salah, sikap ekslusif, yaitu membedakan diri dari kebiasaan
orang kebanyakan, sikap tidak toleran dan tidak mau menghargai orang lain,
menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan.

Lahirnya gerakan radikalisme keberagaman Islam di Indonesia memiliki hubungan


erat dengan perkembangaan gerakan pemikiran Salafiyah di Timur Tengah. Selanjutnya
pemikiran Salafyah ini dikembangkukuhkan oleh gerakan

Wahabi yang dipelopori oleh Muhammad Ibn’ Abd al-Wahhab (1703-1787) Tujuan dari
gerakan wahabi ini juga untuk memurnikan ajaran Islam serta mengaajak kembali
kepada ajaran al-Qur’an dan Sunah Nabi SAW. Kelompok islam radikal memahami
Islam sebagai agama yang sempurna dan lengkap, serta memberikan perhatian kepada

6
osensitas kultural. Islam bukanlah agama dalam pengertian Barat, tetapi islam adalah
cara hidup yang sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.

Adapun faktor penyebab terjadinya islam radikal dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Faktor agama, sebagai bentuk purifikasi ajaran islam dan pengaplikasikan khilafah
islamiyah dimuka bumi
b. Faktor sosial-politik penyimpangan dan ketimpangan sosial yang merugikan
komunitas muslim menyebabkan terjadinya gerkan radikalisme yang ditopang oleh
sentimen dan emosi keagamaan.
c. Faktor pendidikan, minimnya jenjang pendidikan, mengakibatkan minimnya
informasi pengetahuaan yang didapat, ditambah kurangnya dasar keagamaan
mengakibtkan seseorang mudah menerima informaasi keagaman dari orang yang
dianggap tinggi ilmunya tanpa dicerna dahulu, hal ini dapat menyebabkan
bumerang jika informasi didapat dari orang yang salah.
d. Faktor kultural, barat dianggap dengan sengaja melakukan marjinalisasi seluruh
sendi-sendi kehidupan muslim, sehinggam umat muslim merasa terbelakang dan
tertindas
Dampak paling nyata dari terjadinnya radikalisme adalah terbentuknya politisasi di
dalam agama, dimana agama memang sangat sensitif sifatnya, paling mudah
membakar fanatisme, menjadi kipas paling kencang untuk melakukan berbagai
tindakan yang sangat keras, baik dalam kehidupan sosial antar individu maupun
kelompok, maka terbentuklah apa yang dinamakan kelompok islam radikal.

4. Islam dan HAM


Islam mengajarkan bahwa manusiaa adalah makhluk yang paling mulia yang
berpotensi menjadi khalifah. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling
berguna bagi sesamanya. Kewajiban berbuat baik kepada sesama manusia menempati
urutan paling tinggi setelah kewajiban beriman kepada Allah, bahkan keimanan kepada
Allah tidak bernilai sebelum direfleksikan dalam bentuk amal saleh terhadap sesama
manusia.

Meskipun istilah hak asasi manusia (HAM) belum dikenal ketika islam turun pada
masyarakat Arab pada abad ke-7 Masehi, namun prinsip-prinsip penghormatan dan
penghargaan pada manusia sudah di ajarkan secara tegas. Manusia merupakan
makhluk yang paling sempurna, manusia harus dihormati tanpa membedakan ras, suku
bangsa, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan berbagai ikatan primodial lainnya. Salah
satu bentuk penghormatan kepada manusia adalah menjaga kelangsungan hidupnya,
fisiknya tidak boleh disakiti untuk alasan apapun.

7
Nabi sudah mengimplementaasikan prinsip-prinsip HAM tersebut dalam
masyarakat Madinah yang hangat heterogen sebagaimana tertuang dalam piagam
Madinah. Pertama, prinsip persaudaraan yang menegaskan bahwa manusia berasal
ubmenolong dan meindungi penduduk madinah yang terdiri dari berbagai suku, agama
dan bahasa harus saling membantu dalam menghadapi lawan. Ketiga, prinsip
melindungi yang lemah dan teraniaya. Keempat, prinsip saling menasehati. Kelima,
prinsip kebebasan dan beragama.

Prinsip- prinsip yang tertuang dalam ppiagam itu, sangat kuat dan beakar pada
ajaran islam. Sayangnya ajaran islam yang mengedepankan nilai nilai humanisme,
pluralisme, egalitarianisme dan inklusivisme demi membangun keadilan dan
kemashlatan manusia itu tidak banyak disosialisasikan di masyarakat sehingga nilai-
nilai tersebut terasa asing dalam kehidupan mereka.

5. Islam dan Gender


Gender adalah pandangan atau keyakinan yang terbentuk dalam masyarakat
tentang bagaimana seharusnya seseorang perempuan atau laki-laki bertingkah laku
maupun berpikir. Misalnya perempuan idel harus pandai memasak, pandai merawat
diri, lemah lembut atau keyakinan bahwa perempuan adalaah makhluk yang sensitive
dan emosional yang selaalu memakai persaan. Sebaliknya seseorang laki-laki sering
dilukiskan berjiwa pemimpin, pelindung, kepala rumah tangga, rasional dan tegas.
Secara umum, pengertian gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki
maupun perempuan apabila dilihat dari nilai dari nilai dan tingkah laku.

Lantas bagaimana Islam memandng perbedaan daan tuntutan kesetaraan gender


ini. Kesetaraan sempurna laki-laki dan perempuaan di dalam, sebagai manusia,
perempuan mempunyai persamaan sempurna dengan laki-laki, samasama bisa
beristiqomah karena kebajikan tidak berjenis kelamis dn kejatan tidak memandang
jenis kelamin, setara dalam kewajiban menuntut ilmu baik yang berupa fardu’ain dan
fardu kifayah. Perbedaan fisik juga menjadikan untuk saling membantu satu sama lain,
mendorong tanggung jawab dalam mengabdi didalam kehidupan berumah tangga.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan, prinsip keserasian gender di dalam


islam, kedudukaan manusia dalam islam tidak didasarkan pada jenis kelaminnya, tetapi
tergantung taqwanya, dan islam tidak menjadikan jenis kelamin sebagai basis
ajarannya. Turuq istinbatihil ahkam tidak bedasarkan gender maaupun jenis kelamin,
manusia dilihat bedasarkan amal dan perbuatannya didunia dan bukan gendernya.

8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Isu-isu global kontempore merupakan isu yang lahir sebagai bentuk baru ancaman
yang mengalami transformasi sejak berakhirnya perang dingin menjadi suatu “Agenda
Global Baru”. Ancaman dalam bentuk baru ini bukan berupa “serangan militer” yang
dilakukan suatu negara lain tetapi tindakan kejahatan yang dilkukan oleh non-state
actor dan ditunjukan kepada state actor maupun individu atau warga negara yang
mengancam keamanan umat manusia.

Dan juga dalam pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Islam yang
sesungguhnya bukanlah sekedar menyembah Tuhan. Tuhan bukanlah berhala yang
hanya untuk disembah semata, tetapi Tuhan adalah dzat yang nyata yang menciptakan
segala seisi jagad raya dan mengatur segala yang ada, islam bukanlah agama yang
primitif, Islam adalah agama yang maju yang bisa mengatasi masalah-masalah yang
terjadi seiring perkembangan zaman hingga sekarang. Akan tetapi masih dalam
konteks fikh yang tauhid dan tidak menyimpang dari ajaran-ajaran islam yang
sesungguhnya.

B. Saran
Penulis menyarankan, sebagai seorang musllim yang taat, hendaknya dapat
mempelajari bagaimana sebenarnyaa agama islam, terlebih perannya dalam kemajuan
dan posisinya dizaman modern. Sebagai kaum yang dianggaap memiliki kelebihan
dibidang ilmu pengetahuan, hendaknya jugaa dapat menjaadi contoh yang baik dalam
menyikapi toleransi beragama bagi masyarakat terkait dengan masalah yang dibahas
dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Hafid, Mohamad. 2014. Islam dan Gender. Islamuna, 1(1), 20-34
Jenah, Rodhatul, Surawan dan Muhammad Athaillah. 2021. Isu-Isu Dunia Islam
Kontemporer : Sebuah Pendekatan Multi Perspektif. Yogjakarta : K-media
Rachman, Budhy Munawar. 2010. Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme, Jakarta :
Gramedia

9
Susanto, Edi. 2016. Dimensi Studi Islam Kontenporer. Jakarta : Kencana
Turner, Bryan S.2002. Liberaalisme dan Revolusi Sosial dalam Islam, Bandung :
Nuansa.
https://www.academia.edu/35447977/isu_isu_kontemporer_dalam_islam diakses
pada 13 September 2022 pukul 21.58

10

Anda mungkin juga menyukai