Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 3

PERTUMBUHAN STUDI ISLAM DI DUNIA


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu : Sahrian Sani, S.Pd,I.,M.Pd.I

Disusun Oleh :
Nadia Wati
NIM : 2214240065

Nur Lusiana
NIM : 2214240061

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN AKUTANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN 1444 H/ 2022 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.Makalah ini dilakukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam.Penulis menyadari
banyak kekurangan dan kelemahan. Maka dalam segala kerendahan hati penulis
mengharapkan keritik dan saran dari berbagai pihak guna kesempurnaan tulisan ini.

Penulis menerima bantuan,bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak


terutama kepada dosen pengampu dalam menyelesaikan tulisan ini.Maka,dengan
hati yang tulus penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan
setinggi-setingginya kepada Bapak Sahrian Sani, S.Pd.I.,M.Pd.I yang membimbing
penulis dalam penyusunannnya. Tanpa adanya bimbingan dari beliau, kiranya tidak
akan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan kepada penulis.Terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya tugas ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak


kekurangan dan kelemahan. Apabila ada beberapa kesalahan yang terdapat pada
penulisan, izin penulis menghaturkan permohonan maaf yang sebesar- besarnya.
Maka dari itu, kritik dan saran yang bersifat membangun yang penulis harapkan
demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga terselsainya penyusunan makalah ini bisa
memberikan manfaat kepada pembaca.
Palangka Raya, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2
A. Perkembangan Studi Islam Di Dunia Muslim …...…………………... 2
B. Perkembangan Studi Islam Di Dunia Barat ......................................... 5
C. Perkembangan Studi Islam Di Indonesia ............................................. 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13
A. Kesimpulan .......................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Islam merupakan bidang studi Islam yang banyak menarik perhatian
para peneliti, baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim. Karena dari
penelitian itu banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut.
Sementara itu, bagi para peneliti barat mempelajari sejarah Islam selain ditujukan
untuk pengembangan ilmu, juga terkadang dimaksudkan untuk mencari kelemahan
dan kekuatan umat Islam agar dapat dijajah dan sebagainya.

Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai sejarah Islam banyak
berasal dari hasil penelitian sarjana barat. Hal ini terjadi karena selain masyarakat
barat memiliki etos keilmuan yang tinggi, juga didukung oleh dana dan kemauan
politik yang kuat dari para pemimpinnya. Sedangkan para peneliti muslim tampak
disamping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang
penelitian yang memadai, serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang
kondusif
Dari problematika di atas, kita sebagai pelajar muslim perlu untuk mempelajari
ataupun meneliti sejarah perkembangan studi Islam di dunia muslim, barat dan juga
di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan studi islam di dunia dari masa kemasa?

2. Dimana pusat-pusat studi islam di dunia dari masa ke masa?

3. Bagaimana Sejarah Perkembangan Studi Islam Dikalangan Ilmuan Muslim


dari Masa ke Masa?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan studi islam dari masa ke masa.

2. Untuk mengetahui di mana saja yang menjadi pusat studi.

3. Untuk mengetahui perkembangan studi di kalangan ilmuan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Studi Islam
Studi islam sekarang ini berkembang hampir di seluruh negara di dunia , baik
di dunia islam maupun membuka negara islam. di dunia ini islam terdapat pusat-
pusat studi seperti universitas al-Azhar mesir dan universitas Ummul Qura di Arab
saudi. Di Teheran didirikan universitas Teheran. Di Universitas ini studi Islam
dilakukan dalam satu fakultas yang disebut Kulliyat Illahiyyat (Fakultas Agama).
Di Universitas Damaskus (Syiria),studi Islam ditampung dalam kulliyat Al Syariah
(Fakultas syariah) yang didalamnya terdapat program studi Ushuluddin, tasawuf
dan sejenisnya1
Perkembangan studi Islam terkait erat dengan perkembangan pendidikan Islam
yang membahas kurikulum dan kelembagaannya baik di dunia Islam, di dunia Barat
maupun di Indonesia sendiri.

B. Perkembangan Studi Islam Di Dunia Muslim


Studi islam didunia Islam sama dengan menyebut studi Islam di dunia muslim.
Maka uraian berikut adalah sejarah perkembangan studi islam di dunia muslim.
Selama 350 tahun pertama (750-1100) kejayaan tersebut didominasi dan mutlak
dikuasai oleh sarjana-sarjana muslim seperti, Jabir, Khawarizmi, al-Razi, Mas'udi,
Wafa, al-Biruni, Ibnu Sina, Ibnu Haitam, Umar al- Khayyam. Setelah itu muncul
nama-nama non-muslim, tetapi tetap bersaing dengan muslim. Nama-nama yang
muncul dari non-muslim adalah Gerando di Cremona dan Roger Bacon. Sementara
tokoh-tokoh muslim adalah Ibnu Rusyd, Nasiruddin, al-Tusi dan Ibnu Nafis.

Sementara beberapa pusat kegiatan intelektual pra Islam di luar Arab yang
berperan besar dalam memajukan pendidikan di dunia muslim dapat digambarkan
sebagai berikut. kemajuan pengetahuan dalam dunia bahwa Islam mungkin dapat
memisahkan dari tradisi peradaban peradaban terdahulu yang telah maju sebelum
munculnya Islam. Kalau dalam Islam perkembangan ilmu pengetahuan mencapai

1
Harun Nasution, “Islam Diinjau Dari Berbagai Aspeknya”. (Jakarta : UI Press, 1985), hlm 72

2
kejayaannya sekitar abad ke-2 H./8 M. sampai abad ke-6 H./12 M., maka jauh
sebelumnya bangsa-bangsa Yunani, India, Cina, Tibet, Mesir, dan Persia telah
mengembangkan keilmuan tradisinya sendiri-sendiri. Secara historis peradaban
Islam adalah pewaris yang kemudian melakukan sintesis dan penyempurnaan
pengetahuan dari peradaban peradaban kuno tersebut. Seperti Athena dan
Aleksandria yang terkenal dengan ilmu Filsafatnya, Nisibis memiliki akademi
pendidikan tinggi terbaik di dunia. Disinilah tempat berlangsungnya proses
penerjemahan besar-besaran dari bahasa Yunani dan Sansekerta ke dalam bahasa
Pahlava (Persia Lama) dan bahasa Syiria. Karya-karya yang mencakup cakupan
matematika, kedokteran, astronomi, dan filsafat. Kemudian Jundi Syapur, India dan
Timur Jauh yang terkenal dengan ilmu Bahasa, Kedoteran, Astronomi, Geografi,
Historiografi dan Matematika.2

Dalam sejarah muslim, dicatat terdapat sejumlah lembaga kajian Islam di


sejumlah kota. Perkembangan tersebut, di mulai pada masa akhir periode Madinah
sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan islam di bangku sekolah masih di
masjid-masjid dan rumah-rumah, dengan ciri hafalan, namun sudah dikenal logika
logika, matematika, ilmu alam, kedoteran, kimia, musik, sejarah dan geografi. 3

Namun disebutkan, berdirinya sistem madrasah Pada masa kekhalifahan


abbasiyah pada abad ke 5 H./ akhir abad 11 M. justru menjadi titik balik kejayaan
perkembangan studi Islam. Sebab madrasah sudah di biayai dan diprakarsai oleh
negara. Kemudian menjadi alat penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin
terutama oleh kerajaan Fatimah di Kairo. Sebelumnya di sekolah ini diajarkan
kimia, kedokteraan, Filsafat, diganti dengan hanya mempelajari tafsir, kalam, fiqih,
dan bahasa.

Pengaruh Al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal terjadinya


pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum. Dia menyebutkan bahwa, menuntut
ilmu agama itu wajib bagi setiap muslim, sementara menuntut ilmu umum adalah

2
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: ACDeMIA+TAZZAFA, 2009). hlm.
66-67.
3
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam… Hlm, 74.

3
wajib kifayah. [4]Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian Islam di zamannya,
yakni Nisyapur, Bagdad, Kairo, Damaskus, dan Yerusalem. Dan terdapat beberapa
perguruan tinggi tertua di dunia muslim, Nizhamiyah, Al-Azhar, Cordova, dan
Kairwan Amir nizam al-Muluk.

Berikut beberapa perguruan tinggi Islam tersebut.

1. Nizhamiyah di Bagdad.

Perguruan tinggi Nizhamiyah di baghdad ini berdiri pada tahun 445 H./1063
M. Perguruan tinggi ini dilengkapi dengan perpustakaan yang terpandang kaya raya
di Baghdad, yakni Bait al-Hikmah yang dibangun oleh Khalifah Al-Makmun (813-
833 M), salah seorang ulama besar yang pernah mengajar di sana, adalah ahli pikir
islam terbesar Abu Hamid al-Ghazali (1085-1111 M) yang kemudian terkenal
dengan sebutan Imam Ghazali.4

2. Al-Azhar di Kairo.

Panglima besar Juhari al-Siqili pada tahun 362 H./972 M. membangun


perguruan tinggi Al-Azhar dengan kurikulum berdasarkan ajaran sekte. Pada masa
pemerintahan Khalifah Al-Hakim Biamrillah (966-1020 M), khalifah dari Daulat
Fatimiyah, ia membangun perpustakaan terbesar di Al-Qahirah untuk mendampingi
Perguruan Tinggi Al-Azhar, yang diberi nama Bait al-Hikmah (Balai Ilmu
Pengetahuan) seperti bama perpustakaan terbesar di Bagdad.

3. Kordoba.

Adapun sejarah singkat Cordova dapat digambarkan demikian, bahwa ditangan


Daulat Umayyah, Semenanjung Liberia yang berabad-abad sebelumnya terpandang
daerah minus, berubah bagaikan disulap menjadi daerah yang makmur dan kaya
raya akan pembangunan bendungan-bendungan irigasi disana sini menurut contoh
lembah Nil dan Lembah Ephrate. Bahkan pada masa berikutnya Cordova menjadi
pusat ilmu dan kebudayaan yang gilang gemilang sepanjang Zaman Tengah.

4
Andi Darmawan, Pengantar Studi islam, (Yogyakarta: Pokja Akademi UIN Sunan Kalijaga,
2005), hlm. 37.

4
Didalam buku The Historians' History of the World yang menceritakan tentang
perikeadaan Andalusia waktu itu, yang merupakan pusat intelektual di Eropa dan
dikagumi kemakmurannya.

4. Kairwan Amir nizam al-Muluk di Maroko.

Perguruan tinggi Kairawan ini berada di kota Fez (Afrika Barat). Perguruan
tinggi ini didirikan pada tahun 859 M. oleh puteri seorang saudagar hartawan di
kota Fez (Afrika Barat). Perguruan tinggi ini didirikan pada tahun 859 M. oleh
puteri seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang berasal dari Kairawan (Tunisia).
Pada tahun 305 H./918 M. perguruan tinggi ini diserahkan kepada pemerintah dan
sejak saat itu menjadi perguruan tinggi resmi, yang memperluas dan
perkembangannya berada di bawah pengawasan dan pembiayaan negara.

Penyebab utama kemunduran dunia muslim, khususnya di bidang ilmu


pengetahuan adalah terpecahnya kekuatan politik yang digoyahkan oleh bayaran
tentara Turki. Kemudian dalam kondisi demikian datang musuh dengan membawa
bendera Perang Salib. Akhirnya Bagdad sebagai pusat pengetahuan ketika itu
hancurkan oleh Hulaghu Khan pada tahun 1258 M. termasuk pusat-pusat studi yang
dihanurkan oleh Hulaghu Khan5

Kunci dari berbagai perguruan tinggi yang telah mucnul di dunia timur
tersebut, membuktikan bahwasanya dunia islam pernah menguasai dunia ilmu
pengetahuan dan ini juga membuktikan bahwa agama islam merupakan ajaran yang
sempurna baik dari segi ilmu pengetahuan maupun ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan dunia

C. Perkembangan Studi Islam Di Dunia Barat

Kejayaan islam dalam konteks ilmu pengetahuan telah menjadikan perguruan


tinggi islam "dibanjiri" para mahasiswa dari berbagai kalangan, termasuk mereka
yang kemudian menjadi tokoh-tokoh atau pemikir Barat. Inilah kontrak pertama di
dunia barat dengan dunia islam (Muslim). Perguruan tinggi terkenal dalam masa

5
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam… Hlm, 75.

5
kejayaan antara lain perguruan tinggi yang berpusat di Irak (dunia muslim belahan
Timur) dan Mesir serta Cordova (di dunia muslim belahan Barat). inilah awal
kebangkitan (renaisance) barat yang secara perlahan mencapai kemajuan yang
gemilang.

Kemajuan barat juga tidak terlepas dari kegiatan penerjemahan manuskrip-


manuskrip berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin sejak abad ke-13 M hingga masa
renaisance di Eropa abad ke-14 oleh para ilmuwan barat, tentunya termasuk para
orientalis. Kegiatan penerjemahan tersebut mendapat dukungan Kaisar dinasti
Romawi (1998-1212) Raja frederick dari Sicilia.

Kegigihan sang raja akhirnya membuahkan hasil dengan terbangunnya


beberapa perguruan tinggi di Italia, seperti Padua, Florence, Milano, venazia,
disusun oleh Oxford dan cambride di Inggris, sorbone di Prancis,dan Tubingen
Jerman. Bidang filsafat merupakan yang paling menonjol dari kegiatan
penerjemahan manuskrip tersebut sehingga lahirlah aliran Skolastik,aliran
Rasionalisme,aliran Empirisme dan lain-lain. Kegiatan penerjemahan ini telah
membuka barat mengembangkan penelitian mereka dalam bidang ilmu
pengetahuan di barat.Prancis Bacob (1561-1626)telah mengilhami para sarjana
barat dengan kegiatan observasi dan eksperimen terutama karyawan Novu
Organon.

Tercatat tokoh yang mengembangkan ilmu pengetahuan dari penerjemah


manuskrip Arab tersebut Gerbert d'Auvergne (999-1003 M) dalam bidang
kedokteran dan matematika di abad ke-11 M pada pertengahan abad ke-12 M
dibentuk semacam kelompok penerjemah yang diketahui oleh Archdeacon
Dominicues Gundasalvi. Kelompok ini untuk pertama kalinya menerjemahkan
himpunan komputer Ibnu Sina dan Al-Ghazali dalam bahasa Latin. karya Ibnu Sina
untuk pertama kali diterjemahkan dalam bidang kedokteran berjudul Canon of
medicine oleh Cromena (W.1187M). Tetapi usaha penerjemahan Baru berlangsung
secara intensif pada masa raja fredrick ll (1212-1250 M) yang menetap di Palermo
ibukota Sicilia. Di Palermo, raja fredrick ll mengumpulkan para sarjana Yahudi
untuk kepentingan penerjemahan, kemudian sarjana Kristen yang mendalami

6
bahasa Arab. Bahkan, Frederick ll ini memberikan fasilitas khusus kepada Michael
Scot (1175-1234 M) yang menerjemahkan buku karya Averrous (Ibnu Rusyd) dan
Hermanus Allemanus yang menerjemahkan karya-karya Al-farabes (al-farabi).
Hermanus Allemanus ini juga menerjemahkan Retorika, terjemahan karya Aristo
(384-322 M) di dalam bahasa Arab serta menerjemahkan poetic dan Ethica karya
Avverous (Ibnu Rusyd) yang merupakan terjemahan karya Aristo.

Setelah ilmu pengetahuan Islam (Muslim) 'migran' ke Barat dan dikembangkan


oleh para sarjana Mereka, ternyata banyak ajaran Islam yang menyimpang dari
ajaran sebenarnya, karena telah dirasuki oleh paham sekuler. Inilah yang
menyebabkan para sarjana Muslim melakukan upaya pemurnian ajaran. Ismail Raji
Al-faruqi, naquib Al-Attas, Ali Ashraf, zaiuddin sardar, dan lain-lain terpanggil
untuk Upaya ini.Tokoh-tokoh ini menawarkan gagasan Islamisasi pengetahuan,
yakni melakukan penulisan ulang terhadap ilmu-ilmu modern (produk Barat ) dan
menanggalkan ciri-ciri sekularismenya. Upaya lain mendirikan universitas-
universitas Islam seperti yang terjadi di Pakistan, international Islamic University,
di Washington DC, Islamic of Advanced Studies, atau The International Institut of
Islamic Thought and Civilization (biasa disebut ISTAC) yang dipelopori oleh
Naquid al-Attas.

Dalam perkembangan selanjutnya (dalam Atang abd.Hakim dan Jaih


Mubarok, 2010:165), studi Islam di barat sedikit bervariasi.Di Chicago University,
studi islam menekankan pada bidang pemikiran islam,bahasa Arab,naskah klasik
dan bahasa-bahasa Islam non Arab. Studi Islam tersebut berada di bawah pusat studi
Timur Tengah dan jurusan bahasa dan kebudayaan Timur dekat, di Amerika, studi
Islam pada umumnya menekankan pada studi sejarah Islam bahasa-bahasa Islam
selain bahasa Arab, serta dalam ilmu-ilmu sosial, yang berada di bawah pusat studi
Timur Tengah atau Timur dekat. Di UCLA,studi Islam dibagi empat komponen.
Pertama, mengenai doktrin dan sejarah Islam, termasuk pemikiran Islam. Kedua
bahasa Arab dan teks-teks klasik mengenai sejarah, hukum, dan lain-lain.
Ketiga,bahasa-bahasa non-Arab yang muslim, seperti Urdu,Persia,Turki, bahasa
yang telah menghantarkan kebudayaan. Keempat, ilmu-ilmu sosial, sejarah bahasa

7
Arab, bahasa-bahasa Islam sosiologi dan lain-lain. Di London, studi Islam
digabungkan dalam School of oriental and African Studies, fakultas yang mengenai
studi ketimuran dan Afrika, yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan kebudayaan
Asia dan Afrika.Salah satu program studi di dalamnya program MA tentang
masyarakat dan budaya Islam yang dapat dilanjutkan ke jenjang Doktor. Di Kanada
studi Islam menekuni kegiatan kajian budaya dan peradaban Islam di zaman Nabi
Muhammad hingga masa kontemporer, memahami ajaran Islam dan masyarakat
muslim di seluruh dunia, dan mempelajari berbagai bahasa muslim, seperti Persia,
Urdu, dan Turki.Sedangkan Belanda, yang dulunya menganggap tabu mempelajari
Islam, ternyata masih menyisakan kajian Islam di dunia, walau tidak menekankan
pada aspek sejarah Islam itu sendiri.6

D. Perkembangan Studi Islam Di Indonesia


Setidaknya tidak ada tiga versi yang sering menjadi rujukan utama penulis
tentang perkembangan Islam di Indonesia yaitu: versi pertama menyebutkan,bahwa
Islam dibawa ke Indonesia oleh para pedagang dari Persia sekitar abad ke-13
masehi. Wilayah Samudra Pasai (Aceh) diyakini sebagai tempat pijak pertama.
Menurut versi Ini, adanya kesamaan tradisi beberapa kelompok masyarakat Islam
dengan tradisi masyarakat Persia, adalah untuk bukti kuat pengaruh Persia dalam
bahasa Indonesia.

Versi kedua,Islam datang ke Indonesia pada abad ke-12 atau permulaan abad
ke-13 masehi. Pada masa ini, Islam dibawa oleh para pedagang anak benua India
yang berasal dari Gujarat, Malabar, dan Bengali. Versi ini dijelaskan oleh
Pinajappel, seorang sarjana dari Universitas Leiden, yang kemudian dianut oleh
Sniuck Hurgronje. Berbeda dengan dua versi di atas, versi ketiga menyebutkan
bahwa Islam datang ke Indonesia pada awal abad ke-7 masehi . Penyebarannya
bukan dilakukan oleh para pedagang dari Persia atau India, melainkan langsung
dari Arab.7

6
Tabrani ZA, “Arah Baru Metodologi Islam”, (Yogyakarta : Ombak, 2015)
7
Ajid Thohir, “Studi Kawasan Dunia Islam : Presefektif Entolinquistik Dan Geolistik”, ( Rajawali
Pers, 2009)

8
Islam didakwakan di Asia Tenggara melalui tiga cara. Pertama, melalui
dakwah para pedagang muslim dalam jalur perdagangan yang damai : kedua
melalui dakwah para dai dan orangorang suci yang datang dari India atau Arab yang
sengaja ingin mengislamkan orang-orang kafir; dan ketiga melalui kekuasaan atau
peperangan dengan negara-negara penyembah berhala.
Salah satu tradisi belajar yang dikembangkan ketika itu adalah pengembaraan
intelektual: guru dan kebanyakan murid-murid menuntut ilmu dan mengembara
dari satu surau ke surau lain atau dari satu pesantren ke pesantren lain untuk
meningkatkan pengetahuan keislamannya. Mereka mengembara bukan hanya di
sekitar Asia Tenggara, tetapi juga sangat mungkin ke India, Mekah, Madinah, dan
Kairo atau tempat-tempat lain di Timur Tengah.

Salah satu perkembangan intelektual yang cukup menarik adalah dimulainya


tradisi menulis. Kitab yang ditulis dalam bahasa Melayu di antaranya kitab Shirat
al-Mustaqim karya Nuruddin Ar-Raniry (1685) dari Aceh. Kitab ini kemudian
diberi syarah oleh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710-1812) dari Kalimantan
Selatan menjadi kitab Sabil al-Muhtadin. Kitab Sabil al-Muhtadin ini kemudian
diberi syarah kembali oleh Daud al-Fatani (1847) dari Thailand dan diberi nama
Bughyatat-Thullab.

Kemudian dari pada itu, perkembangan studi Islam di Indonesia dapat dilihat
dari perkembangan lembaga pendidikan, mulai dari sistem pendidikan langgar,
sistem pesantren (di Aceh disebut dengan sebutan Dayah), sistem pendidikan di
kerajaan-kerajaan Islam, hingga munculnya sistem kelas. Pendidikan pesantren dan
madrasah sangat menonjol dalam studi Islam di Indonesia.

Di samping pesantren, perguruan tinggi Islam tentu menjadi sebuah lembaga


paling diminati untuk studi Islam secara komprehensif. Perguruan Tinggi Islam di
Indonesia, seperti STAIN, IAIN, dan UIN, dapat dijadikan rujukan bagi
pengembangan studi Islam. Munculnya gagasan pendirian perguruan tinggi Islam
seperti IAIN/STAIN tidak terlepas dari kesadaran kaum Muslim yang
dilatarbelakangi berbagai faktor. Pertama, untuk mengakomodasi kalangan yang
tidak memiliki kesempatan melanjutkan ke Timur Tengah. Kedua, keinginan untuk

9
mewujudkan lembaga pendidikan Islam sebagai kelanjutan pesantren dan
madrasah. Keinginan untuk menyeimbangkan jumlah kaum terpelajar tamatan
sekolah "sekuler" dengan tamatan sekolah agama. Gagasan ini datang dari kalangan
ahli agama, juga muncul dari kalangan terpelajar Muslim tamatan sekolah "sekuler"
(Husni Rahim, 2001: 178). Dr. Satiman termasuk yang mengusulkan gagasan
perguruan tinggi Islam ini. la sempat mendirikan Yayasan Pesantren Luhur tahun
1938, yang kandas karena ada intervensi pihak penjajah8.
Di Sumatra Barat, pada tahun 1940, sejumlah guru Muslim mendirikan
Sekolah Tinggi Islam (STI) walaupun hanya bertahan dua tahun karena
pendudukan Jepang. Upaya yang sama dilakukan oleh tokoh-tokoh nasional seperti
Muhammad Hatta, Muhammad Natsir, KH. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkar, dan
KH. Mas Mansyur. Setelah disetujui oleh Pemerintah Jepang, maka Sekolah Tinggi
Islam (STI) itu secara resmi dibuka pada tanggal 27 Rajab 1364 H bertepatan
dengan tanggal 8 Juli 1945 di Jakarta di bawah pimpinan Kahar Mudzakir. Ketika
terjadi agresi Belanda ke Indonesia untuk kembali menjadikan Indonesia sebagai
negeri jajahan mereka, maka Ibukota Negara Republik Indonesia dipindahkan dari
Jakarta ke Yogyakarta. Seiring dengan pemindahan Ibukota itu Sekolah Tinggi
Islam pun dipindahkan ke Yogyakarta pada tanggal 10 April 1946, yang pada
pembukaan STI itu dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh.
Hatta.

Untuk meningkatkan efektivitas dan pengembangannya yang lebih luas,


muncullah ide untuk merubah STI menjadi Universitas. Dalam rangka itu
dibentuklah panitia pengembangan STI itu menjadi Universitas pada tahun 1947
yang terdiri dari Fathurrahman, Kafrawi, Farid Ma'ruf, Kahar Muzakhir, dan lain
lain. Keputusan terpenting dalam kepanitiaan itu adalah merubah STI menjadi
Universitas Islam Indonesia (UII) dengan membentuk empat fakultas, yaitu fakultas
Agama, Hukum, Pendidikan, dan Ekonomi yang secara resmi dibuka pada tanggal
27 Rajab 1367 H bertepatan dengan tanggal 10 Maret 1948. Dalam perkembangan
selanjutnya fakultas Agama ini di Negerikan oleh pemerintah dan terpisah dari Ull

8
Tabrani ZA, “Arah Baru Metodologi Islam”, (Yogyakarta : Ombak, 2015), hlm, 132.

10
menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang diatur dengan
Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 1950 Tanggal 14 Agustus 1950 dan
peresmiannya pada tanggal 26 September 1951. 9

Bersamaan dengan hal itu, pemerintah mengubah status Universitas Gadjah


Mada menjadi universitas negeri sesuai dengan PP. No. 37/1950 yang dibentuk bagi
golongan nasionalis Tidak berselang lama Departemen Agama mendirikan
Akademi Dinas Ilmu Agama (AIDA) di Jakarta pada 1 Juli 1957, sebagai lembaga
yang dipersiapkan untuk mendidik pegawai negeri dengan kemampuan akademik
dan semi akademik tingkat diploma sebagai guru agama di SLTP.

Jumlah mahasiswa PTAIN dalam satu dekade semakin banyak, termasuk yang
datang dari negeri tetangga, Malaysia. Berdasarkan perkembangan- perkembangan
itulah dan pertimbangan pertimbangan lain yang bersifat akademis, pada 24
Agustus 1960, presiden mengeluarkan PP No. 11 yang menggabungkan PTAIN dan
AIDA menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Sejak itulah secara berturut-
turut di beberapa wilayah propinsi Indonesia berdiri IAIN sebagai sarana bagi
masyarakat Muslim untuk mendapatkan pendidikan tinggi.

Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, orientasi kelembagaan dan


kurikulum perguruan tinggi Islam tersebut mengalami berbagai inovasi. Tetapi,
inovasi tersebut belum diimbangi oleh ketersediaan dosen ahli (expert) dalam
bidang ilmunya. Sebagaimana dikatakan Atho Mudzhar, bahwa dalam upaya
mengembangkan perguruan tinggi untuk masa depan, hal yang perlu dibenahi
antara lain, memposisikan disiplin ilmu mana yang termasuk ilmu inti dan mana
yang termasuk ilmu bantu. 10

Sejauh ini, beberapa IAIN/STAIN belum mampu memetakan berbagai ilmu ke


dalam dua kategori tersebut. Di sini diperlukan dosen yang ahli (expert) dalam
bedah ilmu Bantu, seperti Sosiologi Agama, Filosofi Agama, Psikologi Agama, dan
sebagainya. Akan tetapi, sebagian dari beberapa IAIN/STAIN telah mampu

9
Ibid. hlm, 133.
10
Ibid. hlm, 134

11
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu (interdisipliner),
tidak hanya ilmu-ilmu keagamaan, tetapi mencakup ilmu-ilmu eksakta, sosial,
humaniora, dan lain-lain. Di samping itu, beberapa IAIN/STAIN telah membuka
program studi umum, dan bahkan fakultas umum.

Tampaknya IAIN Syarif Hidayatullah di Jakarta, IAIN Sunan Kalijaga di


Yogyakarta, IAIN Sunan Gunung Djati di Bandung, IAIN Alauddin di Makassar,
dan STAIN Malang di Jawa Timur, telah lebih maju mengembangkan berbagai
disiplin ilmu daripada LAIN/STAIN lainnya di Indonesia. Studi Islam
interdisipliner di beberapa IAIN/ STAIN tersebut telah mendorong lembaga-
lembaga ini menjadi universitas, yang kemudian juga diikuti oleh lembaga-
lembaga yang lain, yang mempelajari bukan hanya ilmu agama, sebagaimana yang
dipikirkan orang selama ini, tetapi juga ilmu-ilmu umum (profan).

Dengan demikian, hingga tahun 2013 telah tercatat delapan Universitas Islam
Negeri (UIN) di Indonesia, yaitu; 1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta; 2) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta; 3) Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung; 4) Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang; 5) Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau; 6)
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar; 7) Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry Banda Aceh; dan 8) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 11

11
Ibid. hlm, 135

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Studi islam sekarang ini berkembang hampir diseluruh Negara di dunia, baik
di dunia islam maupun bukan negara islam. Seiring dengan perkembangan
penyampaian ajaran islam diluar Madinah, maka dipusat-pusat wilayah yang baru
dikuasai oleh islam, berdirilah pusat-pusat pendidikan yang dikuasai oleh para
sahabat yang kemudian dikembangkan oleh para penerus sahabat yang berupa
tabi’in dan selanjutnya.

Kajian tentang keislaman dibarat sudah ada sejak abad ke-19, ketika sarjana
barat mulai tertarik mempelajari dunia timur khususnya dunia islam. Kalau kita
tarik kebelakang, sejarah dimulainya orang-orang barat mempelajari dunia islam
sudah berlaku sejak abad ke-13, ketika sebuah universitas di Prancis secara besar-
besaran mempelajari karya-karya sarjana islam. Universitas yang menjadi cikal
bakal universitas Paris-Sorbonne ini, secara intensif mengkaji karya-karya para
Filosof muslim, seperti Ibn Sina, Al-Farabi, dan Ibn Rusyd.

Islam Indonesia merupakan suatu komunitas muslim penting. Tidak saja


karena jumlah penduduk muslim yang hampir separuh dari penduduk dunia muslim
dengan Indonesia yang mencapai 80% dari 200 juta tetapi juga karena
perkembangan islam di Indonesia termasuk paling mengesankan.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu pembaca untuk
memperoleh informasi mengenai Pertumbuhan Studi Islam Di Dunia dalam segi
penggunaan dan pemanfaatan. Namun kami sadar bahwa dalam makalah ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu masukan serta saran dari para
pembaca sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Andi. 2005. Pengantar Studi islam. Yogyakarta: Pokja Akademi UIN
Sunan Kalijaga
Nasution, Khoiruddin. 2009. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: ACDeMIA
Nasution Harun. 1985. Islam Diinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta, UI Press.
Thohir, Ajid. 2009. Studi Kawasan Dunia Islam : Presefektif Entolinquistik Dan
Geolistik, Rajawali Pers
Za Tabrani. 2015. Arah Baru Metodologi Studi Islam. Yogyakarta, Ombak.
https://pajrianor19.blogspot.com/2016/10/makalah-sejarah-perkembangan-
studi.html?m=1 ,Di akses pada tanggal 1 3 Oktober 2022 pukul 20.57 WIB

14

Anda mungkin juga menyukai