3 Manifesto Yang Terkait Dengan Kekhususan Sejarah Arsitektur
3 Manifesto Yang Terkait Dengan Kekhususan Sejarah Arsitektur
Pernyataan Orisinalitas
NIM : 2206012783
Menyatakan bahwa tugas dengan judul ‘Sudut pandang kekhususan Teori dan Sejarah dalam 3
Manifesto: Mies van der Rohei, Hassan Fathy, dan Philip Johnson’ adalah benar hasil karya saya sendiri.
Adapun sumber, baik yang dikutip dan dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Arfianty Hutuba
2
Sudut pandang kekhususan Teori dan Sejarah dalam 3 Manifesto: Mies van der Rohei, Hassan
Tulisan ini akan membahas tiga manifesto yang berkaitan dengan kekhususan Teori dan Sejarah
Arsitektur. Manifesto pertama oleh Mies van der Rohei yang membahas mengenai keterkaitan arsitektur dan
teknologi, kedua oleh Hassan Fathy yang menekan pada pendekatan arsitektur yang bersumber dari
swasembadaya lingkungan di Gourna untuk menyelesaikan permasalahan desain dan ketiga manifesto oleh
Manifesto ini lahir dari kesadaran Rohe dalam melihat masa depan dimana teknologi semakin
berkembang dan berdampak dalam arsitektur, dimana dia memprediksi posisi teknologi yang akan
menggantikan kedudukan arsitektur karena keduanya bermain pada ranah ‘fakta’. Tetapi perlu diingat kembali
arsitektur lebih dari sekedar pemenuhan bentuk namun juga berada pada ranah signifikansi yang tidak dapat
digantikan oleh teknologi. Rohe berharap kedepannya arsitektur dan teknologi dapat berkembang bersama
dan menghasilkan arsitektur yang baru dan sesuai masanya (lihat diagram 1). Keterkaitan pandangan ini
sejalan dengan pola pikir yang ada dalam kekhususan sejarah. Dengan mempelajari masa lalu kita dapat
memahami persoalan yang ada dimasa kini dan mampu menawarkan solusi yang lebih luas, selain itu kita
mampu prediksi pandangan mengenai kemungkinan yang terjadi di masa depan sembari mencari jalan tengah
Diagram 1
Dalam proses pengerjaan proyek pembangunan rumah tinggal di Gournis, Hassan Fathy menemukan
berbagai tantangan yang kemudian menghadirkan pendekatan solusi yang menjadi selanjutnya menjadi
sebuah manifesto. Pada posisinya Fathy memiliki pandangan bahwa gaya Vernakular di lingkungan Gourna
memiliki swasembadanya sendiri yang tidak kalah kompeten dengan hasil para perkerja professional. Selain
itu gaya ini mampu mengabungkan 3 trinitas utama dalam arsitektur: pemilik, perancang, dan pengrajin (lihat
diagram 2). Hal ini sejalan dengan pendekatan sejarah, dimana kondisi lingkungan menjadi selalu titik awal
Diagram 2
Manifesto yang lahir pada tahun 1945 oleh Philip Johnson adalah kritik terhadap gaya moderen dan post
moderen. Johnson menghadirkan 7 penopang utama dalam arsitektur yang dianggap mulai bergeser
diakibatkan oleh isu-isu sosial yang lumrah dihadapi oleh para arsitek pada masa itu. Pada akhir
peryataannya, Jonhson mengkategorikan diri sebagai seorang tradisionalis, yang berarti mampu bertindak
dan memilih secara bebas pengembangan dan pendekatan berarsitektur yang ingin digunakan (lihat diagram
3).
5
Diagram 3
Referensi
Philip Johnson,“The Seven Crutches of Modern Architecture,” dalam Perspecta 3, Yale Architectural Journal,
Hassan Fathy, Architecture for the Poor: An Experiment in Rural Egypt, University of Chicago Press, 1973,
pp.39-43.
Ludwig Mies van der Rohe, “Technology and Architecture,” Ulrich Conrads, Program and Manifestos on 20th